Anda di halaman 1dari 48

TEKNIK PENGOLAHAN

LIMBAH PADAT
MENJADI KOMPOS
KELOMPOK 6

◉ Audrey Faiza Rosa 1611211023


◉ Ihsanul Jamil 1611211005
◉ Silvia Lestari 1611211050
◉ Erlina 1611212002
◉ Khoridatul Hasindah 1611212028
◉ Rivanni Aftanisa 1611213029
◉ M. Ibnul fajri 1611212047
◉ Vina Rahmalia 1611213007
◉ Kurnia Malasari 1611216047
Pengertian dan Klasifikasi
Limbah Padat
1
Pengertian Limbah Padat

◉ Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa


padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses
pengolahan
◉ Limbah padat juga berasal dari kegiatan domestik. Limbah
domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum
Klasifikasi Limbah Padat

◉ Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi


basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau
terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur,
sampah sayuran, kulit buah-buahan
◉ Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu
limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai
oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu:
selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.
Klasifikasi Limbah Padat
◉ Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah
membusuk.
◉ Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
◉ Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas
dan plastik.
◉ Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal
daribuangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
Sifat dan Karakteristik
Limbah Padat
2

Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi
sifat fisik, kimia, dan biologis. Pengujian karakteristik sampah
dapat digunakan untuk menentukan fasilitas pengolahan, untuk
memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali sampah untuk
energi dan merencanakan fasilitas pembuangan akhir. Kekhasan
sampah dari beberapa tempat atau jenisnya berbeda sehingga
memungkinkan memiliki sifat yang berbeda juga.
Karakteristik Fisik
1. Berat jenis
Merupakan berat material per satuan volume. Nilai berat jenis dapat
berbeda karena dipengaruhi oleh lokasi geografis, musim tiap tahun, dan
lamanya waktu. penyimpanan. Menurut pengamatan di lapangan, berat
jenis sampah yang terukur akan tergantung pada sarana pengumpul dan
pengangkut wadah yang digunakan
◉ Sampah di wadah sampah rumah : 0,15-0,20 ton/m3
◉ Sampah di gerobak sampah : 0,25-0,40 ton/m3
◉ Sampah di truk terbuka : 0,25-0,40 ton/m3
◉ Sampah di TPA dengan pemadatan konvensional : 0,50-0,60 ton/m3
Karakterisktik Fisik

2. Kadar air
Kandungan air limbah padat biasanya dinyatakan dalam salah
satu dari dua cara. Dalam metode berat basah pengukuran,
kelembaban dalam sampel dinyatakan sebagai persentase
berat basah bahan sedangkan dalam metode berat kering, itu
dinyatakan sebagai persentase dari berat kering bahan.
Metode berat basah yang paling umum digunakan di bidang
pengelolaan limbah padat
Karakteristik Kimia
1. Proximate analysis
Perkiraan analisis untuk komponen-komponen limbah padat meliputi uji:
◉ Moisture (hilangnya uap air ketika dipanaskan sampai 105ºCuntuk 1
jam).
◉ Volatile combustible matter (tambahan kehilangan berat
padapembakaran di 950ºC dalam wadah tertutup).
◉ Fixed karbon (mudah terbakar sisa setelah bahan mudahmenguap
dihapus).
◉ Abu (berat residu setelah pembakaran dalam wadah terbuka).
Karakteristik Kimia

2. Ultimate Analysis
Analisis akhir sebuah komponen limbah biasanya
melibatkan penentuan persen C (karbon), H (hidrogen), O
(oksigen), N (nitrogen), S (belerang), dan abu. Hasil analisis
akhir digunakan untuk menandai komposisi kimia dari materi
organik di limbah padat. Selain itu juga digunakan untuk
menentukan campuran yang tepat untuk bahan limbah yang
sesuai dengan C / N rasio untuk proses konversi biologis.
Karakteristik Biologi

◉ Biodegradibilitas
◉ Produksi bau
◉ Perkembangbiakan lalat.
Penanganan Limbah Padat
3
Penanganan Limbah Padat

◉ Replace, usaha dalam mengurangi pencemaran menggunakan barang-


barang ramah lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun untuk
pembungkus dibandingkan dengan plastik, kemudian mengganti
kantong plastik yang sulit hancur dengan plastic biodegradable.
◉ Reduce, usaha mengurangi pencemaran yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan barang-barang ramah lingkungan. Contohnya
membawa tas belanja dari rumah ketika berbelanja, kemudian membeli
isi ulang deterjen, atau membeli kebutuhan sehari-hari pada kemasan
besar dan lainnya.
Penanganan Limbah Padat

◉ Reuse, usaha dalam mengurangi pencemaran lingkungan menggunakan


cara serta memanfaatkan kembali barang-barang bekas yang
seharusnya dibuang. Contohnya memanfaatkan botol ataupun kaleng
bekas untuk wadah, kemudian memanfaatkan kain perca dan
membuatnya menjadi keset maupun lainnya.
◉ Recycle, usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan
menggunakan cara mendaur ulang berbagai jenis sampah melalui
teknologi serta penanganan khusus. Contohnya plastik bekas didaur
ulang menjadi ember, gantungan baju, maupun pot tanaman.
Pengolahan Limbah Padat
4
Penimbunan
◉ Open Dumping, metode penimbunan terbuka dimana sampah
dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada
suatu lahan, biasanya di lokasi TPA.
◉ Sanitary Landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan
lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan
lapisan tanah tipis setiap hari. Metode ini dilengkpi dengan pipa-pipa
saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk
dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.
Insenerasi

◉ Merupakanpembakaran limbah padat menggunakan suatu alat yang


disebut insinerator.
◉ Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang
sangat banyak, bisa mencapai 90 %. proses insinerasi menghasilkan
panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk
memanaskan ruangan.
◉ Kelemahan metode insinerasi adalah biaya operasi. yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi
pencemar udara serta abu pembakaran yang kemungkinan
mengandung senyawa berbahaya.
Pembuatan Kompos

◉ Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran,
daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/
penguraian oleh mikroorganisme tertentu
◉ Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan
zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada
dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang
dibutuhkan tanaman.
◉ Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk
mengurangi timbunan sampah organik
Daur Ulang

◉ Limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk


baru.
◉ Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah
karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali.
◉ Contoh limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca,
plastik, karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
Pengomposan
4
◉ Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia
dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang
rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N
sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20.
◉ Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan
terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut
terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses
perombakan berlangsung.
◉ Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan
mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik
Tujuan Pengomposan

◉ Mengubah bahan organik yang biodegradable


menjadi bahan yang secara biologi bersifat stabil.
◉ Jika proses pembuatannya secara aero, maka
proses ini akan membunuh bakteri patogen, telur
serangga, dan mikroorganisme lain yang tidak
tahan pada temperatur di atas temperatur
normal
◉ Menghasilkan produk yang dapat digunakan
untuk memperbaiki sifat tanah.
Manfaat Kompos

◉ Memperkaya bahan makanan untuk tanaman


◉ Memperbesar daya ikat tanah berpasir
◉ Memperbaiki struktur tanah berlempung
◉ Mempertinggi kemampuan menyimpan air
◉ Memperbaiki drainase dan porositas tanah
◉ Menjaga suhu tanah agar stabil
◉ Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara.
◉ Dapat meningkatkan pengaruh pupuk buatan
Teknik Pengomposan
5
Pilihan Teknis Pengolahan Sampah Organik

Aerator Bambu Books Bata Keranjang Susun


1. Teknik Aerator Bambu
Teknik widow/aerator bambu dibuat dengan menimbun sampah organik di
atas sebuah konstruksi segitiga bambu yang dipasangi bilah memanjang pada
dua sisi segitiga itu, sehingga udara mengalir diatas rongga. Dengan demikian
kebutuhan oksigen untuk komposting.
3. Sampah ditimbun selama
1. Sampah organik yang 2. Ditimbun dalam aerator
30 hari dengan dilakukan
sudah dipilah bambu, tinggi max. 120 cm
monitoring

4. Setelah umur 30 hari,


timbunan dibongkar

5. Masa pematangan kompos


15 hari
Parameter Kelebihan & Kekurangan

Kriteria 600 KK
Ukuran/unit (pxlxt) 2,5m/1,6m/1,1m ◉ Membutuhkan ruang yang
Umur komposting 30 hari besar.
Luasan yang dibutuhkan 103 m² ◉ Cenderung tidak rapi dan
Jumlah unit 14 windrow membutuhkan disiplin
Kapasitas ± 1 ton/unit dalam operasional-
Jumlah pekerja >3 or monitoring
Biaya total Rp 200.000,- /unit ◉ Perlu berkala memutar
Rp 2.800.000,-
aduk kompos
Material Bambu, paku, kayu
ukuran 5/7
Desain aerator bambu

Contoh desain aerator bambu Contoh layout aerator bambu


2. Teknik Bata Berongga
Teknik box komposting ini dilakukan dengan
menimbun sampah organik di dalam struktur bata
berongga.
Mengalirkan udara dala m timbunan sampah
tersebut melalui pipa-pipa berpori
Kontruksi ini mengaliran udara di dalam timbunan
sampah tersebut melalui:
◉ Lubang-lubang di dinding
◉ Pipa-pipa vertikal dalam tumpukan Pipa berpori Dinding batu
◉ Lubang antar pipa pada bagian dasar adalah bata
sebagai saluran dari air dalam tumpukan
sampah di dalam box
Alur Kerja

Sampah organik yang dengan ukuran partikel 3-5


cm

Ditimbun didalam box, satu layer tiap hari, tinggi


setiap lapisan 20 cm (selebar papan kayu)
Sampah organik ditimbun dalam boks
bata secara merata Sampah dikomposkan selama 30 hari, dilakukan
monitoring sesuai kondisi fisik kompos

Setelah umur 30 hari, timbunan dibongkar lalu


diangin-anginkan

Masa ematangan kompos 15 hari

Penimbunan dilakukan secara lapis


perlapis (20cm)
Parameter Desain Kelebihan & Kekurangan
Plus & Minus
Kriteria 600KK
++
Ukuran/unit 5m/1,2 m/1,2m
(p xl xt) • Sedikit waktu dan tenagakerja operasional
Umur 30hari danmonitoring
Luasanyg 84m² • Rapidan terstrukturprosesnya
dibutuhka • Kokohkesankuat
n
Jumlahunit 7unit
Kapasitas ±2ton/unit
--
JumlahPekerja 2-3orang • Biayainvestasitinggi
Biaya Rp2.500.000,-/unit • Membutuhkan banyakruang
Total Rp17.500.000,- • Konstruksipermanen dantidak mudah diubah
setelah dibangun
Material Batu bata, pipa ¾’,pipa
berpori 4”
Desain Box Bata Berongga
3. Teknik Keranjang Susun
Alur Komposting
◉ Metode komposting ini dilakukan
dengan menimbun sampah Sampah organik yang sudah digiling dituangkan
organik kedalam keranjang ke dalam keranjang, sisi dalam diselubungi
plastik, sisi luar diselubungi karung.
berongga, (dapat terbuat dari
plastik atau bambu). Disusun dalam tumpukan sebanyak 5 keranjang,
◉ Ukuran box P= 60 cm, L= 43 cm. T= dikomposkan 30 hari dan dilakukan monitoring
perlakuan sesuai kondisi kompos.
30 cm.
◉ Bagian dasar keranjang berlubang Setelah umur 30 hari, timbunan dibongkar
sebagai cara untuk mengalirkan
kelebihan air dari komposting. Masa pematangan kompos 15 hari
Kelebihan &
Parameter Desain
Kekurangan
Plus & Minus
Kriteria 600 KK
Ukuran/uni 0,6m/0,43 m/0,3 m +
t (p x l xt) ◉ Hanya utuh sedikit ruang
Umur 30 hari ◉ Biaya investasi sedang
Luasan yang 65m²
◉ Proses yang rapi dan praktis
dibutuhkan
Jumlah unit 138 unit -
Kapasitas 50-90 kg/keranjang ◉ Perlu banyak pekerja
Jumlah Pekerja >8 orang ◉ Monitoring kompleks, sebab
Biaya Rp 100.000,-/unit tiap-tiap kotak perlu untuk
Total Rp13.800.000,- dimonitor
Material Keranjang
plastik, selimut ◉ Waktu pemeliharaan lebih lama
kain
Desain Keranjang susun
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
teknik pengomposan

◉ Volume sampah yang dihasilkan seluruh pengguna


◉ Frekuensi pengangkutan
◉ Luas lahan yang tersedia
◉ Jumlah tenaga kerja akan diperkerjakan
◉ Waktu yang tersedia untuk melakukan komposting
◉ Pertambahan pelanggan, jika masih ada ruang
◉ Bsar anggaran yang tersedia
Memulai Pengomposan

◉ Tidak semua bahan bisa dikompokan, hanyak sampah


organik yang bersumber dari tanaman atau hewan yang
dapat dikomposakan seperti, sampah sayuran, dedaunan,
kulit telur, limbah buah-buahan, serbuk kayu, kotoran
ternak (sapi, kambing, unggas)
◉ Sampah organik yang dikomposkan tersebut dapat
dicampurkan/ ditambahkan arang sekam dan kotoran sapi.
Pemantauan Proses Pengomposan
1. MonitoringSuhu 2. MonitoringKelembaban

Buatlah lubang dgn tongkat kayu, Ambil segenggam komposdari timbunan


Masukkan termometer & diamkan 1menit Remassekuatnya, lepaskan remasan Bila
Tarik termometer segera satat suhunya basah/sisa air = kelembaban bagus Bila
air menetes dari remasan = basah Bila
3. Monitoring KandunganO2 tidak ada sisabasah = kering
Tusukkantongkat sensorketimbunan Lihat angka
yang tertera pada alat Catat angkanya
Pemanfaatan Hasil
Pengomposan
6
Aspek Ekonomi

◉ Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan


limbah
◉ Mengurangi volume/ukuran limbah
◉ Memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bahan asalnya
Aspek Lingkungan

◉ Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan


pelepasan gas metana dari sampah organik yang
membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
◉ Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi Tanah/Tanaman
◉ Meningkatkan kesuburan tanah
◉ Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
◉ Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
◉ Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
◉ Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
◉ Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
◉ Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
◉ Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pengomposan Skala
RT 7
◉ Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan berupa berupa
transfer teknologi tentang pembuatan kompos sebagai upaya
memanfaatkan potensi lingkungan sekitar berupa sisa sampah organik.
◉ Pada pembuatan kompos ini digunakan limbah bahan organik yang
pada umumnya ada disekitar lingkungan masyarakat , seperti
dedaunan, bonggol pisang, kotoran sapi.
◉ Transfer teknologi pembuatan pupuk kompos memberikan manfaat
yang besar masyarakat yaitu adanya peningkatan pengetahuan tentang
manfaat bahan sisa sampah organik sebagi bahan baku pembuatan
pupuk kompos.
◉ Pemberdayaan ini bertujuan agar masyarakat kedepannya warga
bisa membuat sendiri pupuk kompos dari bahan-bahan organik
yang ada disekitar mereka.
◉ Hal ini juga dalam rangka untuk mencapai kemandirian masyarakat
untuk memanfaatkan potensi yang ada disekitar sebagai bahan
baku pupuk organik untuk mendukung mewujudkan ketahanan
pangan antara lain melalui pemanfaatan pekarangan dengan
tanaman sayuran.
THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai