Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT

“Konsep Rumah sakit ( Hospital Concept)”

Disusun Oleh :

Anggun Lathifah Asmi (1611212048)


Meysha Farashanda (1611211027)
Muthia Sartafifa (1611212011)
Rahmah Al Tiara (1611213013)
Rivanni Aftanisa (1611213029)

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Hidayah dan Inayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Penyakit Stroke
Haemorrhagik dan Non haemorragik” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular Kelas A1 IKM 2016.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan menjadi salah satu
pemenuhan Tugas Kelompok. Sebagai penanggung jawab dan penulis makalah
ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaaan lebih
lanjut pada masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menjadi media
untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi serta semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Rumah Sakit ........................................................................... 3

2.2 Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Kesehatan ............................................ 3

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit ........................................................................... 4

2.4 Komponen di dalam Rumah Sakit............................................................ 6

2.5 Zonasi di dalam Rumah Sakit .................................................................. 8

2.6 Kegiatan dalam Rumah Sakit ................................................................... 9

Pelayanan gizi ini sering juga dimasukkan dalam kelompok ........................ 12

BAB III ................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkin kan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmas dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasanya itu suatu bagian
menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif,
dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No, 147/Menkes/ PER/I/2010,
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan secara paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit, kuratif (penyembuhan
penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsisosial.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan RumahSakit?


2. Bagaimana Rumah Sakit sebagai Pelayanan Kesehatan?
3. Apasaja klasifikasi dari Rumah Sakit?
4. Apa saja komponen di dalam Rumah Sakit?
5. Apa saja pembagian Zonasi di dalam Rumah Sakit?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Rumah Sakit


2. Untuk mengetahui Rumah Sakit sebagai Pelayanan Kesehatan
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Rumah Sakit
4. Untuk mengetahui komponen di dalam Rumah Sakit
5. Untuk mengetahui pembagian Zonasi di dalam Rumah Sakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rumah Sakit


Dalam Undang-Undang No. 44 tahun 2009 yang dimaksud dengan rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan danrawat darurat. Hakikat dasar rumah sakit adalah pemenuhan
kebutuhan dan tuntutan pasien yang mengharapkan penyelesaian masalah
kesehatannya pada rumah sakit. Pasien memandang bahwa hanya rumah sakit
yang mampu memberikan pelayanan medis sebagai upaya penyembuhan dan
pemulihan atas rasa sakit yang dideritanya. Pasien mengaharapkan pelayanan
yang siap, cepat, tanggap, dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien.

2.2 Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Kesehatan


Rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
dengan memiliki persyaratan pokok, sebagai suatu pelayanan kesehatan yang
baik. Persyaratan pokok tersebut adalah:
a. Pelayanan tersebut harus tersedia dimasyarakat (Available) serta bersifat
berkesinambungan (Continus).
Artinya semua jelas pelayanan kesehatan yang dibentuk oleh
masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat
adalah pada setiap saat yang dibentuk. (Azrul Azwar,1996).
b. Pelayanan kesehatan yang dapat diterima (Acceptable) oleh masyarakat
serta yang bersifat wajar (Apporpriate).
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat.Pelayanan kesehatan yang
bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan
kepercayaan masyarakat serta bersifat wajar bukanlah pelayanan kesehatan
yang baik.

3
c. Pelayanan kesehatan yang tidak mudah dicapai (Accitable) oleh
masyarakat Pengertian ketercapaian yang di maksud di sini terutama
dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka peraturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting. Pelayanan kesehatan yang berkonsentrasi di daerah
perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d. Kesehatan yang mudah dicapai (Affordable) oleh masyarakat.
Pengertian keterjangkauan yang di maksud di sini terutama dari
sudut biaya untuk dapat mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya
mungkin dinikmati oleh sebagaian kecil masyarakat saja bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
e. Pelayanan kesehatan yang bermutu (Quality).
Pengertian mutu yang di maksud disini adalah yang menunjukkan
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain
tentu cara penyelenggaranya sesuai dengan kode etik serta standar yang
telah ditetapkan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Di dalam KMK (Keputusan Menteri Kesehatan) No.340 Tentang Klasifikasi
Rumah Sakit, dijelaskan rumah sakit dibedakan menjadi 2 yakni rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus.Rumah sakit umum menurut Sekretaris Negara
Republik Indonesia (2009) merupakan pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Hatmoko dkk (2010)
menambahkan, rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan
sub spesialistik. Jadi, rumah sakit umum merupakan jenis rumah sakit yang
memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan yang
disebut rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

