1
pada siswa dengan proses pembelajarannya dilibatkan secara langsung dalam
rangka mengembangkan berbagai potensi siswa. Seorang guru hendaknya
membimbing pembelajaran aktif dengan menggali berbagai potensi siswa
untukmeningkatkan hasil belajar siswa (Akbar dan Sriwiyana, 2011:232).
Tercapainya suatu tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui proses penilaian
setelah pembelajaran berlangsung. Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak, dengan
kata lain penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui hasil belajar siswa
(Sudjana, 2011).
Hasil Belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara mengkombinasikan
media dan model belajar. Hasil wawancara pada tanggal 05Januari 2015 di SMA
Negeri 4 Pasuruan dengan guru biologi kelas XI menghasilkan data bahwa 70%
siswa SMA Negeri 4 Pasuruan berperan aktif dalam pembelajaran biologi,
sedangkan yang 30% pasif dalam pembelajaran biologi, persentase ini dilihat dari
nilai raport siswa tahun 2013-2014 sebelumnya. Nilai raport tersebut menjadi data
bahwa hasil belajar kognitif siswa perlu ditingkatkan.
Hasil observasi pada tanggal 05Januari 2015 di SMA Negeri 4 Pasuruan
siswa terlihat kurang aktif saat pembelajaran berlangsung, hanya sedikit siswa
yang bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun
temannya. Mayoritas siswa cenderung pasif dan ramai sendiri saat proses
pembelajaran. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar afektif siswa kelas
XI MIA tersebut perlu ditingkatkan.
Hasil observasi pada tanggal 05Januari 2015 di SMA Negeri 4 Pasuruan
juga menunjukkan bahwa siswa terlihat kurang aktif saat kegiatan praktikum.
Hanya beberapa siswa saja yang menjalankan praktikum yang ditugaskan oleh
guru, sedangkan yang lain hanya melihat dan sesekali mengobrol dengan teman
satu kelompok maupun dengan teman dari kelompok lain. Data tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotor perlu ditingkatkan.
Berdasarkan analisis di atas, model pembelajaran yang berpotensi untuk
meningkatkan hasil belajar adalah model Inkuiri Tembimbing. Inkuiri terbimbing
adalah model pembelajaran dirancang dengan memadukan ketepatan strategi
pembelajaran dengan cara otak bekerja selama proses pembelajaran. Kelebihan
2
inkuiri terbimbing adalah mengajak siswa untuk bepikir kritis. Kelebihan model
inkuiri terbimbing tersebut didukung oleh data kuantitatif yang menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar kognitif.Persentase peningkatan hasil belajar
kognitif siswa sebesar 23,39%.
Berdasarkan observasi pada tanggal 05 Januari 2015 di SMA Negeri 4
Pasuruan juga menunjukkan bahwa 70% siswa SMA Negeri 4 Pasuruan berperan
aktif dalam pembelajaran biologi, sedangkan yang 30% pasif dalam pembelajaran
biologi, persentase ini dilihat dari nilai raport siswa tahun 2013-2014 sebelumnya.
Siswa SMA Negeri 4 Pasuruan menjadi pasif karena beberapa faktor di antaranya;
siswa yang malas dalam belajar, dan siswa yang merasa jenuh dengan belajar
menggunakan satu acuan buku paket biologi saja. Berdasarkan pengembangan
yang dilakukan oleh Setyowati (2013) mengenai “Pengembangan modul biologi
berbasis inkuiri terbimbing pada materi pokok ekosistem semester 2 kelas X
SMA” diketahui bahwa hasil data kualitas modul sangat baik dengan skor rata-
rata 126,6 dari skor maksimal 140. Pengembangan modul yang dilakukan oleh
Ainiyah (2011) juga membuktikan bahwa modul dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dengan melihat hasil pre-test sebelum menggunakan modul dan post-test
setelah menggunakan modul.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian dengan judul
“Pengembangan Modul Materi Sistem Koordinasi dengan Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri
4 Pasuruan”.
METODE
Model pengembangan modul yang digunakan dalam penelitian ini
mengadaptasi dari model pengembangan Borg dan Gall (1983) yang memiliki
tahap-tahap antara lain: penelitian pendahuluan (prasurvei), perencanaan,
pengembangan bentuk produk awal, uji coba lapangan tahap awal, revisi produk
utama, uji coba lapangan utama, revisi produk operasional, uji coba lapangan
operasional, dan revisi produk akhir, serta diseminasi dan implementasi produk.
