Anda di halaman 1dari 26

COPD (CHRONIC

OBSSTRUCTIVE
PULMONARY DISEASE)
NATANIA 1751013
JHON WILLIAM 1751022
HOSEA P H SIAHAAN 1751025
FEREN SENGE 1751008
MEGA ARIYANTI 1751038
DEFINISI COPD/PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah istilah untuk berbagai penyakit paru-paru yang
mempengaruhi pernapasan. Ini merujuk ke penyakit paru-paru yang kronis, progresif dan
kebanyakan tidak dapat dipulihkan. Penyakit paru-paru yang paling umum yang termasuk dalam
istilah ini yaitu emfisema dan bronchitis kronis. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
merusak saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-paru. Dinding saluran pernapasan
menjadi menyempit dan bengkak, sehingga menghalangi aliran udara masuk dan keluar dari
paru-paru. Sebagian bentuk Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat melukai paru-paru
dan menyebabkan peningkatan resistensi saluran pernapasan. Bentuk lainnya dapat
membangkitkan sekresi dahak secara berlebihan sehingga paru-paru tidak mampu
membersihkannya.
KONDISI PARU PARU YANG BIASANYA DITEMUKAN
PADA PENDERITA COPD ADALAH:

 Emfisema: paru paru yang biasanya elastis menjadi kaku dan susah bergerak
menyebabkan pertukaran udara di paru paru tidak berjalan dengan sempurna
 Bronchitis kronis: adanya proses peradangan pada dinding cabang saluran
pernafasan menyebabkan lubang pernafasan menjadi lebih sempit dan
memproduksi dahak yang berlebihan
 Asthma kronis: sesak nafas secara terus menerus
ETIOLOGI COPD
 Asap rokok
Faktor-faktor yang menyebabkan Penyakit Paru Obstruksi Kronik:
• Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi
paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita
COPD bergantung pada “dosis merokok”nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok
yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental tobacco smoke (ETS) atau
perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dan COPD dikarenakan oleh partikel-
partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru “terbakar”. Merokok selama
masa kehamilan juga dapat mewariskan faktor resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan paru-paru dan perkembangan janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga dapat
mengganggu sistem imun dari janin tersebut.
 Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
 Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)

Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan Hampir 3 milyar orang di seluruh
dunia menggunakan batubara, arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya
sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga
lainnya, sehngga menyebabkan polusi dalam ruangan.
Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan.
Infeksi saluran nafas berulang
Jenis kelamin Dahulu, COPD lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita.
Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini
prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola
dari merokok itu sendiri. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih
rentan untuk terkena COPD dibandingkan perokok pria.
Status sosio ekonomi dan status nutrisi yang rendah
Asma
Usia (Onset usia dari COPD ini adalah pertengahan)
DEFISIENSI Kurang Merokok
PENGETAHUAN pemahaman

Mengandung zat- Mengandung


zat berbahaya radikal bebas
Faktor lingkungan
Induksi aktivasi Peningkatan
Polusi udara makrofag dan stress oksidatif
Defisiensi
leukosit PMN
antitrypsin alfa-1
Peningkatan
apoptosis dan
Penurunan Peningkatan Pelepasan faktor Peningkatan
nekrosis dari sel
netralisasi elastase pelepasan elastase kemotaktik pelepasan oksidan
yang terpapar
neutrofil

Cedera sel Cedera sel


Peningkatan jumlah
neutrofil di daerah
yang terpapar

Respon inflamasi

Hipersekresi Lisis dinding alveoli Fibrosa paru


mukus
Kerusakan alveolar Obstruksi paru
BRONKITIS
Kolaps saluran COPD
Penumpukan lendir napas kecil
dan sekresi berlebih saat ekspirasi Kompensasi tubuh
dengan peningkatan RR
Merangsang Obstruksi jalan EMFISEMA
refleks batuk napas
Obstruksi pada KETIDAKEFEKTIFAN
pertukaran O2 dan CO2 POLA NAPAS
KETIDAKEFEKTIFAN dari dan ke paru-paru
BERSIHAN JALAN
Sesak napas
NAPAS
Penurunan asupan O2
Penurunan Sesak
Hipoksemia nafsu makan malam hari
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
Penurunan GANGGUAN
Penurunan perfusi
berat badan POLA TIDUR
O2 ke jaringan
Mengantuk, lesu
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI: KURANG DARI
INTOLERANSI AKTIVITAS KEBUTUHAN TUBUH
TANDA DAN GEJALA
Pada tahap-tahap awal, PPOK jarang menunjukkan gejala atau tanda khusus. Gejala penyakit ini baru muncul ketika sudah terjadi
kerusakan yang signifikan pada paru-paru, umumnya dalam waktu bertahun-tahun.

Terdapat sejumlah gejala PPOK yang bisa terjadi dan sebaiknya diwaspadai, yaitu:

 Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna agak kuning atau hijau.
 Pernapasan sering tersengal-sengal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik.
 Mengi atau napas sesak dan berbunyi.
 Lemas.
 Penurunan berat badan.
 Nyeri dada.
 Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak.
 Bibir atau kuku jari berwarna biru.
KLASIFIKASI DERAJAT PPOK MENURUT GLOBAL INITIATIVE
FOR CHRONIC OBSTRITIF LUNG DISIASE (GOLD) 2011.

1. Derajat I (PPOK Ringan)Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari bahwa
menderita PPOK.
2. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala
batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.
3. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.
4. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung
kanan dan ketergantungan oksigen. Pada
derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai
gagal napas kronik.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:


1.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi
4.Gangguan pola tidur
5.Intoleransi aktivitas
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
-Mengurangi gejala
-Mencegah eksaserbasi berulang
-Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
-Meningkatkan kualitas hidup penderita
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga penatalaksanaan PPOK
terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2) penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.
1.Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelol jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK
berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif,
inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
paru.
• Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
• 1.Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
• 2.Melaksanakan pengobatan yang maksimal
• 3.Mencapai aktiviti optimal
• 4.Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiap kunjungan,
baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat,
bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik
rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga.
Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup
walaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan
kualiti hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioritas bahan
edukasi sebagai berikut :
1.Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2.Pengunaan obat - obatan
-Macam obat dan jenisnya
-Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )
-Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perlu saja )
-Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3.Penggunaan oksigen
-Kapan oksigen harus digunakan
-Berapa dosisnya
-Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
4.Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
5.Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
-Batuk atau sesak bertambah
-Sputum bertambah
-Sputum berubah warna
6.Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7.Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok permasalahan
yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan berulang dengan bahan edukasi
yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan
jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel
PEMBERIAN EDUKASI BERDASAR DERAJAT PENYAKIT :
Ringan
-Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
-Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus,antara lain berhenti merokok
-Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
-Menggunakan obat dengan tepat
-Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
-Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
-Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
-Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
-Penggunaan oksigen di rumah
2.Obat - obatan.
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit . Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada
derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
-Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (maksimal 4 kali
perhari).
-Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya
eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat
digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.Bentuk injeksi subkutan atau
drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
-Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang
berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
-Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk
tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi
akut.Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan
inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi
jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
-Lini I: amoksisilin
makrolid
-Lini II: amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
e.Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.
3.Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi
oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di
otot maupun organ - organ lainnya.
Manfaat oksigen
-Mengurangi sesak
-Memperbaiki aktivitas
-Mengurangi hipertensi pulmonal
-Mengurangi vasokonstriksi
-Mengurangi hematokrit
-Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
-Meningkatkan kualiti hidup
4.Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada
gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat
digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.
5.Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja
muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi
hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa
tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan
ventilasi semenit oxigen comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi
pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.
6.Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup
penderita PPOK. Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin
yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog.Program rehabilitiasi terdiri dari 3
komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang
1.Faal paru
-Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
-DLCO menurun pada emfisema
-Raw meningkat pada bronkitis kronik
-Sgaw meningkat
-Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
2.Uji latih kardiopulmoner
-Sepeda statis (ergocycle)
-Jentera (treadmill)
-Jalan 6 menit, lebih rendah dari norma
3.Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat
ringan
4.Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak
30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250
ml.Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
5.Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
-Gagal napas kronik stabil
-Gagal napas akut pada gagal napas kronik
6.Radiologi
-CT - Scan resolusi tinggi
-Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto
toraks polos
-Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
7.Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
8.Ekokardiografi
Menilai fungsi jantung kanan
9.bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui
pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulng merupakan penyebab
utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
10.Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda), defisiensi antitripsin
alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai