Anda di halaman 1dari 4

PATIENT SAVETY

Pasien Meninggal karena Ususnya Bocor, Ini 5 Fakta


Malpraktik Dokter Bambang

(1752028)
Agus Andren Anto
Jakarta - Operasi pengangkatan tumor yang dilakukan dr Bambang Suprapto SpB
MSurg kepada Johanes Tri Handoko berujung petaka. Usus Johanes bocor usai
dioperasi karena benangnya lepas sehingga usus mengalami infeksi dan berakhir
dengan meninggalnya Johanes.
dr Bambang melakukan operasi pengangkatan tumor dan melakukan penyambungan
usus secara langsung di RS DKT, Madiun, Jawa Timur, pada 25 Oktober 2007. Dalam
operasi itu dr Bambang mengajak 3 tenaga kesehatan RS tersebut yaitu:
1. Ismardiantoro yang bertugas menyiapkan alat
2. Sudarsono sebagai petugas anastesi
3. Sunar sebagai perawat dan administrasi
Ketiganya merupakan Ahli Madya Kesehatan, bukan dokter ahli. Menurut MA,
kesalahan fatal di kasus itu yaitu dr Bambang belum berstatus sebagai ahli bedah.
"Ini berarti Terdakwa dengan sengaja bertindak memberikan layanan medis kepada
korban tidak sesuai dengan standar pofesi dan standar prosedur operasional
kedokteran," kata majelis seperti tertuang dalam salinan kasasi yang dilansir website
MA, Kamis (10/7/2014).
Tidak hanya itu, dr Bambang yang belum memiliki kompetensi melakukan bedah tumor
pada usus itu menolak memberikan rujukan ke dokter ahli untuk dilakukan tindakan
medis. Akibat menyalahi prosedur itu mengakibatkan kebocoran pada jahitan
sambungan sehingga harus dilakukan operasi ulang. Tapi keluarga Johanes menolak
dioperasi lagi oleh dr Bambang karena dr Bambang dirasa tidak tepat dalam
memberikan pelayanan.
"Pasien menderita kesakitan. Ternyata ususnya mengalami kebocoran, bernanah dan
infeksi," ujar putusan yang diketok oleh Dr Artidjo Alkostar, Prof Dr Surya Jaya dan Dr
Andi Samnsan Nganro.
Atas hal itu, Johanes mengalami koma hingga akhirnya dioperasi ulang di RS RKZ
Surabaya oleh dokter spesialis bedah dr JJ Iswanti, dokter spesialis anastesi dr
Subiakto dan ahli jantung dr Theresia.
"Pasien yang sudah dalam keadaan koma dan tidak ada harapan, ternyata berhasil
dioperasi oleh para dokter ahli sehingga pasien selamat dari kematian," ujar MA.
Namun meski bisa sadar, tapi kondisi kesehatan Johanes makin memburuk dari hari ke
hari. Akhinya Johanes menghembuskan nafas terakhirnya pada 20 Juli 2008.

Pasien Johanes Tri Handoko meninggal dunia usai menjalani operasi pengangkatan
tumor. Selidik punya selidik, meninggalnya karena penyambungan usus kembali bocor
dengan bukti benang lepas di perut Johanes.
Operasi itu dilakukan di RS Dinas Kesehatan Tentara (DKT) Madiun oleh dr Bambang
Suprapto SpB MSurg pada 25 Oktober 2007 dan meninggal 20 Juli 2008. Berikut 5
fakta malpraktik dr Bambang sesuai putusan kasasi yang dilansir website Mahkamah
Agung (MA) sebagaimana dikutip detikcom, Jumat (11/7/2014).
dr Bambang ternyata tidak mempunyai izin berpraktik di RS DKT Madiun. Status dr
Bambang pada RS DKT Madiun hanyalah sebagai dokter tamu. Terdakwa sama sekali
tidak mempunyai surat izin praktik untuk berpraktik di RS DKT Madiun.
"Ini berarti Terdakwa tidak berhak melakukan tindakan medis lebih jauh, termasuk
operasi," putus MA.
Seharusnya dr Bambang merujuk ke dokter lain di RS DKT Madiun yang lebih ahli dan
profesional. Atas kejadian itu, RS DKT baru melarang dr Bambang praktik belakangan.
Namun apa boleh dikata, dr Bambang sudah menimbulkan korban terhadap pasien.
Berdasarkan fakta yang terungkap di pengadilan, dr Bambang hanya mempunyai izin
praktik di rumahnya saja. Izin ini hanya berlaku untuk satu tempat.
"Terdakwa hanya membayar retribusi Rp 300 ribu untuk praktik di rumahnya,
sedangkan untuk praktik di RS DKT Madiun tidak dibayar terdakwa sehingga Dinas
Kesehatan Kota Madiun hanya mengeluarkan sura izin praktik di rumah terdakwa,"
ujarnya MA.
Dalam operasi itu dr Bambang mengajak 3 tenaga kesehatan RS tersebut yaitu:
1. Ismardiantoro yang bertugas menyiapkan alat
2. Sudarsono sebagai petugas anastesi
3. Sunar sebagai perawat dan administrasi
Ketiganya merupakan Ahli Madya Kesehatan (Pendidikan DIII), bukan dokter ahli.
Lima hari setelah dioperasi, pasien merasa sakit luar biasa di perutnya dan kembung.
Lantas dilakukan operasi ulang sebanyak dua kali di RS RKZ Surabaya. Dalam operasi
kedua ditemukan benang jahitan warna hitam yang tertinggal pada usus besar yang
bocor. Usus mengalami kebocoran, infeksi dan bernanah.
"Perbuatan terdakwa merupakan conditio sine qua non dan mempunyai hubungan
kausal terhadap meninggalnya Johanes," putus majelis.
dr Bambang dihukum sesuai dengan UU Praktik Kedokteran pasal 76 yaitu:

Setiap dokter yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat
izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp 100 juta.Adapun pasal 79 huruf c UU
Praktik Kedokteran berbunyi:

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 50
juta setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

Dalam pasal 51 itu disebutkan:Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban:

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien

b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia

d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya dan

e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau


kedokteran gigi.Jaksa penuntut umum menuntut dr Bambang dengan pidana denga Rp
100 juta. Pada 6 Oktober 2011, Pengadilan Negeri (PN) Kota Madiun memutuskan
untuk melepaskan dr Bambang. Hukuman itu berubah saat MA menjatuhkan pidana
penjara ke dr Bambang selama 1 tahun dan 6 bulan penjara pada 30 Oktober
2013.Duduk sebagai ketua majelis hakim agung Dr Artidjo Alkostar dengan anggota
Prof Dr Surya Jaya dan Dr Andi Samsan Nganro.

Anda mungkin juga menyukai