Anda di halaman 1dari 25

ANGGARAN DASAR

HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA


2004 - 2009

PEMBUKAAN

BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
(1). Organisasi ini bernama Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, disingkat HKTI
(2). HKTI didirikan pada tanggal 27 April 1973 di Jakarta untuk waktu yang tidak ditentukan.
(3). Pengurus Nasional HKTI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.

BAB II
JATIDIRI HKTI
ASAS, SIFAT, FUNGSI, DAN TUJUAN

Pasal 2
Asas
HKTI berasas Pancasila

Pasal 3
Sifat
HKTI memiliki sifat sebagai
(a) Organisasi kesatuan yang memiliki wilayah kegiatan meliputi wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia
(b) Organisasi kemasyarakatan yang menyatukan segenap anggota berdasar kesamaan
profesi, fungsi terhadap pertanian maupun pembangunan pedesaan dan atau rukun tani
berdasar kesamaan komodiatas usaha tani
(c) Organisasi mandiri, tidak menjadi bagian strutural organisasi lain.
(d) Organisasi kerakyatan, bersendi demokrasi, terbuka dan bukan organisasi pemerintah
(e) Organisasi perjuangan gerakan rakyat tani dan penduduk pedesaan.

Pasal 4
Fungsi
HKTI memiliki fungsi sebagai
(a) Wadah penghimpun segenap potensi insan tani Indonesia dan atau “Rukun Tani” jenis
komoditas usaha tani.
(b) Alat penggerak pengarah perjuangan insan tani Indonesia.
(c) Sarana penampung dan penyalur aspirasi amanat penderitaan rakyat tani penduduk
pedesaan.
(d) Wahana menuju terwujudnya cita-cita nasional, Indonesia raya.
(e) Arena pemberdayaan dan pendidikan insan tani, masyarakat pertanian dan pedesaan.

1
Pasal 5
Tujuan
HKTI bertujaun meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, harkat dan martabat insan tani,
penduduk pedesaan dan pelaku agribisnis lainnya, melalui pemberdayaan rukun tani
komoditas usaha tani dan percepatan pembangunan pertanian serta menjadikan sektor
pertanian sebagai basis permbangunan nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

BAB III
DOKTRIN, ATRIBUT DAN SEMBOYAN

Pasal 6
Doktrin
(1). Doktrin HKTI berisi platform perjuangan atau landasan dan haluan perjuangan yang
merupakan perekat-pengikat rasional dan motivasi rasional bagi para anggota, para
kader, dan simpatisan, serta mereka yang akan bergabung dengan HKTI
(2). Pemahaman dan penghayatan atas doktrin akan membuat kader dan anggota memili
ki dorongan kuat untuk bergiat dalam organisasi, daya tahan dalam menghadapi berbagai
guncangan dalam kehidupan organisasi, serta kerelaan untuk berkorban bagi perjuangan
HKTI yang tidak lain adalah kepentingan memperbaiki nasib rakyat tani khususnya,
bangsa dan negara umumnya.
(3). Doktrin HKTI ditetapkan tersendiri oleh Rapat Paripurna Pengurus Organisasi Nasional.

Pasal 7
Atribut dan Semboyan

(1). HKTI mempunyai atribut-atribut, terdiri dari Panji/Lambang dan Lagu.


(2).Ketentuan tentang atribut HKTI ditetapkan tersendiri oleh Rapat Paripurna Pengurus
Organisasi Nasional.
(3).HKTI memiliki motto perjuangan ” TANI – MAKMUR”.

BAB IV
KEGIATAN POKOK

Pasal 8
Dalam rangka pencapaian tujuan perjuangan, HKTI mempunyai tugas-tugas pokok :
(a) Konsolidasi Organisasi, ideologi dan rukun tani sesuai dengan komoditas usaha tani
secara horisontal dan vertikal sampai tingkat basis pendesaan untuk memperkokoh
eksistensi organisasi sebagai alat penghimpun dan penggerak perjuangan rukun dan
rakyat tani.
(b) Investasi usaha tani dan menumbuh kembangkan industri pertanian untuk membuka
lapangan kerja baru serta meningkatan pendapatan rakyat tani dan penduduk pedesaan.
(c) Publikasi dan sosialisasi aspirasi amanat penderitaan rakyat tani penduduk pedesaan
(d) Edukasi untuk peningkatan kualitas sumberdaya insan tani
(e) Revitalisasi dan reformasi lembaga pelayanan dan perjuangan rakyat tani
(f) Advokasi untuk mengayomi hak dan kepentingan rakyat tani.

2
(g) Harmonisasi hubungan kemitraan antar organisasi kemasyarakatan maupun sosial politik,
lembaga atau badan lainnya di dalam maupun luar negeri.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 9
(1) Yang dapat diterima menjadi anggota HKTI adalah
a) perorangan insan tani Indonesia yaitu warganegara Indonesia yang bergerak dan
atau berminat terhadap pembangunan pertanian dan pedesaan.
b) organisasi kemasyarakatan dan kelompok usaha/rukun tani berdasarkan komoditi dan
atau usaha agribisnis lainnya yang mempunyai kesamaan kegiatan, profesi, fungsi
dengan HKTI, yang dengan sukarela mendaftarkan kelompoknya menjadi anggota
HKTI
(2) Setiap anggota mempunyai hak bicara dan hak memberikan suara, hak memilih dan hak
dipilih menjadi pengurus organisasi, kecuali anggota bebentuk organisasi atau kelompok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatas hanya mempunyai hak bicara. (ada
usulan pemberian hak suara kepada anggota organisasi)
(3) Setiap anggota wajib menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi, wajib men taati
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peratura Organisasi, wajib aktif
melaksanakan program organisasi.

Pasal 10
Keanggotaan HKTI dapat berkahir karena
a. Meninggal dunia
b. Menungundurkan diri
c. Membubarka diri atau dibubarkan
d. Diberhentikan sebagai anggota dalam rangka tindakan disiplin organisasi

Pasal 11
Tata cara untuk menjadi anggota HKTI akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 12
Kader
(1) Kader HKTI adalah tenaga inti penggerak organisasi pada setiap satuan wilayah kerja
organisasi.
(2) HKTI memiliki dua jenis kader yakni
a. Kader Organisasi disebut sebagai Kader Motivator disingkat KAMOT
b. Kader Profesi disebut Kader Tani Andal Mandiri disingkat KATAM.
(3) Persyaratan untuk menjadi kader dan penjenjangannya diatur dalam Peraturan
Organisasi

3
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 13
Struktur Organisasi
(1) HKTI merupakan organisasi kesatuan secara nasional yang terstruktur dari organisasi
satuan-satuan wilayah, yakni HKTI Nasional, HKTI Provinsi, HKTI Kabupaten/ Kota, HKTI
Kecamatan, HKTI Desa/Kelurahan dan Basis organisasi HKTI berupa Kerukunan Tani
Usaha Mandiri disingkat KUNTUM dan atau Rukun-rukun tani yang bergerak dalam salah
satu jenis komoditas pertanian.
(2) Hubungan antar organisasi satuan wilayah diikat dalam kesatuan jatidiri dan aspirasi
nasional mewujudkan Indonesia Raya demi memperbaiki nasib insan tani .
(3) Dengan prinsip desentralisasi, masing-masing organisasi satuan wilayah berstatus
mandiri dalam menentukan kebijakan mengatur kehidupan internal dan gerakan
perjuangan sesuai dengan kondisi, tuntutan dan tantangan masing-masing wilayah, serta
komoditas andalan daerahnya.