3
Penelitian ini tidak menjalankan keseluruhan tahap seperti di atas,
melainkan hanya sampai pada tahap ke 7 saja. Berikut akan dijelaskan lebih detail
mengenai langkah-langkah pengembangan modul materi sistem koordinasi.
Penelitian Pendahuluan (Pra survei)
Tahap penelitian pendahuluan (prasurvei) mengharuskan peneliti atau
pengembang mengumpulkan informasi baik dari observasi kegiatan pembelajaran
di kelas, kajian literatur, dan mengidentifikasi permasalahan yang ditemui.
Penelitian pendahuluan (pra survei) dilakukan melalui wawancara dengan guru
Biologi SMA Negeri 4 Pasuruan pada tanggal 05 Januari 2015, melalui
wawancara tersebut didapatkan permasalahan bahwa 70% siswa SMA Negeri 4
Pasuruan berperan aktif dalam pembelajaran biologi, sedangkan yang 30% pasif
dalam pembelajaran biologi, persentase ini dilihat dari nilai raport siswa tahun
2013-2014 sebelumnya. Siswa SMA Negeri 4 Pasuruan menjadi pasif karena
beberapa faktor di antaranya; siswa yang malas dalam belajar, dan siswa yang
merasa jenuh dengan belajar menggunakan satu acuan buku paket biologi saja,
sehingga guru harus meningkatkan hasil belajar siswa yang pasif ini.
Perencanaan
Peneliti melakukan perencanaan yang terdiri atas kegiatan identifikasi dan
definisi keterampilan, perumusan tujuan pengembangan, penentuan urutan
pembelajaran, dan uji coba skala kecil. Berdasarkan permasalahan pada saat
observasi dan wawancara dengan guru Biologi SMA Negeri 4 Pasuruan. Peneliti
dan guru sepakat bahwa perlu dibuat suatu modul yang dapat merangsang minat
belajar siswa. Modul tersebut berupa suplemen belajar yang akanmemuat materi
Sistem Koordinasi. Modul ini juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Pengembangan Bentuk Produk Awal
Tahap pengembangan bentuk produk awal meliputi kegiatan persiapan
menentukan materi pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, membuat
rencana pembelajaran, merancang modul, dan evaluasi modul. Penyusunan bentuk
produk awal modul ini dengan membuat persiapan tujuan pembelajaran, rencana
pembelajaran, cakupan materi yang digunakan, dan mendesain modul kemudian
dikembangkan menjadi sebuah modul cetak yang nantinya akan diujicobakan dan
4
dilakukan tahap revisi setelah peneliti mengetahui kekurangan yang ada pada
modul yang dikembangkan.
Uji Coba Lapangan Tahap Awal
Proses uji coba berdasarkan Borg dan Gall (1983) dilakukan oleh ahli
materi, ahli media dan juga ahli penerapan lapangan untuk mengumpulkan data
dalam menetapkan kelayakan dan kesempurnaan modul cetak yang telah
dirancang penulis. Uji coba awal penulis melaksanakan observasi ke 3 sekolah di
Pasuruan yaitu SMAN 2 Pasuruan, SMAN 3 Pasuruan, SMAN 4 Pasuruan,
kemudian menetapkan 1 sekolah sebagai tempat penelitian yaitu SMAN 4
Pasuruan karena perijinan yang diberikan mudah dan menggunakan 32 siswa
sebagai subjek.
5
Tabel1. Instrumen Pengumpulan Data
No. Tahap Pengembangan Jenis Instrumen
1. Uji Coba Lapangan Tahap Awal Lembar Validasi Ahli Media
Lembar Validasi Ahli Materi
Lembar Validasi Praktisi Lapangan
2. Uji Coba Lapangan Utama
Hasil Belajar Afektif
Sikap Sosial Lembar observasi sikap sosial
Sikap Spiritual Lembar observasi sikap spiritual
Hasil Belajar Kognitif Tes Hasil Belajar Kognitif
Hasil BelajarPsikomotor Lembar observasi hasil belajar
Respons Siswa psikomotor
Lembar Respons Siswa
HASIL
Ahli media
Berdasarkan penilaian oleh ahli media yaitu Andreas Syah Pahlevi, S.Sn,
M.Sn salah satu Dosen di Fakultas Sastra, jurusan Desain Komunikasi Visual di
Universitas Negeri Malang didapatkan hasil yang berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Rekapitulasi perhitungan data kuantitatif berikut akan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Hasil Penilaian oleh Ahli Media
No Aspek yang dinilai ∑ item Tse TSh V (%) Keterangan
1 Ketepatan Cakupan Isi 5 3,80 4 95 Sangat valid
2 Strategi Pembelajaran 7 3,71 4 92,86 Sangat valid
3 Penyajian 9 3,67 4 91,67 Sangat valid
4 Kegrafisan 4 3,75 4 93,75 Sangat valid
Rata-rata 3,73 4 93,32 Sangat valid
Ahli Materi
Berdasarkan validasi materi pada produk pengembangan multimedia
interaktif ini yang dilakukan oleh Nuning Wulandari, S.Si, M.Si yaitu Dosen
fisiologi hewan dan fisiologi manusia jurusan Biologi di Universitas Negeri
Malang, didapatkan hasil validasi berupa data kuantitatif dan kualitatif.