4
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Berdasarkan kelasnya, di dalam pasal 4 Bab III KMK No.340 dijelaskan
bahwa terdapat 4 tipe rumah sakit sesuai dengan kelas pelayanan dan cakupan
wilayah pelayanan kesehatan yang diberikan. Terdiri dari rumah sakit tipe A, Tipe
B, Tipe C dan Tipe D. Dimana untuk yang membedakan keempat kelas tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
f. Administrasi umum dan keuangan

Keempat kelas rumah sakit umum tersebut mempunyai spesifikasi dan


kemampuan yang berbeda dalam kemampuan memberikan pelayanan kesehatan,
keempat rumah sakit tersebut diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit tipe A
Merupakan rumah sakit tipe teratas yang merupakan rumah sakit
pusat dan memiliki kemampuan pelayanan medik yang lengkap. Rumah
sakit umum tipe A sekurang-kurangnya terdapat 4 pelayanan medik
spesialis dasar yang terdiri daripelayanan penyakit dalam, kesehatan anak ,
bedah dan obstetri dan ginekologi.
b. Rumah Sakit tipe B.

5
Merupakan rumah sakit yang masih termasuk dalam pelayanan
kesehatan tingkat tersier yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis. Juga menjadi rujukan lanjutan dari rumah sakit tipe C.
c. Rumah Sakit tipe C
Adalah rumah Sakit yang merupakan rujukan lanjutan setingkat
diatas dari dari pelayanan kesehatan primer. Pelayanan yang diberikan
sudah bersifat spesialis dan kadang juga memberikan pelayanan
subspesialis.
d. Rumah Sakit tipe D
Merupakan rumah sakit yang menyediakan pelayanan medis dasar,
hanya sebatas pada pelayanan kesehatan dasar yakni umum dan kesehatan
gigi. Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit
2 pelayanan medis dasar.

2.4 Komponen di dalam Rumah Sakit


Komponen dalam rumah sakit menurut Marlina (2008) dalam Hatmoko dkk
(2010) adalah sebagai berikut:
a. Pasien
Secara umum pasien terbagi menjadi dua karakter yaitu pasien
sehat dan pasien sakit, termasuk yang menginap di rumah sakit.
Berdasarkan umurnya, pasien dibagi menjadi dua yaitu pasien anak (bayi
sampai 13 tahun) dan pasien dewasa (di atas umur 13 tahun). Berdasarkan
jenis penyakitnya dibagi menjadi dua, yaitu pasien penyakit umum
(berbagai jenis penyakit) dan pasien ibu (mengandung, melahirkan, serta
melakukan perawatan kesehatan). Aktifitas pasien padarumah sakit secara
umum seperti, mendapatkan perawatan dan pengobatan, melakukan proses
administrasi dan konsultasi dengan tenaga medis.
b. Penunggu Pasien
Yaitu keluarga yang menemani pasien ketika menjalani perawatan
di rumah sakit. Secara umum aktifitas dari penunggu pasien seperti,

6
menunggu pasien, melakukan proses administrasi dan konsultasi dengan
tenaga medis.
c. Pengunjung Pasien
Merupakan pihak dari keluarga maupun kerabat pasien yang
mengunjungi pasien rawat inap. Secara umum aktivitas pengunjung pasien
adalah mengunjungi pasien dan berinteraksi dengan pasien dan tenaga
medis. Pasien, penunggu pasien dan pengunjung pasien dapat digolongkan
sebagai pengguna tidak tetap, yaitu pengguna yang beraktivitas dalam
rumah sakit untuk waktu relatif singkat.
d. Staf dan petugas medik
Adalah pihak yang melakukan aktivitas pelayanan medik seperti
dokter, perawat dan bagian rekam medik. Aktivitas staf atau petugas
medik secara umum adalah melakukan perawatan dan pengobatan pasien,
koordinasi/rapat dan membuat laporan kesehatan.
e. Staf atau Petugas Non Medik
Merupakan petugas yang melaksanakan aktivitas pelayanan non
medik antara lain kepala atau pimpinan rumah sakit (Direktur, Wakil
Direktur, Kepala Unit atau Instalasi), bagian pengelola yang melaksanakan
bagian administrasi dan bagian servis dan pengunjung yang mengurus
semua kegiatan dan pelayanan servis. Kegiatan atau aktivitas pimpinan
rumah sakit adalah memimpin pengelolaan rumah sakit, unit atau instalasi,
melakukan koordinasi/rapat dan mengembangkan rumah sakit, unit atau
instalasi. Kegiatan atau aktivitas bagian administrasi adalah melakukan
pekerjaan administratif dan keuangan, koordinasi atau rapat dan
pemasaran atau promosi. Aktivitas bagian servis secara umum adalah
melakukan pekerjaan servis dan pemeliharaan rumah sakit serta koordinasi
atau rapat

