PENDAHULUAN
pada struktur atau fungsi jantung yang mengarah pada kegagalan jantung dalam
memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 1 Secara klinis,
CHF merupakan suatu sindroma dimana pasien memiliki gejala yang khas, yaitu
sesak nafas, kaki bengkak, kelelahan dan peningkatan tekanan vena jugularis. 1,2
Gejala tersebut sebagian besar dapat terjadi karena gangguan fungsi miokardium pada
ventrikel kiri.2
Data dari WHO pada tahun 2013, lebih dari 17,3 juta orang meninggal karena
penyakit kardiovaskuler dan 80%nya terjadi di negara miskin dan berkembang. 3 CHF
memiliki prevalensi bahwa lebih dari 5,8 juta orang di Amerika dan lebih dari 23 juta
orang di dunia mengalami CHF.4 Setengah dari penderita yang terkena CHF
meninggal setelah 5 tahun didiagnosis.5 CHF merupakan kasus jantung yang paling
penyakit katup dan kongenital dan hipertensi yang tidak terkontrol. 6 Penelitian di
RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan bahwa hipertensi sebagai penyebab CHF
pada tahun 2011 sebesar 66,5%.7. Penelitian dari Roger VL tentang epidemiologi
CHF pada tahun 2011, didapatkan bahwa prevalensi hipertensi pada CHF meningkat
sebesar 10%.4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1.1 Definisi
CHF adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh kelainan pada
struktur dan fungsi jantung dalam memompakan darah ke seluruh tubuh tapi tidak
adekuat.1,2 CHF bukan merupakan suatu penyakit tapi suatu sindroma, sehingga untuk
menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dan
cermat.4
2.1.2 Etiologi
miokarditis, merokok dan diabetes.8 Etiologi CHF tersering adalah pada kasus
karena penyakit arteri koroner sebesar 41%, sedangkan di Indonesia belum ada data
yang pasti tentang penyebab terjadinya CHF. Namun dari penelitian di Medan,
a. Kelainan mekanik
- Peningkatan beban tekanan sentral (stenosis aorta), perifer (hipertensi
sistemik)
- Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan pre-load)
- Obstruksi pada pengisian ventrikel (stenosis mitral atau trikuspid)
- Tamponade perikardium
- Pembatasan miokardium
- Aneurisma ventrikel
- Disinergi ventrikel
b. Kelainan miokardium
- Primer (kardiomiopati, miokarditis, kelainan metabolik, toksisitas alkohol)
2
- Kelainan dinamik sekunder (PJK, kelainan metabolik, peradangan,
B : Ada kelainan struktural dari jantung 2 : Sedikit limitasi aktivitas fisik, hilang
tapi tanpa tanda dan gejala dari CHF saat istirahat. Aktifitas fisik yang biasa
menimbulkan gejala CHF
C : Ada kelainan struktural dari jantung 3 : Terjadi limitasi aktivitas fisik. Saat
dengan gejala dari CHF istirahat, tidak ada keluhan. Aktivitas
fisik yang lebih ringan dari aktifitas
fisik biasa menimbulkan gejala CHF
D : Gejala yang berat dari CHF dan 4 : Setiap aktivitas fisik yang dilakukan
perlu intervensi spesialisasi menimbulkan gejala CHF, bahkan saat
istirahat juga menimbulkan keluhan.
3
2.1.4 Patofisiologi
Berbagai faktor bisa menyebabkan CHF. CHF sering karena adanya kelainan
fungsi kontraktilitas ventrikel (gagal sistolik) atau gangguan relaksasi ventrikel (gagal
diastolik).10
Disfungsi sistolik
ventrikel berkurang, adanya penurunan curah jantung dan volume akhir sistolik
meningkat Akibat dari peningkatan volume akhir sistolik, darah dari vena pulmonalis
yang kembali ke jantung dan ventrikel dikosongkan secara tidak sempurna, akibatnya
Disfungsi diastolik
4
Adanya gangguan pada relaksasi diastolik dini, peningkatan kekakuan dinding
5
ventrikel semasa diastol lebih tinggi dari normal. Ini sebagai mekanisme
akhir yang tinggi. Peninggian stress terhadap dinding ventrikel secara terus-
ruang.
3. Aktivasi neurohormonal
Mekanisme yang mencakup sistem saraf adrenergik, sistem RAAS dan
dan beban awal ventrikel kiri, sehingga memaksimalkan isi sekuncup melalu
6
2.1.5 Diagnosis
Anamnesis11
7
- Nokturia, tanda pada CHF yang terjadi pada peningkatan perfusi ginjal saat
infark miokard karena penyakit arteri koroner terjadi pada 75% kasus CHF.