Rekapitulasi perhitungan data kuantitatif berikut akan disajikan pada Tabel 3.
6
Tabel 3. Rerata Hasil Penilaian oleh Ahli Materi
No Aspek yang dinilai ∑ item TSe TSh V (%) Keterangan
1 Kelayakan Isi 15 3,60 4 90 Sangat valid
2 Kebahasaan 5 3,60 4 90 Sangat valid
3 Kegrafisan 5 3,60 4 90 Sangat valid
Rata-rata 3,60 4 90 Sangat valid
Praktisi lapangan
Berdasarkan hasil validasi dari ahli praktisi lapangan yaitu Eny Anggraini
S.Pd. yaitu seorang guru Biologi di SMA Negeri 4 Pasuruan, didapatkan data
kuantitatif yang akan disajikan pada Tabel 4 dan data kualitatif berupa kritik dan
saran. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah tercantum pada Tabel 4 diketahui
bahwa skor rata-rata yang didapat dari validasi praktisi lapangan adalah94%,
termasuk dalam kriteria sangat valid.
Tabel 4.Rekapitulasi Data Hasil Penilaian oleh Ahli Praktisi Lapangan
No Pertanyaan tentang penerapan modul ∑X ∑Xi % Keterangan
1 Kelayakan Isi 3,8 4 95 Sangat valid
2 Kebahasaan 3,6 4 90 Sangat valid
3 Kegrafisan 3,8 4 95 Sangat valid
4 Ketepatan Cakupan Isi 4 4 100 Sangat valid
5 Strategi Pembelajaran 3,6 4 90 Sangat valid
6 Penyajian 3,7 4,0 92 Sangat valid
Rata-rata 161 172 94 Sangat valid
Respons Siswa
Pengguna modul ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA 4 SMA Negeri 4
Pasuruan. Angket yang diberikan kepada pengguna terdiri dari 12 aspek.
Rekapitulasi data hasil oleh pengguna dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Data Hasil oleh Pengguna (Siswa)
No Pernyataan tentang penerapan media ∑X ∑Xi % Keterangan
1 Motivasi 116 128 91 Sangat valid
2 Kebahasaan 115 128 90 Sangat valid
3 Materi 113 128 88 Valid
4 Kegrafikan 121 128 94 Sangat valid
Total 1381 1536 90 Sangat valid
7
Hasil Belajar
PEMBAHASAN
Produk hasil pengembangan berupa modul materi sistem koordinasi
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dirancang sesuai dengan
model pengembangan Borg dan Gall. Prosedur model pengembangan Borg dan
Gall terdiri dari sepuluh tahap dan pada penelitian pengembangan ini hanya
dibatasi sampai dengan tahap ke tujuh saja, yaitu penelitian pendahuluan
(prasurvei), perencanaan, pengembangan bentuk produk awal, uji coba lapangan
tahap awal, revisi produk utama, uji coba lapangan utama, dan revisi produk
operasional.
Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dari lembar angket ahli media,
modul ini termasuk dalam kategori sangat valid dengan nilai 92%. Hasil analisis
data kuantitatif dari lembar angket ahli materi, modul ini termasuk dalam kategori
8
sangat valid dengan nilai 90%. Hasil analisis data kuantitatif dari lembar angket
validasi praktisi lapangan, modul ini termasuk dalam kategori sangat valid dengan
nilai 94%. Hasil analisis data kuantitatif dari pengguna modul (siswa) termasuk
dalam kategori sangat valid dengan nilai 90%. Hasil pre-test dan post-test jika
dihitung dengan rumus gain score menghasilkan nilai 0,71, sehingga media
pembelajaran dikategorikan mempunyai keefektifan tinggi. Hasil belajar kognitif
mengalami peningkatan 23,39% dan jika dibandingkan dengan kelas lain hasil
belajar kognitif kelas penelitian lebih unggul yaitu 90,65, sedangkan kelas lain
81,82. Hasil belajar afektif pada sikap spiritual 3,80 dan sikap sosial 3,80. Nilai
tersebut mendekati nilai maksimal yang hampir dicapai yaitu 4.
Modul yang telah dikembangkan dapat dikategorikan sebagai suplemen
belajar yang baik pada materi sistem koordinasi karena sudah mencakup langkah
kegiatan pembelajaran berdasarkan inkuiri terbimbing, dan di dalamnya sudah
dilengkapi dengan beberapa prosedur praktikum yang dilaksanakan pada materi
Sistem Koordinasi.
Modul yang telah dikembangkan sudah memenuhi kriteria untuk
digunakan dalam sebuah proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Brillin (2010: 23) bahwa modul sebagai suatu bahan ajar berfungsi
sebagai sarana atau media untuk mengkomunikasikan unit pelajaran kepada siswa
secara individual, yang selanjutnya melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran
dapat lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti dengan meminimalkan peran
dan bimbingan guru. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Mbulu
(2001: 90) bahwa modul memberi balikan yang dijadikan dasar taraf hasil belajar,
serta membimbing siswa untuk mencapai ketuntasan belajar melalui kegiatan-
kegiatan belajar danmemberi kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi
kemampuannya dalam rangka usaha untuk mencapai pemahaman.
Modul yang dikembangkan dengan materi sistem koordinasi dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebagai
suplemen belajar selain memenuhi kriteria dalam proses pembelajaran, modul
juga disusun dengan baik dan menghasilkan modul yang layak sebagai media
pembelajaran untuk materi biologi. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang
telah dilakukan penelitian sebelumnya yaitu menurut Natalina, dkk (2013)
9
memberikan hasil penelitiannya bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di SMAN 5 Pekanbaru. Penelitian ini juga
didukung dengan hasil penelitian sebelumnya yang lain yaitu oleh Setyowati
(2013) bahwa modul dapat dikembangkan dengan pembelajaran inkuiri
terbimbing pada materi ekosistem sebagai sumber belajar siswa SMA di
Yogyakarta. Penelitian yang telah dilakukan dapat menjadikan modul sebagai
media pembelajaran yang sangat bagus digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa SMA.
Modul disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik
sehingga dapat dicapai oleh siswa. Modul membimbing siswa untuk mencapai
ketuntasan belajar melalui kegiatan-kegiatan belajar berdasarkan pembelajaran
inkuiri terbimbing. Modul berisikan materi Sistem Koordinasi yang sudah
dilengkapi dengan gambar. Modul menyediakan umpan balik dan tindak lanjut
sehingga siswa dapat melaksanakan evaluasi dan menilai dirinya sendiri seberapa
jauh pemahaman yang dicapai siswa. Modul ini yang dikemas dalam bentuk cetak
sehingga memudahkan siswa untuk belajar secara langsung dan mengetahui
konten modul secara langsung.
Kekurangan Multimedia Interaktif
Kekurangan modul ini adalah sumber gambar yang dicantumkan, banyak
gambar yang mempunyai resize yang sangat kecil, seharusnya minimal 350dpi,
sehingga gambar tidak pecah dan pendalaman materi dibuat singkat karena
modul sebagai suplemen belajar, sehingga siswa harus memperdalam materi
dengan sumber belajar buku paket siswa.
10
keefektifan serta dapat memahamkan konsep materi kepada siswa, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
Saran
Saran yang diberikan terdiri atas saran pemanfaatan, saran diseminasi dan
saran pengembangan produk lebih lanjut. Modul materi Sistem Koordinasi dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing disarankan untuk dimanfaatkan sebagai
suplemen belajar selain buku paket siswa. Modul materi Sistem Koordinasi perlu
didiseminasi lebih lanjut melalui uji coba dalam skala luas terlebih dahulu ke
beberapa sekolah, setelah diperoleh hasil yang akurat modul ini dapat
disebarluaskan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Modul materi Sistem
Koordinasi perlu dikembangkan lebih lanjut, dilengkapi dengan penayangan
video, sehingga selain dalam bentuk modul cetak, siswa dapat melihat secara
langsung beberapa konten yang mendukung modul, dan modul ini dapat
dikembangkan untuk materi lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
11
Setyowati, R.W. 2013. Pengembangan Modul Biologi Berbasis Inkuiri
Terbimbing pada Materi Pokok Ekosistem Semester 2 Kelas X SMA/MA.
FM-UINSK-BM-05-07/ RO. Malang: Skripsi tidak diterbitkan.
12