Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat.
Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan
jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang menyebabkan jumlah
korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak
terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian
fraktur semakin tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur
, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas dan harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri
setelah operasi.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.Tak luput juga kemajuan ilmu
dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi banyak pula ditemukan berbagai
macam teori baru, penyakit baru dan bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri
merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
dialami oleh pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri.Teknik
relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi
penanggulangan nyeri, disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve
Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi.Relaksasi merupakan kebebasan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah 2 persepsi kognitif dan motivasi
afektif pasien.Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2005).
Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu
dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidajat, 2005).Perawat berperan
dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien
dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri (Lawrence,
2002).Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan tindakan eksternal
yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan
tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan diafragma, teknik relaksasi progresif, guided
imagery, dan meditasi, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam
sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Brunner & Suddart, 2001).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah “Apakah pengaruh
Manajemen Nyeri Post Operasi dapat mengurangi nyeri post operasi?

C. Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Manajemen Nyeri Post Operasi.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Manajemen Nyeri Post Operasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari Manajemen Nyeri Post Operasi
3. Untuk mengetahui tujuan dari Manajemen Nyeri Post Operasi
4. Untuk mengetahui lingkup Manajemen Nyeri Post Operasi

D. Manfaat
Makalah ini dapat menjadi sumber informasi terkait dengan pentingnya Manajemen
Nyeri Post Operasi pada pasien dengan post operasi.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nyeri
Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial sehingga akan menyebabkan
kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat
menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut nosisepsion. Nosisepsion merupakan langkah
awal proses nyeri. Respon neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan
rangsang lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas.
Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik
maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan
atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal.(Sudoyo, 2006).

B. Faktor yang Memengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
1. Arti nyeri
Bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti
yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural,
lingkungan, dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks pada fungsi
evaluatif kognitio. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat memengaruhi
seseorang menahan nyeri.Faktor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri
antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat dan sebagianya.Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit,
dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons
nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti nyeri, tingkat persepsi
nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental,
takut, cemas, usia dan lain-lain.
5. Skala Nyeri
Reaksi yang dialami oleh pasien mempunyai ukuran tersendiri dari 0-10 dengan tingkatan
sebagai berikut :
a. Skala Normal
b. Skala ringan
c. Skala sedang
d. Skala berat
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1)Skala intensitas nyeri deskritif
2) Skala identitas nyeri numerik
3) Skala analog visual
4) Skala nyeri menurut bourbanis

C. Penanganan Nyeri
1. Dengan perilaku kognitif
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami
nyeri kronis.Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen,
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus
nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989).
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang tepat,
pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman mungkin
dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),
Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara Perlahan-lahan udara
dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan dan merasakan
betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan
membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien untuk
mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat
Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut,
punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks, pasien
dianjurkan bernapas secara pelan-pelan.Bila nyeri menjadi hebat, pasien dapat bernapas
dangkal dan cepat.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

D. Distraksi
Distraksi adalah Gangguan yang berarti mengalihkan perhatian kita pada sesuatu.
Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau
mendengarkan radio untuk mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran/cemas/suatu masalah
atau mungkin rasa sakit yang sedang kita alami.
Misalnya: rasa sakit, Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan
atau Distraksi berguna ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti sakit.
Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran , kita dapat berfokus pada yang lain
sehingga pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita.
1. Teknik Distraksi
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang
lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan
dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak
dirasakan oleh klien),. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang
sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh
karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).
2. Jenis-jenis distraksi:
1. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan
gambar termasuk distraksi visual.
2. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air,
individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti
musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu.Klien juga
diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang,
mengetukkan jari atau kaki.(Tamsuri, 2007).
3. Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan
satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk
berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi
ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.Bernafas
ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada
saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri
dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.
4. Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di
tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

5. Cara menggunakan Distraksi


Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita harus fokus dapat digunakan untuk melakukan
distraksi.
Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri sendiri, berdoa, atau
mengulangi pernyataan seperti "Saya dapat mengatasinya."Atau Disraksi dapat
eksternal, seperti menjahit, membuat/menggambar lukisan dll.

E. RELAKSASI
Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa dari hiruk
pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”. Sebenarnya, “malas”
adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa; dimana “si pemalas” secara
tidak sadar menganggap bahwa bermalas-malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas.
Dengan Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh untuk
memudahkan kita sampai pada posisi rileks yang dikehendaki; sekaligus dengan postur tubuh
tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu. Teknik
Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan,
yaitu bagian otak yang mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.
1. Teknik relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas
yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya.Teknik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan fisiologis.Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang
dalam posisi berbaring atau duduk dikursi.Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang
beristirahat, dan lingkungan yang tenang.Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya
adalah relaksasi autogenic.Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak berisiko.
Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan dirinya berada
didalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan napas dan detakan jantung.
Langkah-langkah latihan relaksasi autogenic adalah sebagai berikut:
a. Persiapan sebelum memulai latihan
1) Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.
2) Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.
3) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambilkatakandalam
hati ‘saya damai dan tenang’.
b. Langkah 1 : merasakan berat
1) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat.
Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan,
sehingga terasa sangat ringan sekali sambil katakana ‘saya merasa damai dan
tenang sepenuhnya’.
2) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki.
c. Langkah 2 : merasakan kehangatan
1) Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh dan rasakan hawa hangatnya aliran
darah, seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri
‘saya merasa senang dan hangat’.
2) Ulangi enam kali.
3) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.
d. Langkah 3 : merasakan denyut jantung
1) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.
2) Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang. Sambil
katakana ‘jantungnya berdenyut dengan teratur dan tenang’.
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
e. Langkah 4 : latihan pernapasan
1) Posisi kedua tangan tidak berubah.
2) Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
f. Langkah 5 : latihan abdomen
1) Posisi kedua tangan tidak berubah. Rasakan pembuluh darah dalam perut
mengalir dengan teratur dan terasa hangat.
2) Katakan dalam diri ‘darah yang mengalir dalam perutku terasa hangat’.
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
g. Langkah 6 : latihan kepala
1) Kedua tangan kembali pada posisi awal.
2) Katakan dalam hati ‘kepala saya terasa benar-benar dingin’
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
h. Langkah 7 : akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan) lengan
bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN


Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang menyeluruh, hal ini karena
nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu kita tidak boleh
hanya terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi juga menggunakan pendekatan-pendekatan
yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan
spiritual, pendekatan non farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif
bila digunakan sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan saling mengisi dalam rangka
mengatasi / penanganan nyeri pasien. Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang
berrespon secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penangananyapun tidak bisa disamakan antar
individu yang satu dengan yang lainnya. Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat
diperlukan sebagai upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, untuk itu
pengkajian harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran
yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan. Vol:2.


Jakarta: EGC.

Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.

http://ariasandyhasim.blogspot.co.id/2015/09/distraksi-dan-relaksasi-management-nyeri.html

Anda mungkin juga menyukai