Anda di halaman 1dari 40

PERBEDAAN LINGKAR PINGGANG ANTARA YANG RUTIN BEROLAHRAGA

DENGAN YANG TIDAK BEROLAHRAGA DI KANTOR BALAIKOTA

MAKASSAR

OLEH :

MUH. ASSADUL MALIK O. (110 209 0072)

MOH. JUMATMAN (110 209 0105)

PEMBIMBING :

Dr. dr. Sri Vitayani M, Sp.KK

dr. Asrini Safitri

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkat kemakmuran suatu masyarakat akan berdampak dengan

berubahnya gaya hidup sehari-hari. Ketersediaan alat bantu elektronik adalah

salah satu bentuk kemodernan. Kemudahan yang melekat pada alat bantu tersebut

telah mendatangkan kemalasan yang luar biasa. Misalnya sekedar memindahkan

saluran televisi di ujung tempat tidur pun mesti menggunakan alat kendali jarak

jauh (remote control), dengan kata lain tidak melakukan aktifitas berarti apalagi

berolahraga. Akibatnya otot-otot lurik termanjakan. Dibarengi kebiasaan

menyantap makanan instan (yang kaya akan kalori, tetapi miskin akan zat gizi),

“puasa” fisik ini lama-kelamaan dapat menyebabkan obesitas dan selanjutnya

dapat memicu penyakit degeneratif lainnya seperti diabetes mellitus dan

dislipidemia. Pertambahan ukuran lingkar pinggang atau lingkar perut adalah

salah satu parameter penentu obesitas itu.1

Pembengkakan rasio pinggang-pinggul (laki-laki > 1,0 dan wanita > 0,85)

menandakan penumpukan lemak dalam perut. Namun ukuran lingkar pinggang

saja sudah dapat dijadikan indeks massa lemak dalam perut. Peningkatan ukuran-

ukuran ini mencerminkan perubahan resiko penyakit degeneratif, terutama

penyakit kardiovaskuler. Namun, resiko yang kemudian berlanjut tidak sama pada

setiap populasi. Contohnya wanita kulit putih mempunyai ketertarikan yang lebih

erat dengan resiko CVD dan DM tipe 2 ketimbang wanita kulit hitam. Karena itu,
perlu dikembangkan “ambang batas” ukuran-ukuran tersebut berdasarkan etnis

dan jenis kelamin.1

Makin gemuk tubuh seseorang jelas akan makin tinggi kandungan lemak,

baik dalam darah maupun di bawah kulit. Kadar lemak darah yang tinggi terutama

lemak darah jahat (cholesterol LDL atau VLDL) maupun lemak darah berasal dari

minyak goreng (trigliseride) akan membuat cairan darah menjadi lebih kental

yang akhirnya akan memperberat kerja organ jantung. Belum lagi kerak-kerak

pada dinding pembuluh darah akan sangat mudah terbentuk dan menumpuk yang

berakhir membentuk sumbatan pembuluh darah. Bila telah terjadi sumbatan

pembuluh darah biasanya akan menimbulkan keluhan seperti kesemutan (baal) di

berbagai anggota tubuh, penurunan kemampuan otot, hingga kelumpuhan otot.2

Obesitas kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

lazim ditemukan di negara-negara maju, tetapi telah menambah ke pelosok

negara-negara berkembang yang sedang bergerak ke arah industrialisasi. Sebut

saja negara tetangga kita terdekat, Singapura. Sebelum era industrialisasi (1976),

prevalensi obesitas pada anak sekolah baru mencapai angka 2%. Setelah

Singapura memproklamasikan diri menjadi negara industri, angka tersebut tiba-

tiba melesat menjadi 12% (1983), dan selanjutnya terus membumbung menjadi

14,5%, dan 31%, masing-masing pada tahun 1984 dan 1989. 2

Prevalensi laki-laki pengidap obesitas di negara-negara Afrika bergerak

cukup cepat, dari angka 3,4% pada tahun 1987 menjadi 5,3% lima tahun

berikutnya, sementara prevalensi wanita obesitas bergerak lebih kencang lagi, dari
angka 10,4% menjadi 15,25% dalam periode yang sama. Data prevalensi obesitas

di AS (Amerika Serikat), yang diperoleh dari NHANES III (1988-1994),

menunjukkan bahwa 20% laki-laki dan 25% wanita AS mengidap obesitas

(menggunakan patokan BMI ≥ 30). Prevalensi obesitas pada anak usia pra-sekolah

di Florida menunjukkan angka sebesar 32%, anak Sekolah Dasar di Texas, 30%,

dan di New York, 17,8-19,9%. Di Asia Tenggara, juga meggunakan patokan BMI

≥ 30, hasil pemeriksaan pegawai pemerintah Thailand yang berusia antara 35-54

tahun (2703 laki-laki dan 792 wanita) menunjukkan angka prevalensi sebesar

2,2% (laki-laki) dan 3% (wanita). Jika patokan BMI diperkecil (25-29,9), angka

tersebut jelas menjadi lebih besar, yaitu 15,2%(laki-laki) dan 23,2% (wanita),

prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Bangkok sebesar

14,3%. Prevalensi obesitas pada penduduk Malaysia usia 18-60 tahun adalah

4,7% (laki-laki) dan 7,9% (wanita).2

Di Indonesia, perhitungan prevalensi obesitas masih bersifat sporadis. Di

Jakarta, prevalensi obesitas di kalangan usia 2-5 tahun terpatri pada angka 16,1%.

Data yang dianalisis dari pemeriksaan mahasiswa baru UNSRI angkatan tahun

1993/1994 (1909 orang), yang berusia antara 16-22 tahun, menghasilkan angka

kejadian sebesar 3,98%. Sementara itu, prevalensi obesitas derajat III (BMI ≥ 30)

pada orang dewasa muda (usia 19-22 tahun) di Palembang baru menapaki angka

1,3%. Namun jika dihitung mulai dari derajat I angka yang muncul cukup

fantastis, yaitu 13%.1

Ada cara mudah untuk menilai seberapa banyak lemak yang ada dalam

tubuh kita terutama jumlah lemak yang meliputi organ-organ vital tubuh seperti
jantung misalnya. Secara sederhana dapat dilakukan dengan cara mengukur

seberapa besar lingkar pinggang seseorang. Jika telah terjadi peningkatan ukuran

lingkar pinggang , sudah sepantasnya seseorang berupaya semaksimal mungkin

untuk mengendalikan atau menurunkan ukuran pinggangnya secara alami

bertahap serta aman bagi jantung. Karena ternyata perut makin buncit akan

meningkatkan dan memperbesar resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK)

di kemudian hari. Mengendalikan ukuran lingkar pinggang merupakan cara

mudah untuk mencegah sejak dini penyakit mematikan nomor satu di dunia ini.

