Tinjauan pustaka atau tinjauan teori merupakan konteks ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti oleh peneliti. Tinjauan pustaka dapat
diambil dari hasil-hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
(Notoatmojo, 2012). Bab ini akan membahas mengenai promosi kesehatan, imunisasi dasar,
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang
2009)
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat.
Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan
menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan
2.1.2 Etiologi
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe virus
dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dapat dibedakan dengan
serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap
Virus-virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan flavivirus lain,
mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh nukleotida ikosahedral dan
terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya mempunyai panjang kira-kira 11 kb (kilobases), dan
urutan genom lengkap dikenal untuk mengisolasi keempat serotipe, mengkode nukleokapsid
atau protein inti (C), protein yang berkaitan dengan membrane (M), dan protein pembungkus
belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang percobaan yang
dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini
sebagian besar masih menganut the secondary heterologous infection hypothesis yang
menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi virus dengue
pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu
6 bulan sampai 5 tahun (Soedarmo, 2012). Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi
aktivasi T-helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma.
Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi
seperti TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma (Suhendro, 2009).
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, DBD atau sindrom syok dengue (SSD). Pada
umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis 2-3
hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai faktor risiko
untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat (Suhendro, 2009).
dapat mengalami penyakit demam, sering dengan ruam makropapuler. Anak yang lebih
besar dan orang dewasa dapat mengalami baik sindrom demam atau penyakit klasik yang
Anak-anak dengan DBD umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai
kemerahan wajah dan gejala konstituional non spesifik yang menyerupai DD, seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot, atau tulang dan sendi. Beberapa pasien
mengeluh sakit tenggorok dan nyeri faring sering ditemukan pada pemeriksaan, tetapi
rhinitis dan batuk jarang ditemukan. Nyeri konjungtiva mungkin terjadi. Ketidak
nyamanan epigastrik, nyeri tekan pada margin kosta kanan, dan nyeri abdominal
generalisata umum terjadi. Suhu biasanya tinggi (>390C) dan menetap selama 2-7 hari.
Kadang suhu mungkin setinggi 40-410 C; konfulsi virus debris dapat terjadi terutama pada
2. Manifestasi perdarahan minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi
menurun (< 20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik < 80 mmHg)
disertai kulit teraba dingin dan lembab trutama pada ujung hidung, jari dan kaki,
adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, yang ditandai adanya
hemokonsentrasi atau peningkatan hematrokit >20% atau adanya efusi pleura, asites atau
Gejala klinis DBD sendiri terdiri dari beberapa fase, fase demam, fase kritis dan fase
penyembuhan. Fase demam terjadi pada hari pertama dan kedua yang merupakan awal
terjadinya demam mendadak dengan suhu yang dapat mencapai 400 C. Pada fase ini juga
dapat disertai keluhan lain seperti kemerahan, sakit kepala, nyeri otot, dehidrasi, bahkan
Fase kritis terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Pada fase ini demam cenderung tidak
ada, suhu tubuh kembali normal, namun kejadian syok dapat terjadi di fase ini. Suhu pada
penderita sekitar 37,50 – 380 C. Namun pada fase ini terjadi kebocoran plasma, kenaikan
hematokrit dan penurunan kadar trombosit. Kegagalan organ juga dapat terjadi pada fase
ini karena kebocoran plasma yang terjadi. Jika penanganan pada fase ini tidak adequat
Fase penyembuhan adalah fase dimana suhu tubuh kembali normal dan terjadi reabsorbsi
cairan setelah kebocoran plasma di fase kritis. Pada fase penyembuhan ini dapat terjadi
hipervolemia (hanya terjadi jika pemberian cairan berlebihan). Pada fase ini nafsu makan
akan
mulai membaik dan keadaan hemodinamik penderita mulai stabil (WHO, 2009).
Vektor utama penularan DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, yang biasanya aktif pada
pagi dan sore hari dan lebih suka menghisap darah manusia daripada darah hewan.
Nyamuk ini berkembang biak dalam air bersih pada tempat-tempat penampungan air yang
tidak beralaskan tanah. Sampai saat ini penyebaran DBD masih terpusat di daerah tropis
disebabkan oleh rata-rata suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25-270C. Namun,
dengan adanya pemanasan global, DBD diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-
daerah beriklim dingin (Sembel, 2009). Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika
dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu
mempunyai lira yang putih pada punggungnya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding
yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran kain kasa. Larvanya mempunyai pelana
Tempat perindukan utama tersebut dapat dikelompokkan menjadi Tempat Penampungan Air
(TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan
sejenisnya, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minuman hewan, ban
bekas, kaleng bekas, vas bunga, perangkap semut, dan sebagainya, dan TPA alamiah yang
terdiri dari lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, dan lain-lain (Soegijanto, 2006).
Nyamuk betina membutuhkan protein untuk memproduksi telurnya. Oleh karena itu, setelah
kawin nyamuk betina memerlukan darah untuk pemenuhan kebutuhan proteinnya. Nyamuk
betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada
pagi dan sore hari dan biasanya pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk
mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Posisi
menghisap darah nyamuk Aedes
egypti sejajar dengan permukaan kulit manusia. Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar
100 meter (Depkes RI, 2004).
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan selanjutnya ke
tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang
nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh
nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari
penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas. Aktifitas dan jarak terbang nyamuk
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
2.2.5
2.3.5
2.4.5 Faktor eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti kecepatan angin,
temperatur, kelembaban dan cahaya. Adapun faktor internal meliputi suhu tubuh
nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot nyamuk. Meskipun Aedes aegypti
kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh, karena tiga macam kebutuhannya yaitu
tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat ada dalam satu
rumah. Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih menyukai
aktif di dalam rumah, endofilik. Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang
untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti hidup domestik, artinya lebih
menyukai tinggal di dalam rumah daripada di luar rumah. Tempat beristirahat yang
disenangi nyamuk ini adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti
kamar mandi, dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat di baju-baju
yang digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat
2.10.5
2.11.5
2.12.5 Nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia,
nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun tempat-tempat umum. Nyamuk
ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari
permukaan air laut. Di atas ketinggian 1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembang
biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
2.13.5
2.14.5
2.15.5 Pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
yang pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai terisi air. Telur-telur yang
tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin
banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan
sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada musim hujan
2.16.5
2.17.5
2.18.5
2.19.5
2.20.5 populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat. Bertambahnya
adalah pada usia <2 bulan, apabila BCG diberikan di atas usia 3 bulan,
jika reaksi uji tuberculin >5 mm, menderita infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) atau dengan resiko tinggi infeksi HIV, menderita gizi buruk,
menderita demam tinggi. Efek samping dari pemberian vaksin BCG setelah 2
kemudian menjadi luka dengan garis tengah ± 10 mm. Luka akan sembuh
9
10
b. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
rahang serta kejang. Waktu pemberian untuk imunisasi ini rutin pada
imunisasi ulangan satu (1) kali pada usia interval satu tahun setelah DPT3
dan diberikan ulangan lagi pada usia lima tahun atau saat masuk sekolah.
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari.
pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air
dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila
3. Polio
pada saat bayi baru lahir sebagai dosis awal, kemudian diteruskan dengan
imunisasi dasar mulai umur 2,3,4 bulan yang diberikan tiga dosis terpisah
imunisasi polio adalah demam (>38,5oC) , muntah atau diare, keganasan, HIV
mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot (IDAI, 2008)
4. Campak
campak, penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk,
dalam family paramyxovirus, virus ini sensitif terhadap panas, dan sangat
mudah rusak pada suhu 37o C. waktu pemberian imunisasi campak adalah
pada saat usia Sembilan (9) bulan, secara intramuskular. Efek samping yang
12
ringan dan kemerahan selama tiga hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah), kompres bekas
suntikan yang nyeri, jika demam berikan paracetamol 15mg/kgBB setiap 3-4
jam, maksimal 6 kali dalam 24 jam (Buku Ajar Imunisasi 2014 hal 24).
5. Hepatitis B
dosis pertama pemberiannya pada saat 0-7 hari atau saat bayi baru lahir, dosis
samping dari hepatitis B adalah reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat
hanya objek untuk hidup. Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak
dapat dilepaskan dari social dan kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak
hanya bertanggungjawab pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup
Strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. Advokasi (Advocacy)
kesehatan kepada masyarkat, untuk mencapai hal ini perlu adanya pendekatan
orang yang peduli terhadap upaya kesehatan dan memandang perlu adanya
sosial untuk imunisasi. Tingkat respons yang baik dan valid serta manajemen
efek samping di antara vaksinator adalah lebih dari 90% setelah pelatihan.
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar
kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai
upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina
kesehatan untuk diri mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain
melakukan penelitian terhadap 179 ibu yang buta huruf yang diberikan
rumah sakit, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang
sangat penting.
penelitian 134 desa yang memiliki sebuah tempat imunisasi tiap bulan.
daya dan lebih hemat biaya dari pada murni meningkatkan pasokan.
massa.
19
diberikan kartu imuniasi, 376 ibu diberikan edukasi, 374 ibu diberikan
kunjungan imunisasi.
kesehatan mereka.
pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)
1. Sasaran Primer
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA
(kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan
pengetahuan ibu.
2. Sasaran Sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
dukungan sosial.
3. Sasaran Tersier
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak
masyarakat.
pendapat seseorang terkait situasi, subjek atau objek yang disertai dengan
munculnya perasaan tertentu. Perasaan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar
orang tersebut untuk berperilaku dan merespon menggunakan cara tertentu sesuai
dengan pilihannya.
merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri
atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek) yang
objeknya”.
Menurut Azwar S (2012) struktur sikap dibedakan atas tiga (3) komponen
kontroversal.
terhadap sesuatu.
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
tendensi perilaku.
dasar lengkap, pemberian imunisasi dasar lengkap lebih banyak pada ibu
yang sikap positif (51,7%) dibandingkan dengan yang bersikap negatif (0%).
1. Menerima (Receiving)
24
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuting)
1. Pengalaman pribadi
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
25
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
1.3.5 Pengetahuan
26
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
seseorang atau overt behavior. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
tingkatan :
a. Tahu (know)
yang dipelajari atau yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang
b. Paham ( Comprehension )
tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi dapat
c. Aplikasi ( Aplication)
d. Analisis ( Analysis )
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
e. Sintesis ( Synthesis )
f. Evaluasi ( Evaluation )
yang mempunyai anak balita. Berdasarkan hasil penelitian ini dan data
2.4 Teori keperawatan Commented [s1]: Mana model dari teori ini?
Behavioral System Model atau model sistem perilaku dari Dorothy Jhonson
sistem prilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem prilaku yang selalu
1. Konsep Manusia, manusia merupakan sistem perilaku utuh yang terdiri dari 2
sistem yaitu biologi dan prilaku. Ada 7 subsistem perilaku menurut Jhonson
kelamin).
4. Konsep kesehatan, hai ini merupakan proses adaptif secara fisik, mental,
pengetahuan dan sikap ibu dan ada beberapa faktor lain yang turut berperan.
dalam upaya pencegahan penyakit maka peneliti ingin memberikan solusi yaitu
desa Sukajaya.. Penelitian ini akan dimulai dengan menilai pengetahuan dan sikap
ibu tentang imunisasi dasar dengan membagikan questioner lalu peneliti akan
memberikan promosi kesehatan tentang imunisasi dasar anak, setelah itu peneliti
sikap ibu sebelum promosi kesehatan dan sesudah diberikan promosi kesehatan.
dilakukan oleh seorang peneliti yang kebenarannya masih akan dibuktikan dari