Pemeriksaan fisik11
ketiga (S3) dan jika pasien CHF dengan LVH juga dapat terdengar bunyi
Pemeriksaan Penunjang11
- Semua pasien dengan CHF rata-rata memiliki nilai elektrolit yang normal
- Tidak ada kriteria spesifik untuk CHF pada EKG
- Pada rontgen foto thorax dapat membantu dalam diagnosis CHF dengan
ditemukan kardiomegali.
Boston. Berikut kedua kriteria untuk CHF pada tabel 2.2 di bawah ini :4
Framingham Boston
8
Kriteria Mayor : Kategori I : Riwayat
- Paroksismal nokturnal dispnea atau - Dispnea saat istirahat (4)
ortopnea - Ortopnea (4)
- Peningkatan JVP - Paroksismal nokturnal dispnea (3)
- Ronki basah - Sesak saat naik tangga (2)
- Edema pulmonary akut - Sesak saar memanjat (1)
- Bunyi S3 Gallop
- Peningkatan tekanan vena Kategori II : Pemeriksaan Fisik
- Refluks hepatojugular - Denyut jantung yang abnormal (1-2)
- Peningkatan JVP (1-2)
Kriteria Minor - Suara paru crackles (1-2)
- Edema tungkai - Wheezing (3)
- Batuk malam hari - Bunyi S3 (3)
- Dispnea on effort
- Hepatomegali Kategori 3 : Radiologi
- Efusi pleura - Edema alveolus paru (4)
- Kapasitas vital berkurang 1/3 dari - Edema intersisial paru (3)
maksimum - Efusi pleura bilateral (3)
- Takikardi - CRT >50% (3)
- Retribusi aliran di zona atas (2)
Kriteria mayor atau minor :
Kehilangan berat badan >4,5 kg dalam Nilai 8-12 : pasti CHF
5 hari pengobatan Nilai 5-7 : mungkin CHF
Nilai <5 : bukan CHF
Diagnosis ditegakkan jika 2 kriteria
mayor atau 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor
2.1.6 Penatalaksanaan
CHF merupakan sindroma klinik dimana fungsi pompa jantung tidak adekuat
yang terjadi akibat berbagai penyakit jantung. Untuk memberikan terapi yang tepat
natrium dan air. Vasodilatasi vena dapat menurunkan beban awal dari jantung
9
menyebabkan aliran darah mengalir ke perifer dan mengurangi aliran balik
vena ke jantung.
- Meningkatkan kontraktilitas, obat inotropik meningkatkan kontraksi
vaskuler yaitu dengan cara dilatasi langsung otot polos pembuluh darah
- Glikosidadigitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi.3
10
- Vasodilator(Captopril,isosorbitdinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah
vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena.
- InhibitorACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi
aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.
Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg
menyebabkan peningkatan curah jantung.
2.1.7 Komplikasi
1. Efusi Pleura
Merupakan akibat dari peningkatan tekanan dikapiler pleura,
transudasi dari kapiler ini memasuki rongga pleura. Efusi pleura ini
biasanya terjadi pada lobus sebelah kanan bawah
2. Arrhytmia
Pasien dengan gagal jantung kongestif memiliki resiko tinggi
mengalami aritmia, hampir setengah kejadian kematian jantung mendadak
disebabkan oleh ventrikuler arrhytmia
3. Trombus pada ventrikel kiri
Pada kejadian gagal jantung kongestif akut ataupun kronik, dimana
terjadinya pembesaran dari ventrikel kiri dan penurunan cardiac output hal ini
akan meningkatkan kemungkinan pembentukan thrombus diventrikel kiri,
sehingga American college of cardiologydan AHA merekomendasikan
pemberian antikoagulan pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan atrial
fibrilasi atau fungsi penurunan ventrikel kiri (Cth: ejection fraction kurang
dari 20%). Sekali terbentuk thrombus, hal ini bisa menyebabkan penurunan
kontraksi ventrikel kiri, penurunan cardiac output dan kerusakan perfusi
pasien akan menjadi lebih parah. Pembentukan emboli dari thrombus juga
mungkin mengakibatkan terjadinya cerebrovaskular accident (CVA)
4. Hepatomegali
Gagal jantung kongestif bisa mengakibatkan hepetomegali yang parah.