Jalan yang tepat untuk mengendalikannya adalah dengan berolahraga.2

Olahraga atau diterjemahkan sebagai aktifitas fisik mempunyai peran dalam

mencegah timbulnya Penyakit Jantung Koroner (PJK), sebagaimana dibuktikan

dalam berbagai penelitian sejak 40 tahun yang lalu. Kita mengenal teori Natural

Selection (seleksi alam) dari Darwin (1809-1882). Kemudian oleh Spencer (1852)

dimasukkan istilah Survival of the Fittest, intinya “yang hidup yang terkuat”,

artinya apapun atau siapapun yang kuatlah yang akan bertahan hidup terhadap

perubahan atau evolusi atau seleksi alam. Rupanya teori ini dapat diterapkan

kepada hasil penelitian Morris (1956) di Inggris, yaitu penderita Penyakit Jantung

Koroner (PJK) jumlahnya lebih sedikit terjadi pada kondektur dibandingkan sopir

bus. Kondektur bus pada tahun 1956 di Inggris lebih banyak bergerak terutama

mengingat bus di sana bertingkat, sedangkan sopir bus hanya duduk saja. Alhasil

yang lebih aktif bergerak akan lebih terlindung dari PJK.3

Penelitian yang lebih meyakinkan dilakukan oleh Paffenberger (1951)

terhadap 3.686 pekerja pelabuhan di San Francisco selama 22 tahun sejak tahun
1951. Pekerja yang melakukan pekerjaan yang lebih berat menunjukkan lebih

sedikit terkena PJK maupun kematian mendadak dibandingkan dengan pekerja

yang melakukan pekerjaan yang ringan. Demikian pula dengan penelitian Kanel

dkk. (1971) di kota Framingham memberikan petunjuk bahwa aktifitas fisik yang

moderat (sedang) akan melindungi diri dari PJK. Pada tahun 1978 Paffenberger

meneliti para alumni Harvard. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mereka

yang teratur berolahraga atau bekerja fisik secara teratur lebih sedikit terkena

serangan jantung.3

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan lingkar pinggang antara yang rutin berolahraga dengan

yang tidak berolahraga ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan ukuran lingkar pinggang antara orang yang rutin

berolahraga dengan orang yang tidak berolahraga.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:

 Untuk memperoleh informasi tentang umur, aktivitas pekerjaan, kebiasaan

olahraga dan lama berolahraga.

 Mengetahui ukuran lingkar pinggang pada orang yang rutin berolahraga.

 Mengetahui ukuran lingkar pinggang pada orang yang tidak berolahraga.

 Membandingkan ukuran lingkar pinggang pada orang yang rutin

berolahraga dengan yang tidak berolahraga.


1.4 Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini penulis menyadari bahwa terdapat manfaat yang dapat

diambil dalam penelitian ini baik untuk masyarakat maupun peneliti itu sendiri.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

 Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat

terkhusus masyarakat makassar tentang pentingnya olahraga terhadap

kesehatan khususnya terhadap penurunan kadar lemak pada tubuh

sehingga seseorang memiliki lingkar pinggang yang ideal.

 Bagi Peneliti

Untuk menambah pemahaman dan pengetahuan terhadap pembuatan karya

tulis ilmiah sebagai modal untuk melanjutkan pendidikan dimasa yang

akan datang serta menambah kepustakan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup/Batasan Masalah

Untuk membatasi penelitian agar tidak melebar pada masalah-masalah lain

yang tidak relevan, maka penulis membatasi penelitian berdasarkan variabel bebas

dan variabel terikat. Adapun variabel tersebut adalah :

 Variabel bebas pada penelitian ini adalah olahraga

 Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah lingkar pinggang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pengukuran Lingkar pinggang

2.1.1 Pengertian

Secara sederhana, lingkar pinggang ialah segmen berdiameter kecil yang

diukur melingkari titik yang terletak beberapa cm di atas umbilikus. Selama

pengukuran, subjek diminta untuk bernapas normal. Hasil pengukuran dibaca

hingga 0,5 cm terdekat.1

Mengapa lingkar pinggang? Sebab, distribusi lemak tubuh yang paling

dominan adalah pada perut, pinggang dan pinggul. Pasalnya, jaringan lemak lebih

banyak di perut, sehingga ‘deposit’-nya lebih banyak di bagian tersebut. Jika

lemak sudah menumpuk di tubuh bagian tengah, umumnya dapat terjadi obesitas

abdonimal (sentral). Kondisi ini lebih berbahaya, ketimbang obesitas keseluruhan,

karena bagian perut merupakan sentral atau pusat fungsi organ-organ tubuh. Jika

bagian sentral terganggu, otomatis dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh.

Karena itu, umumnya obesitas abdominal ini dialami pada orang yang memiliki

tubuh bentuk apel (android), yang ditandai dengan penumpukkan lemak

berlebihan di tubuh bagian atas. Jadi, jika sesorang memiliki tubuh bentuk apel,

resiko terkena penyakit-penyakit tersebut lebih tinggi, ketimbang yang bertubuh

bentuk pir (ginoid).4

Pembengkakan rasio pinggang-pinggul (laki-laki > 1,0 dan wanita > 0,85)

menandakan penumpukan lemak dalam perut. Namun ukuran lingkar pinggang

saja sudah dapat dijadikan indeks massa lemak dalam perut. Peningkatan ukuran-
ukuran ini mencerminkan perubahan resiko penyakit degeneratif, terutama

penyakit kardiovaskuler. Namun, resiko yang kemudian berlanjut tidak sama pada

setiap populasi. Contohnya wanita kulit putih mempunyai ketertarikan yang lebih

erat dengan resiko CVD dan DM tipe 2 ketimbang wanita kulit hitam. Karena itu,

perlu dikembangkan “ambang batas” ukuran-ukuran tersebut berdasarkan etnis

dan jenis kelamin.1

2.1.2 Cara Mengukur Lingkar Pinggang

Untuk memperoleh ukuran lingkar pinggang, tentukan terlebih dahulu

bagian terbawah arkus aorta dan krista iliaka. Lingkar pinggang diukur dengan

melingkarkan pita ukur, sejajar lantai, di sekeliling perut melalui titik (pada linea

aksilaris) pertengahan antara kedua bagian tersebut; pengukuran dilakukan dalam

keadaan subjek berdiri tegak dengan tungkai direnggangkan selebar kira-kira 25-

30 cm. Sebelum pengukuran dilaksanakan, subjek hendaknya berpuasa sepanjang

malam. Lingkar pinggul diukur dengan melingkarkan pita ukur, sejajar lantai, di

sekeliling panggul melalui dua buah titik: trokanter mayor kiri dan kanan.

