DAN
ATURAN RUMAH TANGGA
1
PEKAT INDONESIA BERSATU
ATURAN DASAR
PEKAT INDONESIA BERSATU
PEMBUKAAN
Bahwa cita-cita luhur bangsa Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut laksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdakaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Untuk mencapai cita-cita tersebut, dibentuklah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berasakan Pancasila, yang menjamin hak asai manusia,
menjunjung tinggi harkat dan martabat warganya dengan mengedepankan
tegaknya supremasi hukum.
Bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, oerde lama, orde baru hingga lahirnya Reformasi
1998, merupakan sejarah kelam Bangsa Indonesia yang dapat diambil sebagai
pelajaran berharga dalam mencapai cita-cita proklamasi.
Berbagai kelemahan dalam pengelolaan pemerintahan dalam negara
mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dimasa lalu, menyebabkan kemerosotan harkat dan martabat bangsa
Indonesia dimata dunia internasional. Atas dasar kelemahan ini sehingga lahir
kesadaran bagi segenap warga Negara Republik Indonesia untuk memperkokoh
nasionalisme, humanisme, dan pluralisme tanpa diskriminasi, yang berdasarkan
pada keadilan, kebebasan, dan kemerdekaan yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur
budaya, moral dan agama.
Bahwa setiap warga Negara Indonesia adalah manusia yang bebas dan
merdeka, memiliki hak asasi yang bersal dari Tuhan Yang Maha Esa, menjadikan
setiap manusia mulia dan bebas berbuat demi mewujudkan kehidupan nyata yang
aman, tenteram, damai, sentosa dan sejahtera. Oleh karenanya menjadi sangat
penting bagi segenap warga negara untuk menghadang sekaligus menantang
segala upaya dan perilaku yang dapat merusak usaha-usaha perdamaian dan
kesejahteraan rakyat.
Pikiran-pikiran dan tindakan otoriter aparat dan pemimpin bangsa,
kesewenang-wenangan pemasungan hak-hak rakyat, yang berakibat terjadinya
penzoliman, tindakan tidak adil, ketimpangan sosial, sangat merugikan rakyat dan
menghancurkan sendi dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam
skala nasional hal ini dapat merusak ekonomi bangsa, tindakan dan perbuatan
demikian harus segera dihentikan, perjuangan mengisis kemerdekaan bangsa
kalau bukan kita apa jadinya generasi anak cucu nanti ? mari bahu-membahu
berjuang bersama rakyat secara terarah, dengan rencana teratur, dengan pemikiran
cerdas, dan perilaku sinergi yang berkesinambungan.
2
Yakin bahwa perjuangan itu hanya dapat berhasil dengan izin dan ridha
Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, serta usaha sungguh-sungguh, bijaksana,
kerja keras, dan berkelanjutan, seraya memohon ridha Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, pada hari Jum’at tanggal 1 Juni 2007 didirikan Organisasi
Kemasyarakatan yang modern dan terbuka bagi segenap warga bangsa dengan
nama “Pekat Indonesia Bersatu”, untuk masa waktu yang tak terbatas dengan
Aturan Dasar dan Aturan Rumah Tangga sebagai berikut :
ATURAN DASAR
BAB I
NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu disingkat
Pekat Indonesia Bersatu.
Pasal 2
Waktu
Organisasi Pekat Indonesia Bersatu didirikan pada tanggal 1 Juni 2007 di Jakarta,
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
BAB II
ASAS DAN LANDASAN
Pasal 4
Asas & Landasan
3
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 5
Maksud
Tujuan
BAB IV
BENTUK DAN SIFAT ORGANISASI
Pasal 6
Bentuk dan Sifat Organisasi
4
BAB V
DOKTRIN
Pasal 7
Pasal 8
Panca Prasetya Bhakti
BAB VI
KEANGGOTAAN DAN KADER
Pasal 9
Keanggotaan
5
Pasal 10
Kader
1. Kader Pekat Indonesia Bersatu adalah anggota yang merupakan personal inti
pelaksana dan penggerak Organisasi.
2. Kader Pekat Indonesia Bersatu adalah anggota yang telah teregistrasi secara
aministrasi diwilayah masing-masing struktural di seluruh Indonesia.
3. Hal-hal lain tentang Kader Pekat Indonesia Bersatu diatur dan ditetapkan
dalam Aturan Rumah Tangga.
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 11
Struktur Organisasi
Pasal 12
Dewan Pimpinan Pusat
6
1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Aturan
Dasar, Aturan Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan
Rapat Tingkat Nasional, serta Peraturan Organisasi Pekat Indonesia
Bersatu.
2) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional.
Pasal 13
Dewan Pembina
Pasal 14
Dewan Penasehat
1. Dewan Penasehat adalah Lembaga mandiri yang bersifat kolektif dan menjadi
bagian dari kepengurusan Pekat Indonesia Bersatu pada tiap tingkatan yang
berfungsi memberi saran, nasehat, dan pertimbangan kepada Dewan
Pimpinan/Pimpinan Organisasi sesuai dengan tingkatannya.
2. Dalam melaksanakan fungsinya sesuai ayat 1 (satu), Dewan Penasehat
memberi berbagai masukan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
Organisasi yang berifat strategis, baik internal maupun eksternal, yang akan
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan/Pimpinan sesuai dengan tingkatannya.
3. Ketua Dewan Penasehat dipilih dan ditetapkan dalam MUNAS, MUSWIL,
MUSDA, MUSKA dan MUSDES oleh Formatur (sesuai dengan tingkatan)
4. Susunan dan personalia Dewan Penaehat ditetapkan oleh Ketua Dewan
Penasehat bersama Ketua Umum/Ketua Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat
Indonesia Bersatu sesuai tingkatan.
5. Jumlah personalia Dewan Pimpinan Penasehat diatur sesuai kebutuhan.
6. Saran, nasehat, dan pertimbangan yang disampaikan Dewan Penasehat
sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diperhatikan sungguh-
sungguh oleh Dewan Pimpinan/Pimpinan ssuai tingkatannya.
7
7. Dewan Penasehat bertanggungjawab kepada Munas.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Penasehat diatur dalam Aturan
Rumah Tangga.
Pasal 15
Dewan Pakar
Pasal 16
Ketua Umum
Pasal 17
Ketua-ketua Bidang Struktural
8
Ketua Bidang Program
Ketua-ketua bidang yang bertugas menangani program organisasi dalam bidang
kehidupan masyarakat :
1. Ketua Bidang Lintas Agama
2. Ketua Bidang Pemudan dan Olahraga
3. Ketua Bidang Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja
4. Ketua Bidang Buruh Tani dan Nelayan
5. Ketua Bidang Kebudayaan
6. Ketua Bidang Perempuan dan Anak
Pasal 18
Sekretaris Jenderal
Sekretaris Jendral adalah Dewan Pimpinan Pusat Organisasi yang dibantu oleh
Wakil-wakil Sekretaris Jenderal.
Pasal 19
Wakil-wakil Sekretaris
Pasal 20
Bendahara Umum
Bendahara Umum adalah Dewan Pimpinan Pusat Organisasi yang dibantu oleh
Wakil-wakil Bendahara Umum.
9
Pasal 21
Wakil-wakil Bendahara Umum
Pasal 23
Departemen-Departemen
1. Departemen adalah unsur staf pada setiap ketua bidang yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan tugas bidang.
2. Departemen sebagai unsur staf bertugas untuk menghimpun, mengolah
informasi data dan menyusun rancangan kebijakan, program, aksi dan solusi
yang disampaikan kepada ketua bidangnya.
Pasal 24
DPW, DPD, DPK
10
2) DPD memiliki struktur dan komposisi sekurang-kurangnya 12 (dua belas)
orang, dan sebanyak-banyaknya 19 (sembilan belas) orang.
3) DPK memiliki struktur dan komposisi sekurang-kurangnya 9 (sembilan)
orang dan sebanyak-banyaknya 12 (dua belas) orang.
Pasal 25
Ketua
Pasal 26
Wakil-wakil Ketua Bidang
Pasal 27
Sekretaris Wilayah, Daerah, Kecamatan
dan Wakil-wakil Sekretaris
11
8. Seluruh Wakil-wakil Sekretaris bekerja dalam bidang Internal dan bidang
Program.
Pasal 28
Bendahara dan Wakil-wakil Bendahara
Pasal 29
Ranting/Desa
BAB VIII
HUBUNGAN DAN KERJASAMA
Pasal 30
12
mempunyai ikatan perjuangan, Visi dan Misi atau tujuan yang sama dalam
rangka memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat.
2. Pengaturan lebih lanjut diatur dalam Aturan Rumah Tangga.
BAB IX
LEMBAGA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 31
1. Musyawarah
2. Rapat-rapat
Pasal 32
Musyawarah dan Rapat-rapat
Pasal 33
MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS)
13
1) Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat
2) Menetapkan, merubah dan/atau menyempurnakan Aturan Dasar dan
Aturan Rumah Tangga Orhganisasi.
3) Menetapkan Program Umum Organisasi
4) Memilih dan menetapkan Ketua Umum
5) Menetapkan Dewan Pimpinan Pusat
6) Menetapkan Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan Penasehat dan Ketua
Dewan Pakar Pekat Indonesia Bersatu.
7) Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya.
Pasal 34
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(Munaslub)
Pasal 35
Musyawarah Wilayah
14
Pasal 36
Musyawarah Wilayah Luar Biasa
1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa adalah Musyawarah Wilayah yang
diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karena adanya permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah dan disetujui oleh Dewan
Pimpinan Pusat, disebabkan :
1) Kepemimpinan Dewan Pimpinan Wilayah dalam keadaan darurat.
2) Dewan Pimpinan Wilayah melanggar Aturan Dasar/Aturan Rumah
Tangga, atau Dewan Pimpinan Wilayah tidak dapat melaksanakan
Amanat Musyawarah Wilayah sehingga Organisasi tidak berjalan sesuai
dengan fungsinya.
2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Pusat.
3. Musyawarah Wilayah Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang
sama dengan Musyawarah Wilayah.
4. Dewan Pimpinan Wilayah wajib memberikan pertanggung jawaban atas
diadakannya Musyawarah Wilayah Luar Biasa tersebut.
Pasal 37
Musyawarah Daerah
Pasal 38
Musyawarah Daerah Luar Biasa
15
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah.
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang
sama dengan Musyawarah Daerah.
4. Dewan Pimpinan Daerah wajib memberikan pertanggung jawaban atas
diadakannya Musyawarah Daerah Luar Biasa tersebut.
Pasal 39
Musyawarah Dewan Pengurus Kecamatan
Pasal 40
Musyawarah Penting Pengurus Kecamatan
16
Pasal 41
Rapat-rapat
17
10. Rapat Pleno Pengurus (sesuai tingkatan masing-masing) adalah rapat yang
dihadiri oleh Pengurus harian, Dewan Pembina, Dewan Penasehat, Dewan
Pakar, ketua-ketua lembaga dan atau alat kelengkapan Organisasi, berwenang
mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kebijakan organisasi dan hal-
hal penting lainnya yang perlu segera ditindaklanjuti, diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
11. Rapat Pengurus Harian (sesuai dengan tingkatan masing-masing) adalah
rapat-rapat yang dihadiri oleh Pengurus Harian untuk mengevaluasi kegiatan
sesuai kebutuhan Orgasnisasi, dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan.
Pasal 42
Ketentuan dan hal lain dalam Musyawarah dan Rapat Organisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 41 diatur lebih lanjut dalam
Aturan Rumah Tangga.
BAB X
KUORUM DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pasal 43
18
BAB XI
KEUANGAN DAN BENDAHARA
ORGANISASI
Pasal 44
BAB XII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUKUM
Pasal 45
1. Pekat Indonesia Bersatu sebagai Badan Hukum diwakili oleh Dewan
Pimpinan Pusat didalam dan diluar pengadilan.
2. Dewan Pimpinan Pusat Pekat Indonesia Bersatu dapat melimpahkan
kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) kepada Dewan Pimpinan
Wilayah sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelesaian Perselisihan Hukum diatur dalam
Aturan Rumah Tangga.
BAB XIII
PERUBAHAN ATURAN DASAR, ATURAN RUMAH TANGGA
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 46
Perubahan Aturan Dasar dan
Aturan rumah Tangga
19
Pasal 47
Pembubaran Organisasi
BAB XIV
DEWAN PENDIRI
Pasal 48
Sifat Kedudukan dan Wewenang
Sifat Kedudukan :
1. Dewan pendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah berdirinya
Organisasi, dan oleh karenanya dewan pendiri berkewajiban untuk tetap ikut
bertanggungjawab/mengawasi serta menjaga keseimbangan agar Organisasi
berjalan sebagaimana mestinya.
2. Dewan pendiri adalah badan khusus yang mempunyai tanggungjawab dan
wewenang melakukan tindakan-tindakan untuk menyelamatkan Organisasi
yang terjadi diakibatkan situasi keadaan darurat dan luar biasa.
Wewenang :
1. Melakukan tindakan-tindakan Organisasi dalam kondisi dan keadaan luar
biasa atau darurat.
2. Kondisi Organisasi dinyatakan luar biasa dan dalam keadaan darurat antara
lain :
1) Masa Jabatan DPP/Dewan Penasehat DPP/Dewan Pembina DPP/Dewan
Pakar telah berakhir dan telah diadakan masa perpanjangan waktu selama-
lamanya 6(enam) bulan untuk menyelenggarakan Munas.
2) Usul dan Permintaan DPW untuk mengadakan Munas dan atau Munaslub
tidak dilaksanakan oleh DPP.
3) Terjadi konflik Organisasi dalam kepemimpinan DPP yang
mengakibatkan tidak berfungsinya roda Organisasi.
4) Dan hal lain yang dinyatakan darurat oleh seluruh DPW dan DPPdalam
permusyawaratan yang diagendakan khusus untuk itu.
20
3. Dalam menjalankan wewenangnya Dewan Pendiri dengan atau tanpa
melibatkan para pihak yang terkait (yang bermasalah dan atau bertikai), hal
ini untuk tetap menjaga sikap netral demi keputusan yang berkeadilan, arief
dan bijaksana.
4. Dewan Pendiri bertindak secara Kolektif Kolegial dan dalam pengambilan
keputusan dilakukan dalam Rapat-rapat Nasional, Rapat Akbar, Musyawarah
Nasional Khusus dan atau yang diagendakan untuk itu.
BAB XV
ALAT KELENGKAPAN ORGANISASI
Pasal 49
Organisasi Bagian
Pasal 50
Lembaga
1. Lembaga adalah suatu badan yang dibentuk oleh Pekat Indonesia Bersatu
sesuai kebutuhan.
2. Lembaga dimaksud dapat berupa LBH, Koperasi, Yayasan, LSM dan atau
Lembaga berbadan Hukum lain yang dibentuk dalam rangka memajukan
Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.
3. Lembaga dapat mengatur dan mengelola sendiri mekanisme rumah tangganya
sesuai dengan AD/ART-nya masing-masing sepanjang tidak bertentangan
dengan AD/ART Pekat Indonesia Bersatu.
21
4. Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai dengan
tingkatannya menjadi peserta dalam Musyawarah dan Rapat-rapat lembaga.
5. Ketua/Pimpinan Lembaga dilantik oleh Ketua Umum/Ketua Dewan
pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai dengan tingkatannya.
6. Ketentuan mengenai lembaga diatur lebih lanjut dalam Aturan Rumah
Tangga dan atau Peraturan Organisasi.
Pasal 51
Komponen
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 52
1. Hal-hal yang belum dan atau belum cukup diatur dalam Aturan Dasar,
ditetapkan dalam Aturan Rumah Tangga atau Peraturan Organisasi.
2. Aturan Dasar ini dimulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Bali
Pada tanggal : 23 Februari 2013
22
ATURAN
RUMAH TANGGA
(ART)
23
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Syarat Keanggotaan
BAB II
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 2
24
BAB III
SANKSI
Pasal 3
Sanki yang dapat diberikan kepada anggota atau Pengurus adalah sebagai berikut :
1. Teguran lisan
2. Peringatan tertulis
3. Pemberhentian sementara
4. Pemberhentian secara tidak hormat.
BAB IV
MEKANISME PEMBERHENTIAN
ANGGOTA/PENGURUS
Pasal 4
1. Anggota/Pengurus berhenti karena :
1) Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis.
2) Diberhentikan
3) Meninggal dunia
2. Anggota/Pengurus diberhentikan karena :
1) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota/Pengurus
2) Tidak mengikuti rapat 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas.
3) Melanggar Aturan Dasar dan Aturan Rumah Tangga
4) Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan kebijakan
Organisasi, mencoreng nama baik dan merugikan Organisasi.
5) Melakukan pelAturan Hukum
3. Kewenangan pemberhentian Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1) butir
(2) diatur sebagai berikut :
1) Untuk Dewan Pimpinan Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Dewan
Pimpinan Pusat dan dilaporkan kepada Rapat Pimpinan Nasional.
2) Untuk Dewan Pimpinan Wilayah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat
berdasarkan usul Dewan Pimpinan Wilayah
3) Untuk Dewan Pimpinan Daerah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
berdasarkan usul Dewan Pimpinan Daerah.
4) Untuk Dewan Pengurus Kecamatan dilakukan oleh Dewan Pimpinan
Daerah berdasarkan usul Dewan Pengurus Kecamatan.
5) Untuk Ranting atau sebutan lain dilakukan oleh Dewan Pengurus
Kecamatan berdasarkan usul Ranting atau sebutan lain.
4. Tata cara pemberhentian Pengurus dan hak membela diri diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.
25
BAB
V
KADER
Pasal 5
BAB VI
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN
Pasal 6
Dewan Pimpinan Pusat
Pasal 7
Dewan Pimpinan Wilayah
26
4. Pengurus Harian, terdiri atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Wilayah,
Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara.
Pasal 8
Dewan Pimpinan Daerah
Pasal 9
Dewan-dewan Pengurus Kecamatan
Pasal 10
Pengurus Ranting
27
Pasal 11
Perwakilan Istimewa
Pasal 12
Pengurus
Pasal 13
Persyaratan Umum dan Ketua Umum
28
Pasal 14
Ketua-ketua Bidang Internal
Pasal 15
Tugas dan tanggungjawab
Ketua-ketua Bidang
29
Pasal 16
Ketua-ketua Bidang Program
Pasal 17
Bidang Kehidupan Masyarakat
30
Pasal 18
Bidang Lembaga Pemerintahan
Pasal 19
Sekretaris Jenderal
31
Pasal 20
Wakil-wakil Sekretaris Jenderal
Pasal 21
Bendahara Umum
Pasal 22
Wakil-wakil Bendahara Umum
Pasal 23
Anggota Kehormatan
Pasal 24
Lowongan Antar Waktu Pengurus
Pasal 25
Pengisian Lowongan Antar Waktu Pngurus
32
2. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Wilayah dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah.
3. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Daerah dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah berdasarkan usul Dewan Pimpinan Daerah.
4. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Dewan Pengurus Kecamatan
dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah berdasarkan usul Dewan Pimpinan
Kecamatan.
5. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Ranting atau sebutan lain
dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan usul Ranting atau
sebutan lain.
6. Pengurus antar wajtu, termasuk Pengurus hasil Musyawarah Luar Biasa pada
semua tingkatan, yang berlangsung setelah Musyawarah Nasional pertama
ini, hanya melanjutkan sisa masa jabatan Pengurus yang digantikannya.
BAB VII
LEMBAGA dan ALAT KELENGKAPAN
ORGANISASI
Pasal 26
Lembaga
Pasal 27
Komponen
33
2) Perangkat satuan yang terorganisir yang mempunyai kredibilitas,
kreativitas, dan motivasi tinggi.
3) Bagian gugus terdepan sebagai organik Organisasi yang terlatih dan
berdedikasi tinggi dalam melakukan setiap kegiatan didalam tugas-
tugasnya.
4) Pejuang-pejuang yang membela kaum lemah dan tertindas.
5) Satuan yang siap berperan serta dalam mengamankan aset-aset organisasi
serta aset-aset negara diseluruh wilayah Indonesia.
6) Pengawal terdepan untuk menagmankan Pancasila dan UUD 45dalam
keutuhan NKRI
4. Brigade dan Srikandi memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Percaya diri, berjiwa patriot dan militan.
2) Memiliki kepedulian, keahlian dan kreativitas.
3) Profesional, mandiri dan bertanggungjawab.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Brigade dan Srikandi diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 28
Departemen-departemen
Pasal 29
Pembekuan, Pembubaran Pengurus Organisasi
34
3. Sebagian besar atau seluruh kepengurusan organisai terlibat langsung dalam
kegiatan menetang kepemimpinan jajaran kepengurusan satu tingkat yang
lebih tinggi.
4. Kepengurusan yang tidak lagi dapat melaksanakan tugasnya yang telah diatur
dalam AD/ART (Aturan Dasar/Aturan Rumah Tangga).
Pasal 30
Penunjukan Pelaksana Harian
Pasal 31
Wakil-wakil Ketua
1. Dewan Pimpinan Wilayah dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh Wakil-
wakil Ketua Bidang, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil-wakil Bendahara.
2. Ketua dewan Pimpinan Wilayah bertugas, bertanggungjawab atas seksistensi
Program dan Kinerja Organisasi kedalam dan keluar wilayahnya.
3. Wakil-wakil ketua bidang internal yang bertugas menangani masalah Internal
organisasi yaitu :
a. Keanggotaan dan Kaderisasi
b. Informasi dan Komunikasi
c. Sosial Politik
d. Hubungan Antar Lembaga
e. Ekonomi dan Koperasi
4. Wakil-wakil Ketua Bidang Program yang menangani bidang kehidupan
masyarakat, yaitu bidang :
a. Lintas Agama
b. Pemuda dan Olahraga
35
c. Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja
d. Buruh Tani dan Nelayan
e. Kebudayaan
f. Perempuan dan anak
5. Wakil-wakil Ketua Bidang Program yang menangani lembaga Pemerintahan,
yaitu bidang :
a. Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
b. Hukum dan HAM
c. Hubungan Luar Negeri
d. Kehutanan
e. Pertanian dan Perkebunan
f. Pertambangan dan Energi
g. Daerah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan
6. Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah yang bertugas dan bertanggungjawab
dalam mengelola administrasi Dewan Pimpinan Wilayah Organisasi.
7. Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah :
a. Wakil Sekretaris Bidang Internal
b. Wakil Sekretaris Bidang Program
8. Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah yang bertugas dan bertanggungjawab
mengelola keuangan dan kebendaharaan organisai.
9. Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah :
a. Wakil Bendahara Bidang Internal
b. Wakil Bendahara Bidang Program.
BAB VIII
KEDUDUKAN, SUSUNAN, DAN
PERSONALIA DEWAN PEMBINA,
DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PAKAR
Pasal 32
Dewan Pembina
36
Pasal 33
Dewan Penasehat
Pasal 34
Dewan Pakar
37
BAB IX
HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI
DAN ATAU LEMBAGA
Pasal 35
Sesuai Aturan dasar Bab VIII pasal 27 ayat (1) tentang Hubungan dan Kerjasama
Kelembagaan, Organisasi perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Bekerjasama dengan berbagai institusi pemerintahan antara lain :
1) Departemen-departemen yang terkait.
2) TNI/POLRI
3) Lembaga-lembaga Tinggi Negara
4) Badan-badan Pemerintahan
5) Komisi-komisi dibidang pengawasan
6) Yayasan-yayasan milik pemerintah
7) Badan-badan usaha milik pemerintah
2. Bekerjasama dengan berbagai lembaga swasta antara lain :
1) Perusahaan-perusahaan dai berbagai industri
2) Asosiasi-asosiasi milik swasta
3) Lembaga-lembaga milik swasta
4) Yayasan-yayasan swasta
5) Media massa
3. Bekerjasama dengan Organisasi/kelompok masyarakat yang sesuai dengan
Visi, Misi dan Tujuan Organisai :
1) Organisasi-organisasi Paguyuban
2) Organisasi-organisasi kepemudaan
3) Organisasi-organisasi kemahasiswaan
4) Organisasi-organisasi kebudayaan
5) Organisasi-organisasilintas agama
6) Organisasi-organisasi Internasional non pemerintah (NGO)
7) Organisasi-organisasi lainnya
4. Bekerjasama dengan berbagai Organisasi politik yang sesuai dengan Visi,
Misi dan Tujuan Organisasi Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu.
5. Hal-hal yang belum diatur dalam Aturan Rumah Tangga akan diatur didalam
peraturan Organisasi.
Pasal 37
Musyawarah Nasional Luar Biasa
38
Pasal 38
Rapat Pimpinan Nasional
Pasal 39
Rapat Kerja Nasional
Pasal 40
Rakornas
Pasal 41
Musyawarah dan Rapat-rapat Wilayah
39
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Pembina DPW, Dewan Penasehat DPW, Unsur
Badan dan atau Lembaga DPW, dan Ketua-ketua Biro DPW.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah.
6. Pimpinan Sidang Musyawarah Wilayah dipilih dari dan oleh Peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Wilayah terpilih, Pimpinan
sementara adalah Dewan Pimpinan Wilayah.
Pasal 42
Musyawarah Wilayah Luar Biasa
Pasal 43
Rapimwil
Pasal 44
Rakerwil
40
Pasal 45
Musyawarah dan Rapat-rapat Daerah
Tingkat Kab/Kota
Pasal 46
Musdalub
Pasal 47
Rakerda
41
Pasal 48
Rapimda
Pasal 49
Musyawarah dan Rapat-rapat Tingkat
Kecamatan
Pasal 50
Rapimka
42
Pasal 51
Musyawarah dan Rapat-rapat
Tingkat Desa/Kelurahan
Pasal 52
Pasal 53
43
BAB XI
HAK BICARA DAN HAK SUARA
Pasal 54
Hak bicara adalah hak untuk menyampaikan pendapat, saran dan masukan. Hak
suara adalah hak untuk memilih dan dipilih serta menentukan kebijakan.
1. Dalam musyawarah-musyawarah dan rapat-rapat peserta mempunyai hak
bicara dan hak suara.
2. Dalam musyawarah-musyawarah dan rapat-rapat, peninjau hanya memiliki
hak bicara.
3. Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
tersendiri.
BAB XII
PEMILIHAN PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 55
BAB XIII
KEUANGAN
Pasal 56
44
Musyawarah sesuai tingkatannya dan dilaporkan kepada instansi yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pngelolaan dan mekanisme pertanggung
jawaban keuangan organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB XIV
PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUKUM
Pasal 57
BAB XV
ATRIBUT DAN LAGU
Pasal 58
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 59
1. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam Aturan Rumah Tangga ini akan
diatur dalam Peraturan Organisasi dan Keputusan-keputusan lainnya.
2. Aturan Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Bali
Pada tanggal : 23 Februari 2013
45