Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Menurut Dalami, dkk (2009), Isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor Biologi
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggot keluarga nya
menderita skizofrenia.
3) Faktor Sosial Budaya
Mengasingkan diri dari lingkungan merupakan factor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan dengan orang lain.
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi konstribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan, mengancam,
menjelek-jelekan anak, ekspresi emosi yang tinggi, orang tua / keluarga sering
berteriak, marah untuk persoalan kecil/sepele, sering menggunakan kekeasan
fisik untuk mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayal, anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, tidak member pujian atas
keberhasilan anak.

B. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
1) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
2) Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO
juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku
psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel
otak.
3) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
C. Fase – fase
Sebab : Harga diri rendah yang kronis
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu
sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien
mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak
realistik.

Akibat : Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat
mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu baik. (Carpenito, 1996
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya
menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.

D. Rentang Reson
Berdasarkan buku keperawatan jiwa menurut Gail W. Stuart, 2006
menyatakan bahwa manusia makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan
intrpersonal terjadi jika hubungan saling merasakan kedekatan sementara identitas
pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan. Gail W. Stuart menyatakan tentang respon rentang sosial individu
berada dalam rentang respon maladaptif yaitu:
Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum
berlaku,respon ini meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya.
2) Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu
untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyesuaikan masalah
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya ini meliputi:
1) Menarik diri
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
2) Tergantung (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuanya untuk berfungsi secara sukses.
3) Manipulasi
Gangguan hubungan smosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang sebagai obyek. Individu tersebut mtidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
4) Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mamapu belajar dari pengalaman,
penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
5) Narsisisme
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian yang egosentris dan pencemburu. (Stuard, Gaill W,2006)
E. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan
dua jenis masalah hubungan yang spesifik:
1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial
a) Proyeksi
b) Splitting
c) merendahkan orang lain
2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
a) Splitting
b) Formasi reaksi
c) Proyeksi
d) Isolasi
e) Idealisasi orang lain
f) Merendahkan orang lain
g) Identifikasi proyeksi

III. A. POHON MASALAH

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah :
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain.
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien merasa tidak berguna.
7. Pasien tidak yakin dapat melanjutkan hidup.

Tanda dan gejala isolasi social yang apat di observasi adalah :


1. Tidak memiliki teman dekat.
2. Menarik diri.
3. Tidak komunikatif.
4. Tindakan berulang dan tidak bermakna.
5. Asik dengan pikirannya sendiri.
6. Tidak ada kontak mata.
7. Tampak sedih, afek tumpul.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi Sosial

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi sosial TUM : a. Setelah 2x pertemuan SP I
Pasien dapat pasien mampu 1. mengidentifikasi penyebab
berinteraksi menjelaskan isolasi sosial pasien
dengan orang penyebab isolasi 2. Berdiskusi denganpasien
lain. sosial tentang keuntungan
b. Setela 2x pertemuan berinteraksi dengan orang
TUK I pasien mampu lain.
Pasien mampu menyebutkan 3. Berdiskusi dengan pasien
menyebutkan keuntungan tentang kerugian tidak
penyebab berhubungan sosial berinteraksi dengan orang
isolasi sosial (banyak teman, tidak lain
TUK II kesepian, bisa 4. Mengajarkan pasien cara
Pasien mampu berdiskusi, saling berkenalan dengan satu
menyebutkan menolong) dan orang
keuntungan kerugian dari isolasi 5. Menganjurkan pasien
berhubungan sosial (kesepian, tidak memasukkan kegiatan
sosial dan bisa diskusi, dan latihan berbincang-bincang
kerugian dari sendiri) dengan orang lain dalam
isolasi social c. Setelah 2x pertemuan kegiatan harian
TUK III pasien mampu SP II
Pasien dapat melakukan hubungan 1. Mengevaluasi jadwal
melakukan sosial secara bertahap kegiatan harian pasien
hubungan dengan 2. Memberikan kesempatan
sosial bertahap - Perawat kepada pasien
- Perawat lain mempraktekkan cara
- Pasien lain berkenalan dengan sau
- Keluarga orang
- kelompok 3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan
berkenalan dengan dua
orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
VI. SUMBER
Budi Anna Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Gail w. Stuart. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta
Sentosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. (defenisi dan
klasifikasi). Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai

  • Inc Kel 2
    Inc Kel 2
    Dokumen82 halaman
    Inc Kel 2
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Evidence Based Pratice
    Evidence Based Pratice
    Dokumen3 halaman
    Evidence Based Pratice
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur (Revisi) - Ratih A.H
    LP Fraktur (Revisi) - Ratih A.H
    Dokumen29 halaman
    LP Fraktur (Revisi) - Ratih A.H
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Askep Kel 2 Cempaka
    Askep Kel 2 Cempaka
    Dokumen17 halaman
    Askep Kel 2 Cempaka
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Harga Diri
    Harga Diri
    Dokumen7 halaman
    Harga Diri
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningitis PDF
    Askep Meningitis PDF
    Dokumen40 halaman
    Askep Meningitis PDF
    Roy Ulahaijanan
    Belum ada peringkat
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen6 halaman
    Sap Hipertensi
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Lampiran
    Lampiran
    Dokumen30 halaman
    Lampiran
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Rsu Kabupaten
    Sejarah Rsu Kabupaten
    Dokumen2 halaman
    Sejarah Rsu Kabupaten
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen6 halaman
    Sap Hipertensi
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • SPTK SP 1 HDR
    SPTK SP 1 HDR
    Dokumen3 halaman
    SPTK SP 1 HDR
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • SPTK SP 1 HDR
    SPTK SP 1 HDR
    Dokumen3 halaman
    SPTK SP 1 HDR
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen6 halaman
    Sap Hipertensi
    Noviwinri
    Belum ada peringkat
  • SPTK SP 1 HDR
    SPTK SP 1 HDR
    Dokumen4 halaman
    SPTK SP 1 HDR
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Jiwa Bu Laila
    Jiwa Bu Laila
    Dokumen4 halaman
    Jiwa Bu Laila
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Selling Point
    Selling Point
    Dokumen10 halaman
    Selling Point
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • SPTK SP 1 HDR
    SPTK SP 1 HDR
    Dokumen4 halaman
    SPTK SP 1 HDR
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian
    Pengkajian
    Dokumen7 halaman
    Pengkajian
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Jiwa
    Keperawatan Jiwa
    Dokumen53 halaman
    Keperawatan Jiwa
    Cella
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen38 halaman
    Peng Kaji An
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Stroke Hemoragiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
    Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Stroke Hemoragiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
    Dokumen29 halaman
    Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Stroke Hemoragiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Job Interview
    Job Interview
    Dokumen16 halaman
    Job Interview
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen18 halaman
    LP Anc
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Tata Wiraga Oke
    Tata Wiraga Oke
    Dokumen34 halaman
    Tata Wiraga Oke
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Vulva Hygiene
    Vulva Hygiene
    Dokumen5 halaman
    Vulva Hygiene
    yuliana
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi Dasar
    Imunisasi Dasar
    Dokumen6 halaman
    Imunisasi Dasar
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen18 halaman
    LP Anc
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat
  • Konsep Asuhan Keperawatan Inc
    Konsep Asuhan Keperawatan Inc
    Dokumen12 halaman
    Konsep Asuhan Keperawatan Inc
    Thyka Mayasari
    Belum ada peringkat
  • Pemberian Napas Buatan Fixxxxx-1
    Pemberian Napas Buatan Fixxxxx-1
    Dokumen27 halaman
    Pemberian Napas Buatan Fixxxxx-1
    Ratih Apriyanti Herdianingsih
    Belum ada peringkat