Lindi (leachate) adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa
materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah
(Damanhuri,2010). Lindi dapat meresap ke dalam tanah yang menyebabkan pencemaran tanah
dan air tanah secara langsung karena dalam lindi terdapat berbagai senyawa kimia organik dan
anorganik serta sejumlah pathogen (Susanto,2004). Untuk menanggulangi permasalahan lindi
diperlukan upaya pengolahan lindi di lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
TPA menjadi tempat penampungan berbagai macam sampah sehingga lindi mengandung
berbagai jenis bahan pencemar yang berpotensi mengganggu lingkungan dan kesehatan manusia.
Air lindi dapat merembes ke dalam tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara
pada aliran air sungai. Setiap TPA memiliki karakteristik air lindi yang berbeda tergantungdari
proses yang terjadi di dalam landfill, yang meliputi proses fisika, kimia dan biologis. Al-Wabel
dkk. (2011) yang melakukan penelitian mengenai karakteristik lindi di TPA di Kota Riyadh,
Saudi Arabia menemukan bahwa lindi di lokasi tersebut mengandung Chemical Oxygen
Demand(COD), Biology Oxygen Demand (BOD), Electrical Conductivity(EC), Total Suspended
Solid(TSS) dengan konsentrasi yang tinggi tetapi memiliki nilai pH yang rendah. Selain itu, lindi
di TPA Kota Riyadh mengandung Fe, Mn, Mo, Ni,Cr,Zn dan Cu. Zubair dkk (2012), menemukan
bahwa hasil pengujian sampel air lindi di TPA Maros Sulawesi Selatan memiliki nilai COD,
BOD dan TSS yang tinggi. Radzuan dkk.(2005)melakukan
Pengolahan lindi merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan pengelolaan sampah
secara terpadu dan berwawasan lingkungan. Air lindi merupakan air dengan konsentrasi
kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang
masuk ke dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain
kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak
ditangani dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat
mencemari air tanah di sekitar landfill.
Lindi adalah limbah cair sebagai akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan
limbah/sampah kemudian membilas dan melarutkan materi yang ada dalam timbunan tersebut,
sehingga memiliki variasi kandungan polutan organik dan anorganik. Saat air hujan kontak
dengan lahan sampah, sebagian air hilang menjadi limpasan dan mengalami evapotranspirasi.
Sisa dari air tersebut masuk (infiltrasi) ke dalam timbunan sampah. Lindi akan timbul ketika
kemampuan maksimum sampah menyerap air (field capacity).
Lindi yang timbul akan diperkirakan dengan menggunakan suatu program yang disebut
HELP versi 3 (Hydrologic Evaluation of Landfill Performance). Metode HELP adalah program
pemodelan hidrologi 2 dimensi untuk pergerakan air baik secara vertikal, lateral, melalui maupun
yang keluar dari landfill (TPA).
Model ini mengakomodasi data-data cuaca, jemis tanah, desain TPA dan
memperhitungkan solusi teknik untuk efek dari aliran permukaan (run off), infiltrasi,
evapotranspirasi, adanya tumbuhan, kemampuan tanah menyerap air, drainase lindi, resirkulasi
lindi, dan adanya lapisan geomembran dan komposit.
Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi tahapan pengoperasian sanitary landfill, yaitu :
Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya) :Dalam kondisi ini sampah telah
dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk mengurangi infiltrasi
air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang
Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian) : dalam tahapan ini, bagian-bagian yang
belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang sudah dipersiapkan maupun sampah
yang hanya ditutup tanah penutup harian, akan meresapkan sejumlah air hujan yang lebih
besar.
Dari keterangan di atas terlihat betapa pentingnya suatu tanah penutup akhir dan metoda
penimbunan yang baik dalam usaha meminimumkan produksi lindi. Perkiraan produksi lindi
diperlukan untuk :
Menentukan dimensi bangunan pengolah lindi, dan
Menentukan dimensi jaringan pengumpul.
D. Komposisi Lindi
Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada aktivitas secara
fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah. Sangat sulit untuk menyimpulkan atau
mendefinisikan karakteristik lindi di TPA.
Variasi penggambaran kontaminan dari lindi telah ada dalam berbagai macam literatur
untuk beberapa kondisi di lokasi yang berbeda. Rentang jumlah kontaminan yang cukup jauh
manunjukkan sulitnya mendefinisikan atau memprediksikan komposisi tipikal dari berbagai
macam kontaminan yang ada dalam lindi.
Variasi komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam sebab antara lain interaksi
antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari lahan, iklim, musim dan
air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan tinggi setiap sel, kedalaman keseluruhan
timbunan, tanah penutup dan kompaksi sampah juga turut berpengaruh. Setelah lindi keluar dari
timbunan sampah, komposisi lindi dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah.
5. Minimasi Lindi
Lahan urug biasanya terletak di luar kota, dan kadangkala berdekatan dengan perumahan
penduduk yang belum terjangkau oleh sistem pelayanan air minum yang layak (seperti
PDAM), sehingga masalah pencemaran lindi perlu dipertimbangkan
Intensitas hujan di Indonesia cukup tinggi.
Sistem pengumpul lindi yang umum digunakan adalah menggunakan pipa berlubang yang
ditempatkan dalam saluran, kemudian diselubungi batuan. Cara ini paling banyak digunakan
pada landfill Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis dan di dalamnya disusun
batu kali kosong.
Fasilitas-fasilitas pengumpulan lindi dengan menggunakan pipa secara umum adalah sebagai
berikut :
i. Slope teras
Untuk mencegah akumulasi lindi di dasar suatu lahan urug, dasar lahan urug ditata
menjadi susunan teras-teras dengan kemiringan tertentu (1-5%) sehingga lindi akan
mengalir ke saluran pengumpul (0,5-1%). Untuk mengalirkan lindi ke unit pengolahan
atau resirkulasi setiap saluran pengumpul dilengkapi dengan pipa berlubang. Kemiringan
dan panjang maksimum saluran pengumpul dirancang berdasarkan kapasitas fasilitas
saluran pengumpul. Untuk memperkirakan kapasitas fasilitas saluran pengumpul
dipergunakan persamaan Manning.
ii. Piped Bottom
Dasar lahan urug dibagi menjadi beberapa persegi panjang yang dipisahkan oleh pemisah
tanah liat. Lebar pemisah tersebut tergantung dari lebar sel. Pipa-pipa pengumpul lindi
ditempatkan sejajar dengan panjang sel dan diletakkan langsung pada geomembrane.
6. Penutup Akhir
1. Meminimasi infiltrasi air hujan ke dalam tumpukan sampah setelah lahan urug selesai
dipakai
2. Mengontrol emisi gas dari lahan urug ke lingkungan
3. Mengontrol binatang dan vektor-vektor penyakit yang dapat menyebabkan penyakit pada
ekosistem
4. Mengurangi resiko kebakaran
5. Menyediakan permukaan yang cocok untuk berbagai kegunaan setelah lahan urug selesai
digunakan, seperti untuk taman rekreasi dan lain-lain
6. Elemen utama dalam reklamasi lahan
7. Mencegah kemungkinan erosi
Sistem penutup akhir lahan urug terdiri dari beberapa bagian. Bagian atas biasanya beberapa
tanah yang berfungsi sebagai pelindung dan media pendukung tanaman (top soil). Apabila tanah
yang terdapat di lokasi tidak memenuhi persyaratan maka diperlukan perbaikan. Perbaikan ini
dilakukan dengan cara mencampur atau mengganti tanah tersebut dengan tanah dari lokasi lain.
Tebal lapisan top soil ini adalah 60 cm.
Lapisan di bawah top soil berfungsi sebagai sistem drainase. Lapisan ini menyalurkan sebanyak
mungkin presipitasi yang masuk sehingga tidak mengalir ke lapisan di bawahnya. Materi yang
biasa digunakan berupa materi berpori, seperti: pasir, kerikil, dan bahan sintetis, seperti geonet.
Tebal lapisan ini sekitar 30 cm.
Berikutnya adalah lapisan penahan. Materi yang biasa digunakan adalah geokomposit
(geomembrane dan tanah liat yang dipadatkan). Ketebalan geomembrane yang dianjurkan adalah
lebih besar dari 2,5 mm, sedangkan untuk tanah liat adalah lebih besar dari 50 cm.
Di bawah lapisan penahan terdapat lapisan sistem ventilasi gas. Sistem ini mutlak diperlukan
untuk sampah kota, karena sebagian besar sampah tersebut merupakan bahan organik yang dapat
diuraikan secara biologis. Dalam kondisi aerob, gas yang dihasilkan sebagian besar berupa
karbon dioksida dan methan; oleh karena itu pemanfaatan gas bio tersebut dapat dijadikan suatu
alternatif sumber energi.
Lapisan sistem ventilasi gas terdiri dari media berpori seperti pasir/kerikil atau berupa sistem
perpipaan. Lapisan terbawah dari sistem penutup akhir adalah lapisan subgrade. Lapisan ini
dibutuhkan untuk meningkatkan kestabilan permukaan lahan urug. Selain itu lapisan ini
membantu pembentukan kemiringan yang diinginkan guna mempercepat drainase lateral dan
mengurangi tinggi hidrolis. Ketebalan lapisan ini biasanya 30 cm.
Selain sistem penutup akhir tersebut, untuk mengurangi limpasan air yang masuk ke dalam lahan
urug, dilakukan pengaturan kemiringan, juga dilengkapi dengan drainase permukaan dan
penanaman tanaman.
7. Pengolahan Lindi
Dari segi komponen, kandungan pada lindi tidak berbeda dengan air buangan domestik.
Namun zat organik yang terkandung pada lindi dari timbunan sampah domestik sangat tinggi
konsentrasinya. Hal ini ditunjukkan dari sangat tingginya kadar BOD 5 pada lindi yaitu sekitar
2000-30.000. Sistem pengolahan lindi dibagi menjadi dua tingkat, yaitu pengolahan sekunder
dan pengolahan tersier.
Untuk pengolahan sekunder akan diuraikan gambaran singkat tentang unit kolam stabilisasi
(fakultatif dan anaerob) dan kolam aerasi. Adapun pengolahan tersier akan diuraikan gambaran
singkat tentang land treatment dan intermitten sand filter