Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan hal yang mungkin dan sekaligus sulit dilakukan.
Sejak akhir tahun 1980-an, telah dicapai kemajuan penting dalam analisis
pembangunan ekonomi dan keterbelakangan. Dalam beberapa kasus, sejumlah
gagasan teori klasik telah di formalkan; dan dalam prosesnya, struktur logika dan
kadar pentingnya bagi perumusan kebijakan telah diperjelas dan disempurnakan. Pada
saat yang sama, analisis yang dilakukan juga telah menimbulkan sejumlah gagasan
yang berusaha menjelaskan apa yang menyebabkan pembangunan sedemikian sukar
dilakukan (seperti yang terjadi di Afrika sub-Sahara), tetapi juga yang mungkin
dicapai (seperti yang terjadi di Asia Timur).
Masalah keterbelakangan ekonomi atau biasa disebut kemiskinan merupakan
masalah kemanusiaan yang sangat perlu untuk diselesaikan. Kemiskinan struktural
yang dialami saat ini adalah kemiskinan yang timbul oleh struktur ekonomi dan sosial
yang salah, karena hanya memberikan kesempatan pada pemilik modal atau orang
kaya sehingga yang miskin menjadi semakin miskin.
Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah. Kemiskinan merupakan fenomena yang tidak dapat terpisahkan dari dinamika
kehidupan manusia, apa pun bentuknya kemiskinan membuat hidup seseorang
menjadi tidak mudah. Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan baik, tidak dapat merasakan indahnya dunia pendidikan.
Akibatnya orang miskin akan lebih cenderung berpendidikan rendah, dan hidup dalam
keterbatasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah teori pertumbuhan baru tersebut?
2. Apa sajakah model romer tersebut?
3. Apa sajakah kritik terhadap teori pertumbuhan baru?
4. Apa sajakah keterbelakangan sebagai akibat kegagalan koordinasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori pertumbuhan baru.
2. Untuk mengetahui model romer.
3. Untuk mengetahui kritik terhadap teori pertumbuhan baru.
4. Untuk mengetahui keterbelakangan sebagai akibat kegagalan koordinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pertumbuhan Baru: Pertumbuhan Endogen


2.1.1 Motivasi Pencarian Teori Pertumbuhan yang Baru
Perilaku aliran modal negara-negara berkembang (dari negara miskin ke
negara kaya) turut memicu konsep teori pertumbuhan endogen (endogenous growth)
atau dengan kata lain yang lebih sederhana, teori pertumbuhan baru (new growth
theory). Teori pertumbuhan baru ini mencerminkan komponen kunci dari teori
pembangunan baru yang muncul. Teori pertumbuhan baru tersebut memberikan
kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNI
persisten yang ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh
kekuatan-kekuatan di luar sistem.
Namun mungkin aspek yang paling menarik dari model pertumbuhan endogen
adalah bahwa model tersebut membantu menjelaskan keanehan aliran modal
internasional yang memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara
berkembang. Potensi tingkat pengembalian atas investasi yang tinggi yang ditawarkan
oleh negara berkembang yang mempunyai rasio modal-tenaga kerja yang rendah
(complementary investments) dalam sumber daya manusia (pendidikan), infrastuktur,
atau riset dan pengembangan. Pada gilirannya, negara-negara miskin kurang
mendapat manfaat dari luasnya keuntungan sosial yang terkait dalam setiap alternatif
pengeluaran modal ini.
Model teori pertumbuhan baru menganggap perubahan teknologi sebagai
sebuah hasil endogen dari investasi publik dan swasta dalam sumber daya manusia
dan industri padat-pengetahuan. Model pertumbuhan endogen mendorong peran aktif
kebijakan publik dalam merangsang pembangunan ekonomi melalui investasi
langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sumber daya manusia dan
mendorong investasi swasta asing dalam berbagai industri padat-pengetahuan seperti
industri perangkat lunak komputer dan telekomunikasi.

2.2 Model Romer


Model ini mengasumsikan bahwa proses pertumbuhan berasal dari tingkat
perusahaan atau industri. Setiap industri berproduksi dengan skala yang konstan,
sehingga model tersebut konsisten dengan asumsi persaingan sempurna. Romer
mengasumsikan bahwa cadangan modal dalam keseluruhan perekonomian secara
positif mempengaruhi output pada tingkat industri, sehingga terdapat kemungkinan
skala hasil yang semakin meningkat (increasing return to scale-IRS) pada tingkat
perekonomian secara keseluruhan.

2.3 Kritik Terhadap Teori Pertumbuhan Baru


Kelemahan dari teori pertumbuhan baru adalah teori ini tetap tergantung pada
sejumlah teori neoklasik yang sering tidak cocok dengan perekonomian negara
berkembang. Pertumbuhan ekomomi di negara-negara berkembang sering terhambat
oleh inefiesiensi yang timbul karena infrastruktur yang tidak memadai, tidak
memadainya struktur kelembagaan, serta pasar modal dan pasar barang yang tidak
sempurna. Teori pertumbuhan endogen mengabaikan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh ini, penerapannya dalam studi pembangunan ekonomi menjadi terbatas,
terutama ketika melibatkan perbandingan antarnegara.

2.4 Keterbelakangan sebagai Akibat Kegagalan Koordinasi


Banyak teori pembangunan ekonomi baru yang berpengaruh pada dekade
1990-an dan pada tahun-tahun pertama abad 21 telah menekankan komplementaritas
(complementarities) antarkondisi yang dibutuhkan untuk menyukseskan
pembangunan. Pendekatan kegagalan koordinasi (coordination failures) telah
berevolusi secara relatif independen dan menawarkan pandangan yang cukup
signifikan dan berbeda.
Ketika terdapat komplementaritas, suatu tindakan yang diambil oleh sebuah
perusahaan, pekerja, organisasi, atau pemerintah, akan mendorong lembaga lain untuk
melakukan hal yang sama. Khususnya, komplementaritas ini sering kali meliputi
investasi yang hasilnya tergantung pada investasi lain. Pada ilmu ekonomi
pembangunan, efek jaringan tersebut merupakan sesuatu yang umum, termasuk model
dorongan besar (big push), dimana keputusan produksi yang dilakukan oleh berbagai
perusahaan sektor-modern sifatnya saling memperkuat, dan juga model cincin-O (O-
ring model), dimana nilai ketrampilan atau kualitas yang meningkat akan tergantung
pada peningkatan seupa yang dilakukan oleh lembaga lain.
Teori Cincin O memiliki beberapa Impikasi penting diantaranya yaitu;
1. Perusahaan cenderung merekrut pekerja dengan tingkat keterampilan yang tinggi
untuk melakukan berbagai tugas.
2. Para pekerja dengan tugas yang sama akan memperoleh upah lebih tinggi di
perusahaan berkterampilan tinggi dibandingkan dengan perusahaan
berkterampilan rendah.
3. Efek cincin O akan memperbesar dampak berhentinya produksi lokal, karena
berhentinya seperti itu memiliki efek berganda terhadap produksi lainnya
4. Pemberhentian produksi lokal ini juga memperlemah dorongan bagi pekerja untuk
berinvestasi dalam peningkatan keterampilan, dengan cara memperendah hasil
yang diharapkan dari keterampilan itu.

Anda mungkin juga menyukai