net/publication/301619347
CITATIONS READS
0 1,892
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Anggriyani Wahyu Pinandari on 26 April 2016.
*Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Indonesia, **Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Indonesia, ***Departemen Pediatrik
Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Indonesia
44
Pinandari, Wilopo, Ismail, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal dan Hubungan Seksual Pranikah Remaja
dampak negatifnya agar tidak semakin parah. 2 Dua gan seksual pranikah pada remaja perempuan sebesar
fenomena pokok yang terjadi pada transisi demografi ke- 1% dan remaja laki-laki 8,3%.9 Khusus untuk remaja la-
dua adalah angka fertilitas yang terus turun dan peruba- ki-laki, persentase hubungan seksual pranikah meningkat
han perilaku seksualitas dan reproduksi.3,4 Beberapa sebesar 1,9% dibandingkan dengan SKRRI tahun
prediksi terkait dengan situasi ini adalah revolusi seksual 2007. 10 Penelitian lain yang dilakukan di Jakarta,
dan reproduksi yang mulai telah terjadi di beberapa ko- Tangerang, dan Bekasi juga menemukan bahwa remaja
ta besar yang mengikuti tren negara barat. usia 17 - 24 tahun yang menjadi sampel, 20,9% pernah
Institusi publik dan masyarakat akan semakin sulit mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah
mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi dalam dan 38,7% pernah mengalami kehamilan sebelum
era globalisasi, khususnya meluasnya penggunaan menikah dan kelahiran setelah menikah.
teknologi komunikasi elektronik, meningkatnya angka Teori model ekologis terbaru yang menjelaskan peri-
hubungan seksual pranikah, kehamilan usia remaja dan laku kesehatan berisiko remaja menyebutkan bahwa peri-
infeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang di- laku adalah hasil dari interaksi antara manusia dan
iringi penggunaan obat-obat terlarang dan lain-lain.5 lingkungan sekitar seperti sekolah, teman sebaya, dan
Apabila jumlah remaja Indonesia tahun 2010 adalah 64 keluarga.16 Mengacu pada teori tersebut, media massa
juta jiwa (27,6%) yang berarti satu dari empat penduduk adalah bagian penting lainnya yang lebih luas dari ke-
Indonesia adalah remaja, maka risiko kesehatan pada hidupan kaum muda yang dapat memberikan pengaruh
penduduk kelompok usia ini akan sangat memengaruhi signifikan selama usia remaja, khususnya perilaku sek-
kesehatan populasi di masa yang akan datang.6 sual berisiko.17,18 SKRRI tahun 2007 menyebutkan bah-
Perilaku seksual yang berisiko, merokok, penyalah- wa guru merupakan sumber utama untuk mendapatkan
gunaan obat, dan kekerasan fisik berhubungan dengan informasi perubahan fisik saat pubertas, sedangkan me-
kehamilan pertama pada remaja.7 Kehamilan dan per- dia cetak dan televisi merupakan sumber informasi untuk
salinan pada remaja akan berakibat pada meningkatnya HIV/AIDS, dan teman merupakan lawan bicara penga-
masalah kesehatan dan memburuknya indikator kese- laman menstruasi pertama dan mimpi basah yang paling
hatan seksual remaja.8 Laporan Survei Demografi dan banyak dipilih oleh remaja. Besarnya pengaruh dimensi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 subsurvei ekologis terhadap perilaku seksual remaja tidak diim-
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), menyebutkan bangi dengan penelitian tentang pengaruh sumber infor-
bahwa hubungan seksual pranikah pada remaja perem- masi terhadap perilaku tersebut.19,20 Oleh karena itu,
puan sebesar 1% dan remaja laki-laki 8,3%.9 Khusus penelitian ini menguji pengaruh pemberian informasi ke-
untuk remaja laki-laki, persentase hubungan seksual sehatan reproduksi pada jenjang pendidikan formal ter-
pranikah meningkat sebesar 1,9% dibandingkan dengan hadap perilaku hubungan seksual pranikah remaja dan
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKR- dewasa muda di Indonesia.