Lobus-lobus dihepar akan terisi oleh transudasi darah vena, hal ini
11
berpengaruh terhadap fungsi hepar. Pada akhirnya bisa mengakibatkan
kematian sel hepar dan menyebabkan terjadinya Sirosis Hepatis.8
2.1.8 Prognosis
12
13
BAB III
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
No.MR 030846
Tanggal 16-Februari-2017
Masuk
Umur 61 Tahun
Agama ISLAM
Status Menikah
2. IDENTITAS KELUARGA
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Status
Hubungan
dengan pasien
3. ANAMNESIS
Autoanamnesis
4. KELUHAN UTAMA :
Sesak sejak dua minggu yang lalu.
14
Pasien datang ke RSUD BANGKINANG dengan keluhan sesak nafas
sejak 2 minggu yang lalu dan memberat 1 hari belakangan. Riwayat batuk
(-), riwayat tidur dengan menggunakan 3 bantal (+), sesak saat kekamar
mandi atau aktifitas ringan (+), terbangun malam hari karena sesak (+),
sesak saat istirahat (+), mual (-), muntah (-) dan nyeri ulu hati (+).
8. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien selama ini mengkonsumsi obat dari dokter.
9. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien sudah tidak bekerja
Merokok (-), konsumsi alcohol (-)
Vitas Sign :
STATUS GENERALISATA:
KEPALA :
15
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
dan mata cekung (-/-).
Mulut : Mukosa bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-).
LEHER :
Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
THORAKS (Ins-Pal-Per-Aus) :
PARU
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan
kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi :vesikuler (+/+) Ronkhi (-/ +), wheezing (-/-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra
SIC II & linea Sternalis dextra SIC V, Batas jantung
kiri : Linea midclavicularis sinistra SIC VI & SIC
III line para sternalis Sinistra.
Auskultasi : Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal,
reguler (+/+), murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN (Ins-Aus-Pal-Per) :
Inspeksi : perut tampak datar, simetris, venektasi (-),
caput medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), Defans Muscular
(-) , Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran, Undulasi (-),
shifting dullness (-)
EKSTREMITAS :
Edema (-), CRT < 3detik
Akral hangat
Eritem palmaris (-)
12. PEMERIKSAAN PENUNJANG
16
Laboratorium
1. Darah
HB : 13.0 gr%
Leukosit : 9.800 K/ul
Trombosit : 207 K/ul
Eritrosit :-
Eosinofi :-
Basofil :-
Neutrofil batang : -
NeutrofilSegem : -
Dll :-
Gula darah :-
Ureum : 2.7mg/dl
Creatinin : 100 mg/dl
SGOT : 42 U/L
SGPT : 36 U/L
Bilirubin :-
Elektrolit :-
17
2. Urin : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Feses : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. USG : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Rongent Thoraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. EKG : Terlampir
7. Endoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
13. RESUME
Tn. SB 61 tahun datang ke RSUD BANGKINANG dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 minggu yang lalu dan memberat 1 hari belakangan. Riwayat
batuk (-), riwayat tidur dengan menggunakan 3 bantal (+), sesak saat kekamar
mandi atau aktifitas ringan (+), Paroksismal Nokturnal Dyspnue (+), sesak
saat istirahat (+), nusea (-), vomitus (-) dan nyeri epigastrium (+). Pasien
mengaku pernah didiagnosis sakit jantung. Pasien sudah pernah di diagnosis
COPD, Riwayat hipertensi (+), Riwayat DM (+). Konsumsi makanan
berlemak (+) dan olahraga tidak teratur. Foto thorax adanya kardiomegali,
gambaran EKG ditemukan gambaran (Q-S) pada lead V1-V3 (OMI).