Perbandingan ukuran lingkar pinggang terhadap lingkar pinggul (rasio pinggang-

pinggul) adalah parameter sederhana yang mencerminkan distribusi lemak tubuh,

baik lemak bawah kulit maupun lemak intra-abdomen. Penilaian rasio ini

merupakan cara tradisional untuk menentukan apakah seseorang beresiko

terhadap gangguan tertentu akibat penimbunan lemak intra abdomen yang

berlebihan.1

Selain ukuran lingkar pinggang ideal tidak melebihi 90 cm (laki-laki) dan 80

cm (wanita), ada metode lain yang bisa membuat indikasi ini makin akurat.
Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, untuk mengetahui timbunan lemak

pada rongga perut dapat diketahui melalui perbandingan antara ukuran lingkar

pinggang dengan lingkar pinggul atau lebih dikenal sebagai nilai rasio lingkar

pinggang dan pinggul (waist to hip ratio). Dengan menggunakan alat sama,

lingkar pinggang diukur tepat di atas pusar, sedangkan lingkar pinggul diukur

tepat di bagian pertengahan bokong. Jika hasil pembagian besarnya di atas 0,9

dapat dijadikan indikasi berisiko tinggi terkena sindroma metabolik. Misalnya,

ukuran lingkar pinggang Anda sebesar 85 cm, sedangkan ukuran pinggul 90 cm.

Setelah 85 dibagi 90, hasilnya 0,94. Ternyata, Anda berisiko tinggi terkena

penyakit yang berkaitan dengan kegemukan.4

2.1.3 Interpretasi Pengukuran Lingkar pinggang

Lingkar pinggang yang aman untuk pria, kurang dari 90 cm, sedangkan

wanita, kurang dari 80 cm. Lebih dari angka itu, artinya perut kelebihan lemak.

Itu bisa menjadi peringatan bahwa seseorang berisiko tinggi kena penyakit

diabetes tipe-2, kolesterol tinggi yang tak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan

penyakit jantung.5

Ukuran lingkar pinggang melebihi 102 cm (laki-laki) dan 88 cm (wanita)

menandakan obesitas abdominal (Lihat Tabel 1. Klasifikasi obesitas berbasis

etnis).1

Tabel 1. Klasifikasi Obesitas Berbasis Etnis


Asia Bukan Asia
Index Massa Tubuh
BB kurang <18,5 <18,5
BB normal 18,5-22,9 18,5-24,9
BB berlebih 23,0-24,9 25,0-29,9
Obes 25,0-34,9 30,0-39,9
Obes morbid >35,0 >40,0
Lingkar Pinggang (cm)
Laki-laki >92 cm >102 cm
Wanita >82 cm >88 cm
Rasio Pinggang-Pinggul
Lelaki <1,0
Wanita <0,9
Sumber : Satish Mittal “The metabolic syndrome in clinical practice”. Springer-
Verlag London Limited 2008

2.1.4 Penyakit-Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkar Pinggang

2.1.4.1 Obesitas

A. Definisi Obesitas

Overweight adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan

tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi

kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian

tertentu.6

Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan

total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada wanita. Faktor-faktor penyebab

obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan

dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan

budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas.

Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami

malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih

tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade

terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena

prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial
ekonomi. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti

menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor

genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh

hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran

sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.6

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas

menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh

bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body

obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominasi penimbunan lemak

tubuh di truncal. Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal,

yaitu truncal subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum,

intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih

banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal

sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan

diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian

bawah.6

Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya

akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak

terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini

berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita.6

B. Obesitas dengan Lingkar Pinggang

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan

saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Sebuah studi menyatakan

bahwa pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai skrining obesitas yang

mudah dan murah. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran

antropometri tubuh:

a. IMT

Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu

IMT = BB/TB2

dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam

meter. Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005).


Klasifikasi IMT (Kg/m2)
BB kurang (underweight) <18,5
Normal 18,5-24,9
BB lebih (overweight) 25,0-29,9
Obesitas, kelas I 30,0-34,9
Obesitas, kelas II 35,0-39,9
Obesitas ekstrim, kelas III >40

b. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan

merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT, metode lain untuk

pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.

Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena

perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang.

Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran

lingkar pinggang berdasarkan etnis.6


Tabel 2. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis (IDF, 2005).
Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas
Eropa Pria >94
Wanita >80
Asia Selatan Pria >90
Populasi China, Melayu, dan Asia- Wanita >80
India
China Pria >90
Wanita >80
Jepang Pria >85
Wanita >90
Amerika Tengah dan Selatan Gunakan rekomendasi Asia Selatan
hingga tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik

2.1.4.2 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

A. Definisi PJK

Organ jantung adalah satu-satunya organ yang setia bekerja sepanjang hayat

manusia, setia berdenyut tidak pernah berhenti bekerja sedetikpun. Agar otot

jantung dapat berdenyut secara teratur diperlukan sumber nutrisi dan oksigen yang

cukup ke otot jantung. Sumber energi tersebut diperoleh dari cairan darah melalui

pembuluh darah yang memasoknya ke otot jantung. Pembuluh darah pemasok

darah ke otot jantung disebut pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner

merupakan pembuluh darah cabang langsung dari pembuluh darah besar jantung

yang disebut (aorta). Pembuluh darah koroner yang memelihara kehidupan sel-sel

otot jantung ini memiliki 2 cabang utama: pembuluh darah koroner kiri dan

kanan, dimana setiap cabang pembuluh koroner mensuplai darah di bagiannya

masing-masing. Apabila terjadi sumbatan di pembuluh koroner berakibat


terjadinya penurunan pasokan darah ke otot jantung (terutama oksigen, kondisi

seperti ini sering disebut dengan ischemia). Gejala yang timbul akibat ischemia ini

dapat dirasakan dengan timbulnya sensasi nyeri dada (angina pectoris) yang

terasa menusuk-nusuk terutama di dada yang sebelah kiri yang seringkali juga

menjalar ke atas hingga bawah rahang atau ke lengan kiri hingga telapak tangan

kiri.2

Sensasi nyerinya mulai dari rasa seperti ditusuk-tusuk sebatang jarum

hingga sesak napas saat melakukan aktivitas tertentu (dyspneu deffort) seperti saat

berlari, naik tangga atau berjalan menanjak. Walau demikian tidak semua nyeri

dada berkaitan dengan adanya kelainan dari otot jantung, selain jantung ada organ

lain yang kadang juga dapat memberi sensasi nyeri dada seperti nyeri akibat tukak

lambung (maag), broknhitis kronis, gangguan paru, tukak usus 12 jari, batu

empedu, hingga radang usus besar.2

Pada penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease), arteri koroner

menjadi sempit dan berakibat otot jantung kekurangan darah dan oksigen. Dalam

keadaan istirahat ini mungkin tidak menjadi persoalan, tetapi jika jantung

mencoba bekerja lebih keras dari normal (Contoh : jika anda naik tangga) arteri

koroner mungkin tidak dapat bertahan dengan permintaan oksigen yang tinggi,

dan akan dirasakan sakit di dada. Jika anda istirahat sebentar, umumnya sakit akan

hilang dengan sendirinya. Jika suatu arteri koroner sama sekali tertutup (Block)

oleh gumpalan darah, maka daerah otot jantung yang disuplai ini akan mati

(nekrose).2
Penegakan diagnosa suatu penyakit jantung koroner sangat diperlukan

pemeriksaan fisik yang diteliti oleh seorang dokter bahkan dokter ahli jantung

serta untuk lebih meyakinkannya kadang diperlukan pemeriksaan penunjang

seperti rekam jantung (EKG) maupun laboratorium kimia darah khusus untuk

jantung. Pemeriksaan penunjang tersebut untuk melihat kemungkinan adanya

kerusakan sel-sel otot jantung, kelainan katup jantung atau organ jantung lainnya

serta memastikan ada tidaknya kelainan jantung yang perlu untuk dilakukan terapi

medis sesegera mungkin. Jadi, penyakit jantung koroner adalah istilah yang biasa

diberikan karena adanya penyempitan hingga sumbatan pembuluh darah koroner

yang berakibat sensasi nyeri dada (angina pectoris) yang bersifat menetap (tanda

adanya keram otot jantung).2

B. PJK dengan Lingkar Pinggang

Perut buncit merupakan resiko seseorang terhadap kejadian penyakit

jantung koroner, ternyata dengan menurunkan berat badan sebesar 10% saja dari

berat semula telah membuat perbaikan semua komponen mulai dari profil lemak

(kolesterol, trigliseride), fungsi pankreas dalam memproduksi hormon insulin,

menurunkan kecenderungan penyumbatan dinding pembuluh darah (trombosis),

dan menurunkan resiko penyakit infeksi. Serta memperbaiki fungsi sel-sel dinding

pembuluh darah (endothel).2

Berat badan kita dipengaruhi oleh besarnya jumlah kalori yang masuk, dan

sebagian besar berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, serta jumlah

kalori yang keluar akibat aktifitas fisik maupun olahraga. Seseorang yang
memiliki kelebihan berat badan cenderung mempunyai kadar kolesterol dan

lemak yang lebih tinggi dalam darah dan cenderung mempunyai kadar lemak baik

(HDL) yang rendah. Peningkatan berat badan pada usia paruh baya terutama pada

pria sangat berbahaya. Apabila garis pinggang dan lingkar pinggung sudah

melampaui batas ukuran yang normal (lingkar pinggang pria ideal < 90 cm) ini

merupakan indikator meningkatnya resiko terhadap kejadian PJK. Dan seseorang

yang tidak mulai mempertahankan kerampingan tubuhnya sejak umur 20-30

tahun, dengan membiarkan berat badannya makin bertambah berat dan besar

memiliki kecenderungan kadar kolesterol dan tekanan darahnya akan lebih tinggi

dibanding orang yang berlingkar pinggang ideal. Pria yang memiliki perut buncit

dan pinggul yang sempit beresiko lebih besar mengalami PJK dibanding pria yang

berbokong dan berpaha besar. Seseorang yang mempunyai berat badan 15-20%

atau lebih di atas berat badan normal mempunyai resiko yang lebih besar untuk

mendapat serangan jantung.2

2.1.4.3 Penyakit Diabetes Mellitus

A. Definisi DM

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang diletupkan oleh

interaksi berbagai faktor: genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup.

Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia, suatu kondisi yang terjalin erat

dengan kerusakan pembuluh darah besar (makrovaskuler) maupun kecil

(mikrovaskuler), yang berakhir sebagai kegagalan, kerusakan atau gangguan

fungsi organ. Perubahan mikrovaskuler diyakini para ahli telah dimulai ketika
kadar gula darah diabetesi mulai melebihi angka 126 ml/dL, sementara kelainan

makrovaskuler baru muncul beberapa tahun setelahnya. Perubahan mikrovaskuler

menyentuh mata dan ginjal, yang berakhir sebagai retinopati dan nefropati.

Sementara itu, gangguan makrovaskuler terutama menimpa sistem kardiovaskuler

dan tidak jarang berujung sebagai aterosklerosis.1

Keluhan awal dapat berupa peningkatan rasa haus (polidipsia) dan lapar

(polifagia) yang disertai pertambahan volume/frekuensi berkemih (poliuria).

Polifagia tejadi karena tubuh tak dapat lagi memindahkan energi ke dalam sel,

menyebabkan sel menjadi kelaparan, di lain pihak sel-sel itu sendiri tidak

memiliki kemampuan untuk menghasilkan energi. Kelelahan dan kelemahan,

yang lazim dirasakan oleh diabetesi, merupakan cerminan dari ketiadaan energi

tersebut.