RI) tahun 2007.10 Secara biologis, sistem imun dan re-
produksi yang belum matang pada remaja perempuan Metode
akan meningkatkan kemungkinan untuk terpapar infek- SDKI tahun 2012 menggunakan metode pengambilan
si menular seksual (IMS) dan HIV.11,12 Di tahun 2009, sampel dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah memi-
40% kasus baru HIV pada kelompok remaja berasal dari lih sejumlah primary sampling unit (PSU) dari kerang-
usia 15 - 24 tahun dan setiap hari lebih dari 2.400 kaum ka sampel PSU yang dibentuk untuk keperluan pelbagai
muda terinfeksi serta terdapat lebih dari 5 juta kaum mu- survei dengan pendekatan rumah tangga secara
da yang menderita HIV/AIDS.13 Data menunjukkan probability proportional to size (PPS). PSU adalah
bahwa infeksi human papilloma virus (HPV) pada alat kelompok blok sensus berdekatan yang menjadi wilayah
genital meningkat setelah memulai aktivitas seksual de- tugas koordinator tim sensus penduduk tahun 2010.
ngan insiden kumulatif infeksi HPV sebesar 50 – 80% Tahap kedua adalah memilih sebuah blok sensus secara
dalam dua sampai tiga tahun setelah hubungan seksual PPS di setiap PSU terpilih pada tahap pertama. Tahap
pertama kali.14 ketiga adalah memilih 25 rumah tangga biasa di setiap
Penundaan hubungan seksual pertama kali menjadi blok sensus terpilih secara sistematis dari hasil pemu-
strategi yang sangat penting untuk mengurangi risiko takhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih di tahap
negatif dari buruknya indikator kesehatan seksual rema- kedua. Jumlah sampel SDKI 2012 adalah 1.840 blok sen-
ja.15 Hubungan seksual yang terlalu dini berkaitan de- sus, 874 blok sensus di daerah perkotaan dan 966 blok
ngan kejadian IMS, kehamilan yang tidak terencana, de- sensus.
presi, putus sekolah, memiliki pasangan seksual lebih Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang
dari satu dan hubungan seksual yang tidak terlindungi yang menggunakan data SDKI tahun 2012 subsurvei
(tanpa penggunaan alat kontrasepsi). Laporan SDKI KRR dengan populasi penelitian seluruh remaja dan de-
tahun 2012 subsurvei KRR, menyebutkan bahwa hubun- wasa muda usia 15 - 24 tahun di Indonesia. Penelitian ini
45
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015
melibatkan responden dalam SDKI 2012 (laki-laki abel terikat. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel
10.890, perempuan 8.902) yang memenuhi kriteria terikat dengan mempertimbangkan varibel luar di-
inklusi, yaitu laki-laki dan perempuan yang berusia 15 - lakukan pada analisis multivariat dengan regresi logistik.
24 tahun dan belum menikah. Kriteria eksklusi peneliti- Keseluruhan analisis menggunakan rentang kepercayaan
an ini adalah responden yang melaporkan tidak sekolah (confidence interval/CI) 95% dan nilai p = 0,05.
dan menjawab tidak tahu pada pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan variabel penelitian. Hasil
Responden yang melaporkan telah melakukan Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini meng-
hubungan seksual pranikah menjadi event dan yang tidak urangi jumlah sampel menjadi 18.749 orang. Kriteria
menjadi sensor. Pengaruh variabel bebas, yaitu jenis in- inklusi dan eksklusi yang diterapkan dapat dilihat pada
formasi yang diterima remaja saat berada di jenjang pen- subbab sampel penelitian. Sampel yang tidak pernah
didikan formal, terhadap variabel terikat yaitu hubungan melakukan hubungan seksual pranikah (sensor) berjum-
seksual pranikah dianalisis dengan mempertimbangkan lah 17.430 orang (92,9%) dan yang pernah melakukan
waktu munculnya perilaku tersebut. Pengaruh variabel hubungan seksual (event) berjumlah 1.319 orang
luar, yaitu konsumsi narkotik, psikotropika, dan zat adi- (7,0%).