16-3-2017 S/ sesak (+), badan terasa lemas (+), dan kaki Tirah Baring
Diet Jantung III ML
bengkak (+), nyeri tengkuk (+), tidak bisa tidur (+), O2 2-3 L
mual (-), dan nafsu makan (+), muntah (-),.BAB IVFD NACL 0.9% 20 tpm
Inj. Furosemid 1 amp/6jam
(+), BAK (+) berwarna kuning jernih, mudah lelah Inj. OMZ 1 amp/24 jam
(+) Renosteril 3x1
CPG 1x1
ISDN 3x1
O/ Ku: Pasien tampak sakit Sedang
T : 36,80C RR : 20x/i
Status lokalis
KEPALA :
Paru
17-3-2017 S/ sesak (+) berkurang, kaki bengkak (+) berkurang, Tirah Baring
Diet Jantung III ML
nyeri tengkuk (+), sudah bisa tidur, mual (-), dan O2 2-3 L
nafsu makan (+), muntah (-), BAB (-) udah 1 hari, IVFD NACL 0.9% 20 tpm
Inj. Furosemid 1 amp/6jam
BAK (+) berwarna kuning jernih, mudah lelah (+), Inj. OMZ 1 amp/24 jam
kulit di lipatan payudara gatal, dan kemerahan. Renosteril 3x1
CPG 1x1
ISDN 3x1
O/ Ku: Pasien tampak sakit Sedang
T : 36,50C RR : 20x/I
Status lokalis
KEPALA :
Paru
18-3-2017 S/ sesak (-), kaki bengkak (-), nyeri tengkuk (-), Tirah Baring
Diet Jantung III ML
sudah bisa tidur, mual (-), dan nafsu makan (+), O2 2-3 L
muntah (-), BAB (-) udah 2 hari, BAK (+) IVFD NACL 0.9% 20 tpm
Inj. Furosemid 1 amp/6jam
berwarna kuning jernih, mudah lelah (+), kulit di Inj. OMZ 1 amp/24 jam
lipatan payudara gatal, dan kemerahan, sudah di Renosteril 3x1
CPG 1x1
lihat oleh dokter kulit. ISDN 3x1
T : 36,60C RR : 20x/i
Status lokalis
KEPALA :
Paru
19-3-2017 S/ tidak ada keluhan, BAB (+) , nafsu makan baik Tirah Baring
Diet Jantung III ML
O/ Ku: Pasien tampak sakit ringan O2 2-3 L
IVFD NACL 0.9% 20 tpm
Inj. Furosemid 1 amp/6jam
Kes: kompos mentis GCS : E4 V5 M6 15 Inj. OMZ 1 amp/24 jam
Renosteril 3x1
TD : 130/70 mmHg HR : 80x/i CPG 1x1
ISDN 3x1
Spinorolakton 1x1
T : 36,50C RR : 20x/i Amlodipin 10mg 1x1
Fargoxin 1x1
Kepala : Mata KA-/- SI -/-
Status lokalis
KEPALA :
Paru
BAB IV
PEMBAHASAN
semakin berat 1 hari SMRS. Sesak tidak berkurang saat istirahat, sesak menjadi hebat
saat malam hari. 1 hari SMRS sesak semakin hebat dan nyeri dada disebelah kiri.,
nyeri dirasakan sekitar 10-20 menit, >5x sehari, nyerinya seperti ditusuk-tusuk.
yang sama. Tidak pernah olahraga. Riwayat konsumsi makanan yang berlemak,
darah saat masuk IGD 125/58, setelah dibangsal Pada rontgen thorax ditemukan
Pasien ini mempunyai masalah yaitu CHF dan HHD. Diagnosis pada pasien
adalah CHF dengan penyebabnya adalah HHD. Diagnosis CHF ditegakkan dengan
dispnea dan peningkatan JVP serta terdapat 2 kriteria minor yaitu edema tungkai dan
dan pada ekg terdapat gambaran LVH. Pasien juga datang dengan NYHA III-IV,
dimana pasien mengeluhkan sesak bahkan saat istirahat. Etiologi pada pasien ini
HHD adalah faktor resiko utama terjadinya mortalitas dan morbiditas dari
penyakit kardiovaskuler. Pasien dengan tekanan darah yang tinggi yang terus
menerus, misalnya karena tidak terkontrol, mempunyai kelainan pada struktur dan
fungsi jantung, yaitu LVH, disfungsi sistolik dan diastolik serta menyebabkan CHF.
CHF.14 Tekanan darah yang tinggi mengakibatkan terjadinya CHF karena LVH dan
otot jantung mengalami penebalan yang mengurangi efektivitas relaksasi otot jantung
dengan denyut jantung. Ini membuat jantung sulit untuk memompakan darah ke
diagnosis banding ini dapat di di kesampingkan karena pada PPOK tidak adanya data
pasien merokok aktif, tidak adanya data kenaikan leukosit bukti pasien sesak
diakibatkan oleh infeksi dan tidak dilakukannya Spirometri Test sebagai gold standar
penegakan diagnosis. Sedangkan pada kasus ini walaupun ditemukan kenaikan ureum
dan kreatinin namun tidak bisa menegakkan diagnosis CKD karena setelah dilakukan
pemeriksaan CCT pada serum kreatinin urin didapatkan hasiil ≥ 31% kerusakan
ginjal dengan LFG turun sedang namun tidak didukung dengan penghitungan jumlah
urin 24 jam ditambah lagi karena pasien dalam pengobatan menggunakan diuretik
DAFTAR PUSTAKA