Pasal 14
HKTI NASIONAL

1) HKTI Nasional dipimpin oleh Dewan Pimpinan Nasional disingkat DPN, dengan wilayah
kerja melipui seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2) Dewan Pimpinan Nasional terdiri dari
a. Badan Pertimbangan Organisasi (BPO)
b. Pimpinan Harian Nasional
c. Beberapa orang anggota Pimpinan yang ditetapkan oleh Pimpinan Harian yang
bertugas sebagai Pimpinan Komite Program Aksi yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan
3) Badan Pertimbangan Organisasi adalah organ pengurus yang memiliki kedudukan dan
peranan sebagai pemantau dan pemberi saran, arahan dan dukungan kepada Pimpinan
Harian
4) Pimpinan Harian Nasional terdiri dari seorang Ketua Umum, beberapa orang ketua,
seorang Sekretaris Jenderal, beberapa orang wakil sekretaris jenderal, seorang
Bendahara Umum, dan beberapa orang bendahara.
5) Komite Program Aksi adalah komponen operasional yang akan dibentuk oleh Pimpinan
Harian untuk menangani kegiatan pokok organisasi, yang lebih lanjut akan diataur dalam
Anggaran Rumah Tangga
6) Pimpinan Harian dapat membentuk Alat Kelengkapan Orgnisasi sesuai dengan
kebutuhan. yang akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
7) Dewan Pimpinan Nasional mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengelola organisasi secara nasional
b. Menentukan arah kebijaksanaan secara nasional
c. Mengesahkan Dewan Pimpinan Provinsi
d. Mendorong aktivitas HKTI Provinsi
e. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Nasional
f. Menetapkan dan memberikan penghargaan seseorang warganegara Indonesia
sebagai Pinisepuh HKTI, atau Penasehat HKTI, atau Anggota Kehormatan, atau
Insan Tani Berprestasi.

4
8) Musyawarah dan rapat-rapat HKTI Nasional terdiri atas;
a. Musyawarah Nasional (MUNAS), sebagai pengejawantahan kedaulatan anggota,
pemegang kekuasaan tertinggi organisasi yang diselenggarakan sekali dalam lima
tahun, dengan wewenang
a.1. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
a.2. Menetapkan Program Umum Organisasi
a.3. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Nasional
a.4. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Nasional.
a.5. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi.
a.6. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.
b. Musyawarah Nasional Luar Biasa. (MUNASLUB), suatu musyawarah bersifat
istimewa dan khusus untuk penyelamatan eksistensi organisasi
c. Musyawarah Pimpinan Nasional (MUSPIMNAS), suatu forum pemegang kekuasan
tertinggi diantara dua Munas, untuk menetapkan kebijakan-kebijakan organisasi
secara nasional, yang diikuti oleh utusan Dewan Pimpinan Provinsi
d. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) suatu forum musyawarah untuk melakukan
evaluasi dan perumusan program kerja, sebagai penjabaran program umum
organisasi
e Rapat Dewan Pimpinan Nasional, untuk membuat keputusan-keputusan kebijakan
operasional organisasi nasional, dan pengisian lowongan antar waktu personalia
pengurus.

Pasal 15

HKTI Provinsi

1) HKTI Provinsi dipimpin oleh Dewan Pimpinan Provinsi disingkat DPP dengan wilayah
kerja meliputi seluruh wilayah di satu provinsi di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Dewan Pimpinan Provinsi terdiri dari;
a. Badan Pertimbangan Organisasi Provinsi
b. Pimpinan Harian Provinsi .
c. Beberapa orang anggota Pimpinan yang ditetapkan oleh Pimpinan Harian Provinsi
yang bertugas sebagai Pimpinan/Ketua Komite Program Aksi Provinsi
3) Pimpinan Harian Provinsi terdiri dari seroang Ketua, beberapa orang Wakil ketua,
seorang Sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa
wakil bendahara.
4) Komite Program Aksi Provinsi akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
5) Dewan Pimpinan Provinsi dapat membentuk Alat Kelengkapan Organisasi provinsi
sesuai dengan kebutuhannya, yang akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
6) Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab.
a. Mengelola organisasi HKTI di wilayah kerjanya.
b. Mengimplementasikan arah kebijakan nasional di wilayah kerjanya.
c. Mengesahkan Dewan Pimpinan HKTI Kabupaten/Kota
d. Mendorong aktivitas organisasi HKTI Kabupaten/Kota
e. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Provinsi
7) Musyawarah dan rapat-rapat HKTI Provinsi terdiri dari;

5
a. Musyawarah Provinsi disingkat MUSPROV, pemegang kedaulatan tertinggi HKTI
Provinsi, diadakan sekali dalam lima tahun, dengan wewenang
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi wilayah
Provinsi.
a.2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Provinsi.
a.3. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Provinsi serta memilih dan
menetapkan Dewan Pimpinan Provinsi yang baru.
a. 4. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Provinsi.
b. Musyawarah Pimpinan Provinsi disingkat MUSPIMPROP, pemegang kekuasaan
tertinggi diantara dua MUSPROP, untuk menetapkan kebijakan-kebijakan HKTI
Provinsi
c. Rapat Kerja Provinsi disingkat RAKERPROV, untuk melakukan evaluasi dan
penyusun program HKTI Provinsi
d. Rapat Pimpinan Provinsi, untuk membuat keputusan-keputusan kebijakan HKTI
Provinsi, dan melakukan pengisian lowongan antar waktu personial pengurus

Pasal 16

HKTI Kabupaten/Kota
1) HKTI Kabupaten/Kota dipimpin oleh Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota disingkat DPK
dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah di satu Kabupaten/Kota di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota terdiri dari
a. Badan Pertimbangan Organisasi Kabupaten/Kota
b. Pimpinan Harian Kabupaten/Kota
c. Beberapa orang anggota pengurus yang akan bertugas sebagai pimpinan Komite
Program Aksi Kabupaten/Kota
3) Pimpinan Harian HKTI Kabupaten/Kota terdiri seorang Ketua, beberapa orang wakil
ketua, seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang bendahara dan wakil
bendahara
4) Komite Program Aksi Kabupaten/Kota yang perlu diadakan akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga
5) Pimpinan Kabupaten/Kota dapat membentuk Alat Kelengkapan Organisasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhannnya yang akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga
6) Dewan Pimpinan Kaupaten/Kota (DPK) mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung
jawab
a. Mengelola Organisasi HKTI di wilayah kerjanya.
b. Mengimplementasikan arah kebijakan provinsi di wilayah kerjanya.
c. Mengesahkan Dewan Pimpinan Kecamatan
d. Mendorong aktiviats organisasi HKTI Kecamatan.
e. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Kabupaten/Kota.
7) Musyawarah dan rapat-rapat HKTI Kabupaten/kota terdiri dari
a. Musyawarah Kabupaten/kota disingkat MUSKAB/MUSKOT, pemegang kedaulatan
tertinggi organisasi HKTI Kabupaten/Kota, diadakan sekali setiap lima tahun, dengan
wewenang
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi di
wilayah Kabupaten/Kota.
a.2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota.

6
a.3. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota serta memilih dan
menetapkan Dewan Pimpinan Kabupatan/Kota yang baru.
a.4. Menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi Kabupaten.

b. Musyawarah Pimpinan Kabupaten/Kota (MUSPIMKAB/RAPIMKOT), untuk membuat


ketetapan kebijakan HKTI Kabupaten/Kota, diantara dua MUSKAB/MUSKOT.
c. Rapat Kerja Kabupaten/Kota (RAKERKAB/RAKERKOT), untuk melakukan evaluasi
dan menyususn program kerja HKTI Kabupaten/Kota
d. Rapat Pimpinan Kabupaten/Kota, untuk membuat keputusan organisasi HKTI
Kabupaten/Kota, dan mengadakan pengisian lowongan antar waktu personalia
pengurus.

Pasal 17
HKTI kecamatan
1) HKTI Kecamatan dipimpinan oleh Dewan Pimpinan Kecamatan disingkat DPC dengan
wilayah kerja meliputi seluruh wilayah di satu Kecamatan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2) Dewan Pimpinan Kecamatan terdiri dari
a. Badan Pertimbangan Organisasi Kecamatan
b. Pimpinan Harian Kecamatan
c. Beberapa Anggota Pengurus yang akan bertugas sebagai Pimpinan Komite Program
Aksi Kecamatan
3) Pimpinan Harian terdiri dari seorang Ketua, beberapa orang wakil ketua, seorang
sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang bendahara dan wakil bendahara.
4) Pimpinan Kecamatan mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab;
a. Mengelola Organisasi HKTI di wilayah kerjanya
b. Mengimplementasikan arah kebijakan kabupaten/kota di wilayah kerjanya dan
mengkoordinir kegiatan di HKTI Desa/Kelurahan
c. Mengesahkan Pimpinan Desa/Kelurahan
d. Mendorong aktivitas organisasi HKTI Desa/Kelurahan
e. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Kecamatan
5) Musyawarah dan rapat-rapat HKTI Kecamatan terdiri dari
a. Musyawarah Kecamatan disingkat MUSCAM, pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi HKTI Kecaatan, diadakan sekali.setiap lima tahun, dengan wewenang
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi wilayah
Kecamatan.
a. 2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Kecamatan.
a.3. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan kecamatan serta memilih dan
menetapkan Dewan Pimpinan yang baru.
a.4. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Kecamatan.
b. Musyawarah Pimpinan Kecamatan disingkat MUSPIMCAM, untuk menentukan
kebijakan diantara dua MUSCAM
c. Rapat Kerja Kecamatan disingkat RAKERCAM untuk melakukan evaluasi dan
menyusun program kerja HKTI Kecamatan
d. Rapat Pimpinan Kecamatan, untuk membuat keputusan organisasi HKTI Kecamatan,
dan mengadakan pengisian lowongan antar waktu personalia pengurus.

7
Pasal 18
HKTI Desa/Kelurahan
1) HKTI Desa/Kelurahan dipimpin oleh Dewan Pimpinan Desa/Pengurus Kelurahan
disingkat DPD/DPL, dengan wilatah kerja meliputi seluruh wilayah satu desa/kelurahan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Dewan Pimpinan Desa/Kelurahan terdiri dari
a. Badan Pertimbangan Organisasi Desa/Kelurahan
b. Pimpinan Harian Desa/Kelurahan
c. Beberapa Anggota pengurus yang akan bertugas sebagai pimpinan Komite Program
Aksi
3) Pimpinan Harian Desa/Lurah terdiri dari seorang ketua, beberapa orang wakil Ketua,
seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang Bendahara dan wakil
bendahara.
4) Pimpinan Desa/Lurah mempunyai wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
a. Mengelola organisasi HKTI di wilayah kerjanya.
b. Mengimplementasikan arah kebijakan kebupaten/kota diwilayah kerjanya.
c. Memberi pertanggung jawaban kepada Musyawarah Desa/Kelurahan.
d. Melakukan pendaftaran Anggota HKTI Desa/Kelurahan
e. Menumbuh kembangkan Kerukunan Tani Usaha Mandiri (KUNTUM) atau Rukun Tani
Berdasar Kesamaan Komiditas Usaha Tani.
5) Musyawarah dan rapat-rapat HKTI Desa/Kelurahan terdiri dari
a. Musyawarah Desa/Lurah disingkat MUSDES/MUSRAH, pemegang kedaulatan
teringgi HKTI Desa/Kelurahan, diadakan sekali setiap lima tahun, dengan wewenang
a.1. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program HKTI
Desa/Kelurahan.
a.2. Menetapkan penilaian pertanggungjawaban Dewan pimpinan Desa/Kelurahan.
a.3. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Desa/Kelurahan serta memilih dan
menetapkan Dewan Pimpinan yang baru.
a.4. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Desa/Kelurahan
b. Rapat Kerja Desa/Lurah (RAKERDES/RAKERRAH), untuk melakukan evaluasi dan
menyusun program kerja HKTI Desa/Kelurahan
c. Rapat Pimpinan Desa/lurah untuk membuat keputusan organisasi HKTI
Desa/Kelurahan, dan mengisi lowongan antar waktu personalia pengurus

Pasal 19
HIRARKI PERATUAN

1) Hiraki peraturan HKTI adalah sebagai berikut


a. Ketetapan Munas
b. Anggaran dasar
c. Anggaran Rumah Tangga
d. Peraturan Organisasi
e. Ketetapan Rapat Pimpinan nasional
f. Keputusan Rapat Kerja Nasional
g. Keputusan Rapat Pimpinan Nasional
h. Ketetapan Musyawarah Provinsi
i. Ketetapan Rapat Pimpinan Provinsi.
j. Keputusan Rapat Kerja Provinsi

8
k. Keputusan Rapat Pimpinan provinsi
l. Ketetapan Musyawarah Kabupaten/Kota
m. Ketetapan Rapat pimpinan kabupaten/Kota
n. Keputusan Rapat Kerja Kabupaten/Kota
o. Keputusan Pimpinan Kabupaten/Kota
p. Ketatapan Musyawarah Kecamatan
q. Ketetapan Rapat Pimpinan Kecamatan
r. Keputusan Pimpinan kecamatan
s. Ketetapan Musyawarah Desa/Kelurahan
t. Keputusan Rapat Kerja Desa/Lurah
u. Keputusan Pimpinan Desa/Lurah.
2) Peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan HKTI yang lebih
tinggi.

BAB VII
HUBUNGAN KEMITRAAN DAN KONGRES TANI

Pasal 23
Hubungan Kemitraan
HKTI menjalin, membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dan kemitraan dengan
organisasi kemasyarakatan pada umumnya dan khususnya yang mempunyai kegiatan,
profesi dan fungsi dibidang pertanian dan pembangunan pedesaan di dalamnegeri maupun
di luar negeri.

Pasal 24
Kongres Tani
Selain musyawarah-musyawarah sebagaimana dimaksud pada Bab VII pasal 17, dalam
rangkaian MUNAS HKTI diadakan KONGRES TANI INDONESIA dalam rangka menja lin,
membina dan mengembangkan komunikasi timbal balik dan hubungan kerjasama antar
masyarakat Pertanian maupun antar sesama organisasi profesi kemasyarakatan seje nis
yang mempunyai kegiatan, profesi dan fungsi dibidang pertanian, termasuk agribisnis serta
pembangunan pedesaan.

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 22
Keuangan Organisasi diperoleh dari
a. Uang pangkal dan uang iuran anggota, baik anggota perorangan, maupun organisa si
kemasyarakatan dan kelompok.
b. Bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat
c. Usaha-usaha lain yang sah

BAB IX

9
PEMBUBARAN & PENUTUP

Pasal 23
Pembubaran
(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan di dalam suatu Musyawarah Nasional
atau Musyawarah Nasional Luar Biasa yang diadakan khusus untuk itu yang dihadiri
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah yang berhak hadir sebagai peserta
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa bersangkutan
(2) Keputusan pembubaran organisasi hanya sah jika disetujui dengan mufakat bulat atau
oleh dua pertiga dari jumlah suara yang hadir
(3). Dalam hal organisasi bubar, maka kekayaan organisasi diserahkan kepada Badan-ba
dan/Lembaga-lembaga Sosial di Indonesia oleh Tim Likuidasi yang dibentuk oleh
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

Pasal 24
Penutup.
1). Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah dan ditambah oleh Musyawarah Nasional
atau Musyarah Nasional Luar Biasa
2) Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
3) Pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diatur dalam Peraturan
Organisasi yang ditetapkan oleh Pimpinan Nasional.

DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL 5 DESEMBER 2004

MAJELIS PIMPINAN
MUSYAWARAH NASIONAL VI HKTI

Ny. Hj. Naniek Sumarni, HS Dr. Ir. Noer Soetrisno Ir. Abdul Kadir Supu

Ir. Usman Hasan, MSI Prof. DR. Ir. Suhardi, MSc

10
11
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA
2004 – 2009

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
1) Yang dapat diterima sebagai Anggota Perorangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Warga Negara Indonesia yang mempunyai kegiatan di bidang pertanian dan
pedesaan maupun agribisnis atau yang berminat kuat memperjuangkan kepentingan
kaum tani dan penduduk pedesaan maupun kepentingan agribisnis.
b. Telah berumur 17 tahun atau telah kawin
c. Bermoral Pancasila
d. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Program Umum dan
mematuhi Peraturan-Peraturan Organisasi HKTI
e. Tidak menjadi anggota organisasi yang asas dan tujuannya bertentangan dengan
asas dan tujuan HKTI.
f. Mengajukan permohonan langsung kepada Pengurus HKTI terdekat atau melalui
prosedur khusus yang ditentukan kemudian.
2) Organisasi Kemasyarakatan, kelompok usaha tani, koperasi dan kelompok/asosiasi
pelaku agribisnis lainnya, dapat diterima sebagai anggota, jika memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. Didirikan oleh Warga Negara Indonesia.
b. Mempunyai kegiatan profesi dan atau fungsi di bidang pertanian, termasuk agribisnis,
serta pembangunan pedesaan.
c. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi
HKTI.

Pasal 2
Masing-masing tingkat kepengurusan dapat membentuk Rukun Tani yaitu suatu Kelompok
usaha tani berdasarkan komoditi dan atau usaha agribisnis lainnya, sesuai dengan
keperluan.

Pasal 3
1) Seseorang, organisasi kemasyarakatan, kelompok usaha tani, koperasi dan kelompok/
asosiasi pelaku agribisnis sah menjadi anggota setelah ditetapkan dan didaftarkan
sebagai Anggota HKTI
2) Penetapan dan pendaftaran perorangan sebagai anggota HKTI dilakukan oleh Pengurus
Kabupaten/Kota atau oleh Pengurus ditingkatan lainnya berdasarkan prosedur khusus
yang ditentukan melalui pengurus setingkat dibawahnya dan terdaftar di KUNTUM tingkat
Desa.
3) Penetapan dan pendaftaran organisasi kemasyarakatan, kelompok/asosiasi pelaku
agribisnis sebagai anggota HKTI dilakukan oleh tingkat kepengurusan HKTI sesuai
dengan tingkat organisasi kemasyarakatan/kelompok.
4) Organisasi kemasyarakatan, kelompok usaha tani, koperasi dan kelompok/asosiasi
pelaku agribisnis yang sudah terdaftar sebagai anggota di suatu tingkat kepengurusan
HKTI, dengan sendirinya menjadi anggota di tingkat kepengurusan dibawahnya

12
sepanjang organisasi kemasyarakatan, koperasi, kelompok usaha tani dan kelompok/
asosiasi pelaku agribisnis dimaksud mempunyai kepengurusan di wilayah HKTI tersebut.
5) Setiap kepengurusan HKTI yang telah menerima dan mendaftar anggota berkewajiban
memelihara daftar anggota, serta wajib memberikan Surat Keterangan dan atau Tanda
Keanggotaan kepada setiap anggota.

Pasal 4
(1) Pengurus Nasional HKTI menetapkan anggota perorangan menjadi Kader HKTI
(2) Anggota perorangan yang dapat ditetapkan menjadi Kader HKTI harus memenuhi salah
satu ketentuan berikut:
a. Pendiri HKTI
b. Pernah aktif tanpa cacat sebagai pengurus HKTI atau pengurus organisasi
kemasyarakatan dan kelompok/asosiasi Anggota HKTI sekurang-kurangnya satu
masa jabatan.
c. Menyelesaikan pendidikan dan latihan kader organisasi dengan baik
d. Melaksanakan dan atau mengikuti kegiatan HKTI atau kegiatan organisasi
kemasyarakatan dan kelompok/asosiasi Anggota HKTI dengan baik sekurang-
kurangnya lima tahun tanpa cacat.
(3) Setiap Kader HKTI berhak mendapt Surat Keterangan atau Tanda Pengenal sebagai
Kader yang diataur lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi

Pasal 5
(1) Setiap anggota perorangan mempunyai hak-hak sebagai berikut:
a. Hak bicara dan hak suara pada Musyawarah Organisasi/Rapat-rapat sesuai dengan
Peraturan Organisasi yang berlaku.
b. Hak memilih dan dipilih dalam semua jabatan organisasi
c. Hak menyampaikan pendapat, dan atau saran-saran baik lisan maupun tertulis
kepada pengurus melalui jenjang organisasi.
d. Hak mendapat perlindungan/pembelaan, bimbingan dan bantuan dari organisasi,
e. Hak mendapatkan pendidikan dan latihan dari organisasi
(2) Setiap Anggota berkewajiban:
a. Mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Peraturan-peraturan Organisasi.
b. Ikut mensukseskan pelaksanaan program umum dan semua kegiatan organisasi.
c. Menjaga nama baik dan martabat organisasi.
d. Memelihara, mengembangkan dan meningkatkan citra organisasi.
e. Menghadiri pertemuan-pertemuan/rapat-rapat/musyawarah- musyawaraha organisasi
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
f. Membayar uang pangkal dan uang iuran.
g. Memiliki kartu tanda anggota
h. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi dengan penuh rasa
tanggung jawab dan melapurkan hasil-hasil pelaksanan tugas tersebut kepada
pengurus yang menugaskan
(3) Organisasi kemasyarakatan dan kelompok/koperasi/asosiasi Anggota HKTI mempunyai
hak dan kewajiban sama dengan anggota perorangan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan (2), diemban oleh Pengurus atau Perwakilan yang mendapat
mandat/penugasan dari Pengurus masing-masing organisasi kemasyarakatan dan
kelompok/asosiasi Anggota HKTI bersangkutan.

13
Pasal 6
(1) Anggota perorangan berakhir menjadi anggota sejak yang bersangkutan:
a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri, yang dinyatakan secara tertulis dan disampaikan kepada
Pengurus Organisasi dimana terdaftar.
c. Diberhentikan untuk sementara dan atau dipecat sebagai tindakan disiplin organisasi
yang dinyatakan secara tertulis oleh Pengurus Organisasi dimana dia terdaftar.
(2) Keanggotaan organisasi kemasyarakatan dan kelompk/koperasi/asosiasi Anggota HKTI
berhenti sejak organisasi kemasyarakatan dan kelompok/koperasi/asosiasi tersebut
a. Bubar, baik karena membubarkan diri, dibubarkan atau bubar dengan sendirinya
b. Mengundurkan diri yang dinyatakan secara tertulis dan disampaikan kepada pengurus
organisasi dimana dia didaftar.
c. Diberhentikan untuk sementara dan atau dipecat sebagai tindakan disiplin organisasi,
yang dinyatakan secara tertulis oleh pengurus organisasi dimana dia terdaftar.
(3) Organisasi kemasyarakatan dan kelompok/.asosiasi anggota HKTI dinyatakan bubar
dengan sendirinya jika kepengurusan tertinggi organisasi kemasyarakatan dan
kelompok/asosiasi tersebut tidak berfungsi lagi selama lebih dari lima tahun berturut-
turut.

