Anda di halaman 1dari 11

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

IN DON ESIAN M EDICAL COU NCI L

KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


NOMOR 33 I KK I KEP lvtr I 2ote
TENTANG
PENGESAHAN BUKU PUTIH KEWENANGAN KLINIS
IMPLAN KEDOKTERAN GIGI
BIDANG SPESTALISASI KEDOKTERAN GIGI YANG BERBEDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Menimbang bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


kedokteran yang cepat dapat berdampak pelayanan
medis tertentu dilakukan oleh Dokter Gigi Spesialis-
Subspesialis dari jenis spesialisasi-subspesialisasi yang
berbeda;
b bahwa pemberian kewenangan klinis Implan Kedokteran
Gigr yang dilakukan oleh Dokter Gigi Spesialis-
Subspesialis dari jenis spesialisasi-subspesialisasi yang
berbeda membutuhkan Buku Putih sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 42 Tahun 2016 tentang Pengesahan Kompetensi
yang Sama di dalam Standar Kompetensi Bidang
Spesialisasi Berbeda untuk Dokter dan Dokter Gigi;
c bahwa Dokter Gigi Spesialis Dokter Gigi Spesialis
Prostodonsia, Periodonsia, Bedah Mulut dan
Maksilofasial, Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia, Dokter
Gigi Spesialis Periodonsia dan Dokter Gigi Spesialis
Bedah Mulut dan Maksilofasial memiliki kompetensi
Anggota/member of :
. Medical Council Network of WHO-SEAR (Since 2007), Email : mcnwho-inamc@kki.go.id
. tnternational Association of Medical Regulatory Authority (IAMRA) (Since 2O1O), Email : iamra_inamc@kki.go.id
. AsEAN Association of Medical Regulatory Authority (AAMRA) (Since 2010), Email : aamra-inamc@kki.go.id

Alamat Sekretariat/Secretariat :
Jl. Teuku Cik Ditiro No.6 Gondangdia Menteng, Jakarta Pusat, Telp : +62(021)31923199, Fax : +62(021)31923186
Email : inamc@kki.go.id, Website : kki.go.id
-2

yang sama dalam Kewenangan Klinis Implan Kedokteran


Gigr;
d bahwa kolegium-kolegium terkait telah menyusun Buku
Putih sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Pengesahan Kompetensi yang Sama di dalam Standar
Kompetensi Bidang Spesialisasi Berbeda untuk Dokter
dan Dokter Gigi;
e bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam hurufa, hurufb, hurufc, dan hurufd,
perlu menetapkan Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia tentang Pengesahan Buku Putih Kewenangan
Klinis Implan Kedokteran Gigi dalam Bidang Spesialisasi
Kedokteran Gigi Yang Berbeda;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (l,embaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 42 Tahun
2016 tentang Pengesahan Kompetensi yang Sama di
dalam Standar Kompetensi Bidang Spesialisasi Berbeda
untuk Dokter dan Dokter Gigi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2O16 Nomor 856);

MEMUTUSI(AN:
Menetapkan KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
PENGESAHAN BUKU PUTIH KEWENANGAN KLINIS IMPLAN
KEDOKTERAN GIGI DALAM BIDANG SPESIALISASI
KEDOKTERAN GIGI YANG BERBEDA.

KESATU Mengesahkan buku putih kewenangan klinis implan


kedokteran gigi dalam bidang spesialisasi kedokteran gigi
yang berbeda.
-3-

KEDUA Ketentuan mengenai kompetensi bagi dokter spesialis yang


terlibat dalam pelaksanaan implan kedokteran gigi tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagran tidak terpisahkan
dari Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia ini.
KETIGA Dokter spesialis yang terlibat sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kedua meliputi Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia,
Periodonsia, Bedah Mulut dan Maksilofasial, Dokter Gigi
Spesialis Prostodonsia, Dokter Gigi Spesialis Periodonsia dan
Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial.
KEEMPAT Buku Putih Kewenangan Klinis Implan Kedokteran Gigi dapat
dijadikan pedoman oleh Komite Medis di fasilitas pelayanan
kesehatan rumah sakit tertentu untuk memberikan
kewenangan klinis (clinic al preuilegel kepada dokter gigi
spesialis yang akan memberikan pelayanan prosedur
Kewenangan Klinis Implan Kedokteran Gigi Implan
Kedokteran Gigi.
KELIMA Buku Putih Kewenangan Klinis Implan Kedokteran Gigi yang
tercantum dalam Lampiran merupakan bagran tidak
terpisahkan dari Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia ini.
KEENAM Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Juli 2019

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

ttd

BAMBANG SUPRIYATNO
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 33 I KKU KEP I Vrr I 20 t9
TENTANG PENGESAHAN BUKU PUTIH
KEWENANGAN KLINIS IMPL,AN KEDOKTERAN GIGI
DAI,AM BIDANG SPESIALISASI KEDOKTERAN GIGI
YANG BERBEDA

BUKU PUTIH KEWENANGAN KLINIS IMPLAN KEDOKTERAN GIGI DAI,AM


BIDANG SPESIALISASI KEDOKTERAN GIGI YANG BERBEDA

I. Latar Belakang

A. Delinisi dan Sejarah

Implan Kedokteran Gigi merupakan rangkaian prosedur


perawatan yang meliputi pemeriksaan' perencanaan,
penatalaksanaan, dan pemeliharaan implan dental serta
rekonstruksi prostetik 0TI 2007) Endosteal implant adalah komponen
pengganti akar gigi terbuat dari material alloplastic yang ditanamkan
dengan cara pembedahan ke dalam tulang rahang untuk menyangga
gigi tiruan (Misch 2015).

Endosteal implant selanjutnya disebut sebagai implan dental


mulai dikembangkan oleh Mirller pada tahun 1937. Tahun 1939
Strock mengganti satu gigi dengan chrome cobalt screw dan pada
tahun 1950 l,eonard Linkow merupakan orang pertama yang
menanamkan titanium dan metal lain kedalam tulang rahang,
kemudian diatasnya dibuat gigi tiruan. Pada tahun 1952, Br6nemark
menemukan sifat biokompatibel titanium dan pada tahun 1965
menanamkan implan dental titaniumnya yang pertama. Cherche ve
pada tahun 1962 menggunakan implan double helix dengan bahan
antara lain cobalt chrome, titanium dan stainless steel. Linkow pada
tahun 1963 memperkenalkan Vent-Plant yang merupakan implan
screw type yang terbuka. Implan blade type dikembangkan oleh
Linkow pada tahun 1967 pada kasus ridge yang runcing, dangkal
5-

atau telah teresorbsi. Implan jenis ini mempunyai desain berbentuk


blade yang datar dan berlubang. Pada tahun 1976 implan yang
berbentuk akar grgr silindris ditemukan oleh Schroeder et al serta
Schulte dan Heimke, sedangkan Kirsch dan Koch menemukannya
pada tahun 1977. lmplan tersebut terbuat dari aluminium oksida,
titanium yang disemprot plasma, dan titanium yang dilapisi
hidroksiapatit. Sebelum tahun 1990, kegagalan kasus single tooth
implant mencapai 9%. Sejak tahun 1993 sampai sekarang, evaluasi
keberhasilan implan dental mencapat 97o/o-lOO7o. Perkembangan
implan dental hingga saat ini sangat dipengaruhi oleh Per-Ingvar
BrAnemark, Leonard Linkow, Lang, Busser.

B Ruang Lingkup Layanan:


Implan dental gigi anterior dan posterior tanpa atau dengan
augmentasi jaringan pendukung pada kasus kehilangan gi$ single
maupnn multiple.

C. Indikasi:
I Ruang untuk suprastnrcfifie cukup, dalam arah vertikal (ootun
height spael dan horizontal.
a Kualitas dan kuantitas biologis jaringan lunak (sofi tissue) dan
jaringan keras (tnrd fissue) mempunyai prognosis yang baik
untuk dilalrukan implan dental.
.) Struktur anatomi sinus maksilaris, kanalis mandibularis dan
foramen mentale memungkinkan untuk dilakukan implan
dental.

D Kontra Indikasi:
1. Pasien dengan kelainan sistemik lanjut dan tidak terkontrol.
2. Pasien dengan kelainan periodontal lanjut dan menyeluruh.
3. Pasien dengan kebiasaan buruk yang berhubungan dengan
oklusi gigi.
4. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang buruk.
5. Pasien perokok berat.
-6-

E Dokter gigi spesialis yang mempunyai kewenangan memberikan


perawatan implan dental adalah dokter gigi spesialis Prostodonsia,
Periodonsia, Bedah Mulut dan Maksilofasial.

F Kompetensi:
1. Mampu menguasai teori dasar dan teori aplikasi perawatan
implan dental.
2. Mampu melakukan tatalaksana implan dental pada pasien
kehilangan gigi sesuai indikasi dengan menggunakan metode
yang terstandar yang baku secara mandiri.

G. kvel Kompetensi
KUALIFIKASI LEVEL DESKRIPSI
DOKTER GIGI 3B-44* Penatalaksanaan kasus implan
SPESIALIS kedokteran gigi dengan tingkat
kesulitan sesuai klasifikasi
SAC tingkat: Straight Foruard
sampai Aduanced (augmentasi
tulang kecuali ctutogenous
block grafi, kehilangan g1g1
anterior dan posterior dengan
oklusi stabil)

* Penjelasan level implant dental intraosesus

KUALIFIKASI LEVEL DESKRIPSI


DOKTER GIGI t-2 Pemahaman teoritis (To Know
and Know How)
FELLOWSHIP DOKTER 2-3l. Penatalaksanaan kasus implan
GIGI dental intraosesus sederhana
tanpa penyulit (Straight
Forward, dukungan tulang
adekuat, gigi posterior dengan
oklusi stabil , single unit, non
estetik, non free end, dan ouer
denture akrilik).
DOKTER GIGI SPESIALIS 3B-4A Penata-laksanaan kasus implan
dental intraosesus dengan
tingkat penyulit oduanced
(dengan augmentasi tulang
granul, sinus lfrnq, grgi
anterior dan posterior, kasus
free end dengan oklusi stabil,
Bridqe >3 unitl.
7-

FELLOWSHIP 48 Penatalaksanaan kasus implan


dental intraoseus dengan
kesulitan kompleks.
DOKTER GIGI 4C Penatalaksanaan kasus implan
SUBSPESIALIS dental intraoseus dengan
tingkat penyulit kompleks
(kasus interdisiplin).

II. LII{GKUP GARAPAN IMPLI\N KEDOKTERAN GIGI UI{TUK DOKTER


GIGI SPESIALIS

KUALIFIKASI LEVEL DESKRIPSI KOMPETENSI

Dokter glgr Menggunakan Lingkup Garapan Stwred


spesialis klasifikasi SAC* competencv:
Prostodonsia, dental Implan Penatalaksanaan kasus imPlan
Periodonsia, untuk untuk kedokteran gtgt dengan
Bedah Mulut dan
tingkat aduanced klasifikasi SAC tingkat Straight
Maksilofasial
(shared fonaard sampai dengan
aduanced (augmentasi tulang
competencg) kecuali anttogenous block grafi,
kehilangan gigi anterior dan
posterior dengan oklusi stabil)

Dokter Gigt Menggunakan Lingkup Garapan Spesialistik:


Spesialis Level klasifrkasi Penatalaksanaan kasus imPlan
Prostodonsia SAC dental dental dengan oklusi yang
Implan dengan stabil dan tidak stabil, untuk
semua kasus kehilangan glgl
tingkat aduanced (kehilangan satu, beberapa dan
sampai kompleks seluruh gigi)
(sesuai dengan
kompetensi
Prostodonsia)

Dokter Gigi Menggunakan Lingkup Garapan Spesialistik:


Spesialis level klasilikasi Penatalaksanaan kasus implan
Periodonsia SAC dental dental dengan faktor PenYulit
Implan dengan sinus lift, mucogingiual problem
tingkat aduaned
sampai kompleks
(sesuai dengan
kompetensi
spesialis
Periodonsia)

Dokter grglMenggunakan Lingkup Garapan Spesialistik:


spesialis Bedah Level klasifrkasi Penatalaksanaan kasus imPlan
-8-

Mulut dan SAC dental dental intraoseus dengan


Maksilofasial Implan dimulai faktor penyulit antara lain
dari Straight sinus lift , autogenous block
Forward grafi, sandwich bone grafi
aduan@d,
complex

Lingkup Garapan
Subspesialistik:
horizontal and uertical bone
augmentation

Catatan:
* Klasfikasi SAC Implan Kedokteran Gigi 0TI 2OO7l:.
1. firaight Foruard = kesulitan minimal, risiko minimal.
2. Aduaned = kesulitan moderat, risiko moderat'
3. Complex= kesulitan tinggi, risiko tinggi, pendekatan interdisiplin'

Bidang Spesialisasi yang terlibat:


1. Periodonsia.
2. Prostodonsia.
3. Bedah Mulut dan Maksilofasial.

Rekomendasi Kolegium/ Organisasi Profesi:


1. KolegiumPeriodonsialndonesia.
2. Kolegium Prostodonsialndonesia.
3. Kolegium Bedah Mulut dan Maksilofasial.
4. Ikatan Periodonsia Indonesia.
5. Ikatan Prostodonsia Indonesia.
6. Persatuan Ahti Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia.

Kriteria:
l,atar belakang pendidikan formal
1. Bidang ilmu spesialistik Periodonsia.
2. Bidang ilmu spesialistik Prostodonsia.
3. Bidang ilmu spesialistik Bedah Mulut dan Maksilofasial.
-9

Durasi
1. Teori: 3 sks (39 jam tatap muka)
2. Skill Lab:1 sks (45 jam)
3. Ketrampilan Klinik: 2 sks (90 jam)

Assesment
1. Kognisi: soal ber-vignette, Student Oral Case Analysis (SOCA).
2. Skill labs:Objective Stmctured Clinical Examination (OSCE)
3. Ketrampilan Klinis: Mini C-Ex, Rubrik Work Based Assesment/ Direct
Observational Procedural Skill (DOPS), Portofolio.

Modul
1. Biomedical, Biomaterials, Technical and Clinical Sciences in Dental
Implant
2. Ethic, Jurisprudence and Communication
3. Implant Treatment Planning and therapy
4. Dental Implant Interventions
5. Dental Implant Prosthetic
6. Prevention and Maintenance Dental Implant
7. Complication Management of Dental Implant
8. Dental Implant for Medically Compromised Patients.

Institusi Penyelenggara
Institusi penyelenggara pendidikan dokter gigi spesialis Periodonsia,
Prostodonsia, Bedah Mulut dan Maksilofasial dan memiliki RS/RSGM
yang terakreditasi.

Referensi:
1. AAOMS: The American Association of Oral and Maxillofacial Surgeon:
Introduction to Implant Dentistry- A Student Guide (2017).
2. AAOMS: A DENTIST GUIDE TO IMPLANTOLOGI (2012).
3. American Academic of Periodontologr Meeting 2O18
4. American College of Prostodontists: Dental Implant
-10-

5. Asian Pacific Society of Periodontolory Meeting 2OL7: "Contemporary


Concept in Periodontolory and Implant Dentistq/
6. EuroPerio 9 Scientifrc Meeting 2018
7. European Consensus 2013, Academy of Osseointegration
8. ITI-SACConsensus Conference,2O0T
9. Konsensus ITI ke I sd 6 tahun 2018
10. New Foundland and Labrador Dent al Board Implant Dentistry
Guidelines Educational Requirements and Professional
responsibilities.
11. Parameter of care: Clinical practice Guidelines for Oral Maxillofacial
Surgery (AAOMS ParCare 20171

Di.s claime r I W ewanti / Menj adi Perhatian


1. Panduan buku putih ini bukanlah standar operasional ataupun
prosedur medik. Tingkat keberhasilan prosedur sangat tergantung
dari seleksi pasien serta kondisi yang saling terkait pada saat
prosedur dilakukan, baik itu faktor kondisi pasien, faktor
pengalaman operator, serta faktor teknis dan non teknis lainnya'
2. Pedoman kewenangan klinis pada panduan buku putih ini adalah
penuntun kriteria Dokter gigi Spesialis Prostodonsia, Periodonsia,
Bedah Mulut dan Maksilofasial sesuai dengan standar kompetensi
yang telah disahkan Konsil Kedokteran Indonesia agar dapat
diberikan kewenangan klinis untuk melakukan perawatan implan
dental.
3. Kewenangan klinis dapat diberikan kepada Dokter gigi Spesialis
Prostodonsia, Periodonsia, Bedah Mulut dan Maksilofasial sesuai
dengan standar kompetensi yang telah disahkan Konsil Kedokteran
Indonesia jika sarana pelayanan kesehatan tersebut memiliki
fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk memberikan pelayanan
implan dental.
4. Kewenangan klinis ini menjamin mutu luaran yang sama meski
dilakukan tindakan oleh dokter gigi spesialis yang berbeda; yaitu
dokter gigi Spesialis Prostodonsia, Periodonsia, Bedah Mulut dan
Maksilofasial.
- 11-

5 Seluruh prosedur implan dental tersebut di atas harus


mengutamakan keselamatan pasien, serta efisiensi dan efektjfitas
biaya.

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

ttd

BAMBANG SUPRIYATNO

Anda mungkin juga menyukai