Beberapa pasien kerap pula mengeluhkan rasa gatal (pruritus), terutama di

daerah genital, serta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. DM tipe

2 bahkan dapat juga tidak menampakkan gejala sehigga penegakan diagnosis

hanya berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin, atau hasil uji

glukosa dalam urin.1

B. Diabetes mellitus dengan lingkar Pinggang

Akibat adanya timbunan jaringan lemak di daerah perut (lingkar pinggang >

90 cm pada pria, > 80 cm pada wanita), dapat mengakibatkan pankreas tidak bisa

secara maksimal memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup


(resistensi insulin) yang akhirnya akan meningkatkan kadar gula darah yang

berpotensi manifestasinya penyakit kencing manis (diabetes mellitus).2

Pertambahan massa lemak selalu disertai perubahan fisiologis tubuh yang

sebagian besar bergantung pada distribusi regional massa lemak itu. Obesitas

menyeluruh (generelized obesity) mengakibatkan perubahan volume darah total

serta fungsi jantung, sementara penyebaran regional di sekitar rongga perut dan

dada akan mengakibatkan gangguan fungsi respirasi. Timbunan lemak pada

jaringan viseral (intra-abdomen), yang tergambar sebagai penambahan ukuran

lingkar pinggang, akan mendorong perkembangan hipertensi, peningkatan kadar

insulin plasma, sindrom resistensi insulin, hipertrigliseridemia. Gangguan klinis

yang ditimbulkan oleh obesitas meliputi DM tipe 2; sindrom resistensi insulin;

perubahan fungsi kardiovaskuler; gangguan homeostasis; penyimpangan pola

tidur, fungsi reproduksi, dan fungsi hati; pembentukan batu empedu; peningkatan

resiko terhadap kanker tertentu; osteoartritis; serta komplikasi yang lain.1

2.2 Tinjauan Umum Olahraga

2.2.1 Pengertian

Olahraga secara harafiah berarti sesuatu yang berhubungan dengan

mengolah raga atau dapat dikatakan mengolah fisik. Sebab yang dimaksud dengan

olahraga adalah menggerakkan tubuh dalam waktu tertentu.7 Dari sudut pandang

ilmu faal olahraga, olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan

terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

fungsionalnya, sesuai dengan tujuannnya melakukan olahraga.3 Olahraga


merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan

orang dengan sadar untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu.3

Secara umum orang memahami olaharaga merupakan salah satu aktifitas

jasmani yang dilakukan oleh orang, sekelompok orang dengan tujuan untuk

mencapai kebugaran jasmani.8 Dalam undang undang nomor 3 tahun 2005

disebutkan bahwa olahraga adalah segala kekuatan yang sistematis untuk

mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.

Uraian tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Adolfogi penasehat

khusus Sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa “Sport

teaches life skills-Sport remains the best shool of life”.8 Jadi olahraga sebagai

sarana mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial dan sekaligus sebagai

sekolah kehidupan.8

Bagi pemeluk agama Islam olahraga sudah menjadi bagian dalam

kesehariannya. Dalam melaksanakan ibadah shalat kita selalu melakukan berbagai

gerakan tubuh yang dipadukan dengan berbagai sikap tubuh. Gerakan tubuh

yang menyerupai gerakan senam yaitu berdiri, mengangkat tangan, membungkuk,

duduk, sujud, serta gerakan mengangkat badan setelah sujud sebagai gerakan

menyerupai push-up.3

Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai

Allah daripada mukmin yang lemah” (HR Muslim). Hadist ini memperlihatkan

bahwa selain mementingkan kekuatan iman, Islam juga peduli terhadap kekuatan

jasmani umatnya karena dari kekuatan jasmani itulah ibadah dapat ditegakkan.
Nabi Muhammad SAW. Dalam hadistnya yang lain bersabda, “Segala sesuatu di

luar zikir kepada Allah SWT adalah permainan atau senda gurau, kecuali empat

hal perjalanan seseorang di antara dua tujuan, melatih kuda, mencumbu istri, dan

belajar berenang” (HR al-Bazzar dan al-Thabrani). Beliau menganjurkan kita

untuk belajar berenang sebagai salah satu olahraga yang sangat bermanfaat.9

Sebagian besar masyarakat melakukan olahraga yang bertujuan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan. Olahraga semacam ini dapat kita sebut

sebagai olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan memiliki sifat mudah dikerjakan,

murah, serta bermanfaat dan aman. Olahraga kesehatan memiliki beberapa syarat

yang harus dipenuhi agar tercapai tujuannya, yaitu intensitas serta bebannya

homogen, submaksimal, serta tidak ada unsur kompetisi di dalamnya. Beban

homogen di sini memiliki pengertian bahwa intensitas serta porsi dari latihan

selalu sama. Olahraga yang baik adalah olahraga yang secara intensitas dilakukan

secara teratur dan berkesinambungan, sedangkan yang dimaksud sebagai

submaksimal di sini adalah tidak ada pemaksaan yang melebihi kemampuan

individu tersebut baik dalam beban maupun intensitasnya. Olahraga untuk

kesehatan juga berpengaruh positif pada kesehatan rohani serta sosial individu

tersebut karena selain mudah dan murah, olahraga ini dapat dilakukan secara

massal.10

2.2.2 Metabolisme Sewaktu Olahraga

Setiap kita olahraga badan menjadi panas, karena terjadi peningkatan

metabolisme (pembakaran) di dalam tubuh. Yang dibakar tentu saja bahan


makanan atau cadangan yang ada dalam tubuh. Di dalam tubuh cadangan bahan

bakar terdiri dari hidrat arang (karbohidrat), lemak dan protein.5

Sumber karbohidrat antara lain nasi, gula, mie, roti, jagung dan umbian-

umbian lainnya. Sumber lemak antara lain minyak kelapa, daging, telur dan susu.

Sumber protein antara lain ikan, daging, susu, tahu dan tempe. Karbohidrat

merupakan sumber energi pertama yang mudah digunakan. Karbohidrat dalam

bentuk glukosa dapat dibakar langsung tanpa memakai oksigen (anaerobik) tetapi

melalui proses pemecahan langsung (glikolisis).5 Hanya tenaga yang dihasilkan

sangat terbatas dan singkat pada keadan puncak olahraga yang memerlukan

tenaga seketika, misalnya lari sprint 100 meter.5 Hasil metabolisme anaerobik

disamping meghasilkan energi juga menghasilkan sisa pembakaran dalam bentuk

asam laktat. Asam laktat inilah yang menyebabkan tubuh menjadi letih. Energi

yang dihasilkan cukup besar dan lama harus melalui proses aerobik dimana

glukosa dibakar melalui proses oksidasi (oksigenasi).5 Hasil pembakaran

diperoleh tenaga dan tidak disertai pembentukan asam laktat tetapi gas CO2

(karbondioksida) dan H2O (uap air). Kedua sisa pembakran ini dikeluarkan

melalui keringat atau air kemih (H2O) dan dalam bentuk udara (CO2) dikeluarkan

lewat paru-paru. Energi yang dihasilkan melalui sistem aerobik tidak hanya dari

karbohidrat tetapi juga dari lemak dan protein (asam amino).5 Di dalam istilah

kedokteran proses metabolisme aerobik ini disebut siklus krebs.5


2.2.2.1 Metabolisme Karbohidrat

Pada saat berolahraga badan harus menyiapkan tenaga dalam betuk

karbohidrat (glukosa/gula). Glukosa dalam tubuh dapat segera dibakar.