7
2.5 Zonasi di dalam Rumah Sakit
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2007), zonasi pada rumah
sakit terbagi menjadi tiga diantaranya zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan
penyakit, zonasi berdasarkan tingkat privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan:
a. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit
Meliputi area dengan risiko rendah, area dengan risiko sedang, area
dengan risiko tinggi dan area dengan risiko sangat tinggi. Area dengan
risiko rendah adalah ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis. Area dengan risiko
sedang adalah ruang rawat inap nonpenyakit menular dan rawat jalan.
Area dengan risiko tinggi adalah ruang isolasi, ruang ICU/ICCU,
laboratorium, pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat serta ruang
radiodiagnostik. Area dengan risiko sangat tinggi adalah ruang bedah,
IGD, ruang bersalin dan ruang patologi.
b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan
Meliputi area publik, area semi publik dan area privat. Area publik
merupakan area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar
rumah sakit, seperti poliklinik, IGD dan apotek. Area semi publik
merupakan area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima
beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi
medik. Area privat merupakan area yang memiliki batasan bagi
pengunjung rumah sakit, umumnya area tertutup, misalnya seperti
ICU/ICCU, instalasi bedah, instalasi kebidanan dan penyakit kandungan
dan ruang rawat inap.
c. Zonasi berdasarkan pelayanan
Meliputi zona pelayanan medik dan perawatan, zona penunjang
dan operasional serta zona penunjang umum dan administrasi. Zona
pelayanan medik dan perawatan yang terdiri dari Instalasi Rawat Jalan
(IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA),
Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU/PICU/NICU), Instalasi Bedah,
Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), Instalasi Kebidanan dan Penyakit
8
Kandungan. Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari Instalasi
Farmasi, Instalasi Radiodiagnostik, Laboratorium, Instalasi Sterilisasi
Pusat (Central Sterilization Supply Dept), Dapur Utama, Laundri,
Pemulasaraan Jenazah, Instalasi Sanitasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana
(IPS). Zona penunjang umum dan administrasi yang terdiri dari Bagian
Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian
Logistik/Gudang, Bagian Perencanaan dan Pengembangan (Renbang),
Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian
(Diklit), Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pengadaan,
Bagian Informasi dan Teknologi (IT).

2.6 Kegiatan dalam Rumah Sakit


Sebagai tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
Rumah Sakit memberikan tiga macam kelompok pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan rawat inap (in patient)

Untuk menyembuhkan suatu penyakit memerlukan suatu proses


tertentu. Proses yang harus dijalani masing-masing pasien
tidaklah sama, tergantung dari jenis dan tingkat keparahan
penyakitnya. Untuk proses yang cepat mudah mungkin tidak ada
masalah, namun untuk proses yang lama serta memerlukan
penanganan yang cermat, maka diperlukan tempat tinggal
sementara sampai penyakit yang dideritanya dapat disembuhkan.
Oleh karena itu maka pihak Rumah Sakit menyediakan pelayanan
rawat inap bagi pasien yang harus tinggal dan dirawat di Rumah
Sakit.

2. Pelayanan rawat jalan (out patient)

Tidak semua pasien harus tinggal di Rumah Sakit. Jika kondisi


memungkinkan, pasien dapat di rawat di rumahnya sendiri,
sementara Rumah Sakit hanya sebagai tempat untuk pemeriksaan

9
dan pengobatan. Karena pasien tidak tinggal di Rumah Sakit,
maka pelayanan semacam ini dinamakan pelayanan rawat jalan

10
3. Pelayanan darurat (emergency)

Seringkali pasien yang datang ke Rumah Sakit adalah pasien


dengan kondisi yang cukup mendesak, misalkan karena
kecelakaan, bencana atau serangan penyakit tertentu yang
mendadak. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan harus cepat
dan siap siaga sepanjang waktu.

Pelayanan semacam ini digolongkan ke dalam pelayanan gawat


darurat. Suatu Rumah Sakit minimal harus memberikan
pelayanan dasar,

yang terdiri dari:

a. Pelayanan administratif

Merupakan fungsi staf yang mencakup urusan kepegawaian,


ketatausahaan, kerumahtanggaan, logistic dan juga mencakup
unsur tata usaha pasien yaitu administrasi, rujukan serta
pengeluaran pasien.

b. Pelayanan Medis

Pelayanan medis dilakukan oleh staf medis yang terdiri dari


tenaga dokter dan dokter gigi. Staf medis ini merupakan
jantungnya Rumah Sakit. Baik dan buruknya citra pelayanan
Rumah Sakit tergantung dari staf medis. Bagaimana dan seberapa
jauh staf medis ini diorganisisr, secara langsung akan menentukan
mutu palayanan medisnya. Staf medis ini harus diorganisir
melalui komite (panitia) dimana tugasnya terutama memberikan
nasehat dan mendisiplinkan para anggotanya.
11
c. Pelayanan penunjang medis

 Laboratorium Klinik

Laboratorium klinik mempunyai fungsi utama memberikan


informasi kepada tenaga medis dalam mendukung upaya
penyembuhan berupa diagnosa dan pengobatan serta upaya
pemulihan. Di samping itu dapat pula membantu program
training dan penelitian.

 Radiologi (x-ray)

Fungsinya dalam menunjang diagnosa dan dan lebih lanjut


juga dalam pengobatan sangat erat hubungannya dengan staf
medis, unit perawatan dan unit rawat jalan. Bangunan untuk
pelayanan ini mempunyai persyaratan khusus sebab sifat
pelayanan yang canggih dan peralatan yang dapat merugikan
baik kepada pasien maupun kepada operatornya.

 Farmasi

Dalam upaya penyembuhan dan pemulihan, farmasi ini


mempunyai tugas selain penyediaan obat-obatan juga alat
kesehatan.

 Gizi

Pelayanan gizi ini sering juga dimasukkan dalam


kelompok. pelayanan administrasi atau terpisah dari kegiatan
sendiri. Kegiatannya menunjang upaya penyembuhan dan
pemulihan. Kegiatannya berkisar dari usaha dapur sampai
pengolahan diet.

12
d. Pelayanan keperawatan

Pelayanan keperawatan yang bermutu pada hakekatnya


merupakan perpaduan antara koordinasi administrasi dan klinik.
Fungsi utama pelayanan perawatan adalah memberikan pelayanan
perawatan komprehensif, aman dan efektif ditunjang oleh
organisasi yang mantap.

2.7 Sistem Formularium Rumah Sakit

PERMENKES No. 1045/2006/MENKES/PER/XI/2006 tentang


Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum menyebutkan bahwa sebuah
rumah sakit umum harus melaksanakan beberapa fungsi dan di
antaranya adalah pelayanan farmasi. Tjahjani (2004)(2) menyatakan
bahwa pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus
revenue center bagi rumah sakit, mengingat lebih dari 90%
pelayananan kesehatan menggunakan perbekalan farmasi dan 50%
dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari perbekalan farmasi.
Aditama (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa
Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat baku
beserta peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam
pemakaian obat di suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional,
berdasarkan informasi obat yang sah dan juga kebutuhan pasien di
rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan landasan kebijakan
manajemen rumah sakit dan menjadi prinsip penting yang harus
diperhatikan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).
Perencanaan dan analisis logistik farmasi yang adekuat seperti
halnya ABC analysis, VEN analysis dan lainnya. Menurut Savelli
(1996), analisis ABC diperlukan untuk evaluasi obat. Analisis ABC
penting untuk mengidentifikasi volume produk obat baik dari segi
biaya, anggaran obat, maupun utilisasinya, sehingga analisis ABC
dapat membantu manajemen dalam evaluasi formularium. Analisis

13
ABC juga dapat dipergunakan untuk memprioritaskan jenis obat A
dalam seleksi obat dan keputusan pemesanan. Menurut Wolper dalam
Gusti (2012), analisis ABC dapat memberikan gambaran mengenai
pergerakan suatu produk dalam periode waktu tertentu dan juga untuk
mengidentifikasi pergeseran produk dan utilisasinya.
Menurut Siregar (2004), perlu dilakukan review sistem
pengendalian obat dengan analisis ABC secara periodik karena adanya
perubahan harga dan pemakaian yang dipengaruhi oleh trend penyakit
dan musim. Peninjauan analisis ABC dapat dilakukan di setiap
tahunnya bersamaan dengan dilakukannya perubahan terhadap
formularium.
Menurut WHO (1997), informasi yang diperoleh dalam analisis
ABC (kategori A, B, dan C) atau VEN (Vital, Esensial, dan Non-
esensial) dapat digunakan untuk mengembangkan evaluasi obat lebih
dalam lagi, misalnya jika analisis menunjukkan bahwa 30% dari
anggaran obat digunakan untuk pengadaan antibiotik, panitia dapat
memutuskan untuk memulai evaluasi dengan kelas obat ini. Golongan
obat yang telah diketahui bermasalah di masa lalu juga harus
diberikan prioritas tinggi dalam proses ini.
Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan yang
menggunakan prinsip PARETO: the critical few and the trivial many.
Idenya untuk memetakan fokus pada persediaan yang bernilai tinggi
(critical) dibandingkan yang bernilai rendah (trivial). Dengan analisa
ABC dapat diketahui berapa jumlah pemakaian terbanyak, investasi
terbesar, dan juga nilai kritis sediaan tersebut. Adapun perbekalan
farmasi kelompok A termasuk ke dalam kumulatif 70%, kelompok B
dalam kumulatif 71-90%, dan kategori kelompok C dalam kumulatif
90-100% (Febriawati, 2013)(13). Analisis ini memerlukan
perhitungan matematika sederhana dan penyusunan berdasarkan
persentase harga atau biaya yang harus dibayar untuk satu jenis obat
yang dibeli atau dipakai dengan urutan nilai tersebut dapat diperoleh
kontribusi tertentu terhadap total anggaran atau harga perbekalan.
14
Obat dalam kelompok A tidak boleh kosong dalam persediaan,
mengingat efek terapinya kepada pasien. Dalam keadaan tertentu
pemesanan bisa dilakukan dalam jumlah sedikit tetapi frekuensi
pemesanan lebih sering karena nilai investasinya besar. Adapun obat
dalam kelompok A ini berpotensi untuk mendatangkan keuntungan
yang besar pula untuk RS, maka diperlukan sebuah pengawasan dan
monitoring obat dengan ketat, pencatatan yang akurat dan lengkap,
serta pemantauan tetap oleh pengambil keputusan yang berpengaruh,
seperti halnya oleh kepala instalasi farmasi ataupun kepala logistik
secara langsung.

2.8 Tanggung jawab rumah sakit atas kelalaian tenaga kesehatan


Tanggung jawab adalah Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkara-kan dan sebagainya).

Pengertian tanggung jawab mengandung unsur–unsur seperti kecakapan, beban


kewajiban, dan perbuatan. Seseorang dikatakan cakap jika su-dah dewasa dan
sehat pikirannya. Bagi badan hukum dikatakan cakap jika dinyatakan tidak dalam
keadaan pailit oleh putusan pengadilan. Unsur kewajiban mengandung makna
sesuatu yang harus dilakukan, tidak boleh tidak dilaksa-nakan. Jadi sifatnya harus
ada atau keharusan. Unsur perbuatan mengandung arti segala se-suatu yang
dilakukan. Dengan demikian tang-gung jawab adalah: “Keadaan cakap menurut
hukum baik orang atau badan hukum, serta mampu menanggung kewajiban
terhadap segala sesuatu yang dilakukan”.

Penyelenggaraan manajemen kesehatan di rumah sakit, terdapat pengelolaan yang


berkaitan dengan tiga hal yang merupakan tang-gung jawab rumah sakit secara
umum. Tiga hal tersebut yaitu:

1. pengelolaan rumah sakit yang berkaitan dengan personalia


2. pengelolaan rumah sakit yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
3. pengelolaan yang berkaitan dengan duty of care .

15
Oleh karena itu, penyelenggaan kegiatan rumah sakit, terdapat kegiatan-
kegiatan yang menimbulkan tanggung jawab pengelolaan atau manajemen
rumah sakit dan tanggung jawab para tenaga profesional kesehatan di
rumah sakit, yang terdiri: tanggung jawab pengelola rumah sakit; dan
tanggung tenaga kesehatan (dokter, perawat).

Penyelenggaraan pengelolaan/manajemen rumah sakit, harus memperhatikan


mutu pelayanan kesehatan dalam deklarasi interna-sional tentang human right dan
social welfare (Piagam PBB 1945 dan United Declaration Hu-man Right 1948)
dan dikembangkan dalam Declaration of Helsinki 1964. Berdasarkan kesepakatan
PBB, UDHR, Helsinki, WMA, Tokyo 1975, mana-jemen rumah sakit harus
memiliki lima norma moral yang asasi, yaitu:

1. the right to informa-tion


2. the right to self determination
3. the right to health care
4. the right to protect of privacy
5. the right to second opinion.

Kelima norma kesehatan tersebut menjadi tanggung jawab wajib bagi manajemen
rumah sakit dan bersifat hakiki yang menjadi nilai norma pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Hubungan rumah sakit dan pasien serta dokter sudah menjadi standar
Internasionl yang tercakup dalam “Hospital Patient’s Charter 1979, yang di
dalamnya tediri dari tiga norma mo-ral, yaitu: menghormati pasien; standar
profesi; dan fungsi dan tanggung jawab sosial untuk pelayanan kesehatan rumah
sakit. Pengelolaan rumah sakit harus selalu mengedepankan norma-norma
tersebut di atas sesuai dengan stan-dar internasional yang mengacu pada “Hospital
Patient’s Charter 1979” yang diperluas dengan keberlakuan dengan “The
Declaration of Lisbon 1981”, yang mengatur berkaitan dengan berba-gai hak dan
kewajiban pasien dan dokter atau rumah sakit.

16
Saat ini, tugas, fungsi dan kewajiban serta penyelenggaraan rumah sakit di
Indonesia, diatur dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara


paripurna. Dengan adanya tugas rumah sakit tersebut, maka selanjutnya fungsi ru-
mah sakit di Indonesia ditentukan, sebagai berikut. Pertama, menyelenggarakan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit; kedua, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan per-orangan melalui
pelayanan kesehatan yang pa-ripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan
kebutuhan medis; ketiga, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan; dan keempat, penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Pasal
5).

Sehubungan dengan tugas dan fungsi ru-mah sakit tersebut, maka rumah sakit
mempu-nyai kewajiban-kewajiban, yaitu hal-hal yang harus diperbuat atau
sesuatu hal yang harus dilaksanakan. Kewajiban terdiri kewajiban sem-purna dan
kewajiban tidak sempurna. Kewajib-an sempurna yaitu kewajiban yang selalu di-
kaitkan dengan hak orang lain, sedangkan ke-wajiban tidak sempurna adalah
kewajiban yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna
dasarnya adalah kewajiban, dan ke-wajiban tidak sempurna dasarnya adalah
moral. Dari aspek hukum, kewajiban adalah segala

17
18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasanya itu suatu bagian
menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif,
dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No, 147/Menkes/ PER/I/2010,
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan secara paripurna
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit, kuratif (penyembuhan
penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Yang dimaksud dengan pelayanan secara paripurna
yaitu pelayanan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk
menjalan kantugasnya, rumah sakit memiliki fungsi yaitus ebagai berikut :
 Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
 Penyelenggar apendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangkap peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayaan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
19
DAFTAR PUSTAKA

Listiyono, Rizky Agustian. (2015). Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di

Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca

Menjadi Rumah Sakit Tipe B. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik.

1(1), 2. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

kmp1ad01a2a56full.pdf

Amrullah, Muhammad Ravian. (2015). Rumah Sakit Umum Daerah Kubu Raya

Tipe C. Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. 3(2),

279-280. https://media.neliti.com/media/publications/192724-ID-none.pdf

Pelikan, Jürgen M., Karl Krajic, and Christina Dietscher. "The health promoting

hospital (HPH): concept and development." Patient Education and Counseling

45.4 (2001): 239-243.

Wilgis, Michele, and Joy McConnell. "Concept mapping: An educational strategy

to improve graduate nurses’ critical thinking skills during a hospital orientation

program." The journal of continuing education in Nursing 39.3 (2008): 119-126.

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai