Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan

nomos yang berarti hukum alam. Di Amerika Serikat, ergonomi disebut sebagai

“human faktor engineering”. Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang

ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan

desain perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi terkait dengan optimasi,

efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja.

Dalam ergonomi diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas

kerja dan lingkungannya, saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu

menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Setiap pekerjaan yang

dilakukan, apabila tidak dilakukan dengan ergonomis akan mengakibatkan

ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan meningkatnya penyakit akibat


kerja, performansi kerja menurun yang berakibat kepada efisiensi dan penurunan

daya kerja (Tarwaka dkk., 2004).

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun

(design) maupun rancang ulang (redesign). Hal ini dapat meliputi perangkat keras,

seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (branches), platform kursi,

pegangan alat kerja (work holders), sistem pengendali (controls), alat peraga

(display), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain (Nurmianto, 2008).

2.4.2 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan ergonomi, yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui kualitas kontak sosial, mengelola


dan mengkoordinir kerja secara tepat guna meningkatkan jaminan sosial baik

selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekonomis,

antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga

tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka dkk., 2004).

2.5 NORDIC BODY MAP (NBM)

Corlett (1992) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa salah satu

alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber

penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body

map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat

keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Melihat

dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.3, maka dapat diestimasi jenis
dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Gambar 2.3 Nordic Body Map Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka dkk., 2004

2.6 BEBAN KERJA

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh

seseorang harus sesuai dan seimbang baik tehadap kemampuan fisik, kemampuan

kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.

2.6.1 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Rodahl (1998), Adiputra (1998), dan Manuaba (2000) dalam (Tarwaka

dkk., 2004) menyatakan bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan

kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Berikut ini merupakan faktor eksternal dan

internal yang mempengaruhi beban kerja.


1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar

tubuh pekerja. Jenis beban kerja, yaitu:

a. Tugas (task)

Tugas yang dilakukan baik itu yang berupa aktivitas fisik (stasiun kerja, tata

letak ruangan, peralatan dan perlengkapan kerja, sikap kerja, cara angkat dan

angkut beban, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk display control,

aliran kerja, dan lain-lain) maupun tugas yang bersifat mental seperti,

kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi

tingkat emosi pekerja dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

b. Organisasi kerja

Organisasi kerja meliputi waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja

malam, sistem pengupahan, sistem kerja, struktur organisasi, dan lain-lain.


c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja

adalah lingkungan kerja fisik seperti mikroklimat (suhu dan kelembaban

udara), intensitas penerangan, dan kebisingan; lingkungan kimiawi (debu, uap

logam, fume dalam udara, dan lain-lain); lingkungan biologis (bakteri, virus,

jamur, dan lain-lain); lingkungan psikologis (pemilihan dan penempatan tenaga

kerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga, dan pekerja dengan

lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja.

2. Beban Kerja Karena Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh pekerja itu

sendiri sebagai akibat adanya reaksi terhadap faktor eksternal. Reaksi tubuh

tersebut dikenal dengan istilah strain. Berat ringannya strain dapat dinilai secara

subjektif maupun secara objektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui


perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan dengan

melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Oleh karena itu,

strain secara subjektif terkait dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian

subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal, yaitu:

a. Faktor somatik (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status

gizi).

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keingian, kepuasan, dan lain

Anda mungkin juga menyukai