Anda di halaman 1dari 45

ATURAN DASAR

DAN
ATURAN RUMAH TANGGA

DEWAN PIMPINAN PUSAT


PEMBELA KESATUAN TANAH AIR
INDONESIA BERSATU
(PEKAT INDONESIA BERSATU)
ATURAN DASAR
(AD)

1
PEKAT INDONESIA BERSATU
ATURAN DASAR
PEKAT INDONESIA BERSATU

PEMBUKAAN
Bahwa cita-cita luhur bangsa Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut laksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdakaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Untuk mencapai cita-cita tersebut, dibentuklah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berasakan Pancasila, yang menjamin hak asai manusia,
menjunjung tinggi harkat dan martabat warganya dengan mengedepankan
tegaknya supremasi hukum.
Bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, oerde lama, orde baru hingga lahirnya Reformasi
1998, merupakan sejarah kelam Bangsa Indonesia yang dapat diambil sebagai
pelajaran berharga dalam mencapai cita-cita proklamasi.
Berbagai kelemahan dalam pengelolaan pemerintahan dalam negara
mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945 dimasa lalu, menyebabkan kemerosotan harkat dan martabat bangsa
Indonesia dimata dunia internasional. Atas dasar kelemahan ini sehingga lahir
kesadaran bagi segenap warga Negara Republik Indonesia untuk memperkokoh
nasionalisme, humanisme, dan pluralisme tanpa diskriminasi, yang berdasarkan
pada keadilan, kebebasan, dan kemerdekaan yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur
budaya, moral dan agama.
Bahwa setiap warga Negara Indonesia adalah manusia yang bebas dan
merdeka, memiliki hak asasi yang bersal dari Tuhan Yang Maha Esa, menjadikan
setiap manusia mulia dan bebas berbuat demi mewujudkan kehidupan nyata yang
aman, tenteram, damai, sentosa dan sejahtera. Oleh karenanya menjadi sangat
penting bagi segenap warga negara untuk menghadang sekaligus menantang
segala upaya dan perilaku yang dapat merusak usaha-usaha perdamaian dan
kesejahteraan rakyat.
Pikiran-pikiran dan tindakan otoriter aparat dan pemimpin bangsa,
kesewenang-wenangan pemasungan hak-hak rakyat, yang berakibat terjadinya
penzoliman, tindakan tidak adil, ketimpangan sosial, sangat merugikan rakyat dan
menghancurkan sendi dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam
skala nasional hal ini dapat merusak ekonomi bangsa, tindakan dan perbuatan
demikian harus segera dihentikan, perjuangan mengisis kemerdekaan bangsa
kalau bukan kita apa jadinya generasi anak cucu nanti ? mari bahu-membahu
berjuang bersama rakyat secara terarah, dengan rencana teratur, dengan pemikiran
cerdas, dan perilaku sinergi yang berkesinambungan.

2
Yakin bahwa perjuangan itu hanya dapat berhasil dengan izin dan ridha
Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, serta usaha sungguh-sungguh, bijaksana,
kerja keras, dan berkelanjutan, seraya memohon ridha Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, pada hari Jum’at tanggal 1 Juni 2007 didirikan Organisasi
Kemasyarakatan yang modern dan terbuka bagi segenap warga bangsa dengan
nama “Pekat Indonesia Bersatu”, untuk masa waktu yang tak terbatas dengan
Aturan Dasar dan Aturan Rumah Tangga sebagai berikut :

ATURAN DASAR

BAB I
NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu disingkat
Pekat Indonesia Bersatu.

Pasal 2
Waktu

Organisasi Pekat Indonesia Bersatu didirikan pada tanggal 1 Juni 2007 di Jakarta,
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

Pasal 3
Tempat Kedudukan

Dewan Pimpinan Pusat Pekat Indonesia Bersatu berkedudukan di Ibukota Negara


Republik Indonesia.

BAB II
ASAS DAN LANDASAN

Pasal 4
Asas & Landasan

1. Pekat Indonesia Bersatu berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang-


undang Dasar 1945.
2. Pekat Indonesia Bersatu dengan Kebudayaan Nusantara sebagai landasan dan
dasar dalam mengimplementasikan azas Pancasila dan UUD 1945.
3. Kandungan ayat yaitu : Kerakyatam Kebangsaan dan Kemandirian.

3
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 5
Maksud

1. Menghimpun elemen-elemen masyarakat baik individu/ perorangan maupun


kelompok untuk bersatu padu bahu membahu dalam menegakkan Persatuan
dan Kesatuan serta Keutuhan Bangsa dan Negara.
2. Menampung aspirasi masyarakat serta lembaga-lembaga formal maupun non
formal yang memiliki kesamaan arah dan pandangan.
3. Bermitra dengan Lembaga-lembaga Negara serta berbagai komponen bangsa
serta elemen masyarakat dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam
UUD 1945.

Tujuan

1. Membangun citra kebersamaan dalam ke Bhinekaan Warga Negara Republik


Indonesia dalam Perjuangan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk mencapai masyarakat sejahtera yang adil dan merata.
2. Menyatukan Visi dan Misi warga masyarakat Negara Kesatuan Republik
Indonesia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, maupun golongan.
3. Mengamankan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sesuai yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 tentang
Bela Negara.
4. Melalui Gagasan Nusantara untuk mengembangkan atas Kejayaan Nusantara
dimasa lalu hingga lahir dan menjadi salah satu dasar terciptanya Pancasila
dan UUD 45.

BAB IV
BENTUK DAN SIFAT ORGANISASI

Pasal 6
Bentuk dan Sifat Organisasi

1. Pekat Indonesia Bersatu adalah Organisasi kemasyarakatan yang bersifat


terbuka, independen dan mandiri, bukan Organisasi pemerintah, bukan
Organisasi politik dan/atau tidak merupakan bagiannya, dalam melakukan
kegiatannya bertindak profesional dan proporsional.
2. Pekat Indonesia Bersatu memiliki bentuk organisasi Suprastruktural dengan
Perimbangan Program berdasarkan Kemasyarakatan dan Pemerintahan.

4
BAB V
DOKTRIN

Pasal 7

1. Doktrin Organisasi Pekat Indonesia Bersatu adalah Panca Prasetya Bhakti.


2. Panca Prasetya Bhakti adalah penegasan kebulatan tekad sebagai perwujudan
dari sikap mempertahankan persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Panca Prasetya Bhakti merupakan pendorong semangat jiwa dalam
melaksanakan perjuangan Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.

Pasal 8
Panca Prasetya Bhakti

1. Siap membela, mengamankan dan mengawal Pancasila dan UUD 1945.


2. Siap mempertahankan Persatuan dan Kesatuan bangsa demi tegaknya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Siap bersama-sama segenap komponen bangsa, ikut serta dan turut berperan
aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, demi terwujudnya keadilan
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Wajib menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Perjuangan para Pahlawan Bangsa.
5. Siap menjaga nama baik Organisasi diseluruh persada tanah air Indonesia.

BAB VI
KEANGGOTAAN DAN KADER

Pasal 9
Keanggotaan

1. Anggota Pekat Indonesia Bersatu adalah Warga Negara Republik Indonesia


yang secara sukarela menjadi anggota dan memiliki visi dan misi yang sama.
2. Keanggotaan dalam Pekat Indonesia Bersatu terdiri dari :
1) Anggota Biasa
2) Kader
3. Hal-hal lain tentang keanggotaan Pekat Indonesia Bersatu diatur dan
ditetapkan dalam Aturan Rumah Tangga.

5
Pasal 10
Kader

1. Kader Pekat Indonesia Bersatu adalah anggota yang merupakan personal inti
pelaksana dan penggerak Organisasi.
2. Kader Pekat Indonesia Bersatu adalah anggota yang telah teregistrasi secara
aministrasi diwilayah masing-masing struktural di seluruh Indonesia.
3. Hal-hal lain tentang Kader Pekat Indonesia Bersatu diatur dan ditetapkan
dalam Aturan Rumah Tangga.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 11
Struktur Organisasi

1. Struktur Organisasi Pekat Indonesia Bersatu terdiri atas :


1) Tingkat Nasional, Dewan Pimpinan Pusat disingkat DPP.
2) Tingkat Provinsi, Dewan Pimpinan Wilayah disingkat DPW
3) Tingkat Kabupaten/Kota, Dewan Pimpinan Daerah disingkat DPD.
4) Tingkat Kecamatan, Dewan Pengurus Kecamatan disingkat DPK.
5) Tingkat Desa/Kelurahan, Pengurus Ranting.
6) Diluar Negeri, Perwakilan Istimewa disingkat PI.
2. Dan Anggota Kehormatan, disingkat AKDPP.

Pasal 12
Dewan Pimpinan Pusat

1. Dewan Pimpinan Pusat adalah badan pelaksana tertinggi Organisasi yang


bersifat kolektif.
2. Dewan Pimpinan Pusar berwenang :
1) Menentukan kebijakan Organisasi tingkat nasional sesuai Aturan Dasar
dan Aturan Rumah Tangga, pelaksanaan Musyawarah
Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa, dan Rapat Pimpinan
Nasional, serta Peraturan Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.
2) Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Wilayah.
3) Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah.
4) Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Auran Dasar dan
Aturan Rumah Tangga.
3. Dewan Pimpinan Pusat meliputi wilayaj NKRI.
4. Struktur dan Komposisi kepengurusan DPP Organisasi berjumlah 30 (tiga
puluh) orang.
5. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban :

6
1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Aturan
Dasar, Aturan Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan
Rapat Tingkat Nasional, serta Peraturan Organisasi Pekat Indonesia
Bersatu.
2) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional.

Pasal 13
Dewan Pembina

1. Dewan Pembina merupakan Lembaga mandiri yang bersifat kolektif dan


menjadi bagian dari kepengurusan Pekat Indonesia Bersatu pada tiap
tingkatan yang berfungsi sebagai pengarah dan Pembina dalam menjaga nilai-
nilai serta serta odeologi Organisasi sesuai dengan visi dan misi Organisasi.
2. Ketua Dewan Pembina dipilih dan ditetapkan dalam MUNAS, MUSWIL,
MUSDA, MUSKA, dan MUSDES. Oleh Formatur (sesuai dengan tingkatan)
3. Susunan dan personalia Dewan Pembina ditetapkan oleh Ketua Dewan
Pembina bersama Ketua Umum/Ketua terpilih sesuai tingkatannya.
4. Jumlah personalia Dewan Pembina diatur sesuai kebutuhan.
5. Dewan Pembina bertanggungjawab kepada Munas.
6. Ketentuan mengenai Dewan Pembina diatur lebih lanjut dalam Aturan
Rumah Tangga.

Pasal 14
Dewan Penasehat

1. Dewan Penasehat adalah Lembaga mandiri yang bersifat kolektif dan menjadi
bagian dari kepengurusan Pekat Indonesia Bersatu pada tiap tingkatan yang
berfungsi memberi saran, nasehat, dan pertimbangan kepada Dewan
Pimpinan/Pimpinan Organisasi sesuai dengan tingkatannya.
2. Dalam melaksanakan fungsinya sesuai ayat 1 (satu), Dewan Penasehat
memberi berbagai masukan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
Organisasi yang berifat strategis, baik internal maupun eksternal, yang akan
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan/Pimpinan sesuai dengan tingkatannya.
3. Ketua Dewan Penasehat dipilih dan ditetapkan dalam MUNAS, MUSWIL,
MUSDA, MUSKA dan MUSDES oleh Formatur (sesuai dengan tingkatan)
4. Susunan dan personalia Dewan Penaehat ditetapkan oleh Ketua Dewan
Penasehat bersama Ketua Umum/Ketua Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat
Indonesia Bersatu sesuai tingkatan.
5. Jumlah personalia Dewan Pimpinan Penasehat diatur sesuai kebutuhan.
6. Saran, nasehat, dan pertimbangan yang disampaikan Dewan Penasehat
sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diperhatikan sungguh-
sungguh oleh Dewan Pimpinan/Pimpinan ssuai tingkatannya.

7
7. Dewan Penasehat bertanggungjawab kepada Munas.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Penasehat diatur dalam Aturan
Rumah Tangga.

Pasal 15
Dewan Pakar

1. Dewan Pakar merupakan unsur alat kelengkapan Organisasi yang bersifat


kolektif dan menjadi bagian dari kepengurusan Pekat Indonesia Bersatu,
berkedudukan hanya di tingkat Pusat/Nasional yang dapat mengatur sendiri
unti kerjanya.
2. Ketua Dewan Pakat dipilih dan ditetapkan oleh Formatur pada saat Munas.
3. Jumlah personalia Dewan Pakar diatur sesuai kebutuhan.
4. Dewan Pakar bertanggungjawab kepada Dewan Pimpinan Pusat.
5. Ketentuan mengenai Dewan Pakar diatur lebih lanjut dalam Aturan Rumah
Tangga.

Pasal 16
Ketua Umum

1. Ketua Umum dipilih melalui Musyawarah Nasional.


2. Ketua Umum bertugas melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan semua
kegiatan Organisasi baik kedalam maupun keluar.
3. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua Umum dibantu oleh Ketua-ketua,
Sekretaris Jendral, Wakil-wakil Sekretaris Jendral, Bendahara Umum dan
Wakil-wakil Bendahara Umum serta alat kelengkapan Organisasi.

Pasal 17
Ketua-ketua Bidang Struktural

Ketua Bidang Internal


Ketua Umum dibantu beberapa orang Ketua Bidang yang bertugas menangani
fungsi dan masalah internal organisasi :
1. Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan, dan Kaderisasi (OKK).
2. Ketua Bidang Infokom
3. Ketua Bidang Ekonomi dan Koperasi
4. Ketua Bidang Sosial Politik
5. Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga

8
Ketua Bidang Program
Ketua-ketua bidang yang bertugas menangani program organisasi dalam bidang
kehidupan masyarakat :
1. Ketua Bidang Lintas Agama
2. Ketua Bidang Pemudan dan Olahraga
3. Ketua Bidang Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja
4. Ketua Bidang Buruh Tani dan Nelayan
5. Ketua Bidang Kebudayaan
6. Ketua Bidang Perempuan dan Anak

Ketua-ketua bidang program yang bertugas menangani program organisasi dalam


bidang Lembaga Pemerintahan :
1. Ketua Bidang Pemerintahan dan Pembangunan
2. Ketua Bidang Hukum dan HAM
3. Ketua Budang Hubungan Luar Negeri
4. Ketua Bidang Kehutanan
5. Ketua Bidang Pertanian dan Perkebunan
6. Ketua Bidang Pertambangan dan Energi
7. Ketua Bidang Daerah Terpencil, Tertinggal dan Perbatasan.

Pasal 18
Sekretaris Jenderal

Sekretaris Jendral adalah Dewan Pimpinan Pusat Organisasi yang dibantu oleh
Wakil-wakil Sekretaris Jenderal.

Pasal 19
Wakil-wakil Sekretaris

Wakil-wakil Sekretaris Jenderal adalah Dewan Pimpinan Pusat Organisasi yang


mewakili Sekretaris Jenderal dibidangnya.

Pasal 20
Bendahara Umum

Bendahara Umum adalah Dewan Pimpinan Pusat Organisasi yang dibantu oleh
Wakil-wakil Bendahara Umum.

9
Pasal 21
Wakil-wakil Bendahara Umum

Wakil-wakil Bendahara Umum adalah Dewan Pimpinan Pusat Organisasi yang


mewakili Bendahara Umum dibidangnya.
Pasal 22
Anggota Kehormatan

Anggota Kehormatan merupakan anggota eksekutif yang telah diberikan kuasa


oleh Dewan Pendiri Organisasi membantu organisasi dalam memutuskan untuk
sesuatu yang luar biasa.

Pasal 23
Departemen-Departemen

1. Departemen adalah unsur staf pada setiap ketua bidang yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan tugas bidang.
2. Departemen sebagai unsur staf bertugas untuk menghimpun, mengolah
informasi data dan menyusun rancangan kebijakan, program, aksi dan solusi
yang disampaikan kepada ketua bidangnya.

Pasal 24
DPW, DPD, DPK

1. DPW/DPD/DPK adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif


sesuai dengan tingkatannya, DPW adalah Dewan Pimpinan Wilayah, DPD
adalah Dewan Pimpinan Daerah, DPK adalah Dewan Pimpinan Kecamatan.
2. DPW/DPD/DPK berwenang :
1) Menentukan kebijakan sesuai dengan tingkatannya sesuai Aturan Dasar,
Aturan Rumah Tangga, Keputusan Muswil/Musda dan atau
Muwillub/Musdalub, dan Rapat-rapat, serta Peraturan Organisasi Pekat
Indonesia Bersatu, Mengesahkan komposisi dan Personalia
DPW/DPD/DPK sesuai tingkatannya.
2) Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Aturan Dasar dan
Aturan Rumah Tangga.
3. DPW/DPD/DPK berkewajiban :
1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan amanat Aturan Dasar,
aturan Rumah Tangga. Keputusan Musyawarah dan Rapat-rapat sesuai
tingkatammya, serta Peraturan Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.
2) Memberikan pertanggungjawaban kepada Muswil/Musda sesuai dengan
tingkatannya..
4. DPW/DPD/DPK memiliki struktur dan komposisi sebagai berikut:
1) DPW memiliki struktur dan komposisi sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) orang dan sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang.

10
2) DPD memiliki struktur dan komposisi sekurang-kurangnya 12 (dua belas)
orang, dan sebanyak-banyaknya 19 (sembilan belas) orang.
3) DPK memiliki struktur dan komposisi sekurang-kurangnya 9 (sembilan)
orang dan sebanyak-banyaknya 12 (dua belas) orang.

Pasal 25
Ketua

1. Ketua dipilih dan ditetapkan melalui Muswil/Musda/Muska sesuai dengan


tingkatannya.
2. Ketua bertugas melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan semua
kegiatan Organisasi baik kedalam maupun keluar sesuai dengan tingkatannya.
3. Dalam melaksanakan tugasnya Ktua dibantu oleh wakil-wakil Ketua Bidang,
Sekretaris dan Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil-wakil
Bendahara serta alat kelengkapan Organisasi.

Pasal 26
Wakil-wakil Ketua Bidang

1. Wakil-wakil Ketua dipilih oleh Formatur dan ditetapkan dalam


Muswil/Musda/Muska sesuai dengan tingkatannya.
2. Wakil-wakil Ketua Bidang bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan
yang dilakukan oleh Departemen untuk mencapai saaran program kerja
organisasi.
3. Wakil Ketua Bidang terdiri dari Bidang Internal dan Bidang Program.

Pasal 27
Sekretaris Wilayah, Daerah, Kecamatan
dan Wakil-wakil Sekretaris

1. Sekretaris Wilayah, Daerah dan Kecamatan sesuai dengan tingkatannya


dipilih oleh Formatur dan ditetapkan dalam Muswil/Musda/Muska.
2. Sekretaris Wilayah, Daerah dan Kecamatan adalah penanggungjawab
administrasi Organisasi kedalam dan keluar.
3. Sekretaris Wilayah, Daerah dan Kecamatan bertugas melakukan koordinasi.
Monitoring, pengamanan kebijakan penyelenggaraan kegiatan organisasi.
4. Sekretaris Wilayah, Daerah dan Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya
berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Ketua.
5. Sekretaris Wilayah, Daerah dan Kecamatan dibantu oleh Wakil-wakil
Sekretaris yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Wakil-wakil Sekretaris dipilih oleh Formatur dan ditetapkan dalam
Muswil/Musda/Muska.
7. Wakil-wakil Sekretaris bertanggungjawab kepada Sekretaris Wilayah.