tif (napza), alkohol, rokok, tingkat pendidikan, jenis ke- Tabel 1 menunjukkan beberapa tren perilaku hubung-
lamin, usia, tingkat kekayaan dan tipe domisili juga an seksual pranikah berdasarkan karakteristik sosio-de-
dipertimbangkan dalam analisis multivariat. mografi. Tingkat kekayaan yang dibagi menjadi lima
Analisis univariat dilakukan dengan statistik deskrip- kategori menunjukkan bahwa semakin baik tingkat
tif untuk mengetahui sebaran karakteristik subjek kekayaan, semakin kecil jumlah remaja dan dewasa mu-
penelitian dengan melihat distribusi frekuensi dan pro- da yang melakukan hubungan seksual pranikah. Dis-
porsi masing-masing kelompok. Analisis bivariat meng- tribusi tertinggi pengalaman hubungan seksual pranikah
gunakan kurva kaplan meier, uji log-rank, dan uji kai ditemukan pada responden yang sangat miskin dengan
kuadrat untuk mengetahui hubungan antara variabel be- jumlah observasi 304 orang (23,1%) dan terendah pada
bas dengan variabel terikat dan variabel luar dengan vari- responden yang sangat kaya yaitu sebesar 221 (16,8%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku Hubungan Seksual Pranikah Remaja dan Dewasa Muda Menurut Data Sosiodemografi dan Jenis
Informasi Pendidikan Formal*
Jenis informasi pendidikan formal** Sistem reproduksi 10.554 (60,5) 675 (51,2) 11.229 (59,8)
Metode kontrasepsi 130 (0,8) 20 (1,5) 150 (0,8)
Menerima keduanya 3.179 (18,2) 243 (18,4) 3.422 (18,3)
Tidak menerima keduanya 3.567 (20,5) 381 (28,9) 3.948 (21,1)
Napza** Tidak 17.174 (98,5) 1.124 (85,2) 18.298 (97,6)
Ya 256 (1,5) 195 (14,8) 451 (2,4
Alkohol** Tidak 13.634 (78,2) 286 (21,7) 13.920 (74,2)
Ya 3.796 (21,8) 1.033 (78,3) 4.829 (25,8)
Merokok** Tidak 9.559 (54,8) 148 (11,2) 9.707 (51,8)
Ya 7.871 (45,2) 1.171 (88,8) 9.042 (48,2)
Tingkat pendidikan** SD 1.516 (8,7) 159 (12,0) 1.675 (8,9)
SMP 4.161 (23,9) 236 (17,9) 4.397 (23,5)
SMA 8.786 (50,4) 631 (47,8) 9.417 (50,2)
Diploma/PT 2.967 (17,0) 293 (22,3) 3.260 (17,4)
Jenis kelamin** Laki-Laki 8.886 (60,0) 1.188 (90,1) 10.074 (53,7)
Perempuan 8.544 (49,0) 131 (9,9) 8.675 (46,3)
Usia (min= 15, max= 24, mean=19)** Remaja 11.774 (67,5) 462 (35,0) 12.236 (65,3)
Dewasa muda 5.656 (32,5) 857 (65,0) 6.513 (34,7)
Tingkat kekayaan∗∗∗ Sangat miskin 3.177 (18,2) 304 (23,1) 3.481 (18,6)
Miskin 3.489 (20,0) 288 (21,8) 3.777 (20,1)
Menengah 3.605 (20,7) 273 (20,7) 3.878 (20,7)
Kaya 3.366 (19,3) 233 (17,7) 3.599 (19,2)
Sangat kaya 3.793 (21,8) 221 (16,8) 4.041 (21,4)
Tempat tinggal∗∗∗ Perkotaan 10.049 (57,7) 771 (58,5) 10.820 (57,7)
Pedesaan 7.381 (42,3) 548 (41,5) 7.929 (42,3)
Keterangan:
* data tidak tertimbang; ** variabel pada level individu; ∗∗∗ variabel pada level keluarga.
46
Pinandari, Wilopo, Ismail, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal dan Hubungan Seksual Pranikah Remaja
47
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015
Jenis informasi pendidikan formal** Sistem reproduksi 80,0 0,00 0,99 (0,86 – 1,15) 0,26 0,91 (0,77 – 1,07)
Metode kontrasepsi 76,2 2,26 (1,43 – 3,56)* 0,12 1,56 (0,89 – 2,73)
Menerima keduanya ref 84,5 1 - 1
Tidak menerima keduanya 81,1 1,55 (1,32 – 1,82)* 0,00* 1,58 (1,29 – 1,93)
Napza** Ya 0,00 7,04 (6,24 – 7,94)* 0,00* 3,17 (2,56 -3,92)
Tidak 1 1
Alkohol** Ya 0,00 10,41 (9,17 – 11,82)* 0,00* 5,58 (4,77 – 6,51)
Tidak 1 1
Merokok** Ya 0,00 8,49 (7,18 – 10,05)* 0,00* 2,04 (1,62 – 2,57)
Tidak 1 1
Tingkat pendidikan** SD 0,00 1,06 (0,88 – 1,27) 0,00* 0,52 (0,40 – 0,68)
SMP 0,59 (0,51 – 0,70)* 0,00* 0,56 (0,45 – 0,69)
SMA 0,75 (0,65 – 0,85)* 0,02* 0,81 (0,68 – 0,97)
Diploma/PT ref 1 - 1
Jenis kelamin** Laki-Laki 0,00 7,81 (6,54 – 9,33)* 0,00* 2,03 (1,59 – 2,59)
Perempuan 1 1
Usia** Dewasa muda 0,00 3,48 (3,12 – 3,89)* 0,00* 2,39 (2,09-2,74)
Remaja 1 1
Tingkat kekayaan*** Sangat miskin 0,00 1,58 (1,34 – 1,87)* 0,00* 1,97 (1,57 – 2,47)
Miskin 1,38 (1,17 – 1,64)* 0,00* 1,57 (1,28 – 1,94)
Menengah 1,28 (1,08 – 1,52)* 0,02* 1,28 (1,04 – 1,58)
Kaya 1,18 (0,98 – 1,41) 0,07 1,21 (0,99 – 1,49)
Sangat kaya ref 1 - 1
Tempat tinggal*** Perkotaan 0,57 0,97 (0,87 – 1,08) 0,77 1,02 (0,89 – 1,18)
Pedesaan 1 1
Keterangan :
* signifikansi (p<0,05), dihitung menggunakan uji log-rank atau χ2; #hazard ratio (HR) dihitung dengan uji cox regression, prevalence ratio (PR);
** variabel pada level individu; *** variabel pada level keluarga; ref: referensi; hasil uji regresi logistik.
ikut berperan dalam variasi ini. Faktor berikutnya yang seksual pranikah dibandingkan perempuan. Temuan ini
memengaruhi variasi hubungan seksual pranikah remaja sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komang Y
dan dewasa muda, yaitu tren demografi seperti peruba- Rahyani,26 pada remaja di Bali tahun 2012. Di negara
han struktur usia populasi penduduk, usia menikah yang dengan perbedaan prevalensi hubungan seksual pranikah
semakin tua, peningkatan migrasi antar dan dalam ne- yang besar antara laki-laki dan perempuan (Indonesia,
gara serta globalisasi media massa.5 berdasarkan SDKI 2012 prevalensi hubungan seksual
Pengaruh usia dan penundaan usia menikah tersebut pranikah laki-laki dan perempuan berturut-turut 8,3%
sejalan dengan hasil analisis kontribusi variabel level in- dan 1%), perbedaan risiko tersebut dikarenakan remaja
dividu yang menunjukkan bahwa peluang pengalaman dan dewasa muda laki-laki lebih mungkin untuk mela-
hubungan seksual pranikah lebih besar pada responden porkan pengalaman hubungan seksual pranikah dengan
dewasa muda. Dibandingkan dengan remaja, dewasa mu- pekerja seks.22 Menurut Wellings et al,21 proporsi terse-
da memiliki jarak yang lebih panjang antara usia puber- but berkisar antara 1 - 14%. Di Indonesia pada tahun
tas dan menikah sehingga menyebabkan risiko kesehatan 2012, proporsi remaja laki-laki yang melaporkan pernah
seksual yang muncul semakin besar seperti meningkatnya berhubungan seksual dengan perempuan pekerja seks
proporsi hubungan seksual pranikah.23 Secara teoritis, mencapai angka 3,71%.
peningkatan hormon testosteron yang terjadi selama Perilaku berisiko lain yang meningkatkan kemungkin-
masa pubertas berhubungan dengan waktu inisiasi an terjadinya hubungan seksual pranikah adalah
hubungan seksual dan frekuensi hubungan seksual re- merokok, mengonsumsi alkohol, dan napza. Temuan ini
maja laki-laki.24 Sedangkan pada remaja perempuan, sejalan dengan hipotesis penelitian yang dilakukan oleh
hormon testosteron berhubungan dengan pe-ningkatan Boislard dan Poulin,27 yang menyebutkan bahwa remaja
minat dan aktivitas seksual.25 Hal ini akan mengarah pa- yang terlibat dalam perilaku berisiko seperti penyalahgu-
da meningkatnya hasrat keintiman dan hubungan seks naan obat-obatan dan perilaku antisosial seringkali juga
serta daya pikat seksual. melakukan hubungan seksual pada usia dini. Menurut
Lebih lanjut, apabila membandingkan peluang ter- Irwin dan Millstein dalam buku adolescent health: un-
jadinya hubungan seksual menurut jenis kelamin, laki-la- derstanding and preventing risk behavior, perilaku
ki berpeluang lebih besar untuk melakukan hubungan berisiko remaja merupakan manifestasi dari asynchro-
48
Pinandari, Wilopo, Ismail, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal dan Hubungan Seksual Pranikah Remaja
nous pubertal maturation atau kematangan yang terlalu kesehatan reproduksi komprehensif (kesehatan repro-
cepat/lambat dari sebaya. Kondisi ini memungkinkan re- duksi dan metode kontrasepsi) pada jenjang pendidikan
maja untuk terlibat dalam perilaku-perilaku orang de- formal memiliki kemungkinan lebih kecil untuk
wasa seperti merokok, minum alkohol, mengonsumsi melakukan hubungan seksual pranikah. Keberlang-
obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual sungan berpantang melakukan hubungan seksual
pranikah. Perilaku-perilaku tersebut mungkin juga meru- pranikah juga remaja dan dewasa muda yang tidak
pakan hasil dari pengaruh kelompok usia yang lebih de- menerima pedidikan kesehatan reproduksi formal atau
wasa di sekitar mereka yang secara normatif menerima hanya menerima informasi metode kontrasepsi semakin
perilaku tersebut.28 kecil dari waktu ke waktu. Menerima informasi kese-
Perilaku berisiko banyak ditemukan pada tipe hatan reproduksi yang komprehensif memberikan pelu-
domisili perkotaan, namun secara statistik pengaruh tipe ang yang lebih besar kepada remaja dan dewasa muda
domisili terhadap perilaku hubungan seksual tidak sig- untuk menunda hubungan seksual pranikah.
nifikan, baik pada uji bivariat maupun multilevel. Levine
et al,29 juga menemukan bahwa status metropolitan Daftar Pustaka
tidak berdampak signifikan terhadap perilaku seksual 1. United Nation. World population prospect: the 2010 revision, volume I:
berisiko remaja. Dari sudut pandang populasi, status comprehensive tables. New York: United Nation; 2011.
domisili memberikan pengaruh yang kecil dalam mem- 2. Wilopo SA. Pengaruh perkembangan teknologi kontrasepsi pada tran-
prediksi perilaku seksual dikarenakan pengaruhnya sisi demografi kedua dan implikasinya bagi dokter kesehatan masyarakat
bergabung dengan pengaruh ras atau etnis, kemiskinan, kedepan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2013.
dan karakteristik lain seperti moral, tabu, hukum, dan 3. Sutton M. The second demographic transition: is there a conventional
kepercayaan agama yang digunakan oleh masyarakat lu- wisdom? Zeithschrift fur Bevolkerungswissenschaft. 2009; 33: 247-70.
as untuk membatasi dan mendefinisikan perilaku seksual 4. Van de Kaa DJ. The idea of a second demographic transition in indus-
di masyarakat yang bersangkutan.22 Itulah alasan anali- trialized countries. The sixth Welfare Policy Seminar of The National
sis perilaku berisiko remaja seharusnya mengkaji lebih Institute of Population and Social Security [manuscript on internet].
dekat aspek-aspek lingkungan, baik mikro maupun 2002 Jan 29 [cited 2015 Feb 5], Tokyo, Japan. Available from:
makro, untuk mengetahui karakteristik yang memenga- http://virtualpostgrados.unisabana.edu.co/pluginfile.php
ruhi perilaku tersebut.29 /163483/mod_resource/content/5/kaa%281%29%20second%20de-
Institusi formal seperti pendidikan juga merupakan mographic%20transition.pdf
bagian dari struktur sosial makro yang memengaruhi pe- 5. Wilopo SA. Kesehatan perempuan: prioritas agenda pembangunan ke-
rilaku individu. Analisis bivariat menunjukkan bahwa sehatan di abad ke-21. Yogyakarta: Pusat Kesehatan Reproduksi; 2010.
tingkat pendidikan berhubungan dengan peluang ter- 6. BPS. Sensus penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2010.
jadinya hubungan seksual pranikah remaja dan dewasa 7. Cavazos-Rehg PA, Krauss MJ, Spitznagel EL, Schootman M, Cottler
muda di Indonesia. Temuan utama dari penelitian ini, LB, Bierut LJ. Associations between multiple pregnancies and health
yaitu keberlangsungan berpantang melakukan hubungan risk behaviors among U.S. Adolescents. The Journal of Adolescent
seksual pranikah menunjukkan bahwa remaja dan de- Health. 2010; 47 (6): 600-3.
wasa muda tidak menerima pedidikan kesehatan repro- 8. Bearinger LH, Sieving RE, Ferguson J, Sharma V. Global perspectives on
duksi formal atau hanya menerima informasi metode the sexual and reproductive health of adolescents: patterns, prevention,
kontrasepsi, berpeluang semakin besar untuk melakukan and potential. Lancet. 2007; 369 (9568): 1220-31.
hubungan seksual pranikah dari waktu ke waktu. 9. BPS. Survei demografi dan kesehatan indonesia 2012 kesehatan repro-
Menerima informasi kesehatan reproduksi yang kompre- duksi remaja laporan pendahuluan. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2013.
hensif (sistem reproduksi dan metode kontrasepsi) mem- 10. BPS. Survey kesehatan reproduksi remaja Indonesia. Jakarta: Badan
berikan peluang waktu berpantang melakukan hubungan Pusat Statistik; 2010.
seksual pranikah yang paling lama. Temuan ini sejalan 11. Dehne K, Riedner G. Sexually transmitted infections among adoles-
dengan beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang cents: the need for adequate health services. Geneva: World Health
menyebutkan bahwa pendidikan seksual yang berbasis Organization; 2005.
sekolah mampu menunda hubungan seksual yang terlalu 12. Mathews C, Aarø LE, Grimsrud A, Flisher AJ, Kaaya S, Onya H, et al.
dini dan meningkatkan keefektifan diri serta niat untuk Effects of the SATZ teacher-led school HIV prevention programmes on
berperilaku seks yang aman.22,30 Maka, menjadikan pen- adolescent sexual behaviour: cluster randomised controlled trials in
didikan kesehatan reproduksi komprehensif sebagai three sub-Saharan African sites. International Health. 2012; 4 (2): 111-
bagian dari kurikulum pendidikan formal merupakan se- 22.
buah keharusan di Indonesia. 13. WHO. Young people: health risks and solutions. WHO Media centre;
2011 [cited 2013 August 18]. Available from: http://www.who.int/me-
Kesimpulan diacentre/factsheets/fs345/en/.
Remaja dan dewasa muda yang menerima informasi 14. Crochard A, Luyts D, di Nicola S, Gonçalves MAG. Self-reported sexu-
49
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015
al debut and behavior in young adults aged 18–24 years in seven 22. Wellings K, Collumbien M, Slaymaker E, Singh S, Hodges Z, Patel D, et
European countries: implications for HPV vaccination programs. al. Sexual behaviour in context: a global perspective. Lancet. 2006; 368
Gynecologic Oncology. 2009; 115 (3 Supplement): S7-14. (9548): 1706-28.
15. Cuffee JJ, Hallfors DD, Waller MW. Racial and gender differences in 23. Kirby D. Risky sexual behavior. In: Editors-in-Chief BBB, Mitchell JP, ed-
adolescent sexual attitudes and longitudinal associations with coital de- itors. Encyclopedia of adolescence. San Diego: Academic Press; 2011. p.
but. The Journal of Adolescent Health. 2007; 41 (1): 19-26. 264-75.
16. Kotchick BA, Shaffer A, Miller KS, Forehand R. Adolescent sexual risk 24. Halpern CT, Udry JR, Suchindran C. Monthly measures of salivary
behavior: a multi-system perspective. Clinical Psychology Review. 2001; testosterone predict sexual activity in adolescent males. Archive of
21 (4): 493-519. Sexual Behavior. 1998; 27: 445-65.
17. L’Engle K, Brown J, Kenneavy K. The mass media are an important con- 25. Halpern CT, Udry JR, Suchindran C. Testosterone predicts initiation of
text for adolescents’ sexual behavior. The Journal of Adolescent Health. coitus in adolescent females. Psychosomatic Medicine. 1997; 59: 161-
2006; 38: 186-92. 71.
18. Brown J, Cantor J. An agenda for research on youth and the media. The 26. Rahyani YK, Utarini A, Wilopo SA, Hakimi M. Perilaku seks pranikah
Journal of adolescent health: official publication of the Society for remaja. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2012; 7 (4):
Adolescent Medicine. 2000; 27 (Suppl 2): 2–7. 180-5
19. Guse K, Levine D, Martins S, Lira A, Gaarde J, Westmorland W, et al. 27. Boislard PM-A, Poulin F. Individual, familial, friends-related and con-
Interventions using new digital media to improve adolescent sexual textual predictors of early sexual intercourse. The Journal of Adolescent
health: a systematic review. The Journal of Adolescent Health. 2012; 51 Health. 2011; 34 (2): 289-300.
(6): 535-43. 28. DiClemente R, Santelli JS, Crosby RA. Adolescent health: understand-
20. Lou C, Cheng Y, Emerson MR, Gao E, Zuo XS, Zabin L. Media’s con- ing and preventing risk behavior. San Fransisco: Jossey-Bass, A Wiley
tribution to sexual knowledge, attitudes, and behaviors for adolescents Imprint; 2009.
and young adults in three asian cities. The Journal of Adolescent Health. 29. Levin KA, Dundas R, Miller M, McCartney G. Socioeconomic and geo-
2012; 50: S26-36. graphic inequalities in adolescent smoking: a multilevel cross-sectional
21. BPS, National Population and Family Planning Board (BKKBN), study of 15 year olds in Scotland. Social Science & Medicine. 2014; 107:
Kementerian Kesehatan (Kemenkes—MOH), ICF International . 162-70.
Indonesia demographic and health survey 2012: adolescent reproduc- 30. Lazarus JV, Moghaddassi M, Godeau E, Ross J, Vignes C, Östergren PO,
tive health. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes and ICF International; et al. A multilevel analysis of condom use among adolescents in the
2013. European Union. Public Health. 2009; 123 (2): 138-44.
50