Selanjutnya tergantung dari beban latihan seberapa banyak gula dibakar. Untuk

olahraga aerobik yang porsi latihnya antara 60-80% dari kemampuan maksimal

ambilan oksigen (VO2 maks), maka glukosa dibaakar meningkat antara 7 sampai

20 kali lipat dibandingkan saat istirahat, terutama terjadi pada 30 menit pertama

latihan yang akan mencapai 50% dari kebutuhan total tubuh.5

2.2.2.2 Metabolisme Lemak

Lemak yang digunakan dalam bentuk asam lemak trigliserida yang banyak

tersedia dalam badan, terutama jika bentuk latihan aerobik dan beban ringan

sampai sedang. Jenis olahraga senam aerobik, jalan kaki atau kegiatan harian di

rumah naik tangga berkebun jika dilakukan teratur akan menggunakan lemak

sebagai bahan bakar.5

Oleh karena tiu lakukan secara teratur dan kontinyu sehingga anda akan

mempreoleh manfaat, bukan hanya kebugaran jasmani yang meningkat tetapi

kadar lemak darah yang jelek (LDL, kolesterol, trigliserida) turun, sebaliknya

kadar kemak yang baik (kolesterol HDL) akan meningkat.5

Selanjutnya jika latihan akan terus diteruskan lebih lama lagi maka

cadangan energi dari karbohidrat akan menyusut. Cadangan energi latihan akan

diambil dari pemecahan lemak yang siap dibakar, yang biasanya tersimpan dalam

bentuk asam lemak dan trigliserida. Latihan yang melampaui 30 menit akan
memakai pemecahan lemak terutama latihan yang mencapai 1 jam atau lebih.

Energi yang dihasilkan dari metabolisme lemak dua kali lipat dibandingkan energi

yang dihasilkan karbohidrat.5

Dari gambaran metabolisme tersebut dapat ditarik kesimpulan dalam rangka

pemecahan kelebihan lemak dari badan maka latihan yang dilakukan lebih lama

akan menghasilkan nilai tambahan. Lemak yang tersimpan dalam bentuk

trigliserida akan langsung dipecahkan disamping peningkatan nilai aerobik.5

2.2.2.3 Metabolisme Protein

Sampai saat ini disepakati protein tidak secara langsung berperan dalam

mempersiapkan energi secara langsung, tetapi secara tidak langsung. Tetapi ada

pendapat yang menyebutkan dalam protein bentuk alanine (semacam asam

amino) berperan pula pada latihan, terutama jika cadangan glukosa habis. Alanin

yang terpakai tersimpan dalam jaringan otot. Jika latihan sampai empat jam maka

sekitar 45% dari alanin dipecah untuk cadangan glukosa.5

Pemecahan protein dasarnya akan timbul jika pemecahan karbohidrat habis

seperti pada kondisi tubuh kelaparan dimana pasokan karbohidrat sangat minim

atau pengaturan diet yang terlalu ketat. Pada kondisi tersebut satu satunya

cadangan energi hanya protein yang ada pada otot, sehingga akhirnya otot

menyusutt atau mengecil.5


2.2.3 Jenis-Jenis Olahraga

Adapun Jenis jenis olahraga yaitu Olahraga aerobik dan olahraga

anaerobik. Tapi pada dasarnya semua jenis olahraga merupakan gabungan dari

kedua sistem, yaitu aerobik dan anaerobik hanya berbeda kadarnya saja. Oleh

karena itu kita harus memahami benar yang mana lebih banyak aerobik, dalam arti

yang lebih bermanfaat bagi jantung dan pembuluh darah dan mana aerobik yang

bertujuan membentuk kekuatan.5

2.2.3.1 Olahraga Aerobik

Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana

kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Menurut definisi lain yang

dipopulerkan oleh Cooper aerobik adalah setiap aktifitas fisik yang dapat

memacu jantung dan peredaraan darah serta pernapasan yang dilakukan dalam

jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat

bagi tubuh.5

Setiap aktifitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot otot tubuh

akan memacu jantung dan paru-paru termasuk aerobik. Kita ketahui otot otot

tubuh yang paling mudah digerakan tentu yang terletak ditangan dan di kaki.

Setiap olahraga yang menggunakan otot tangan dan kaki termasuk aerobik. Tentu

ada syarat lainnya yaitu aktifitas itu cukup lama dan harus mampu memacu

jantung dan sistem pernapasan. Jika hanya satu dua gerakan saja atau hanya satu

dua menit saja tidak akan mempengaruhi kerja jantung dan paru-paru.5
Beberapa aktifitas fisik yang mempunyai nilai aerobik paling tinggi serta

dapat dilakukan dengan mudah yaitu berenang, lari, joging, dan jalan kaki.5

2.2.3.2 Olahraga anaerobik

Anaerobik adalah Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat

dipenuhi seluruhnya oleh tubuh.11 Olahraga anaerobik bertujuan untuk

memperbesar dan memperkuat otot sehingga disebut juga olahraga kekuatan.6

Adapun contoh olahraga anaerobik; angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan,

bulu tangkis.11

2.2.3.3 Olahraga Statis dan Dinamis

Olahraga juga dapat digolongkan ke dalam bentuk statis dan dinamis.

Disebut statis artinya dilakukan ditempat, orangnya tidak berpindah-pindah.

Olahraga statis digolongkan kedalam dua bagian yaitu berat dan ringan.5

Olahraga statis berat lebih bersifat anaerobik. Olahraga semacam ini

memang ditujukan untuk memperbesar dan memperkuat otot. Pada olahraga

statis berat efek yang ditimbulkan pada jantung atau sistem peredaraan darah

kurang menunjang bertambahnya aliran darah karena terjadi peningkatan aliran

darah secara tiba-tiba atau mendadak. Sehingga olahraga statis ini tidak

memberikan manfaat yang berarti terhadap sistem aliran darah dan jantung.5

Olahraga statis ringan contohnya adalah mengangkat dumle berkali-kali.

Penelitian terbaru menunjukkan olahraga statis ringan memberi manfaat terhadap

jantung. Otot yang bertambah kuat akan mampu melakukan gerakan yang lebih

lama sehingga aliran darah ke jantung akan lebih meningkat.5


Olahraga dinamis ditandai dengan memanjang dan memendeknya otot-

otot, ketegangan otot tidak menjadi tujuan sebab yang diinginkan adalah

bertambahnya aliran darah sehingga sangat menunjang pemeliharaan jantung dan

pernapasan.5

2.2.4 Format Olahraga/Latihan

Format olahraga yang harus dipenuhi dapat tiga huruf yaitu FIT. Kata FIT

yang berarti segar atau bugar, disamping merupakan singkatan dari :5

 F: frekuensi ialah beberapa kali seminggu olahraga dilakukan agar

memberikan efek latihan. Frekuensi olahraga adalah keseringan seseorang

melakukan olahraga dalam waktu dan periode tertentu. Seseorang yang

terbiasa melakukan olahraga dengan frekuensi yang baik (rutin, benar dan

cukup) maka tubuh akan memiliki kebugaran yang bagus dan akan dapat

terhindar dari berbagai jenis penyakit. Akan tetapi masyarakat masih

kurang memahami tentang hal itu dan seringkali olahraga dianggap

sesuatu yang tidak begitu penting bagi kesehatan tubuh.

 I: Intensitas ialah berat beban latihan yang diberikan agar memberi efek

tanpa berbahaya

 T: Tempo ialah jangka waktu atau lamanya latihan diberikan agar

memberikan manfaat

Adapun syarat olahraga yang baik dan benar yaitu:11

1. Olahraga dapat dimulai sejak usia muda hingga usia lanjut.


2. Dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang

aman dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera, misalnya :

dirumah, tempat kerja, dan di lapangan.

3. Olahraga hendaknya dilakukan secara bervariasi, berganti-ganti jenisnya

supaya tidak monoton.

4. Dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5 - 10 menit, diikuti

dengan latihan inti minimal 20 menit dan diakhiri dengan pendinginan

selama 5 - 10 menit.

5. Frekuensi latihan dilakukan secara teratur 3 - 5 kali per minggu.

6. Intensitas latihan :

a. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh harus mencapai 70% -85%

denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal

yang dihitung berdasarkan : DNM = 220 - UMUR

b. Untuk membakar lemak dengan intensitas yang lebih ringan yaitu

60% - 70 % DNM.

Contoh : Orang dengan usia 40 tahun akan mempunyai

DNM = 220 - 40 = 180

Untuk membakar lemak orang tersebut harus berolahraga dengan

denyut nadi mencapai : 60% x 180 = 108 s/d 70% x 180 = 126.

7. Waktu

Mulai semampunya, ditambah secara perlahan-lahan. Untuk meningkatkan

daya tahan tubuh (endurance) perlu waktu antara ½ - 1 jam, untuk

membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).
2.2.5 Manfaat olahraga

Berbagai aktivitas olahraga yang dilakukan manusia bertujuan untuk

meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, terutama apabila dilakukan

secara benar dan teratur. Latihan olahraga merupakan suatu aktivitas aerobik,

yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan

dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Suatu

latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pengaruh yang

besar terhadap tubuh kita. Latihan fisik dengan pembebanan tertentu akan

mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran

jasmani.12 Perubahan secara cepat disebut respon, bila perubahannya lambat

akibat olahraga atau latihan teratur disebut adaptasi.13

Seiring dengan perkembangan penelitian dunia olah raga yang sudah maju,

maka diperoleh beberapa hasil yang memberi manfaat yang seluas-luasnya bagi

yang melakukan aktivitas olahraga baik secara fisik maupun mental. Untuk itu

maka sejak usia dini maka harus dibiasakan untuk gemar berolahraga dengan

memberi pengalaman gerak sebanyak banyaknya, variasi gerak yang cukup

sehingga mereka akan suka dengan kegiatan olahraga.8

Latihan olahraga merupakan suatu aktivitas aerobik, yang terutama

bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan

jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Olahraga fisik

mempunyai 4 komponen dasar yaitu kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas

dan daya tahan kardiorespirasi.14 Pengaruh latihan akan memberikan perubahan


fisiologi yang hampir terjadi pada setiap sistem tubuh. Perubahan akan dicapai

apabila sudah mencukupi waktu yang diperlukan untuk adaptasi fisiologis yaitu

berkisar antara 6-8 minggu.15

Latihan fisik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap berbagai

macam sistem yang bekerja didalam tubuh, salah satunya adalah sistem

kardiovaskuler, di mana dengan latihan fisik yang benar dan teratur akan terjadi

efisiensi kerja jantung. Efisiensi kerja jantung ataupun kemampuan jantung akan

meningkat sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Hal tersebut dapat

berupa perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung.15
2.4 Kerangka Teori

BEROLAHRAGA RUTIN

 FREKUENSI : ≥ 3 KALI SEMINGGU


 DURASI : ≥ 30MENIT
 WAKTU :  2 BULAN

UKURAN LINGKAR PINGGANG IDEAL

 ≤ 90 cm (LAKI-LAKI)
 ≤ 80 cm (WANITA)

TIDAK TERJADI PENIMBUNAN LEMAK DI


PERUT

TERHINDAR DARI PENYAKIT YANG


BERKAITAN DENGAN LINGKAR PINGGANG
TIDAK BEROLAHRAGA

UKURAN LINGKAR PINGGANG BERESIKO

 > 90 cm (LAKI-LAKI)
 > 80 cm (WANITA)

TERJADI PENIMBUNAN LEMAK DI PERUT

BERESIKO TERSERANG PENYAKIT YANG


BERKAITAN DENGAN LINGKAR
PINGGANG :

 OBESITAS
 PJK
 DM
2.5 Kerangka Konsep

Informasi :

 Umur
 Aktivitas Harian
 Kebiasaan Olahraga
 Lama Berolahraga

Berolahraga Tidak Berolahraga

UKURAN LINGKAR
PINGGANG

Keterangan :

: Kriteria

: Variabel Independen/Bebas

: Variabel Dependen/Terikat
2.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Untuk menyamakan persepsi terhadap penelitian ini maka peneliti perlu

mencantumkan definisi operasional dan kriteria objektif sebagai berikut :

1. Ukuran Lingkar pinggang : salah satu pengukuran antropometri yang

digunakan untuk mendeteksi obesitas sentral dengan cara melingkarkan pita

ukur, sejajar lantai, di sekeliling perut melalui titik (pada linea aksilaris)

pertengahan antara kedua bagian tersebut; pengukuran dilakukan dalam

keadaan subjek berdiri tegak dengan tungkai direnggangkan selebar kira-kira

25-30 cm.

