PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interview atau wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan
data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Apabila interview dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data,
atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-
metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode
primer. Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-
informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi
metode perlengkap. Pada saat-saat tertentu metode interview digunakan orang
untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh
dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan
untuk keperluan semacam itu metode interview akan menjadi batu pengukur
atau kriterium.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang
satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode
primer interview mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap
metode wawancara atau interview menjadi sumber informasi yang sangat
berharga, dan sebagai kriterium ia menjadi alat yang memberikan
pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi
pokok itu justru memperlihatkan bahwa interview merupakan suatu metode
yang serba guna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan job interview?
2. Bagaimana teknik dalam melakukan interview?
3. Bagaimana struktur dalam job interview?
1
4. Apa saja jenis – jenis job interview?
5. Bagaimana persiapan dalam melakukan job interview?
6. Apa saja jenis pertanyaan dalam job interview?
7. Apa manfaat dari job interview?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan job interview
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana teknik dalam melakukan interview
3. Mahasiswa dapat mengetahui struktur dalam job interview
4. Mahasiswa megetahui jenis – jenis job interview
5. Mahasiswa dapat mengetahui persiapan dalam melakukan job interview
6. Mahasiswa dapat mengetahui jenis pertanyaan dalam job interview
7. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari job interview
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Interview
Interview (wawancara) adalah proses komunikasi interaksi antara dua
pihak yang setidaknya satu diantara mereka memiliki tujuan serius yang telah
ditetapkan dan melibatkan proses Tanya jawab tentang sesuatu (Stewart dan
Cash, 2012).
Menurut Ankur Garg, menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi
alat bila dilakukan oleh orang-orang yang mempekerjakan calon atau kandidat
untuk posisi, jurnalis, atau orang-orang biasa yang mencari tahu tentang
kepribadian seseorang atau mencari informasi.
Pada wawancara terdapat dua pihak, ada orang yang mewawancarai /
pewawancara da nada orang yang diwawancara / responden, dimana kedua
pihak saling berinteraksi dalam posisi yang tidak selalu sejajar. Wawancara
merupakan suatu proses interaktif, karena adanya proses pertukaran atau
melibatkan pembagian peran, tanggung jawab, kepercayaan, emosi, perasaan,
motif dan juga informasi.
Sedangkan job interview adalah wawancara yang dilakukan dengan
tujuan agar pelamar dapat mengenal dan mempelajari perusahaannya serta
posisi yang ditawarkan perusahaan. Sedangkan di sisi lain pewawancara ingin
mengetahui kemampuan dan pengalan pelamar
3
walaupun diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan, misalnya
kemampuan, pengalaman, umur, dan lainnya.
2. Wawancara tidak langsung (indirect interview), dalam wawancara tidak
langsung, pewawancara memberikan rangsangan atau umpan kepada
pelamar untuk berbicara. Dengan demikian pewawancara memberikan
pertanyaan yang berbeda untuk orang yang berbeda.
3. Wawancara berpola (patterned interview), merupakan kombinasi dari
wawancara langsung dan tidak langsung. Dimana teknik ini paling sering
digunakan dan paling efektif dalam mendapatkan respon yang jujur dari
seorang pelamar.
C. Struktur Interview
Meskipun terdapat berbagai macam wawancara dengan tujuan yang
berbeda-beda, setiap wawancara pada dasarnya mempunyai struktur yang
sama. Kesadaran pewawancara untuk mengikuti struktur tersebut akan
menciptakan suatu wawancara yang efektif. Proses wawancara biasanya
dibagi ke dalam lima fase, yaitu:
1. Perencanaan
Fase perencanaan sebenarnya tidak termasuk bagian dari wawancara,
karena dilakukan sebelum wawancara dilaksanakan. Walaupun demikian
penting untuk dimasukkan, karena perencanaan dapat menjamin
keberhasilan wawancara. Di bawah ini adalah hal-hal yang harus dilakukan
saat merencanakan wawancara.
a. Menetapkan tujuan
b. Mempelajari hal-hal mengenai pelamar dan subyek atau pekerjaan yang
ditawarkan
c. Menetapkan spesifikasi pepekerjaan yang akan ditawarkan dan
berdasarkan hal tersebut
d. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang penting
e. Mengidentifikasikan jawaban-jawaban yang diinginkan
4
f. Memilih tempat yang tepat dan memberitahukannya kepada pelamar
2. Menciptakan Hubungan
Bagi sebagian orang, wawancara merupakan suatu peristiwa yang bisa
menciptakan ketegangan. Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan
jalannya pertukaran informasi, di awal wawancara, pewawancara harus
menciptakan hubungan dengan pelamar. Jabat tangan, senyum yang
hangat, dan suara yang ramah, merupakan salah satu cara dalam
menyambut pelamar. Sikap seperti ini sama dengan yang dilakukan saat
menerima tamu yang sedang mengunjungi kantor atau rumah. Karena ada
kemungkinan pewawancara merasa gugup, atau mungkin asing dengan
keadaan sekitarnya, maka sebaiknya percakapan dimulai dengan yang
ringan-ringan dahulu. Misalnya, mengajak bicara mengenai cuaca, kejadian
sehari-hari, atau mungkin topik yang berhubungan dengan minat pelamar
(olah raga, politik, dan lain-lain). Hal tersebut dilakukan untuk
mengembangkan komunikasi dan memenunjukkankan bahwa
pewawancara menghargai minat pelamar. Dengan sambutan hangat
pelamar akan merasa percaya diri sehingga informasi yang diharapkan
dapat mengalir lancar.
3. Tahap Tanya Jawab
Setelah tahap di atas, maka dimulai pembicaraan mengenai subyek
yang ingin diketahui dari pelamar. Skema yang baik harus mengikuti
sebuah kronologi yang tepat yaitu dimulai dengan latar belakang
pendidikan dan aktivitas pelamar, dilanjutkan dengan pengalaman
pekerjaan (jika ada) dan diakhiri dengan aktivitas pekerjaan. Dalam
merangkum hal-hal tersebut, pewawancara harus memeriksa kualifikasi
teknis (kemampuan untuk melakukan pekerjaan) dorongan dan aspirasi
(kemauan untuk melakukan pekerjaan), hubungan sosial dan keseimbangan
emosi (hubungan dengan sesama teman dan diri sendiri), karakter (sifat
yang dapat dipercaya), dan faktor lain yang dibutuhkan untuk mengukur
keberhasilan suatu pekerjaan. Faktor tersebut mungkin berhubungan
5
dengan kekuatan fisik, sikap dari suami/istri terhadap pekerjaan, stabilitas
keuangan, kemauan untuk melakukan perjalanan, kemauan pindah secara
permanen. Hal yang juga penting mengenai pelamar adalah mengenai
aspek-aspek keperibadian pelamar yang berhubungan dengan minat, sikap,
karakter, dan temperamen. Pada saat mempelajari kualifikasi penting dan
perilaku pelamar, perhatian dapat dialihkan dengan menjelaskan tentang
perusahaan. Misalnya gaji, bonus, dan hal lain yang menarik perhatian,
juga memberikan kesempatan kepada pelamar untuk bertanya, sehubungan
dengan pekerjaan dan perusahaan.
4. Tahap Meringkas
Pada saat wawancara, terjadi pertukaran informasi antara pewawancara
dengan pelamar, kemungkinan saja informasi yang didapat relevan dengan
tujuan, tetapi mungkin pula sama sekali tidak relevan. Informasi yang tidak
relevan akan mengakibatkan kesimpulan yang kabu atau tidak jelas. Untuk
menghindari hal tersebut, pewawancara harus meringkas hasil wawancara
pada saat akhir. Bila hal itu tidak dilakukan, akibatnya kedua pihak tidak
menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi. Seorang pelamar
tidak akan sadar bahwa wawancara telah berakhir, sampai ia melihat tanda-
tanda yang ditunjukkan oleh pewawancara. Karena itu harus terdapat suatu
kesepakatan tentang kesimpulan wawancara tersebut sebelum wawancara
berakhir. Ringkasan ini juga harus dicatat dan disimpan sebagai suatu
arsip, sehingga akan memudahkan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
5. Tahap Evaluasi
Tahap ini dilakukan setelah wawancara berakhir. Semua informasi
yang telah didapatkan dari orang yang diwawancarai, harus dirangkum
secara keseluruhan tanpa ditambah ataupun dikurangi. Dalam wawancara
kerja, informasi tersebut dapat dilengkapi dengan fakta dari sumber lain
yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai jalan pikiran
pelamar. Indikator tersebut dapat berguna untuk bahan evaluasi. Setalah
wawancara perlu dibuat laporan tertulis mengenai hal-hal yang
6
berhubungan dengan wawancara. Pada akhir laporan tersebut diberikan
kesimpulan, yang memberikan gambaran mengenai penilaian secara
keselurukan.
7
Setelah itu, bentuk pertanyaan akan lebih terbuka, di mana pelamar diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan latar belakang dirinya.
Selain berdasarkan frekuensi atau tahapannya, Dwyer (2003:476)
membagi jenis wawancara berdasarkan jumlah pewawancaranya menjadi
wawancara tunggal, wawancara berangkai, dan wawancara panel.
3. Wawancara Tunggal (the single interview)
Wawancara tunggal dilakukan oleh satu orang pewawancara untuk
mewawancara semua pelamar. Tipe wawancara seperti ini dapat
dipengaruhi oleh bias pewawancara, karena ia satu-satunya orang yang
terlibat dalam menilai kemampuan calon pegawai.
4. Wawancara Berangkai (the series interview)
Wawancara berangkai dilakukan beberapa pewawancara secara
bergiliran. Masing-masing pewawancara mewawancarai masing-masing
pelamar untuk bidang keahlian tertentu. Setelah rangkaian wawancara
selesai, para pewawancara mendiskusikan hasilnya untuk membuat pilihan
secara berkelompok. Proses wawancara berangkai ini tidak jauh berbeda
dengan wawancara panel.
5. Wawancara Panel (the panel interview)
Wawancara panel dilaksanakan oleh sekelompok pewawancara dalam
waktu bersamaan. Masing-masing pewawancara mengajukan pertanyaan
tertentu sesuai dengan pengalaman dan bidang keahlian yang dimilikinya.
Beragamnya pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh para
pewawancara membuat pertanyaan lebih beragam dan dapat membentu
meminimalkan bias pribadi. Pewawancara panel selanjutnya menilai
pelamar secara bersama-sama. Anggota dari wawancara panel harus
memahami bagaimana melakukan atau berpartisipasi dalam wawancara.
Mereka harus berusaha mencegah adanya bias yang dapat mempengaruhi
keputusan mereka. Pelamar perlu mengetahui adanya jenis-jenis
wawancara di atas, sebagai pengetahuan dalam mempersiapkan diri
menghadapi wawancara.
8
E. Persiapan Job Interview
Sebelum melakukan wawancara tentu saja kita harus memahami proses
dari wawancara tersebut. Persiapan akan membantu kita tampil lebih baik di
bawah tekanan, selain itu, semakin siap maka semakin rendah ketegangan
yang kita rasakan terhadap proses wawancara. pastikan untuk mempelajari
setiap perbedaan budaya ketika memersiapkan diri untuk wawancara. Untuk
mempersiapkan diri demi wawancara yang berhasil, pelajari organisasinya,
pikirkan pertanyaan yang akan di ajukan sejak awal, dukunglah rasa percaya
diri, perbaiki gaya wawancara, rencanakan untuk tampil baik, dan bersiaplah
ketika waktu wawancara tiba.
Persiapan yang baik merupakan kunci dari lolos wawancara. Maka dari
itu dibutuhkan persiapan yang matang untuk melaluinya jangan sampai
wawancara yang merupakan pintu masuknya sebuah pekerjaan akan kacau
berantakan dan harus cari lowongan kerja lagi.
Berikut ini adalah hal – hal yang harus dilakukan dan dihindari pada saat
wawancara kerja:
10
F. Jenis Pertanyaan Selama Interview
Pertanyaan selama interview meliputi dua pertanyaan:
1. Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang luas dan bebas. Luas dalam artian responden atau yang diwawancarai
dapat menentukan sendiri tentang apa dan bagaimana itu diberikan.
Keuntungan dari pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan terbuka biasanya
lebih santai dan pewawancara dapat mengutip berbagai keterangan
penting yang mungkin di luar dugaan sebelumnya. Sedangkan
kelemahannya yaitu kadang-kadang jawaban yang diberikan oleh
responden melebar keluar dari jawaban yang dikehendaki, dan besar
kemungkinan responden memberikan keterangan yang berbelit-belit,
membosankan sehingga membuang-buang waktu.
Contoh pertanyaan terbuka:
a. Bisakah anda menceritakan mengenai diri anda?
b. Mengapa anda melamar pekerjaan ini?
c. Apa pandangan anda mengenai bidang kerja yang anda tekuni?
2. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang membatasi jawaban
responden karena jawaban telah disediakan. Responden tinggal
menentukan salah satu pilihan jawaban yang telah tersedia. Keuntungan
dari pertanyaan tertutup adalah jawaban mudah dipahami dan tidak
membuang-buang waktu. Sedangkan kelemahan dari pertanyaan tertutup
adalah dapat menjadi gangguan apabila pilihan jawaban yang telah
tersedia tidak ada yang disukai atau bahkan tidak dikehendaki oleh
responden, sehingga ia memberikan jawaban diluar jawaban yang telah
tersedia.
Contoh pertanyaan tertutup:
a. Apakah anda senang membaca buku?
b. Berapa umur anda,antara 17-25, 26-35, 36-45?
11
c. Anda sudah berkeluarga?
d. Apa jabatan anda sekarang?
3. Pertanyaan Terarah
Pertanyaan terarah adalah pertanyaan yang mengarahkan
jawabannya pada suatu arah tertentu. Jawabannya sudah sama-sama
diketahui oleh pewawancara dan orang yang diwawancarai, dilakukan
hanya untuk ferivikasi informasi faktual saja.
Contohnya:
a. Anda sudah lulus D4, bukan?
b. Anda bersedia ditempatkan di mana saja?
4. Pertanyaan Netral
Dalam pertanyaan netral, pewawancara tidak berusaha untuk
mengarahkan respon orang yang diwawancarai. Pertanyaan diungkapkan
sedemikian rupa sehingga tidak memperlihatkan indikasi jawaban yang
diinginkan pelamar.
Contohnya :
a. Bagaimana pendapat anda mengenai pekerjaan yang membutuhkan
banyak perjalanan?
b. Mengapa anda meninggalkan perusahaan?
5. Pertanyaan Reflektif
Pertanyaan reflektif adalah pertanyaan yang diajukan berdasarkan
refleksi jawaban orang yang diwawancarai, dengan maksud untuk
mengembangkan jawaban.
Contohnya :
Yang diwawancara : ”Sebenarnya saya menyukai pekerjaan saya
yang lalu, menarik, dan kompensasinya juga bagus. Tetapi saya
mendapatkan masalah dengan supervisor”
Pewawancara : ”Masalah dengan supervisor?”
Yang diwawancara: ”Selama ini saya telah berusaha bekerja
dengan baik, tetapi beberapa teman seringkali menimbulkan cekcok”.
12
Pewawancara : ”Cekcok?”
6. Pertanyaan Hipotetis
Pertanyaan hipotetis adalah pertanyaan untuk mengetahui kecepatan
reaksi dan daya pikir orang yang diwawancarai dalam kaitannya dengan
suatu masalah.
Contohnya:
”Jika bawahan anda nanti ternyata lebih terampil daripada anda
dalam beberapa hal, apa yang akan anda lakukan?”
13
2. Bagi Perusahaan
Wawancara kerja merupakan salah satu cara untuk menemukan
kecocokan antara karakteristik pelamar dengan persyaratan jabatan yang
harus dimiliki pelamar tersebut untuk memegang jabatan/pekerjaan yang
ditawarkan. Secara umum tujuan dari wawancara kerja adalah:
Untuk mengetahui kepribadian pelamar.
Mencari informasi relevan yang dituntut dalam persyaratan jabatan.
Mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan bagi jabatan dan
perusahaan.
Membantu perusahaan untuk mengidentifikasi pelamar - pelamar yang
layak untuk diberikan penawaran kerja.
Sedangkan bagi perusahaan wawancara merupakan tahapan yang
penting untuk mengetahui dan menyaring calon pegawai yang berkualitas
dan bisa bersaing secara global karena melalui wawancara perusahaan
dapat melakukan komunikasi dua arah yang tentunya hal ini sangat
bermanfaat untuk mengetahui identitas calon pegawai secara lebih
mendalam.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Stewart, C. J., & Cash, William, B. 2012. Interviu: Prinsip Dan Praktik Edisi 13.
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
http://teorikuliah.blogspot.com/2009/09/pengertian-wawancara-tv-tujuan-dan.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl-gumgumgumi-19312-10-
11
wawan-a.pdf
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/flow/article/view/404
16