Pasal 7
(1) Anggota yang lalai memenuhi kewajiban sebagaimana diatur pasal 5 ayat (2) dan ayat
(30 atau dengan sengaja melanggar ketentuan yang tercantum pada Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan dapat dikenakan tindakan disiplin organisasi.
(2) Tindakan disiplin yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Pemberhentian sementara dari keanggotaan HKTI setinggi-tingginya selama tiga
tahun.
c. Pemecatan dari keanggotaan HKTI
(3) Tindakan disiplin dikenakan oleh kepengurusan HKTI dimana anggota yang
bersangkutan terdaftar, dengan ketentuan tindakan disiplin berupa pemberhentian
sementara dan atau pemecatan hanya dapat dikenakan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari tingkat kepengurusan yang lebih tinggi, kecuali tindakan
disiplin dimaksud dikenakan oleh Pimpinan Nasional HKTI
(4) Atas permohonan yang bersangkutan, lamanya pemberhentian sementara dapat ditinjau
kembali oleh kepengurusan yang mengenakan tindakan disiplin tersebut.
(5) Anggota dan atau bekas anggota yang dikenakan tindakan disiplin, berhak mengajukan
banding disertai alasan-alasan pembelaan diri.
(6) Permintaan banding yang dimaksud pada ayat (5) Pasal ini, diajukan kepada dan diputus
oleh:
a. Musyawarah Nasional dalam hal tindakan disiplin dikenakan oleh Pimpinan Nasional
atau tindakan disiplin berupa pemecatan, dengan ketentuan permintaan banding
diajukan melalui Pimpinan nasional selambat-lambatnya satu bulan menjelang
Musyawarah Nasional diadakan.
b. Pengurus HKTI setingkat lebih tinggi dari kepengurusan yang memberi persetujuan
pengenaan tindakan disiplin dimaksud, dengan ketentuan permintaan banding
diajukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan sejak menerima
pemberitahuan tentang tindakan disiplin tersebut.

14
(7) Dalam hal masa pemberhentian sementara sudah berakhir dan atau pemecatan dicabut
atau dibatalkan oleh Musyawarah Nasional, keanggotaan yang bersangkutan didaftarkan
kembali oleh Pengurus yang mengenakan tindakan disiplin tersebut.

BAB II
KEPENGURUSAN

Pasal 8
(1) Pengurus Nasional dipilih dan ditetapkan oleh MUNAS untuk masa jabatan lima tahun.
(2) Pengurus Provinsi dipilih dan ditetapkan oleh MUSPROV serta disahkan oleh Pengurus
Nasional untuk masa jabatan lima tahun.
(3) Pengurus Kabupaten/Kota dipilih dan ditetapkan oleh MUSKAB/MUSKOT serta disahkan
oleh Pengurus Provinsi untuk masa jabatan lima tahun.
(4) Pengurus Kecamatan dipilih dan ditetapkan oleh MUSCAT serta disahkan oleh Pengurus
Kabupatan/Kota untuk masa jabatan lima tahun.
(5) Pengurus Desa/Kelurahan dipilih dan ditetapkan oleh MUSDES/MUSRAH serta disahkan
oleh Pengurus Kecamatan untuk masa jabatan lima tahun
Pasal 9
Masing-masing Kepengurusan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 diatas bertanggung
jawab kepada Musyawarah Organisasi yang memilih dan mengangkatnya.

Pasal 10
Kepengurusan HKTI disemua tingkatan terdiri dari tiga organ :
(1) Badan Pertimbangan Organisasi
(2) Pimpinan Harian
(3) Komite Program Aksi

Pasal 11
Untuk dapat dipilih menjadi Pengurus HKTI harus memeuhi syarat-syarat:
a. Anggota perorangan HKTI atau Warga Negara Indonesia yang bergerak dan atau
berminat kuat terhadap pembangunan pertanian dan pedesaan serta peduli kepada
kepentingan rakyat tani.
b. Dapat berbahasa Indonesia, membaca dan menulis huruf latin.
c. Telah berumur sekurang-kurangnya 20 tahun.
d. Mampu meluangkan waktu dan bersedia aktif dalam mengabdi dan mengemban tugas
organisasi.
e. Mampu bekerjasama secara kolektif serta mampu mengembangkan HKTI sebagai
wahana perjuangan rakyat tani.

Pasal 12
(1) Pengurus HKTI ditiap wilayah kerja organisasi mempunyai tugas, kewenangan dan
tanggung jawab:
a. Menetapkan kebijaksanaan organisasi ditingkat wilayah kerjanya masing-masing,
sebagai pelaksanaan semua Keputusan/Ketetpan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Pimpinan Nasional, Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Organisasi/
Musyawarah Pimpinan/Rapat Kerja diwilayah kerjanya masing-masing dan
Kebijaksanaan organisasi yang ditetapkan oleh Pengurus setingkat lebih tinggi.

15
b. Menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan program umum organisasi dan menetapkan
program kerja tahunan di masing-masing wilayah kerjanya
c. Mengangkat dan menetapkan keanggotaan Badan Pertimbangan Organisasi dan
Komite Program Aksi di wilayah kerja masing-masing.
d. Membentuk Alat Kelengkapan Organinasi berupa Yayasan atau Lembaga yang
dipandang perlu.
e. Melaksanakan tugas dan kewenangan lainnya yang ditentukan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Peraturan
Organisasi.
f. Khusus Pimpinan Nasional HKTI dapat menetapkan dan mengangkat seseorang atas
kapasitas pribadinya menjadi Pinisepuh HKTI, atau Penasehat HKTI atau Insan Tani
Berprestasi.
(2) Pimpinan Harian ditiap wilayah kerja organisasi mempunyai tugas, kewenangan dan
tanggung jawab:
a. Memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari, kewenangan dan tanggung jawab pengurus
diwilayah kerja masing-masing.
b. Mengatur pelaksanaan keputusan yang ditetapkan Pengurus diwilayah kerjanya
masing-masing.
c. Melaksanakan tugas dan kewajiban lainnya yang ditetapkan oleh HKTI wilayah
kerjanya masing-masing sebagai pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Musyawarah dan Peraturan Organisasi.

BAB III
KOMPOSISI PENGURUS HARIAN

Pasal 13
(1) Pimpinan Harian Nasional terdiri dari sekurang kurangnya 17 orang disusun dengan
komposisi:
• Ketua umum
• Beberapa orang Ketua
• Sekretaris Jenderal
• Beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal
• Bendahara Humum
• Beberara orang wakil bendahara

(2) Pimpinan Harian Provinsi/Kabupaten/Kota terdiri dari :


• Ketua
• Beberapa orang Wakil Ketua
• Sekretaris
• Beberapa orang Wakil Sekretaris
• Bendahara
• Beberapa orang Wakil Bendahara

(3) Pengurus Harian Kecamatan/Desa/Kelurahan terdiri dari


• Ketua
• Dua orang wakil ketua
• Sekretaris
• Wakil Sekretaris

16
• Bendahara
• Wakil Bendahara

BAB IV
KOMITE

Pasal 14
(1) Komite Program Aksi merupakan organ pengurus yang mempunyai tugas, kewenangan
dan tanggung jawab melaksanakan dan mengembangkan kegiatan dan atau usaha
dibidangnya masing-masing, dalam rangka melaksanakan program HKTI dan
meningkatkan peranan HKTI
(2) Komite-komite dibentuk oleh Pengurus Harian Dewan Pimpinan Nasional HKTI sesuai
dengan kebutuhan.
(3) Pada masing-masing Komite dapat dibentuk Sub Komite sesuai dengan kebutuhan
masing-masing Komite
(4) Komite pada Dewan Pimpinan Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan menyesuasikan
kebutuhan daerah masing-masing.

BAB V
BADAN PERTIMBANGAN ORGANISASI

Pasal 15
(1) Badan Pertimbangan Organisasi merupakan organ pengurus yang mempunyai tugas,
kewenangan dan tanggung jawab memberikan pertimbangan, saran dan dukungan
terhadap Pimpinan Harian dalam rangka melaksanakan fungsi dan mensukseskan misi
HKTI.
(2) Keanggotaan lengkap Badan Pertimbangan Organisasi ditetapkan oleh Pimpinan Harian
pada tingkat wilayah kerja masing-masing, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
terbentuknya Pimpinan Harian, yang terdiri dari :
a. Tokoh-tokoh HKTI
b. Tokoh-tokoh masyarakat
c. Unsur Perguruan Tinggi
d. Unsur Wira Usaha.
(3) Badan Petimbangan Organisasi dipimpin oleh seorang Ketua yang ditetapkan
Musyawarah organisasi masing-masing wilayah, dengan sekretaris ex officio Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Pimpinan Harian.

BAB VI
ALAT KELENGKAPAN ORGANISASI

17
Pasal 16
(1) Pengurus HKTI disetiap wilayah kerja sesuai dengan kebutuhan dapat membentuk Alat
Kelengkapan Organisasi berupa Badan, Lembaga dan Kerukunan-kerukunan Tani Usaha
Mandiri.
(2) Alat Kelengkapan Organisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatas bersifat
mandiri dalam mengatur internal kelembagaannya.
(3) Hubungan antara HKTI dengan Alat Kelengkapan Organisasi diatur dengan ketentuan
khusus.

BAB VII
MUSYAWARAH

Pasal 17
(1) Musyawarah Organisasi berupa Musyawarah Nasional (MUNAS), Musyawarah Nasional
Luar Biasa (MUNASLUB, diselenggarakan oleh Pengurus Nasional
(2) Musyawarah Nasional merupakan pemegang kedaulatan tertinggi organisasi diadakan
sekali dalam waktu lima tahun mempunyai wewenang :
a. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Menetapkan Pogram Umum Organisasi
c. Menetapkan penilaian pertanggung jawaban Pimpinan Nasional
d. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Nasional serta memilih dan menetapkan
Dewan Pimpinan Nasional yang baru.
e. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi
f. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.
(3) Peserta Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah:
a. Dewan Pimpinan Nasional
b. Pimpinan Harian Provinsi dari seluruh Indonesia
c. Organisasi Kemasyarakatan dan Kelompok/koperasi/asosiasi anggota HKTI yang
mempunyai ruang lingkup nasional
d. Pimpinan Harian Kabupaten/Kota seluruh Indonesia
(4) Utusan peserta MUNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir b sampai d,
jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Harian Nasional
(5) Badan Pertimbangan Organisasi, Komite sebagai organ Dewan Pimpinan Nasional dan
Badan, Lembaga sebagai Alat Kelengkapan Organisasi diundang sebagai peninjau.
(6) Selain dihadiri Peserta dan Peninjau, Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional
Luar Biasa dapat dihadiri oleh Undangan yang ditetapkan oleh Pimpinan Harian Nasional

Pasal 18
(1) Musyawarah Provinsi (MUSPROV) dan Musyawarah Luar Biasa Provinsi
diselenggarakan oleh Pimpinan Provinsi.
(2) MUSPROV merupakan pemegang kedaulatan tertinggi organisasi HKTI Provinsi
diadakan sekali dalam waktu lima yahun dengan wewenang:
a. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi
b. Menetapkan penilaian laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
c. Menerima pengunduruan diri Dewan Pimpinan serta memilih dan menetapkan Dewan
Pimpinan Baru.
d. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi.

18
(3) Peserta Musyawarah Provinsi/Musyawarah Luar Biasa Provinsi adalah ;
a. Pimpinan Nasional yang diwakili oleh perutusannya
b. Dewan Pimpinan Provinsi
c. Pimpinan Harian Kabupaten/Kota yang ada di wilayah provinsinya
d. Organisasi Kemasyarakatan, kelompok/koperasi/asosiasi anggota HKTI yang memiliki
ruang lingkup kepengurusan tingkat provinsi
(4) Utusan peserta Musyawarah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) c dan d
jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Provinsi.
(5) Badan Pertimbangan Provinsi, Komite Provinsi, Alat Kelengkapan Organisasi yang ada
diwilayah Provinsi diundang sebagai penijau
(6) Selian dihadiri peserta dan peninjau Musyawarah Provinsi dapat dihadiri Undangan yang
ditetapkan oleh pengurus provinsi.

Pasal 19
(1) Musyawarah Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Pengurus Kabupaten/ Kota,
(2) MUSKAB/KOT merupakan pemegang kedaulatan tertinggi HKTI Kabupaten/Kota
diadakan sekali dalam lima tahun, dengan wewenang:
a. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi
b. Menetapkan penilaian laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
c. Menerima pengunduruan diri Dewan Pimpinan serta memilih dan menetapkan Dewan
Pimpinan Baru.
d. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi.

(3) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah:


a. Pimpinan HKTI Provinsi yang diwakili oleh perutusannya
b. Pimpinan HKTI Kabupaten/Kota
c. Pimpinan HKTI Kecamatan sewilayah Kabupaten/Kota masing-masing.
d. Organisasi Kemasyarakatan, kelompok/koperasi/asosiasi anggota HKTI yang memiliki
ruang lingkup Kabupaten/Kota.
(4) Utusan peserta Musyawarah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) c
dan d jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Harian Kabupaten/Kota
(5) Badan Pertimbangan Kabupaten, Komite kabupaten, Alat Kelengkapan Organisasi
Kabupaten dapat diundang sebagai peninjau.
(6) Selaian peserta dan peninjau, Musyawarah Kabupaten/kota dapat dihadiri Undangan
yang ditetapkan oleh Pimpinan Harian Kabupaten/Kota

Pasal 20
(1) Musyawarah Kecamatan diselenggarakan oleh Pimpinan HKTI Kecamatan
(2) MUSCAT merupakan pemegang kedaulatan tertinggi HKTI Kecamatan diadakan sekali
dalam lima tahun dengan wewenang:
a. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi
b. Menetapkan penilaian laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
c. Menerima pengunduruan diri Dewan Pimpinan serta memilih dan menetapkan Dewan
Pimpinan Baru.
d. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi.

(3) Peserta Musyawarah Kecamatan adalah:


a. Pimpinan HKTI Kabupaten/Kota yang diwakili perutusannya
b. Pimpinan HKTI Kecamatan

19
c. Pimpinan HKTI Desa/Kelurahan sewilayah kecamatan
d. Organisasi kemasyarakatan, kelompok/koperasi/asosiasi yang mempunyai ruang
lingkup dan kepengurusan di Kecamatan bersangkutan
(4) Utusan peserta Musayawarah kecmatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir c dan
d, jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Harian Kecamatan
(5) Badan Pertimbangan Kecamatan, Komite Kecamatan, Alat Kelengkapan Organisasi
diundang sebagai peninjau.
(6) Selain peserta dan peninjau, Musyawarah Kecamatan dapat dihadiri oleh Undangan yang
ditetapkan oleh Pimpinan Harian Kecamatan

Pasal 21
(1) Musyawarah Desa/Kelurahan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan HKTI
Desa/Kelurahan.
(2) MUSDES/KEL merupakan pemegang kedaulatan anggota diadakan sekali dalam lima
tahun, dengan wewenang:
a. Menetapkan kebijaksanaan umum dan pokok-pokok program organisasi
b. Menetapkan penilaian laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
c. Menerima pengunduruan diri Dewan Pimpinan serta memilih dan menetapkan Dewan
Pimpinan Baru.
d. Menetapkan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi.

(3) Peserta Musyawarah Desa/Kelurahan adalah:


a. Pimpinan HKTI Kecamatan, yang diwakili oleh perutusannya
b. Pimpinan HKTI Desa/Kelurahan
c. Seluruh anggota HKTI yang ada di wilayah Desa/Kelurahan bersangkutan
d. Organisasi Kemasyarakatan, kelompok/koperasi/asosiasi, KUNTUM anggota HKTI
yang ada di wilayah Desa/Kelurahan bersangkutan
(4) Utusan Peserta Musyawarah Desa/Kelurahan pada ayat (2) butir d jumlahnya ditetapkan
oleh Pengurus Desa/Kelurahan
(5) Badan Pertimbangan Desa/Kelurahan, Komite Desa/Kelurahan, Alat Kelengkapan
Organisasi tingkat Desa/Kelurahan diundang sebagai peninjau.
(6) Selain dihadiri peserta dan peninjau Musyawarah Desa/Kelurahan dapat dihadiri oleh
Undangan yang ditetapkan oleh Pimpinan HKTI Desa/Kelurahan.

Pasal 22
(1) Musyawarah Pimpinan (MUSPIM) diselenggarakan oleh Pimpinan Nasional, Pimpinan
Provinsi, Pimpinan Kabupaten/Kota.
(2) Peserta MUSPIM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Dewan Pimpinan Nasional, Dewan Pimpinan Provinsi dan Dewan Pimpinan
Kabupaten/kota yang bersangkutan
b. Badan Pertimbangan Organisasi Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
bersangkutan
c. Komite, Badan, Lembaga tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota bersangkutan.

Pasal 23
(1) Dewan Pimpinan Nasional, Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota, Dewan Pimpinan Kecamatan, Dewan Pimpinan Desa/Kelurahan, dapat

20
membentuk panitia penyelenggaran Musayawarah Organisasi atau Musyawarah
Pimpinan yang diadakan pada wilayah bersangkutan.
(2) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terus berfungsi dan bekerja hingga
dibubarkan oleh Pimpinan yang ada.
(3) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban mempertanggung jawabkan
pelaksanaan dan pembiayaan musyawarah kepada Pengurus tingkatannya masing-
masing.

BAB VIII
RAPAT-RAPAT

Pasal 24
(1) Rapat-rapat terdiri dari:
a. Rapat Kerja (RAKER)
b. Rapat Pimpinan Pleno
c. Rapat Pimpinan Harian
d. Rapat Badan Pertimbangan Organisasi
e. Rapat Komite
f. Rapat Alat Kelengkapan Organisasi
(2) Rapat Kerja sebagai forum penjabaran program umum menjadi program kerja tahunan
untuk masing-masing wilayah kerja diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan masing-
masing wilayah kerja bersangkutan.
(3) Rapat Pimpinan Pleno merupakan rapat gabungan segenap organ pengurus pada
masing-masing tingkatan.
(4) Rapat Pimpinan Harian merupakan rapat periodik pengurus pada masing-masing
tingkatan sekurang-kurangnya diadakan sebulan sekali.
(5) Rapat Badan Pertimbangan Organisasi dimasing-masing tingkatan kepengurusan
sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
(6) Rapat Komite pada masing-masing tingkat kepengurusan diadakan sesuai keperluan.

Pasal 25
Peserta Rapat Kerja pada masing-masing tingkat kepengurusan dihadiri oleh Pimpinan
wilayah bersangkutan dan utusan dari Pimpinan wilayah setingkat dibawahnya.

BAB VIII-
TATA TERTIB MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 26
Tata tertib Musyawarah dan Rapat Kerja ditiap tingkat wilayah organisasi ditetapkan oleh
Musyawarah atau rapat ditingkatan masing-masing sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 27

21
(1) Musyawarah Organisasi ditiap tingkat wilayah organisasi dipimpin oleh Pimpinan
Musyawarah yang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah ditingkatan masing-masing
terdiri dari seorang Ketua dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Anggota.
(2) Selain alat kelengkapan Musyawarah seperti dimaksud pada ayat (1) pasal ini,
Musyawarah dapat membentuk alat kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 28
(1) Musyawarah dan Rapat-rapat sah jika:
a. Undangan sudah disampaikan sebelumnya kepada Peserta Musyawarah dan Rapat
bersangkutan
b. Musyawarah mencapai quorum, apabila dihadiri oleh lebih separoh dari jumlah
peserta.
(2) Dalam hal quorum tidak tercapai, maka:
a. Musyawarah atau Rapat ditunda beberapa waktu lamanya sesuai dengan
kesepakatan peserta Musyawarah atau Rapat yang telah hadir.
b. Apabila sampai batas waktu penundaan peserta yang hadir belum mencapai jumlah
lebih dari separoh, maka Musyawarah dianggap sah apabila dihadiri sekurang-
kurangnya sepertiga peserta.
c. Setelah penundaan Musyawarah atau Rapat, apabila yang hadir tidak mencapai
sekurang-kurangnya sepertitiga peserta maka Musyawarah atau Rapat dinyatakan
batal, atau diteruskan sebagai forum konsultasi tanpa mengambil keputusan yang
mengikat.
d. Apabila Musyawarah atau Rapat dinyatakan batal, maka Pengurus sesuai dengan
tingkatannya diwajibkan menyelenggarakan Musyawarah atau Rapat yang dibatalkan
selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan.

Pasal 29
Pengaturan lebih lanjut dari Tata Tertib Musyawarah ditiap tingkatan ditetapkan oleh
Musyawarah atau Rapat di tingkatan masing-masing sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 30
(1) Keputusan Musyawarah atau Rapat diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal mufakat belum tercapai walaupun sudah diusahakan dengan sungguh-
sungguh, sedang keputusannya yang hendak diambil sangat mendesak, maka keputusan
dapat diambil dengan pemungutan suara.
(3) Keputusan yang diambil dengan pemungutan suara hanya sah jika pengambilan
keputusan itu dihadiri oleh sekurang-kurangnya separoh dari jumlah peserta yang berhak
menggunakan hak suaranya dan keputusan tersebut disetujui oleh separoh dari jumlah
suara.
(4) Jumlah hak suara masing-masing peserta MUNAS atau MUNASLUB adalah sebagai
berikut:
a. Pimpinan Harian Nasional mempunyai satu hak suara,
b. Masing-masing Organisasi HKTI Provinsi mempunyai satu hak suara;
c. Masing-masing Organisasi HKTI Kabupaten/Kota mempunyai satu hak suara.
d. Basus Wanita Pusat mempunyai satu hak suara
e. Pemuda HKTI Pusat mempunyai satu hak suara.
(5) Jumlah suara masing-masing peserta Musyawarah Provinsi adalah sebagai berikut:
a. Pimpinan HKTI Nasional mempunyai satu hak suara, kecuali dalam pemilihan
Pimpinan Provinsi dan pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara;

22
b. Dewan Pimpinan Provinsi mempunyai satu suara;
c. Masing-masing Organisasi HKTI Kabupaten/Kota mempunyai satu hak suara dengan
ketentuan masing-masing Pimpinan HKTI Kabupaten/Kota yang mempunyai Dewan
Pimpinan HKTI Kecamatan lebih dari tiga mendapat tambahan satu hak suara untuk
setiap lima Dewan Pimpinan Kecamatan.
(6) Jumlah hak suara masing-masing peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut:
a. Pimpinan HKTI Provinsi mempunyai satu hak suara, kecuali dalam pemilihan
Pimpinan HKTI Kabupaten/Kota dan pengambilan keputusan berdasarkan
pemungutan suara;
b. Dewan Pimpinan HKTI Kabupaten/Kota mempunyai satu hak suara;
c. Masing-masing Dewan Pimpinan HKTI Kecamatan mempunyai satu hak suara
dengan ketentuan masing-masing HKTI Kecamatan yang mempunyai HKTI
Desa/Kelurahan lebih dari lima mendapat tambahan satu hak suara untuk setiap
tambahan lima HKTI Desa/Kelurahan.
(7) Jumlah hak suara masing-masing peserta Musyawarah Kecamatan adalah sebagai
berikut:
a. Pimpinan Kabupaten/Kota mempunyai satu hak suara, kecuali dalam pemilihan
Pimpinan Kecamatan dan pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara;
b. Dewan Pimpinan Kecamatan mempunyai satu hak suara
c. Masing-masing HKTI Desa/Kelurahan mempunyai satu hak suara, dengan ketentuan
masing-masing HKTI Desa/Kelurahan yang mempunyai anggota lebih dari 20 orang,
mendapat tambahan satu hak suara untuk setiap tambahan 20 anggota.
(8) Jumlah hak suara masing-masing peserta Musyawarah Desa/Kelurahan adalah sebagai
berikut:
a. Pimpinan Kecamatan mempunyai satu hak suara, kecuali dalam pemilihan Pimpinan
HKTI Desa/Kelurahan dan pengambilan keputusan berdasar pemungutan suara;
b. Dewan Pimpinan HKTI Desa/Kelurahan mempunyai satu hak suara;
c. Setiap 20 (dua puluh) orang anggota perorangan, mempunyai satu hak suara;
d. Setiap kelompok/KUNTUM yang dibentuk Pimpinan HKTI Desa/Kelurahan
mempunyai satu hak suara,
e. Masing-masing kelompok mempunyai satu hak suara, dengan ketentuan masing-
masing kelompok yang mempunyai anggota lebih dari 20 orang, mendapat tambahan
satu hak suara untuk setiap tambahan 20 orang anggota
(9) Masing-masing organisasi Kemasyarakatan, Kelompok/koperasi/asosiasi anggota HKTI
pada setiap tingkatan Musyawarah mempunyai hak bicara.

Pasal 31
(1) Pemilihan Pimpinan ditiap tingkatan dilakukan oleh Musyawarah ditingkatannya masing-
masing dengan cara menunjuk formatur yang diberikan mandat untuk menyusun
komposisi dan memilih personalia Pimpinan Harian sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(2) Formatur yang dimaksud ayat (1) pada Pasal ini terdiri dari 3(tiga) atau 5 (lima) orang
ditetapkan oleh Musyawarah, terdiri seorang Ketua dan beberapa anggota.
(3) Khusus untuk pemilihan Ketua Umum/Ketua dimasing-masing tingkatan, dilakukan
melalui pemilihan secara langsung dan Ketua Umum/Ketua terpilih ditetapkan sebagai
Ketua formatur.

23
(4) Kecuali untuk pemilihan Pimpinan Harian Nasional, formatur didampingi oleh salah
seorang utusan yang mewakili Pimpinan setingkat lebih tinggi dari tingkat organisasi yang
menyelenggarakan Musyawarah tersebut.
(5) Keputusan formatur dilaporkan kepada Musyawarah bersangkutan untuk disahkan
menjadi Ketetapan Musyawarah.
(6) Formatur bubar segera setelah keputusannya disahkan menjadi Ketetapan Musyawarah.

Pasal 32
(1) Setiap Musyawarah atau Rapat dibuat notulen yang ditanda tangani Pimpinan
Musyawarah atau Rapat bersangkutan dan disampaikan kepada Peserta.
(2) Nutoleh yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini dianggap sah apabila tidak ada yang
mengajukan keberatan sekurang-kurangnya dalam dua bulan setelah tanggal notulen
tersebut.
(3) Keberatan yang dimaksud pada ayat (2) Pasal ini diajukan kepada Pimpinan yang
menyelenggarakan Musyawarah atau Rapat, dan harus dibahas dan diambil keputusan
pada kesempatan pertama diadakannya rapat Pimpinan bersangkutan.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 33
(1) Tiap tiap tahun Pimpinan HKTI disetiap tingkatan menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Organisasi.
(2) Aanggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi didasarkan pada prinsip kemandirian
dalam rangka pelaksanaan Program Umum.

Pasal 34
(1) Setiap Anggota wajib membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan.
(2) Besarnya uang pangkal dan uang iuran bulanan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Nasional.
(3) Penggunaan uang pangkal dan uang iuran bulanan yang diperoleh ditingkat HKTI
Desa/Kelurahan atau HKTI Kecamatan adalah:
5% untuk HKTI Nasional
10% untuk HKTI Provinsi
15% untuk HKTI Kabupaten/Kota
20% untuk HKTI Kecamatan
50% untuk HKTI Desa/Kelurahan
Sedangkan yang diperoleh ditingkat wilayah lainnya akan diatur oleh Pengurus Nasional.
(4) Untuk membeayai kehidupan dan pengembangan organisasi disemua tingkat wilayah
diadakan kegiatan-kegiatan usaha guna mendapatkan dana dengan jalan:
a. Usaha-usaha mendapatkan bantuan yang tidak mengikat;
b. Membentuk usaha-usaha produktif yang dapat menghasilkan.
(5) Ketentuan tentang pelaksanaan ayat (4) Pasal ini ditetapkan oleh Pimpinan Nasional.

Pasal 35
(1) Hal-hal yang menyangkut keuangan dan kekayaan organisasi harus dipertanggung
jawabkan oleh Pengurus kepada forum Musyawarah sebagaimana dimaksud pada BAB
… Anggaran Dasar

24
(2) Apabila dianggap perlu pada setiap forum Musyawarah dapat dibentuk tim verifikasi
pertanggung jawaban keuangan sebagaimana disebut pada ayat (1) Pasal ini yang dalam
pelaksanaan tugasnya bila diperlukan dapat menggunakan jasa akuntan publik

Pasal 36
Pelepasan dan penghapusan asset organisasi ditetapkan oleh Pengurus Nasional untuk
tiungkat Nasional, sedangkan di tingkat wilayah dibawahnya ditetapkan oleh Pengurus
setingkat diatasnya.

BAB X
PENUTUP

Pasal 36
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi yang dibuat dan ditetapkan Dewan Pimpinan Nasional
Pasal 37
Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL 5 DESEMBER 2004

MAJELIS PIMPINAN
MUSYAWARAH NASIONAL VI HKTI

Ny. Hj. Naniek Sumarni, HS Dr. Ir. Noer Soetrisno Ir. Abdul Kadir Supu

Ir. Usman Hasan, MSI Prof. DR. Ir. Suhardi, MSc

25

Anda mungkin juga menyukai