 Ukuran normal : ≤ 90 cm (Pria), ≤ 80 cm (Wanita)

2. Olahraga : salah satu aktifitas jasmani yang dilakukan oleh orang,

sekelompok orang dengan tujuan untuk mencapai kesegaran jasmani.

 Dapat dilakukan di mana saja

 Frekuensi : 3-5 kali seminggu secara teratur

 Durasi satu kali Olahraga : Minimal 30 menit

 Waktu :  2 Bulan

3. Obesitas : Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat

tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20%

dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan.

 Berdasarkan lingkar pinggang : > 90 cm (Pria), > 80 cm (Wanita)


2.7 Hipotesis Penelitian

Pada orang yang rutin berolahraga secara umum akan ditemukan ukuran

lingkar pinggang yang normal sedangkan pada orang yang tidak berolahraga

secara umum akan ditemukan ukuran lingkar pinggang yang tidak normal (di atas

ukuran ideal).

Hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan masalah penelitian

yang belum dibuktikan kebenaranya.

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

 Ho : Tidak ditemukan perbedaan ukuran lingkar pinggang antara yang

rutin berolahraga dengan yang tidak berolahraga.

 H1 : Ditemukan adanya perbedaan ukuran lingkar pinggang antara yang

rutin berolahraga dengan yang tidak berolahraga.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

analitik dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk menganalisis

perbedaan lingkar pinggang pada orang yang rutin berolahraga dengan orang yang

tidak berolahraga. Desain cross-sectional menjadi pilihan pada desain ini karena

pengukuran yang dilakukan satu kali sehingga waktu yang digunakan cukup

singkat.

3.2 Lokasi dan Waktu

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di kantor Dinas Kelautan kota Makassar yang

beralamat di Jl. Bajiminasa No. 12 Makassar.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal hingga akhir

penelitian dilakukan selama 8 bulan, dimulai dari bulan Mei sampai bulan

Desember tahun 2012.


3.3 populasi dan Sampel

3.3.1 populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Populasi pada penelitian ini adalah orang yang bekerja di kantor Dinas Kelautan

kota Makassar.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewaliki keseluruhan populasi. Sampel pada penelitian

ini adalah pegawai yang bekerja di kantor Dinas Kelautan kota Makassar yang

memenuhi syarat/kriteria inklusi dan bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

3.3.2.1 Besar Sampel

Jumlah populasi yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 155 orang.

Besaran sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

𝑁
𝑛=
𝑁. d2 + 1

155
𝑛=
155. 0,12 + 1

n = 60,7  61

Keterangan : n = Total Sampel d = Presisi (0.1)

N = Ukuran Populasi
Untuk mencegah indeks bias maka jumlah sampel ditambah 7 sehingga total

sampel adalah 68 orang.

3.3.2.2 Kriteria seleksi

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi penelitian ini

adalah sebagai berikut :

 Orang yang tercatat sebagai pegawai yang bekerja di kantor Dinas

Kelautan kota Makassar.

 Bersedia untuk ikut serta dalam penelitian

 Usia  30 tahun

 Tidak sedang menderita penyakit lain yang dapat mempengaruhi ukuran

lingkar pinggang

 Kriteria pengukuran lingkar pinggang pada orang yang rutin berolahraga:

 Frekuensi olahraga dalam seminggu minimal 3 kali

 Durasi olahraga yang dilakukan minimal 30 menit untuk satu kali

olahraga dalam sehari

 Waktu minimal selama 2 bulan

 Kriteria sampel yang tidak berolahraga yang akan diukur lingkar

pinggangnya:

 Frekuensi olahraga yang dilakukan dalam seminggu kurang dari

3 kali dan durasinya kurang dari 30 menit untuk satu kali olahraga

atau tidak pernah berolahraga.


b) Kriteria Eksklusi

 Tidak bersedia untuk dijadikan sampel

 Rutin berolahraga tapi menderita penyakit yang dapat mempengaruhi

lingkar pinggang.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai penentu kelayakan seseorang

untuk dijadikan sampel, meteran sebagai alat penentu ukuran lingkar pinggang

sampel serta kamera sebagai alat dokumentasi.

3.5 Jenis Data

Berdasarkan cara memperoleh data-data yang dikumpulkan terdiri dari data

primer. Data primer berupa data kuisioner sebagai data prasyarat kelayakan

seseorang untuk dijadikan sampel, dimana isi dalam data kuisioner sesuai dengan

kriteria inklusi. Sedangkan ukuran lingkar pinggang didapat dari hasil pengukuran

yang telah dilakukan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan cara kunjungan langsung ke lokasi penelitian.

Pertama, responden diberikan penjelasan mengenai penelitian ini. Kedua,

Meminta persetujuan dari responden (informed consent). Dilanjutkan dengan

pengisian kuisioner oleh responden. Terakhir, dilakukan pengukuran lingkar

pinggang pada sampel yang telah memenuhi syarat/kriteria dan bersedia untuk

dijadikan sampel dari hasil kuisioner.


3.7 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari hasil

pengukuran lingkar pinggang pada sampel yang telah memenuhi syarat/kriteria.

Selanjutnya data yang telah diperoleh akan diolah dengan menggunakan program

komputer yaitu Microsoft word dan Microsoft excel serta disajikan dalam bentuk

tabel atau diagram yang diberikan penjelasan.

3.8 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

orang yang akan dijadikan sampel dengan tujuan agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Jika sampel tidak bersedia maka peneliti

harus menghormati hak responden.

2. Menjaga kerahasiaan identitas sampel yang terdapat dalam hasil pencatatan,

sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian

yang dilakukan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai