Disusun Oleh :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Hidayah dan Inayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Penyakit Stroke
Haemorrhagik dan Non haemorragik” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular Kelas A1 IKM 2016.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan menjadi salah satu
pemenuhan Tugas Kelompok. Sebagai penanggung jawab dan penulis makalah
ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaaan lebih
lanjut pada masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menjadi media
untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi serta semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Pelayanan kesehatan yang tidak mudah dicapai (Accitable) oleh
masyarakat Pengertian ketercapaian yang di maksud di sini terutama
dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka peraturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting. Pelayanan kesehatan yang berkonsentrasi di daerah
perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d. Kesehatan yang mudah dicapai (Affordable) oleh masyarakat.
Pengertian keterjangkauan yang di maksud di sini terutama dari
sudut biaya untuk dapat mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya
mungkin dinikmati oleh sebagaian kecil masyarakat saja bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
e. Pelayanan kesehatan yang bermutu (Quality).
Pengertian mutu yang di maksud disini adalah yang menunjukkan
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain
tentu cara penyelenggaranya sesuai dengan kode etik serta standar yang
telah ditetapkan.
4
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Berdasarkan kelasnya, di dalam pasal 4 Bab III KMK No.340 dijelaskan
bahwa terdapat 4 tipe rumah sakit sesuai dengan kelas pelayanan dan cakupan
wilayah pelayanan kesehatan yang diberikan. Terdiri dari rumah sakit tipe A, Tipe
B, Tipe C dan Tipe D. Dimana untuk yang membedakan keempat kelas tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
f. Administrasi umum dan keuangan
5
Merupakan rumah sakit yang masih termasuk dalam pelayanan
kesehatan tingkat tersier yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis. Juga menjadi rujukan lanjutan dari rumah sakit tipe C.
c. Rumah Sakit tipe C
Adalah rumah Sakit yang merupakan rujukan lanjutan setingkat
diatas dari dari pelayanan kesehatan primer. Pelayanan yang diberikan
sudah bersifat spesialis dan kadang juga memberikan pelayanan
subspesialis.
d. Rumah Sakit tipe D
Merupakan rumah sakit yang menyediakan pelayanan medis dasar,
hanya sebatas pada pelayanan kesehatan dasar yakni umum dan kesehatan
gigi. Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit
2 pelayanan medis dasar.
6
menunggu pasien, melakukan proses administrasi dan konsultasi dengan
tenaga medis.
c. Pengunjung Pasien
Merupakan pihak dari keluarga maupun kerabat pasien yang
mengunjungi pasien rawat inap. Secara umum aktivitas pengunjung pasien
adalah mengunjungi pasien dan berinteraksi dengan pasien dan tenaga
medis. Pasien, penunggu pasien dan pengunjung pasien dapat digolongkan
sebagai pengguna tidak tetap, yaitu pengguna yang beraktivitas dalam
rumah sakit untuk waktu relatif singkat.
d. Staf dan petugas medik
Adalah pihak yang melakukan aktivitas pelayanan medik seperti
dokter, perawat dan bagian rekam medik. Aktivitas staf atau petugas
medik secara umum adalah melakukan perawatan dan pengobatan pasien,
koordinasi/rapat dan membuat laporan kesehatan.
e. Staf atau Petugas Non Medik
Merupakan petugas yang melaksanakan aktivitas pelayanan non
medik antara lain kepala atau pimpinan rumah sakit (Direktur, Wakil
Direktur, Kepala Unit atau Instalasi), bagian pengelola yang melaksanakan
bagian administrasi dan bagian servis dan pengunjung yang mengurus
semua kegiatan dan pelayanan servis. Kegiatan atau aktivitas pimpinan
rumah sakit adalah memimpin pengelolaan rumah sakit, unit atau instalasi,
melakukan koordinasi/rapat dan mengembangkan rumah sakit, unit atau
instalasi. Kegiatan atau aktivitas bagian administrasi adalah melakukan
pekerjaan administratif dan keuangan, koordinasi atau rapat dan
pemasaran atau promosi. Aktivitas bagian servis secara umum adalah
melakukan pekerjaan servis dan pemeliharaan rumah sakit serta koordinasi
atau rapat
7
2.5 Zonasi di dalam Rumah Sakit
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2007), zonasi pada rumah
sakit terbagi menjadi tiga diantaranya zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan
penyakit, zonasi berdasarkan tingkat privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan:
a. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit
Meliputi area dengan risiko rendah, area dengan risiko sedang, area
dengan risiko tinggi dan area dengan risiko sangat tinggi. Area dengan
risiko rendah adalah ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis. Area dengan risiko
sedang adalah ruang rawat inap nonpenyakit menular dan rawat jalan.
Area dengan risiko tinggi adalah ruang isolasi, ruang ICU/ICCU,
laboratorium, pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat serta ruang
radiodiagnostik. Area dengan risiko sangat tinggi adalah ruang bedah,
IGD, ruang bersalin dan ruang patologi.
b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan
Meliputi area publik, area semi publik dan area privat. Area publik
merupakan area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar
rumah sakit, seperti poliklinik, IGD dan apotek. Area semi publik
merupakan area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima
beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi
medik. Area privat merupakan area yang memiliki batasan bagi
pengunjung rumah sakit, umumnya area tertutup, misalnya seperti
ICU/ICCU, instalasi bedah, instalasi kebidanan dan penyakit kandungan
dan ruang rawat inap.
c. Zonasi berdasarkan pelayanan
Meliputi zona pelayanan medik dan perawatan, zona penunjang
dan operasional serta zona penunjang umum dan administrasi. Zona
pelayanan medik dan perawatan yang terdiri dari Instalasi Rawat Jalan
(IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA),
Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU/PICU/NICU), Instalasi Bedah,
Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), Instalasi Kebidanan dan Penyakit
8
Kandungan. Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari Instalasi
Farmasi, Instalasi Radiodiagnostik, Laboratorium, Instalasi Sterilisasi
Pusat (Central Sterilization Supply Dept), Dapur Utama, Laundri,
Pemulasaraan Jenazah, Instalasi Sanitasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana
(IPS). Zona penunjang umum dan administrasi yang terdiri dari Bagian
Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian
Logistik/Gudang, Bagian Perencanaan dan Pengembangan (Renbang),
Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian
(Diklit), Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pengadaan,
Bagian Informasi dan Teknologi (IT).
9
dan pengobatan. Karena pasien tidak tinggal di Rumah Sakit,
maka pelayanan semacam ini dinamakan pelayanan rawat jalan
10
3. Pelayanan darurat (emergency)
a. Pelayanan administratif
b. Pelayanan Medis
Laboratorium Klinik
Radiologi (x-ray)
Farmasi
Gizi
12
d. Pelayanan keperawatan
13
ABC juga dapat dipergunakan untuk memprioritaskan jenis obat A
dalam seleksi obat dan keputusan pemesanan. Menurut Wolper dalam
Gusti (2012), analisis ABC dapat memberikan gambaran mengenai
pergerakan suatu produk dalam periode waktu tertentu dan juga untuk
mengidentifikasi pergeseran produk dan utilisasinya.
Menurut Siregar (2004), perlu dilakukan review sistem
pengendalian obat dengan analisis ABC secara periodik karena adanya
perubahan harga dan pemakaian yang dipengaruhi oleh trend penyakit
dan musim. Peninjauan analisis ABC dapat dilakukan di setiap
tahunnya bersamaan dengan dilakukannya perubahan terhadap
formularium.
Menurut WHO (1997), informasi yang diperoleh dalam analisis
ABC (kategori A, B, dan C) atau VEN (Vital, Esensial, dan Non-
esensial) dapat digunakan untuk mengembangkan evaluasi obat lebih
dalam lagi, misalnya jika analisis menunjukkan bahwa 30% dari
anggaran obat digunakan untuk pengadaan antibiotik, panitia dapat
memutuskan untuk memulai evaluasi dengan kelas obat ini. Golongan
obat yang telah diketahui bermasalah di masa lalu juga harus
diberikan prioritas tinggi dalam proses ini.
Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan yang
menggunakan prinsip PARETO: the critical few and the trivial many.
Idenya untuk memetakan fokus pada persediaan yang bernilai tinggi
(critical) dibandingkan yang bernilai rendah (trivial). Dengan analisa
ABC dapat diketahui berapa jumlah pemakaian terbanyak, investasi
terbesar, dan juga nilai kritis sediaan tersebut. Adapun perbekalan
farmasi kelompok A termasuk ke dalam kumulatif 70%, kelompok B
dalam kumulatif 71-90%, dan kategori kelompok C dalam kumulatif
90-100% (Febriawati, 2013)(13). Analisis ini memerlukan
perhitungan matematika sederhana dan penyusunan berdasarkan
persentase harga atau biaya yang harus dibayar untuk satu jenis obat
yang dibeli atau dipakai dengan urutan nilai tersebut dapat diperoleh
kontribusi tertentu terhadap total anggaran atau harga perbekalan.
14
Obat dalam kelompok A tidak boleh kosong dalam persediaan,
mengingat efek terapinya kepada pasien. Dalam keadaan tertentu
pemesanan bisa dilakukan dalam jumlah sedikit tetapi frekuensi
pemesanan lebih sering karena nilai investasinya besar. Adapun obat
dalam kelompok A ini berpotensi untuk mendatangkan keuntungan
yang besar pula untuk RS, maka diperlukan sebuah pengawasan dan
monitoring obat dengan ketat, pencatatan yang akurat dan lengkap,
serta pemantauan tetap oleh pengambil keputusan yang berpengaruh,
seperti halnya oleh kepala instalasi farmasi ataupun kepala logistik
secara langsung.
15
Oleh karena itu, penyelenggaan kegiatan rumah sakit, terdapat kegiatan-
kegiatan yang menimbulkan tanggung jawab pengelolaan atau manajemen
rumah sakit dan tanggung jawab para tenaga profesional kesehatan di
rumah sakit, yang terdiri: tanggung jawab pengelola rumah sakit; dan
tanggung tenaga kesehatan (dokter, perawat).
Kelima norma kesehatan tersebut menjadi tanggung jawab wajib bagi manajemen
rumah sakit dan bersifat hakiki yang menjadi nilai norma pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Hubungan rumah sakit dan pasien serta dokter sudah menjadi standar
Internasionl yang tercakup dalam “Hospital Patient’s Charter 1979, yang di
dalamnya tediri dari tiga norma mo-ral, yaitu: menghormati pasien; standar
profesi; dan fungsi dan tanggung jawab sosial untuk pelayanan kesehatan rumah
sakit. Pengelolaan rumah sakit harus selalu mengedepankan norma-norma
tersebut di atas sesuai dengan stan-dar internasional yang mengacu pada “Hospital
Patient’s Charter 1979” yang diperluas dengan keberlakuan dengan “The
Declaration of Lisbon 1981”, yang mengatur berkaitan dengan berba-gai hak dan
kewajiban pasien dan dokter atau rumah sakit.
16
Saat ini, tugas, fungsi dan kewajiban serta penyelenggaraan rumah sakit di
Indonesia, diatur dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Sehubungan dengan tugas dan fungsi ru-mah sakit tersebut, maka rumah sakit
mempu-nyai kewajiban-kewajiban, yaitu hal-hal yang harus diperbuat atau
sesuatu hal yang harus dilaksanakan. Kewajiban terdiri kewajiban sem-purna dan
kewajiban tidak sempurna. Kewajib-an sempurna yaitu kewajiban yang selalu di-
kaitkan dengan hak orang lain, sedangkan ke-wajiban tidak sempurna adalah
kewajiban yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna
dasarnya adalah kewajiban, dan ke-wajiban tidak sempurna dasarnya adalah
moral. Dari aspek hukum, kewajiban adalah segala
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasanya itu suatu bagian
menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif,
dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No, 147/Menkes/ PER/I/2010,
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan secara paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit, kuratif (penyembuhan
penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Yang dimaksud dengan pelayanan secara paripurna
yaitu pelayanan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk
menjalan kantugasnya, rumah sakit memiliki fungsi yaitus ebagai berikut :
Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
Penyelenggar apendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangkap peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayaan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca
1(1), 2. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
kmp1ad01a2a56full.pdf
Amrullah, Muhammad Ravian. (2015). Rumah Sakit Umum Daerah Kubu Raya
279-280. https://media.neliti.com/media/publications/192724-ID-none.pdf
Pelikan, Jürgen M., Karl Krajic, and Christina Dietscher. "The health promoting
20
21
22