11
8. Seluruh Wakil-wakil Sekretaris bekerja dalam bidang Internal dan bidang
Program.

Pasal 28
Bendahara dan Wakil-wakil Bendahara

1. Bendahara dipilih oleh Formatur dan ditetapkan dalam Muswil/Musda/Muska


sesuai dengan tingkatannya.
2. Bendahara adalah penanggungjawab administrasi keuangan Organisasi
kedalam dan keluar.
3. Bendahara bertugas melakukan pengelolaan keuangan Organisasi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan.
4. Bendahara dalam melaksanakan tugasnya berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan Ketua.
5. Bendahara dibantu oleh Wakil-wakil Bendahara yang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
6. Wakil-wakil Bendahara dipilih oleh Formatur dan ditetapkan dalam
Muswil/Musda/Muska sesuai dengan tingkatannya.
7. Wakil-wakil Bendahara bertanggungjawab kepada Bendahara.
8. Seluruh Wakil-wakil Bendahara bekerja dalam bidang Internal dan bidang
Program.

Pasal 29
Ranting/Desa

1. Ketua dipilih oleh DPK


2. Pengurus Ranting/Desa merupakan unsur yang berdomisili di desa tersebut.
3. Pengurus Ranting/Desa teridir dari unsur Ketua, Skretaris, Bendahara. Jumlah
Wakil-wakil Ketua 5 (lima) orang, wakil-wakil sekretaris dan bendahara
maing-masing 1 (satu) orang.
4. Pengurus Ranting dapat menjadi utusan dari tingkat Muska (Musyawarah
Kecamatan) sampai dengan Musda (Musyawarah Desa).
5. Bilamana telah terbentuk Kepengurusan Ranting/Desa, maka Pengurus
Ranting dapat menentukan utusan untuk rapat penting ditingkat Kecamatan.

BAB VIII
HUBUNGAN DAN KERJASAMA

Pasal 30

1. Pekat Indonesia Bersatu dapat menjalin kerjasama dengan lembaga


Pemerintah, Swasta, Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan yang

12
mempunyai ikatan perjuangan, Visi dan Misi atau tujuan yang sama dalam
rangka memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat.
2. Pengaturan lebih lanjut diatur dalam Aturan Rumah Tangga.

BAB IX
LEMBAGA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 31

1. Musyawarah
2. Rapat-rapat

Pasal 32
Musyawarah dan Rapat-rapat

1. Musyawarah terdiri atas :


1) Musyawarah Nasional yang disingkat Munas
2) Musyawarah Nasional Luar Biasa disingkat Munaslub
3) Musyawarah Wilayah disingkat Muswil
4) Musyawarah Wilayah Luar Biasa disingkat Munaswilub.
5) Musyawarah Daerah disingkat Musda
6) Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat Musdalub
7) Musyawarah Kecamatan disingkat Muska.
2. Rapat-rapat terdiri atas :
1) Rapat Pimpinan disingkat Rapim
2) Rapat Kerja Nasional disingkat Rakernas
3) Rapat Koordinasi Nasional disingkat Rakornas
4) Rapat Pimpinan Wilayah disingkat Rapimwil
5) Rapat Kerja Wilayah disingkat Rakerwil
6) Rapat Pimpinan Daerah disingkat Rapimda
7) Rapat Kerja Daerah disingkat Rakerda
8) Rapat Pengurus Kecamatan disingkat Rapika
9) Rapat Kerja Kecamatan disingkat Rakerka
10) Rapat Pleno Pengurus Lengkap (sesuai tingkatan masing-masing)
11) Rapat Pengurus Harian (sesuai tingkatan masing-masing).

Pasal 33
MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS)

1. Musyawarah Nasional yang disingkat Munas merupakan lembaga


pengambilan keputusan tertinggi dalam Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.
2. Munas diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun oleh Dewan pimpinan
Pusat.
3. Musyawarah Nasional berwenang :

13
1) Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat
2) Menetapkan, merubah dan/atau menyempurnakan Aturan Dasar dan
Aturan Rumah Tangga Orhganisasi.
3) Menetapkan Program Umum Organisasi
4) Memilih dan menetapkan Ketua Umum
5) Menetapkan Dewan Pimpinan Pusat
6) Menetapkan Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan Penasehat dan Ketua
Dewan Pakar Pekat Indonesia Bersatu.
7) Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya.

Pasal 34
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(Munaslub)

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah Musyawarah Nasional yang


diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Wilayah, yang
disebabkan :
1) Organisasi dalam keadaan darurat atau menghadapi hal ihwal kegentingan
yang memaksa.
2) Dewan Pimpian Pusat melanggar Aturan Dasar/Aturan Rumah Tangga,
atau Dewan Pimpinan Pusat tidak dapat melaksanakan Amanat
Musyawarah Nasional sehingga Organisasi tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya..
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Pusat.
3. Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang
yang sama dengan Musyawarah Nasional.
4. Musyawarah Nasional Luar Biasa memberikan pertanggung jawaban atas
diadakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa tersebut.

Pasal 35
Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah disingkat Muswil adalah lembaga pengambilan


keputusan Organisasi Pekat Indonesia Bersatu ditingkat provinsi yang
dadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Musyawarah Wilayah berwenang :
1) Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Wilayah
2) Memilih dan Menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
3) Menetapkan Ketua Dewan Pembinaan Wilayah
4) Menetapkan Ketua Dewan Penasehat Wilayah
5) Menetapkan Program Kerja Wilayah
6) Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya

14
Pasal 36
Musyawarah Wilayah Luar Biasa
1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa adalah Musyawarah Wilayah yang
diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karena adanya permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah dan disetujui oleh Dewan
Pimpinan Pusat, disebabkan :
1) Kepemimpinan Dewan Pimpinan Wilayah dalam keadaan darurat.
2) Dewan Pimpinan Wilayah melanggar Aturan Dasar/Aturan Rumah
Tangga, atau Dewan Pimpinan Wilayah tidak dapat melaksanakan
Amanat Musyawarah Wilayah sehingga Organisasi tidak berjalan sesuai
dengan fungsinya.
2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Pusat.
3. Musyawarah Wilayah Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang
sama dengan Musyawarah Wilayah.
4. Dewan Pimpinan Wilayah wajib memberikan pertanggung jawaban atas
diadakannya Musyawarah Wilayah Luar Biasa tersebut.

Pasal 37
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah adalah pemegang kukuasaan Organisasi ditingkat


Kabupaten/Kota yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Musyawarah Daerah berwenang :
1) Menilai pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah
2) Memilih dan Menetapkan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
3) Menetapkan Ketua Dewan Pembinaan DPD
4) Menetapkan Ketua Dewan Penasehat DPD
5) Menetapkan Program Kerja Daerah
6) Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya

Pasal 38
Musyawarah Daerah Luar Biasa

1. Musyawarah Daerah Luar Biasa adalah Musyawarah Daerah yang


diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karena adanya permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 DPC/Pimpinan Tingkat Kecamatan dan disetujui
oleh Dewan Pimpinan Wilayah, disebabkan :
1) Kepemimpinan Dewan Pimpinan Daerah dalam keadaan darurat
2) Dewan Pimpinan Daerah melanggar Aturan Dasar/Aturan Rumah
Tangga, atau Dewan Pimpinan Daerah tidak apat melaksanakan Amanat
Musyawarah Daerah sehingga Organisasi tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya.

15
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah.
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang
sama dengan Musyawarah Daerah.
4. Dewan Pimpinan Daerah wajib memberikan pertanggung jawaban atas
diadakannya Musyawarah Daerah Luar Biasa tersebut.

Pasal 39
Musyawarah Dewan Pengurus Kecamatan

1. Musyawarah Dewan Pengurus Kecamatan adalah pemegang kekuasaan


Organisasi ditingkat Kecamatan yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Musyawarah Dewan Pengurus Kecamatan berwenang :
1) Menilai pertanggungjawaban Dewan Pengurus Kecamatan
2) Memilih dan Menetapkan Ketua Dewan Pengurus Kecamatan
3) Menetapkan Ketua Dewan Pembina tingkat Kecamatan
4) Menetapkan Ketua Dewan Penasehat tingkat Kecamatan
5) Menetapkan Program Kerja Kecamatan
6) Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya

Pasal 40
Musyawarah Penting Pengurus Kecamatan

1. Musyawarah Penting Pengurus Kecamatan adalah Musyawarah Dewan


Pengurus Kecamatan yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, karna
aanya permintaan sekurabg-kurangnya 2/3 Ranting dan disetujui oleh Dewan
Pimpinan Daerah, disebabkan Kepemimpinan Dewan Pengurus Kecamatan
dalam keadaan darurat :
1) Dewan Pengurus Kecamatan melanggar Aturan Dasar/Aturan Rumah
Tangga, atau Dewan Pengurus Kecamatan tidak dapat melaksanakan
Amanat Musyawarah Dewan Pengurus Kecamatan sehingga Organisasi
tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.
2. Musyawarah Penting Pengurus Kecamatan diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Daerah.
3. Musyawarah Penting Pengurus Kecamatan Luar Biasa mempunyai kekuasaan
dan wewenang yang sama dengan Musyawarah Penting Pengurus
Kecamatan.
4. Musyawarah Penting Pengurus Kecamatan wajib memberikan
pertanggungjawaban atas diadakannya Musyawarah Penting Pengurus
Kecamatan tersebut.

16
Pasal 41
Rapat-rapat

1. Rapat Pimpinan Nasional :


1) Rapat Pimpinan Nasional adalah rapat pengambilan keputusan tertinggi
setingkat dibawah Musyawarah Nasional.
2) Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan oleh DPP sekurang-kurangnya
2 (dua) kali dalam periode kepengurusan.
2. Rapat Kerja Nasional :
1) Rapat Pimpinan Nasional adalah rapat yang diadakan untuk menyusun
dan mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah Nasional.
2) Rapat Pimpinan Nasional dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali.
3. Rapat Koordinasi dan Konsultasi Nasional adalah rapat yang adakan oleh
Dewan Pimpinan Pusat untuk membahas masalah-masalah aktual dan
sosialisasi Kebijakan Organisasi.
4. Rapat Pimpinan Wilayah :
1) Rapat Pimpinan Wilayah adalah rapat pengambilan keputusan tertinggi
dibawah Musyawarah Wilayah.
2) Rapat Pimpinan Wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
5. Rapat Kerja Wilayah :
1) Rapat Kerja Wilayah adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan
mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah Nasional.
2) Rapat Kerja Wilayah dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode
kepengurusan.
6. Rapat Pimpinan Daerah :
1) Rapat Pimpinan Daerah dalah rapat pengambilan keputusan tertinggi
dibawah Musyawarah Daerah.
2) Rapat Pimpinan Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali
dalam setahun oleh Dewan Pimpinan Daerah.
7. Rapat Kerja Daerah :
1) Rapat Kerja Daerah adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan
mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah Daerah.
2) Rapat Kerja Daerah dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode
kepengurusan.
8 Rapat Dewan Pengurus Kecamatan :
1) Rapat Dewan Pengurus Kecamatan adalah rapat pengambilan keputusan
tertinggi dibawah Rapat Dewan Pengurus Kecamatan.
2) Rapat Dewan Pengurus Kecamatan diselenggarakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam setahun oleh Dewan Pengurus Kecamatan.
9. Rapat Kerja Dewan Pengurus Kecamatan :
1) Rapat Kerja Dewan Pengurus Kecamatan adalah rapat yang diadakan
untuk menyusun dan mengevaluasi program kerja hasil Musyawarah
Dewan Pengurus Kecamatan.
2) Rapat Kerja Dewan Pengurus Kecamatan dilaksanakan pada awal dan
pertengahan periode kepengurusan.

17
10. Rapat Pleno Pengurus (sesuai tingkatan masing-masing) adalah rapat yang
dihadiri oleh Pengurus harian, Dewan Pembina, Dewan Penasehat, Dewan
Pakar, ketua-ketua lembaga dan atau alat kelengkapan Organisasi, berwenang
mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kebijakan organisasi dan hal-
hal penting lainnya yang perlu segera ditindaklanjuti, diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
11. Rapat Pengurus Harian (sesuai dengan tingkatan masing-masing) adalah
rapat-rapat yang dihadiri oleh Pengurus Harian untuk mengevaluasi kegiatan
sesuai kebutuhan Orgasnisasi, dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan.

Pasal 42
Ketentuan dan hal lain dalam Musyawarah dan Rapat Organisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 41 diatur lebih lanjut dalam
Aturan Rumah Tangga.

BAB X
KUORUM DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

Pasal 43

1. Musyawarah dan Rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 sampai


dengan Pasal 41 adalah sah apabila dihadiri oleh lebih setengah jumlah
peserta.
2. Jika Kuorum belum tercapai maka musyawarah dan rapat-rapat ditunda
paling lama satu jam, jika sesudah penundaan kuorum belum juga tercapai
tetapi dihadiri oleh sekurang-kurangnya satu per tiga dari jumlah peserta,
maka musyawarah dan rapat-rapat dapat dilangsungkann dan semua
keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat.
3. Pengambilan keputusan dilakukan atas dasar musyawarah untuk mufakat,
apabila permufakatan tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanya.
4. Dalam hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan Pemimpin,
sekurang-kurangnya disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang
hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5. Khusus tentang perubahan Aturan Dasar :
1) Sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah peserta yang hadir.
2) Keputusan adalah sah apabila diambil dengan persetujuan sekurang-
kurangnya dua per tiga dari jumlah peserta yang hadir.

18
BAB XI
KEUANGAN DAN BENDAHARA
ORGANISASI

Pasal 44

1. Untuk mengoptimalkan kinerja Organisasi maka perlu ditetapkan sumber-


sumber keuangan antara lain :
1) Usaha-usaha yang sah.
2) Sumbangan dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
3) Iuran Anggota.
2. Harta kekayaan Organisasi terdiri dari :
1) Harta Bergerak
2) Harta tidak Bergerak.
3. Keuangan Organisasi disusun dalam bentuk Aturan Pendapatan Belanja
Organisasi tahunan ditiap tingkatan pengurus.

BAB XII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUKUM

Pasal 45
1. Pekat Indonesia Bersatu sebagai Badan Hukum diwakili oleh Dewan
Pimpinan Pusat didalam dan diluar pengadilan.
2. Dewan Pimpinan Pusat Pekat Indonesia Bersatu dapat melimpahkan
kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) kepada Dewan Pimpinan
Wilayah sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelesaian Perselisihan Hukum diatur dalam
Aturan Rumah Tangga.

BAB XIII
PERUBAHAN ATURAN DASAR, ATURAN RUMAH TANGGA
DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 46
Perubahan Aturan Dasar dan
Aturan rumah Tangga

1. Perubahan aturan Dasar dan aturan Rumah Tangga dilakukan melalui


Musyawarah Nasional.
2. Perubahan aturan Dasar dapat dilakukan atas permintaan ½ lebih dari jumlah
Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah.

19
Pasal 47
Pembubaran Organisasi

1. Pembubaran Organisasi dapat dilakukan apabila Negara dalam keadaan


darurat.
2. Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan didalam suatu Musyawarah
Nasional yang khusus diadakan untuk itu.
3. Dalam hal pemngambilan keputusan tentang Pembubaran Organisasi,
Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh seluruh peserta dan
Keputusan Musyawarah dinyatakan sah apabila disetujui secara aklamasi
peserta yang hadir.
4. Dalam hal Organisasi dibubarkan maka kenyataannya diserahkan kepada
badan-badan/lembaga-lembaga sosial di Indonesia untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat.

BAB XIV
DEWAN PENDIRI

Pasal 48
Sifat Kedudukan dan Wewenang

Sifat Kedudukan :
1. Dewan pendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah berdirinya
Organisasi, dan oleh karenanya dewan pendiri berkewajiban untuk tetap ikut
bertanggungjawab/mengawasi serta menjaga keseimbangan agar Organisasi
berjalan sebagaimana mestinya.
2. Dewan pendiri adalah badan khusus yang mempunyai tanggungjawab dan
wewenang melakukan tindakan-tindakan untuk menyelamatkan Organisasi
yang terjadi diakibatkan situasi keadaan darurat dan luar biasa.

Wewenang :
1. Melakukan tindakan-tindakan Organisasi dalam kondisi dan keadaan luar
biasa atau darurat.
2. Kondisi Organisasi dinyatakan luar biasa dan dalam keadaan darurat antara
lain :
1) Masa Jabatan DPP/Dewan Penasehat DPP/Dewan Pembina DPP/Dewan
Pakar telah berakhir dan telah diadakan masa perpanjangan waktu selama-
lamanya 6(enam) bulan untuk menyelenggarakan Munas.
2) Usul dan Permintaan DPW untuk mengadakan Munas dan atau Munaslub
tidak dilaksanakan oleh DPP.
3) Terjadi konflik Organisasi dalam kepemimpinan DPP yang
mengakibatkan tidak berfungsinya roda Organisasi.
4) Dan hal lain yang dinyatakan darurat oleh seluruh DPW dan DPPdalam
permusyawaratan yang diagendakan khusus untuk itu.

20
3. Dalam menjalankan wewenangnya Dewan Pendiri dengan atau tanpa
melibatkan para pihak yang terkait (yang bermasalah dan atau bertikai), hal
ini untuk tetap menjaga sikap netral demi keputusan yang berkeadilan, arief
dan bijaksana.
4. Dewan Pendiri bertindak secara Kolektif Kolegial dan dalam pengambilan
keputusan dilakukan dalam Rapat-rapat Nasional, Rapat Akbar, Musyawarah
Nasional Khusus dan atau yang diagendakan untuk itu.

BAB XV
ALAT KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 49
Organisasi Bagian

1. Organisasi Bagian adalah Organisasi yang dibentuk oleh masyarakat secara


mandiri sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan yang menyatakan diri
bergabung dengan Pekat Indonesia Bersatu atau Organisai Bagian yang
dibentuk oleh Pekat Indonesia Bersatu untuk memperkuat jaringan.
2. Organisasi Bagian secara otomatis menginduk pada Pekat Indonesia Bersatu.
3. Organisasi Bagian dapat mengatur dan mengelola sendiri mekanisme rumah
tangganya sesuai dengan AD/ART-nya.
4. Ketua Umum/Ketua, sesuai tingkatannya secara ex-officio menjadi bagian
dari Dewan Pembina dan Dewan Penasehat.
5. Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai dengan
tingkatannya menjadi peserta dalam Munas/Muswil/Musda Organisasi
Bagian.
6. Ketua Umum/Ketua terpilih Organisasi Bagian, dilantik oleh Ketua
Umum/Ketua Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai
denganb tingkatannya.
7. Ketentuan mengani Organisasi Bagian diatur lebih lanjut dalam Aturan
Dasar/Aturan Rumah Tangga dan atau Peraturan Organisasi.

Pasal 50
Lembaga

1. Lembaga adalah suatu badan yang dibentuk oleh Pekat Indonesia Bersatu
sesuai kebutuhan.
2. Lembaga dimaksud dapat berupa LBH, Koperasi, Yayasan, LSM dan atau
Lembaga berbadan Hukum lain yang dibentuk dalam rangka memajukan
Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.
3. Lembaga dapat mengatur dan mengelola sendiri mekanisme rumah tangganya
sesuai dengan AD/ART-nya masing-masing sepanjang tidak bertentangan
dengan AD/ART Pekat Indonesia Bersatu.

21
4. Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai dengan
tingkatannya menjadi peserta dalam Musyawarah dan Rapat-rapat lembaga.
5. Ketua/Pimpinan Lembaga dilantik oleh Ketua Umum/Ketua Dewan
pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai dengan tingkatannya.
6. Ketentuan mengenai lembaga diatur lebih lanjut dalam Aturan Rumah
Tangga dan atau Peraturan Organisasi.

Pasal 51
Komponen

1. Komponen dibentuk di setiap tingkatan Organisasi sesuai kebutuhan yang


berperan sebagai sarana penunjang pelaksanaan program Organisasi.
2. Yang dimaksud dengan komponen adalah Brigade dan Srikandi.
3. Komponen dan personalia kepengurusan Brigade dan Srikandi diangkat dan
diberhentikan oleh Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya melalui
koordinasi dengan jenjang struktural diatasnya.
4. Kepengurusan Brigade dan Srikandi bertanggungjawab kepada Dewan
Pimpinan sesuai tingkatannya.
5. Kepengurusan Brigade dan Srikandi dalam melakukan tugasnya melakukan
koordinasi dengan Ketua sesuai tingkatnnya.
6. Hal-hal lain tentang Brigade dan Srikandi diatur dalam Aturan
Rumah Tangga.

BAB XVI
PENUTUP
Pasal 52
1. Hal-hal yang belum dan atau belum cukup diatur dalam Aturan Dasar,
ditetapkan dalam Aturan Rumah Tangga atau Peraturan Organisasi.
2. Aturan Dasar ini dimulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bali
Pada tanggal : 23 Februari 2013

22
ATURAN
RUMAH TANGGA
(ART)

PEKAT INDONESIA BERSATU

23
BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Syarat Keanggotaan

1. Yang dapat menjadi Anggota Organisasi Pekat Indonesia Bersatu adalah :


1) Warga Negara Indonesia
2) Berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin.
3) Menerima ikrar, bersedia mematuhi Aturan Dasar, Aturan Rumah Tangga
dan ketentuan-ketentuan Organisasi lainnya dan;
4) Menyatakan diri menjadi Anggota.
2. Ketentuan lebih lanjut tentang syarat Keanggotaan, antara lain yang berasal
dari Purnawirawan TNI, Polri dan PNS akan diatur dalam Peraturan
Organisasi.

BAB II
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 2

Setiap Anggota berkewajiban :


1. Mempertahankan kedaulatan, persatuan dan kesatuan Tanah Air, bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menjaga nama baik dan membela kepentingan Organisasi dari setiap usaha
dan tindakan yang merugikan Organisasi.
3. Menghayati dan mengamalkan Ikrar Organisasi Pekat Indonesia Bersatu.
4. Mematuhi dan melaksanakan amanat yang terkandung dalam Aturan Dasar
dan Aturan rumah Tangga.
5. Mematuhi dan melaksanakan keputusan Musyawarah Nasional dan ketentuan
Organisasi lainnya.
6. Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan program kerja Organisasi.
7. Menghadiri Musyawarah, rapat-rapat dan kegiatan Organisasi.

Setiap Anggota berhak :


1. Memperoleh perlakuan yang sama
2. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan.
3. Memilih dan dipilih
4. Memperoleh perlindungan dan pembelaan.
5. Memperoleh pendidikan dan pelatihan kader
6. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri.

24
BAB III
SANKSI

Pasal 3

Sanki yang dapat diberikan kepada anggota atau Pengurus adalah sebagai berikut :
1. Teguran lisan
2. Peringatan tertulis
3. Pemberhentian sementara
4. Pemberhentian secara tidak hormat.

BAB IV
MEKANISME PEMBERHENTIAN
ANGGOTA/PENGURUS

Pasal 4
1. Anggota/Pengurus berhenti karena :
1) Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis.
2) Diberhentikan
3) Meninggal dunia
2. Anggota/Pengurus diberhentikan karena :
1) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota/Pengurus
2) Tidak mengikuti rapat 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas.
3) Melanggar Aturan Dasar dan Aturan Rumah Tangga
4) Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan kebijakan
Organisasi, mencoreng nama baik dan merugikan Organisasi.
5) Melakukan pelAturan Hukum
3. Kewenangan pemberhentian Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1) butir
(2) diatur sebagai berikut :
1) Untuk Dewan Pimpinan Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Dewan
Pimpinan Pusat dan dilaporkan kepada Rapat Pimpinan Nasional.
2) Untuk Dewan Pimpinan Wilayah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat
berdasarkan usul Dewan Pimpinan Wilayah
3) Untuk Dewan Pimpinan Daerah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
berdasarkan usul Dewan Pimpinan Daerah.
4) Untuk Dewan Pengurus Kecamatan dilakukan oleh Dewan Pimpinan
Daerah berdasarkan usul Dewan Pengurus Kecamatan.
5) Untuk Ranting atau sebutan lain dilakukan oleh Dewan Pengurus
Kecamatan berdasarkan usul Ranting atau sebutan lain.
4. Tata cara pemberhentian Pengurus dan hak membela diri diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.

25
BAB
V
KADER

Pasal 5

1. Kader Organisasi adalah anggota yang telah mengikuti Pendidikan dan


Latihan Kader dan disaring atas dasar kriteria :
1) Mental-Ideologi
2) Penghayatan terhadap Visi, Misi dan Platform Organisasi.
3) Prestasi, Dedikasi, Disiplin, Loyalitas, Kepemimpinan.
2. Dewan Pimpinan Pusat dapat mengangkat dan menetapkan seseorang
menjadi Kader Organisasi berdasarkan prestasi yang dicapainya dan/atau
telah berjasa kepada Organisasi dan masyarakat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Kader diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB VI
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN

Pasal 6
Dewan Pimpinan Pusat

1. Susunan dan Komposisi kepengurusan pada Dewan Pimpinan Pusat Pekat


Indonesia Bersatu, terdiri atas : Ketua Umum, Ketua-ketua, Sekretaris
Jenderal, Wakil-wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Wakil-wakil
Bendahara Umum, Dewan Pimpinan Pusat terdiri atas Pengurus Pleno dan
Pengurus Harian.
2. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Pusat.
3. Pengurus Harian, terdiri atas : Ketua Umum, Ketua-ketua, Sekretaris
Jenderal, Wakil-wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Wakil-wakil
Bendahara Umum.

Pasal 7
Dewan Pimpinan Wilayah

1. Susunan dan Komposisi kepengurusan pada Dewan Pimpinan Wilayah


Provinsi, terdiri atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua Bidang, Sekretaris Wilayah,
Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara.
2. Dewan Pimpinan Wilayah Provinsi terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus
Harian
3. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah.

26
4. Pengurus Harian, terdiri atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Wilayah,
Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara.

Pasal 8
Dewan Pimpinan Daerah

1. Susunan dan Komposisi kepengurusan pada Dewan Pimpinan Daerah, terdiri


atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Daerah, Wakil-wakil Sekretaris,
Bendahara, Wakil-wakil Bendahara.
2. Dewan Pimpinan Daerah terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian
3. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Daerah.
4. Pengurus Harian, terdiri atas : Ketua, Ketua Harian, Wakil-wakil Ketua,
Sekretaris Daerah, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil
Bendahara.

Pasal 9
Dewan-dewan Pengurus Kecamatan

1. Susunan dan Komposisi kepengurusan pada Dewan Pengurus Kecamatan,


terdiri atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Pengurus Kecamatan,
Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara, Ketua-ketua
Seksi.
2. Dewan Pengurus Kecamatan terdiri atas Pengurus Pleno dan Pengurus Harian
3. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Dewan Pengurus Kecamatan.
4. Pengurus Harian, terdiri atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Pengurus
Kecamatan, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara.

Pasal 10
Pengurus Ranting

1. Susunan dan Komposisi kepengurusan pada Ranting, terdiri atas : Ketua,


Wakil-wakil Ketua, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-
wakil Bendahara, Ketua-ketua Unit.
2. Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain terdiri atas Pengurus Pleno dan
Pengurus Harian
3. Pengurus Pleno adalah seluruh Pengurus Pimpinan Desa/Kelurahan atau
sebutan lain.
4. Pengurus Harian, terdiri atas : Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Pengurus
Kecamatan, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Bendahara.

27
Pasal 11
Perwakilan Istimewa

1. Perwakilan Organisasi Pekat Indonesia Bersatu di Luar Negeri dibentuk di


satu negara an/atau gabungan beberapa negara.
2. Susunan dan komposisi kepengurusan Perwakilan Istimewa Pekat Indonesia
Bersatu di Luar Negeri, sekurang-kurangnya terdiri atas: Ketua, Wakil-wakil
Ketua, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Biro-biro.
3. Ketentuan dan hal lain mengenai Perwakilan Istimewa diatur dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 12
Pengurus

1. Persyaratan menjadi Pengurus Organisasi :


1) aktif menjadi anggota sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun atau memenuhi
kriteria yang telah ditentukan dan berdedikasi tinggi terhadap Organisasi.
2) Pernah mengikuti Pendidikan dan Latihan Kader Organisasi
3) Memiliki kepedulian dan loyalitas yang tinggi terhadap Organisasi
4) Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas
5) Bersedia meluangkan waktu dan sanggup bekerjasama secara kolektif
dalam Organisasi.
2. Setiap Pengurus dilarang merangkap jabatan dalam kepengurusan Dewan
Pimpinan/Pimpinan, yang bersifat vertikal.

Pasal 13
Persyaratan Umum dan Ketua Umum

1. Persyaratan menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat secara umum


adalah :
1) Berakhlak mulia, baik, jujur, dan amanah.
2) Memiliki kredibilitas serta berwawasan terbuka.
3) Tidak melakukan perbuatan melawan hukum termasuk Narkoba, Judi dan
Asusila.
4) Bersedia berkorban waktu, pikiran, dan tenaga.
5) Memiliki kepedualian terhadap Organisasi.
6) Berperan serta secara aktif dan konsisten dalam setiap kegiatan Pekat
Indonesia Bersatu sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun dan tidak
pernah menjadi pengurus dan/atau anggota pada organisasi
kemasyarakatan lain serta organisasi politik.
2. Persyaratan khusus ditentukan dalam Musyawarah Nasional dalam
penjaringan bakal calon Ketua Umum.

28
Pasal 14
Ketua-ketua Bidang Internal

1. Menyusun konsep kebijakan strategis organisasi yang akan dilaksanakan


dalam rangka pembinaan, pengembangan dan penguatan organisasi kedepan
yang harus diselesaikan 3 (tiga) bulan setelah Kongres.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua-ketua Bidang dapat membentuk
kelompok kerja sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Pasal 15
Tugas dan tanggungjawab
Ketua-ketua Bidang

1. Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan :


a) Melakukan penerimaan anggota baru, pendataan dan klasifikasi anggota,
pemetaan anggota, pemeliharaan data anggota, komunikasi dengan
anggota.
b) Mengkoordinasikan, melakukan rekruitmen, pelatihan, pendidikan kader,
melakukan monitoring dan evaluasi kader/anggota serta regenerasi.
2. Ketua Bidang Organisasi dan Komunikasi (Infokom).
Mengembangkan sistem informasi dan Komunikasi organisasi yang menjaga
dan memelihara komunikasi kedalam dengan struktur organisasi, badan
anggota, serta keluar mengembangkan hubungan dengan media,
penggalangan opini dan kreasi.
3. Ketua Bidang Ekonomi dan Koperasi :
Menciptakan sumber daya keuangan, logistik dan fasilitas melalui bidang-
bidang usaha organisasi yang sah untuk pembiayaan program organisasi yang
tidak bertentangan dengan undang-undang.
4. Ketua Bidang Sosial Politik :
Menyusun garis politik pada berbagai bidang Sosial Politik pada Kehidupan
masyarakat dan Negara. Menciptakan berbagai kegiatan dan gerakan sosial
politik untuk terciptanya kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih
baik.
5. Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga :
Menyusun garis politik pada berbagai bidang kehidupan masyarakat dan
memelihara serta meningkatkan komunikasi dengan elemen kemasyarakatan
dan Lembaga Negara.

29
Pasal 16
Ketua-ketua Bidang Program

1. Ketua-ketua bidang program menyusun konsep kebijakan strategi organisasi


yang akan dilaksanakan oleh internal organisasi untuk membantu kehidupan
masyarakat dan diperjuangkan menjadi kebijakan lembaga pemerintahan
yang harus sudah selesai 3 (tiga) bulan setelah Munas.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua-ketua Bidang dapat membuat kelompok
kerja sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Pasal 17
Bidang Kehidupan Masyarakat

1. Ketua Bidang Lintas Agama


Menjaga kerukunan hidup beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Ketua Bidang Pemudan dan Olahraga
Menyusun pembangunan generasi muda yang berwatak patriotis, berjiwa
kebangsaan dalam rangka pembentukan kader bangsa.
3. Ketua Bidang Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja
Menciptakan manusia yang profesional dan bermartabat melalui program-
program yang tersusun dan penciptaan lapangan kerja serta penghidupan dan
keadilan bagi pekerja.
4. Ketua Bidang Buruh Tani dan Nelayan
Memperjuangkan nasib para buruh, tani nelayan sebagai sumber dasar
daripada sektor-sektor usaha dan perekonomian Indonesia dengan semangat
pemerataan yang adil dan beradab.
5. Ketua Bidang Kebudayaan.
a. Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut keberadaan
adat dan budaya dalam rangka menciptakan kehidupan peradatan yang
mengemban pada Budaya Nusantara.
b. Menciptakan kesadaran Nusantara bahwa adat dan budaya Indonesia
adalah merupakan semangat dan etos pada setiap insan di Indonesia.
6. Ketua Bidang Perempuan dan Anak.
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut Peranan
Perempuan dan Perlindungan anak serta masalah kesetaraan gender dalam
berbagai aspek kehidupan.

30
Pasal 18
Bidang Lembaga Pemerintahan

1. Ketua Bidang Pemerintahan dan Pembangunan


Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut politik
pembangunan pemerintah pusat dan daerah dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Ketua Bidang Hukum dan HAM
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut politik
pembangunan hukun dan perundang-undangan dalam rangka Negara Hukum
yang demokratis berdarkan Pancasila.
3. Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut keberadaan
sosiologi Indonesia atas hubungan antara satu Negara (bilateral) maupun
beberapa Negara (multilateral) serta memantau kebijakan fiskal untuk
kepentingan bangsa.
4. Ketua Bidang Kehutanan
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut pembangunan
kehutanan dan menjaga kelestarian alam serta pembangunan yang
berorientasi kepada pemasukan devisa Negara.
5. Ketua Bidang Pertanian dan Perkebunan
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut strategi
pembangunan Pertanian dan Perkebunan dalam rangka mewujudkan
pertanian dan perkebunan yang modern, tangguh, mandiri dan berdaulat.
6. Ketua Bidang Pertambangan dan Energi
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut pola pembangunan
pertambangan dan energy nasional yang ramah lingkungan dalam rangka
mewujudkan Kedaulatan Energi.
7. Ketua Bidang Daerah Terpencil, Tertinggal dan Perbatasan
Menyusun kebijakan strategi organisasi yang menyangkut keberadaan
masyarakat terhadap ideologi, ekonomi, budaya dan keamanan di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan.

Pasal 19
Sekretaris Jenderal

Satu orang Sekretaris Jenderal bertugas dan bertanggungjawab dalam


mengelola administrasi dan managemen Dewan Pimpinan Pusat
Organisasi.

31
Pasal 20
Wakil-wakil Sekretaris Jenderal

1. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Internal


2. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Program
3. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kesekretariatan.

Pasal 21
Bendahara Umum

Bertugas dan bertanggungjawab mengoalh system keuangan dan kebendaharaan


organisasi.

Pasal 22
Wakil-wakil Bendahara Umum

1. Wakil Bendahara Umum Bidang Internal


2. Wakil Bendahara Umum Bidang Program

Pasal 23
Anggota Kehormatan

1. Anggota Kehormatan diputuskan oleh Dewan Pendiri


2. Anggota Kehormatan yang diputuskan melalui Dewan Pendiri terdiri dari 1
(satu) orang.
3. Anggota Kehormatan bertugas membantu Ketua Umum dalam pelaksanaan
roda organisasi sebagaimana tugas ketua umum.
4. Terhadap situasi yang luar biasa, maka Anggota Kehormatan bersama Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal mengeluarkan keputusan dalam rangka
pelaksanaan roda organisasi.

Pasal 24
Lowongan Antar Waktu Pengurus

Lowongan antar waktu Pengurus terjadi disebabkan oleh kekosongan Pengurus.

Pasal 25
Pengisian Lowongan Antar Waktu Pngurus

1. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Dewan Pimpinan Pusat ditetapkan


oleh Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat dan dilaporkan kepada Rapat
Pimpinan Nasional.

32
2. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Wilayah dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah.
3. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Daerah dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah berdasarkan usul Dewan Pimpinan Daerah.
4. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Dewan Pengurus Kecamatan
dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah berdasarkan usul Dewan Pimpinan
Kecamatan.
5. Pengisian lowongan antar waktu Pengurus Ranting atau sebutan lain
dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan usul Ranting atau
sebutan lain.
6. Pengurus antar wajtu, termasuk Pengurus hasil Musyawarah Luar Biasa pada
semua tingkatan, yang berlangsung setelah Musyawarah Nasional pertama
ini, hanya melanjutkan sisa masa jabatan Pengurus yang digantikannya.

BAB VII
LEMBAGA dan ALAT KELENGKAPAN
ORGANISASI

Pasal 26
Lembaga

1. Sesuai Bab XV pasal 40 Aturan Dasar bahwa Organisasi memiliki lembaga


yang dibentuk oleh Pekat Indonesia Bersatu diantaranya :
1) LBH, Lembaga Bantuan Hukum
2) LSM, Lembaga Swadaya Masyarakat
3) Koperasi, dan
4) Yayasan.
2. Ketua/Pimpinan lembaga sebagaimana ayat (1) dipilih dari, oleh dan untuk
anggota sesuai AD/ART-nya masing-masing, dan dilantik oleh Ketua
Umum/Ketua Dewan Pimpinan/Pimpinan Pekat Indonesia Bersatu sesuai
dengan tingkatannya.
3. Hubungan lembaga dengan organisasi induk diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 27
Komponen

1. Brigade dan Srikandi adalah Komponen Organisasi yang merupakan satuan


tugas khusus yang mempunyai kedudukan mandiri, berhak mengatur dan
mengelola sendiri unit kerjanya.
2. Brigade adalah satuan unit kerja yang anggotanya laki-laki, sedangkan
srikandi adalah satuan unit kerja yang anggotanya wanita.
3. Brigade dan Srikandi adalah :
1) Satu kesatuan yang terdiri dari personal anggota/kader pilihan.

33
2) Perangkat satuan yang terorganisir yang mempunyai kredibilitas,
kreativitas, dan motivasi tinggi.
3) Bagian gugus terdepan sebagai organik Organisasi yang terlatih dan
berdedikasi tinggi dalam melakukan setiap kegiatan didalam tugas-
tugasnya.
4) Pejuang-pejuang yang membela kaum lemah dan tertindas.
5) Satuan yang siap berperan serta dalam mengamankan aset-aset organisasi
serta aset-aset negara diseluruh wilayah Indonesia.
6) Pengawal terdepan untuk menagmankan Pancasila dan UUD 45dalam
keutuhan NKRI
4. Brigade dan Srikandi memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Percaya diri, berjiwa patriot dan militan.
2) Memiliki kepedulian, keahlian dan kreativitas.
3) Profesional, mandiri dan bertanggungjawab.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Brigade dan Srikandi diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 28
Departemen-departemen

1. Dalam lingkup-lingkup kerja Ketua Bidang Internal, Ketua Bidang Program,


Ketua Bidang Kehidupan Masyarakat, dan Ketua Bidang Lembaga
Pemerintahan dibentuk Departemen-departemen sesuai pembidangannya.
2. Departemen-departemen bertugas untuk :
a. Menghimpun informasi dan data
b. Mengolah informasi dan data
c. Menyarankan solusi/kebijakan kepada ketua bidangnya
d. Minitoring dan evaluasi dan pelaksanaan solusi/kebijakan yang telah
diputuskan ketua bidang.
e. Uraian tugas, tata kerja dan system serta proses organisasi dalam
kepengurusan.

Pasal 29
Pembekuan, Pembubaran Pengurus Organisasi

Pembekuan atau pembubaran kepengurusan organisasi, dilaksanakan apabila


kepengurusan dimaksud melakukan hal yang merugikan atau membahayakan
organisasi :
1. Kepengurusan organisasi mengambil kebijakan yang menyimpang atau
bertentangan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh jajaran kepengurusan
yang lebih tinggi.
2. Kepengurusan organisasi terpecah dalam kelompok-kelompok yang tidak
dapat lagi dipertemukan dan saling bertentangan mengenai kebijakan
organisasi.

34
3. Sebagian besar atau seluruh kepengurusan organisai terlibat langsung dalam
kegiatan menetang kepemimpinan jajaran kepengurusan satu tingkat yang
lebih tinggi.
4. Kepengurusan yang tidak lagi dapat melaksanakan tugasnya yang telah diatur
dalam AD/ART (Aturan Dasar/Aturan Rumah Tangga).

Pasal 30
Penunjukan Pelaksana Harian

1. DPP Ornagisasi menunjuk Pelaksana Harian untuk menjalankan tugas dari


Kepengurusan yang dibekukan/dibubarkan, berdasarkan keputusan DPP
Organisasi.
2. Jangka waktu tugas pelaksana harian ditentukan oleh DPP Organisasi yang
dituangkan melalui SK DPP.
3. Dalam hal Pembekuan atau pembubaran Kepengurusan Organisai ditingkat
Pengurus Kecamatan, maka tugas dan tanggungjawab Kepengurusan
Organisasi tersebut ditangani oleh DPW organisasi untuk melakukan
konsolidasi dan pembentukan kepengurusan baru dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan.
4. Dalam hal Pembekuan atau Pembubaran Organisasi ditingkat Pengurus
Ranting/Desa maka tugas dan tanggungjawab kepengurusan organisasi
tersebut ditangani Dewan Pimpinan Daerah (DPD) untuk melakukan
konsolidasi dan pembentukan kepengurusan baru dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 31
Wakil-wakil Ketua

1. Dewan Pimpinan Wilayah dipimpin oleh seorang ketua dibantu oleh Wakil-
wakil Ketua Bidang, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil-wakil Bendahara.
2. Ketua dewan Pimpinan Wilayah bertugas, bertanggungjawab atas seksistensi
Program dan Kinerja Organisasi kedalam dan keluar wilayahnya.
3. Wakil-wakil ketua bidang internal yang bertugas menangani masalah Internal
organisasi yaitu :
a. Keanggotaan dan Kaderisasi
b. Informasi dan Komunikasi
c. Sosial Politik
d. Hubungan Antar Lembaga
e. Ekonomi dan Koperasi
4. Wakil-wakil Ketua Bidang Program yang menangani bidang kehidupan
masyarakat, yaitu bidang :
a. Lintas Agama
b. Pemuda dan Olahraga

35
c. Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja
d. Buruh Tani dan Nelayan
e. Kebudayaan
f. Perempuan dan anak
5. Wakil-wakil Ketua Bidang Program yang menangani lembaga Pemerintahan,
yaitu bidang :
a. Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
b. Hukum dan HAM
c. Hubungan Luar Negeri
d. Kehutanan
e. Pertanian dan Perkebunan
f. Pertambangan dan Energi
g. Daerah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan
6. Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah yang bertugas dan bertanggungjawab
dalam mengelola administrasi Dewan Pimpinan Wilayah Organisasi.
7. Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah :
a. Wakil Sekretaris Bidang Internal
b. Wakil Sekretaris Bidang Program
8. Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah yang bertugas dan bertanggungjawab
mengelola keuangan dan kebendaharaan organisai.
9. Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah :
a. Wakil Bendahara Bidang Internal
b. Wakil Bendahara Bidang Program.

BAB VIII
KEDUDUKAN, SUSUNAN, DAN
PERSONALIA DEWAN PEMBINA,
DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PAKAR

Pasal 32
Dewan Pembina

1. Dewan Pembina memiliki wewenang mengatur sendiri mekanisme kerja


lembaganya secara mandiri sepanjang tidak bertentangan dengan Aturan
Dasar dan Aturan Rumah Tangga.
2. Dalam melakukan pengarahan dan pembinaan, Dewan Pembina
melaksanakan kegiatannya, berdasarkan hasil keputusan rapat-rapat
koordinasi.
3. Eksistensi Dewan Pembina sesuai kelembagaannya diwujudkan melalui
pembinaan dibidang-bidang yang berhubungan dengan pola kerjanya.
4. Dewan Pembina dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh
Dewan Pimpinan/Pimpinan Organisasi sesuai tingkatannya.
5. Ketentuan lebih lanjut tentang Dewan Pembina, akan diatur dalam Peraturan
Organisasi.

36
Pasal 33
Dewan Penasehat

Dewan Penasehat memiliki wewenang mengautr sendiri mekanisme kerja


lembaganya secara mandiri sepanjang tidak bertentangan dengan Aturan Dasar
dan Aturan Rumah Tangga.
1. Dalam memberikan saran, nasehat dan pertimbangannya, Dewan Penasehat
menuangkan sumbangsih pemikirannya untuk hal-hal yang akan menjadi
suatu keputusan ataupun kebijakan Organisasi.
2. Eksistensi Dewan Penasehat sesuai kelembagaannya memberi pemikiran-
pemikiran yang didasari oleh prinsip-prinsip dan koridor-koridor organisasi.
3. Dewan Penasehat dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh
Dewan Pimpinan/Pimpinan Organisasi sesuai tingkatannya.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang Dewan Penasehat akan diatur dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 34
Dewan Pakar

1. Dewan Pakar memiliki wewenang mengatur sendiri mekanisme kerja


lembaganya secara mandiri sepanjang tidak bertentangan dengan Aturan
Dasar dan Aturan Rumah Tangga.
2. Dewan Pakar berfungsi membantu Dewan Pimpinan Pusat memberikan
masukan strategis konseptual dalam mengembangkan organisasi.
3. Dewan Pakar memiliki tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk :
a) Melakukan berbagai penelitian untuk mendukung penguatan Organisasi
b) Melakukan pengumpulan dan pengolahan data, monitoring, dan evaluasi
sebagai dasar pertimbangan dan rekomendasi terhadap pengambilan
keputusan dan kebijakan-kebijakan Organisasi.
c) Merumuskan, menyusun dan mengembangkan konsep-konsep baru yang
akan menjadi landasan strategi dan program-program yang memperkuat
Organisasi, baik Internal maupun Eksternal.
4. Dewan Pakar dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Pusat.
5. Ketentuan lebih lanjut tentang Dewan Pakar, akan diatur dalam Peraturan
Organisasi.

37
BAB IX
HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI
DAN ATAU LEMBAGA

Pasal 35

Sesuai Aturan dasar Bab VIII pasal 27 ayat (1) tentang Hubungan dan Kerjasama
Kelembagaan, Organisasi perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Bekerjasama dengan berbagai institusi pemerintahan antara lain :
1) Departemen-departemen yang terkait.
2) TNI/POLRI
3) Lembaga-lembaga Tinggi Negara
4) Badan-badan Pemerintahan
5) Komisi-komisi dibidang pengawasan
6) Yayasan-yayasan milik pemerintah
7) Badan-badan usaha milik pemerintah
2. Bekerjasama dengan berbagai lembaga swasta antara lain :
1) Perusahaan-perusahaan dai berbagai industri
2) Asosiasi-asosiasi milik swasta
3) Lembaga-lembaga milik swasta
4) Yayasan-yayasan swasta
5) Media massa
3. Bekerjasama dengan Organisasi/kelompok masyarakat yang sesuai dengan
Visi, Misi dan Tujuan Organisai :
1) Organisasi-organisasi Paguyuban
2) Organisasi-organisasi kepemudaan
3) Organisasi-organisasi kemahasiswaan
4) Organisasi-organisasi kebudayaan
5) Organisasi-organisasilintas agama
6) Organisasi-organisasi Internasional non pemerintah (NGO)
7) Organisasi-organisasi lainnya
4. Bekerjasama dengan berbagai Organisasi politik yang sesuai dengan Visi,
Misi dan Tujuan Organisasi Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu.
5. Hal-hal yang belum diatur dalam Aturan Rumah Tangga akan diatur didalam
peraturan Organisasi.

Pasal 37
Musyawarah Nasional Luar Biasa

Ketentuan mengenai Musyawarah Nasional sebagaimana tercantum dalam Pasal


22 ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Nasional Luar
Biasa.

38
Pasal 38
Rapat Pimpinan Nasional

1. Rapat Pimpinan Nasional, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau, Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina, Dewan
Penasehat, Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Peninjau, terdiri atas : Unsur Dewan Pembina, Unsur Dewan Penasehat,
Unsur Badan dan atau Lembaga, dan Ketua-ketua Departemen Dewan
Pimpinan Pusat.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Pusat.

Pasal 39
Rapat Kerja Nasional

1. Rapat Kerja Nasional, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Dewan Pimpinan Pusat, Unsur Dewan Pimpinan
Wilayah, Unsur Dewan Pimpinan Daerah, Unsur Pimpinan Pusat Organisasi
Bagian.
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Penasehat, Dewan Pimpinan Pusat, Unsur
Badan dan atau Lembaga, dan Ketua-ketua Departemen Dewan Pimpinan
Pusat .
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Pusat.
6. Pimpinan Rapat Kerja Nasional dipilij dari dan oleh Peserta.

Pasal 40
Rakornas

1. Rapat Koordinasi dan Konsultasi Nasional, dihadiri oleh : Dewan Pimpinan


Pusat, Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah.
2. Dewan Pimpinan Pusat dapat mengundang pihak lain sebagai Nara Sumber.

Pasal 41
Musyawarah dan Rapat-rapat Wilayah

1. Musyawarah Wilayah, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau, Undangan


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan
Wilayah, Unsur Dewan Pimpinan Daerah, Unsur Pimpinan Wilayah
Organisasi Bagian.

39
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Pembina DPW, Dewan Penasehat DPW, Unsur
Badan dan atau Lembaga DPW, dan Ketua-ketua Biro DPW.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah.
6. Pimpinan Sidang Musyawarah Wilayah dipilih dari dan oleh Peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Wilayah terpilih, Pimpinan
sementara adalah Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 42
Musyawarah Wilayah Luar Biasa

Ketentuan mengenai Musyawarah Wilayah sebagaimana tercantum dalam Pasal


27 ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Wilayah Luar Biasa.

Pasal 43
Rapimwil

1. Rapat Pimpinan Wilayah dihadiri oleh Peserta, Peninjau, Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan
Wilayah, Unsur Dewan Pimpinan Daerah, Unsur Pimpinan Wilayah
Organisasi Bagian.
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Pembina DPW, Dewan Penasehat DPW, Unsur
Badan dan atau Lembaga Wilayah, dan Ketua-ketua Korda DPW.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan Rapat ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah.

Pasal 44
Rakerwil

1. Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh Peserta, Peninjau, Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan
Wilayah, Unsur Dewan Pimpinan Daerah, Unsur Pimpinan Daerah
Organisasi Bagian.
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Penasehat, Dewan Pimpinan Wilayah, Unsur
Badan dan atau Lembaga, dan Ranting Dewan Pimpinan Wilayah .
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Wilayah ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Wilayah.

40
Pasal 45
Musyawarah dan Rapat-rapat Daerah
Tingkat Kab/Kota

1. Musyawarah Daerah, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan
Daerah, Unsur Pimpinan Kecamatan, Unsur Pimpinan Daerah Organisasi
Bagian Kabupaten/Kota.
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Penasehat, Dewan Pimpinan Daerah Kab/Kota,
Unsur Badan dan atau Lembaga, dan Ranting Dewan Pimpinan Daerah
Kab/Kota.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
daerah.
6. Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah dipilih dari dan oleh Peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah terpilih, Pimpinan sementara
adalah Dewan Pimpinan Daerah.

Pasal 46
Musdalub

Ketentuan mengenai Musyawarah Daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31


ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa
Kabupaten/Kota.

Pasal 47
Rakerda

1. Rapat Kerja Daerah, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan
Daerah, Unsur Pimpinan Kecamatan, Unsur Pimpinan Daerah Organisasi
Bagian Kabupaten/Kota.
3. Peninjau, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan
Daerah, Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Daerah.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Daerah.

41
Pasal 48
Rapimda

1. Rapat Pimpinan Daerah, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan
Daerah, Unsur Pimpinan Kecamatan, Unsur Pimpinan Daerah Organisasi
Bagian Kabupaten/Kota.
3. Peninjau, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan
Daerah, Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Daerah.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Daerah.

Pasal 49
Musyawarah dan Rapat-rapat Tingkat
Kecamatan

1. Musyawarah Kecamatan, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Daerah Kab/Kota, Pimpinan
Kecamatan, Unsur Pimpinan Kelurahan/Desa, Unsur Pimpinan Organisasi
Bagian Kecamatan.
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Penasehat Pimpinan Kecamatan, Unsur Badan,
Lembaga, dan Ranting Pimpinan Kecamatan.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan
Kecamatan.
6. Pimpinan Sidang Musyawarah Kecamatan dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Kecamatan terpilih, Pimpinan
Sementara adalah Pimpinan Kecamatan.

Pasal 50
Rapimka

1. Rapat Pimpinan Kecamatan, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan Undangan.


2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Kab/Kota, Pimpinan
Kecamatan, Unsur Pimpinan Kelurahan/Desa, Unsur Pimpinan Organisasi
Bagian Kecamatan.
3. Peninjau, terdiri atas : Unsur Pimpinan Kecamatan, Dewan Penasehat
Pimpinan Kecamatan.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan
Kecamatan.

42
Pasal 51
Musyawarah dan Rapat-rapat
Tingkat Desa/Kelurahan

1. Musyawarah Desa/Kelurahan, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan


Undangan.
2. Peserta, terdiri atas : Unsur Dewan Pimpinan Kecamatan, Pimpinan
Kelurahan/Desa, Unsur Pimpinan Organisasi Bagian Kelurahan/Desa.
3. Peninjau, terdiri atas : Dewan Penasehat Pimpinan Kelurahan, Unsur Badan,
Lembaga, dan Ranting Pimpinan Kelurahan/Desa.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan
Kelurahan/Desa
6. Pimpinan Sidang Musyawarah Kelurahan/Desa dipilih dari dan oleh peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Kelurahan/Desa terpilih, Pimpinan
Sementara adalah Pimpinan Kelurahan.

Pasal 52

1. Rapat Pimpinan Kelurahan/Desa, dihadiri oleh : Peserta, Peninjau dan


Undangan.
2. Peserta, terdiri atas : Unsur Pimpinan Kecamatan, Pimpinan Kelurahan/Desa,
Unsur Pimpinan Organisasi Bagian Kelurahan/Desa.
3. Peninjau, terdiri atas : Unsur Pimpinan Kecamatan, Dewan Penasehat
Pimpinan Kecamatan.
4. Undangan terdiri atas : Perwakilan Institusi, Perorangan.
5. Jumlah peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Pimpinan
Kelurahan/Desa.

Pasal 53

Ketentuan tentang teknis penyelenggaraan musyawarah dan rapat-rapat


sebagaimana tercantum dalam BAB X diatur lebih labnjut dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi.

43
BAB XI
HAK BICARA DAN HAK SUARA

Pasal 54

Hak bicara adalah hak untuk menyampaikan pendapat, saran dan masukan. Hak
suara adalah hak untuk memilih dan dipilih serta menentukan kebijakan.
1. Dalam musyawarah-musyawarah dan rapat-rapat peserta mempunyai hak
bicara dan hak suara.
2. Dalam musyawarah-musyawarah dan rapat-rapat, peninjau hanya memiliki
hak bicara.
3. Hak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan
tersendiri.

BAB XII
PEMILIHAN PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 55

1. Pemilihan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan


Wilayah, Ketua Dewan Pimpinan Daerah, Ketua Dewan Pengurus Kecamatan
dan Ketua Pengurus Desa/Kelurahan atau sebutan lain dilaksanakan secara
langsung oleh Peserta Musyawarah.
2. Pemilihan calon dilaksanakan melalui tahapan Pencalonan dan Pemilihan.
3. Ketua Umum atau Ketua Terpilih dutetapkan sebagai Ketua Formatur.
4. Penyusunan Pengurus Dewan Pimpinan/Pimpinan Organisasi dilakukan oleh
Ketua Formatur dibantu beberapa orang Anggota Formatur.
5. Tata cara Pemillihan Dewan Pimpinan/Pimpinan Organisasi sebagaimana
tercantum pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dalam Pasal ini diatur lebih
lanjut dalam Peraturan tersendiri.

BAB XIII
KEUANGAN

Pasal 56

1. Sumber-sumber keuangan organisasi, terdiri atas :


1) Usaha-usaha Organisasi yang sah
2) Sumbangan donatur dan pihak lain yang tidak mengikat baik Perorangan,
Badan, Lembaga Pemerintah dan Swasta.
3) Iuran Anggota
2. Semua pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi di
pertanggungjawabkan oleh Dewan Pimpinan/Pimpinan Organisasi pada

44
Musyawarah sesuai tingkatannya dan dilaporkan kepada instansi yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang pngelolaan dan mekanisme pertanggung
jawaban keuangan organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB XIV
PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUKUM

Pasal 57

1. Jenis perselisihan hukum :


1) Sengketa Organisasi
2) Sengketa Perdata
2. Penyelesaian perselisihan hukum :
1) Musyawarah
2) Arbitrase
3) Peradilan
3. Ketentuan lebih lanjut tentang penyelesaian perselisihan hukum diatur dalam
Peraturan Organisasi.

BAB XV
ATRIBUT DAN LAGU

Pasal 58

1. Pekat Indonesia Bersatu mempunyai atribut yang terdiri atas Lambang,


Simbol-simbol Organisasi lainnya.
2. Pekat Indonesia Bersatu mempunyai Lagu Organisasi berupa Hymne dan
Mars serta lagu-lagu lainnya.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Atribut diatur dalam Peraturan Organisasi.

BAB XVI
PENUTUP

Pasal 59

1. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam Aturan Rumah Tangga ini akan
diatur dalam Peraturan Organisasi dan Keputusan-keputusan lainnya.
2. Aturan Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bali
Pada tanggal : 23 Februari 2013

45

Anda mungkin juga menyukai