ASMA BRONKIAL.
I. DEFINISI:
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan. (Staff pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985)
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dalam keadaan dimana
asma adalah yang paling mungkin sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. (Kapita Selekta Kedokteran hal 461)
Asma menjadi sindrome klinis yang dikarakteristikkan oleh bentuk mengi dan
sesak nafas, serta sesak dada yang ditimbulkan oleh alergen, infeksi atau stimulun
lain. (Ilmu Kesehatan Anak hal 229)
II. ETIOLOGI
III PATOFISIOLOGI
A. Narasi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus refersibel. Obstruksi disebabkan oleh satu
atau lebih dari yang berikut ini: (1) kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki,
yang menyempitkan jalan nafas: (2) Pembengkakan membran yang melapisi
bronki: dan (3) Pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot
bronkial dan kelenjar mukosa membesar: sputum yang kental: banyak dihasilkan
dan alveoli menjadi hiperinflsi, dengan udara terperangkap didalam jaringan
paru.Mekanisma yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang
paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Anti bodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan
antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast ( disebut
mediator ) seperti histamin, bradikinin, prostaglandin serta anafilaksis dari
substansi yang bereaksi lambat ( SRS-A ). Pelepasan mediator ini dalam jaringan
paru mempengaruhi otot-polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan
bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentuka mukus yang
sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot- bronkial diatur oleh impuls
saraf Vagan melalui sistem para simpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergi,
ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan
menigkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronko
konstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas ditas.
Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon para
simpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki.Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang, terjadi broko konstriksi:
brokodilatasi terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan
antara reseptor α- dan β-adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosim
monofosfat (cAMP).stimulasi reseptor α- mengakibatkan penurunan cAMP, yang
mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan olh sel-sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor β- mengakibatkan peningkatan cAMP, yang
menghambat pelepasan meditor kimiawi dan menyebabkan bromko dilatasi. Teori
yang diajukan adalah bahwa penyekatan beta adrenergik terjadi pada individu
dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan
mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.
B. Skematik
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Asma
IV. KOMPLIKASI
V. MANIFESTASI KLINIS
Ketidak mampuan untuk makan karena distres pernafasan, turgor kulit buruk.
Kesadaran menurun
Pengobatan intensif dari penyakit primer dan komplikasi atau serta penyakit penyerta.
VIII. INTERVENSI
A. Persiapan keperawatan
1. Lakukan pendekatan dengan klien. Rasional : menumbuhkan rasa saling
percaya dengan klien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan . Rasional : memudahkan untuk
melakukan tindakan keprawatan
3. Jelaskan rasa tidak nyaman yang mungkin dirasakan klien . Rasional : klien
tidak mengeluh saat tindakan dilakukan.
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Rasional : Mencegah
terjadinya infeksi silang pada klien.
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung
Seto Jakarta.
PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
/ : Laki/Wanita
/ : Yang meninggal dunia
: Klien
: Hubungan perkawinan
: Tinggal serumah
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Status pekerjaan saat ini : Wiraswasta
Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta
Sumber-sumber :
pendapatan dan kecu-
kupan thd kebutuhan
E. RIWAYAT REKREASI
Hobi / minat : Olahraga/ Senam
Keanggotaan organisasi :
Liburan / perjalanan :
J. ALERGI
Faktor lingkungan : Debu, capek kurang istirahat
K. NUTRISI
Diet khusus, pembatasan :
makanan
Riwayat peningkatan atau :
penurunan BB
Pola konsumsi makanan :
Masalah yg mempengaruh i:
masukan makanan
M. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : keadaan umum cukup/ baik
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : 456
TTV : TD 120/ 80 mmHg Nadi 80 x/mnt
RR 18 x/mnt Suhu 36,5 °C
Integumen
Lesi / luka : ya tidak
Pruritus : ya tidak
Perubahan pigmentasi : ya tidak
Perubahan tekstur : ya tidak
Sering memar : ya tidak
Perubahan rambut : ya tidak
Perubahan kuku : ya tidak
Pemajanan lama : ya tidak
terhadap matahari
Hemopoetik
Perdarahan / memar : ya tidak
abnormal
Pembengkakan kelenjar : ya tidak
limfa
Anemia : ya tidak
Kepala
Sakit kepala : ya tidak
Trauma masa lalu : ya tidak
Pusing : ya tidak
Gatal pd kulit kepala : ya tidak
Mata
Perubahan penglihatan : ya tidak
Kacamata/lensa kontak : ya tidak
Nyeri : ya tidak
Air mata berlebihan : ya tidak
Pruritus : ya tidak
Bengkak sekitar mata : ya tidak
Kabur : ya tidak
Fotofobia : ya tidak
Riwayat infeksi : ya tidak
Konjungtiva : anemis tidak anemis
Sklera : ikterik tidak
Telinga
Perubahan pendengaran: ya tidak
Tinitus : ya tidak
Vertigo : ya tidak
Riwayat infeksi : ya tidak
Hidung dan sinus
Rinorhea : ya tidak
Epistaksis : ya tidak
Obstruksi : ya tidak
Nyeri pada sinus : ya tidak
Riwayat infeksi : ya tidak
Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ya tidak
Lesi / ulkus : ya tidak
Kesulitan menelan : ya tidak
Perdarahan gusi : ya tidak
Karies : ya tidak
Riwayat infeksi : ya tidak
Pola menggosok gigi : ya tidak
Leher
Kekakuaan : Ya Tidak
Nyeri/ nyeri tekan : Ya Tidak
Benjolan/ massa : Ya Tidak
Keterbatasan gerak : Ya Tidak
Pernapasan
Batuk : Ya Tidak
Sesak Nafas : Ya Tidak
Hemoptisis : Ya Tidak
Sputum : Ya Tidak
Asma/ alergi pernapasan : Ya Tidak
Suara Nafas : Vesikuler Bronkial Bronko Vesikuler
Suara Nafas Tambahan : Ronkhi Wheezing
Kardiovaskular
Nyeri dada : Ya Tidak
Palpitasi : Ya Tidak
Sesak Nafas : Ya Tidak
Gastrointestinal
Nyeri ulu hati : Ya Tidak
Mual/ muntah : Ya Tidak
Hematemesis : Ya Tidak
Perubahan nafsu makan : Ya Tidak
Benjolan/ massa : Ya Tidak
Diare : Ya Tidak
Konstipasi : Ya Tidak
Melena : Ya Tidak
Hemoroid : Ya Tidak
Perdarahan rectum : Ya Tidak
Pola defekasi biasanya : Ya Tidak
Perkemihan
Frekuensi : Ya Tidak
Menetes : Ya Tidak
Hematuria : Ya Tidak
Poliuria : Ya Tidak
Nokturia : Ya Tidak
Inkontinensia : Ya Tidak
Nyeri saat berkemih : Ya Tidak
Batu infeksi : Ya Tidak
Muskuloskelektal
Nyeri persendian : □ Ya □ Tidak
Kekakuan : □ Ya □ Tidak
Pembengkakan sendi : □ Ya □ Tidak
Kram : □ Ya □ Tidak
Kelemahan otot : □ Ya □ Tidak
Masalah cara berjalan : □ Ya □ Tidak
System saraf pusat
Sakit kepala : □ Ya □ Tidak
Paralysis : □ Ya □ Tidak
Paresis : □ Ya □ Tidak
Masalah koordinasi : □ Ya □ Tidak
Tic /temor/spasme : □ Ya □ Tidak
Parastesia : □ Ya □ Tidak
Cedera kepala : □ Ya □ Tidak
Masalah memory : □ Ya □ Tidak
System endokrin
Goiter : □ Ya □ Tidak
Polifagia : □ Ya □ Tidak
Polidipsi : □ Ya □ Tidak
Poliuria : □ Ya □ Tidak
STATUS FUNGSIONAL
Indeks Katz:
1. Mandi : Mandiri (klien mandi sendiri sepenuhnya)
2. Berpakaian : Mandiri (Klien berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri)
3. Ke kamar kecil: Mandiri (klien keluar masuk kamar kecil sendiri, merapikan baju,
membersihkan organ ekskresi)
4. Berpindah: mandiri ( klien dapat duduk, berdiri tanpa bantuan)
5. Kontinen : Mandiri (Klien berkemih dan defekasi sendiri)
6. Makan: Mandiri (Klien makan sendiri tanpa bantuan)
Indeks Katz untuk pasien : A ( Klien mandiri dalam makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi)
STATUS KOGNITIF/AFEKTIF
Short Portable mental status questionare (SPMSQ):
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru secara menurun
Jumlah
Interpretasi: Total skor klien adalah 28, maka klien tidak mengalami gangguan kognitif.
Investaris depresi beck (IDB)
A. kesedihan: 0 (saya tidak merasa sedih)
B. Pesimisme: 0 (saya tidak begitu pesimis atau kecil tentang masa depan)
C. Rasa kegagalan: 0 (saya tidak merasa gagal)
D. Ketidakpuasan: 0 (saya tidak merasa tidak puas)
E. Rasa bersalah: 0 (saya tidak merasa benar-benar bersalah)
F. Tidak menyukai diri sendiri: 0 (saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri)
G. Membahayakan diri sendiri: 0 ( saya tidak mempunyai pikiran tentang membahayakan
diri sendiri)
H. Manarik diri dari social: 0 (saya tidak kehilangan minat pada orang lain)
I. Keragu-raguan: 1 (saya berusaha mengambil keputusan)
J. Perubahan gambaran diri: 0 (saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari
sebelumnya)
K. Kesulitan kerja: 1 (ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu)
L. Keletihan: 1 (saya lelah lebih dari yang biasanya)
M. Anoreksia: 0 (nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya)
Interpretasi: total nilai klien adalah 3, maka klien tidak tidak ada/ minimal depresi.
DO :
Ku cukup
Kes compos mentis
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N: 80x/ menit
RR : 18 x/menit
Kekuatan otot 5 5
5 5
2. DS:
klien mengatakan jarang bisa tidur kalau malam Gangguan pola istirahat tidur
apalagi kalau asmanya kambuh
DO :
Ku cukup
Kes compos mentis
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N: 80x/ menit
RR : 18 x/menit
DS:
3. Klien mengatakan pernah memilki riwayat Asma
DO: Resiko intoleransi aktivitas
Ku cukup
Kes compos mentis
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N: 80x/ menit
RR : 18 x/menit
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri
Diagnosa Tujuan
No. Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
1. Nyeri Nyeri - Lansia 1. Kaji keadaan nyeri secara
berkurang mengetahui komprehensif (lokasi, frekuensi,
sampai tentang nyeri skala, dan intensitas)
hilang - Lansia 2. Kaji tanda-tanda vital
mengetahui cara 3. Beri KIE kepada lansia tentang nyeri
mengurangi dan 4. Ajarkan teknik/cara mengurangi
menghilangkan nyeri kpd lansia
nyeri
- Lansia
menunjukkan
wajah tenang