Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH MEDIA FILTER DAN LAMA KONTAK

TERHADAP KESADAHAN AIR


DARI GUNUNG KAPUR CIAMPEA

ANGGRESIA ADYLASTRI MANALU

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA∗

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul berjudul Pengaruh


Media Filter dan Lama Kontak terhadap Nilai Kesadahan Air Gunung Kapur
Ciampea adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Anggresia Adylastri Manalu


NRP C24080023


Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
ANGGRESIA ADYLASTRI MANALU. C24080023. Pengaruh Media Filter dan
Lama Kontak terhadap Nilai Kesadahan Air Gunung Kapur Ciampea. Dibimbing
oleh SIGID HARYADI.

Masyarakat sekitar gunung kapur Ciampea memenuhi kebutuhan air sehari-


hari melalui mata air yang tersedia ataupun sumur tanah yang ada. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan cara pengolahan sederhana dalam
menurunkan kesadahan air agar layak minum. Air sampel dari mata air dan sumur
warga diambil untuk diidentifikasi kesadahan total, pH, dan suhu yang kemudian
diolah menggunakan media dan lama kontak yang berbeda untuk memenuhi baku
mutu air minum. Adanya perlakuan penggunaan media dan lama kontak media
dengan air yang tepat dapat menurunkan kesadahan air. Berdasarkan penelitian
didapatkan media kombinasi (zeolit dan karbon aktif dengan perbandingan 1:1)
dengan lama kontak 30 menit merupakan hasil terbaik dalam menurunkan
kesadahan yaitu sebesar 83,6% atau 41,1 mg/L dari kesadahan sebelum dilakukan
perlakuan.

Kata kunci : Kesadahan, Zeolit, Karbon Aktif, Gunung Kapur Ciampea.

ABSTRACT
ANGGRESIA ADYLASTRI MANALU. C24080023. The influence of Filter
Media and Old Contacts against Water Hardness Value Ciampea Limestone
Mountain. Supervised by SIGID HARYADI.

Local people in Ciampea limestone mountain meet the daily needs of water
from the available springs or well water. The objective of this is to determine a
simple processing for lowering the water hardness to be worthy of drinking.
Water samples from springs and wells of the citizens were taken to identified for
the total hardness, pH, and temperature of then processed by different set of media
and lenght contact in order treatment to meet the quality standard of drinking
water. The treatment of media and lenght contact media with water can reduce the
hardness of water. Based on research that the combination media (1:1 carbon
zeolites and active) with lenght contact 30 minutes is the best results in reducing
hardness of 83,6% or 41,1 mg/l of hardness before the treatment.

Keywords : Hardness, zeolite, active carbon, Ciampea limestone mountain.


PENGARUH MEDIA FILTER DAN LAMA KONTAK
TERHADAP NILAI KESADAHAN AIR
GUNUNG KAPUR CIAMPEA

ANGGRESIA ADYLASTRI MANALU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Pengaruh Media Filter dan Lama Kontak terhadap Nilai
Kesadahan Air Gunung Kapur Ciampea
Nama : Anggresia Adylastri Manalu
NRP : C24080023

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini dapat berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Desember 2012
adalah kesadahan, dengan judul Pengaruh Media Filter dan Lama Kontak
terhadap Kesadahan Air Gunung Kapur Ciampea.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc
selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc selaku dosen penguji, Dr. Ir.
Yunizar Ernawati, MS selaku perwakilan komisi pendidikan dan Ir. Agustinus M
Samosir, M.Phil selaku ketua komisi pendidikan atas saran serta arahannya. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Wahyu
Purwakusuma, M.Sc. dari dosen Departemen Ilmu Tanah, Bapak Mahpudin dari
Kehutanan yang telah membantu selama pembuatan alat dan media yang
digunakan pada penelitian ini. Pak Hery, pak RT dan kepala desa Ciampea yang
telah memberi izin dan membantu di lapangan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Papa (Mantak Manalu, SH), Mama (Ganda Sariyanti
Nababan), Adik (Anggrevita dan Nathanael), teman-teman MSP angkatan 45
(terkhusus Nidya, Rina A. R, Hardi, Yuli, Lela, Dony, Putu, Dea, Lodi, Nitra,
Christian, Robbin dan Ria), Exas Daniel Lumban Gaol, Maju Pangaribuan,
KPS’45, Gunawan, Herlina, serta tim pengajar SMK PGRI 3 dan SMA Kornita
(Bolas, GPC, dan Ruth) atas doa, dukungan, kasih sayang dan motivasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
.

Bogor, April 2013

Anggresia Adylastri Manalu


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 2
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
Hipotesis 3

METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Lokasi Penelitian 3
Alat dan Bahan 3
Metode Kerja 3
Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7


Analisis Deskriptif 7
Efisiensi (E) 12
Analisis Nilai Ekonomis Unit Pelunakan 13
Pengolahan yang telah dilakukan di Desa Ciampea 14

KESIMPULAN DAN SARAN 15


Kesimpulan 15
Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL

1 Kombinasi perlakuan ketebalan dan lama kontak karbon aktif 4


2 Profil sarana penyediaan air bersih RT II/ RW I Desa Ciampea tahun 2012 7
3 Kesadahan total, suhu dan pH air sampel pretest jenis kelamin. 7

DAFTAR GAMBAR

1 Skema perumusan masalah sumber daya air sadah 2


2 Susunan alat filter 5
3 Nilai kesadahan setelah disaring dengan media dan lama kontak yang berbeda 8
4 Nilai pH air sampel setelah disaring dengan media dan lama kontak berbeda 10
5 Nilai suhu air sampel setelah disaring dengan media dan lama kontak berbeda 11
6 Efektifitas media dalam menurunkan kesadahan pada lama kontak yang
berbeda 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan karbon aktif, zeolit dan


kombinasi sebagai media penurun kesadahan 17
2 Nilai suhu, pH, kesadahan total air sampel sebelum disaring 17
3 Klasifikasi perairan menurut tingkat kesadahan 17
4 Nilai suhu, pH, kesadahan total air sampel setelah disaring dengan masing-
masing media pada lama waktu kontak yang berbeda 18
5 Tabel Sidik Ragam (TSR) dan Uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai pH
air perlakuan 19
6 Tabel Sidik Ragam (TSR) dan Uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai
kesadahan total air perlakuan 20
7 Gambar desain alat dan media yang digunakan untuk menurunkan kesadahan
total 21
8 Gambar mata air, saluran air, dan penampungan di MCK Desa Gunung Kapur
Ciampea 22
9 Biaya pembuatan unit pelunakan 23
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia, jika kebutuhan


tersebut belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas akan
menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Adanya persyaratan meliputi persyaratan fisik, kimia dan biologi merupakan suatu
kesatuan, sehingga apabila salah satu parameter tidak memenuhi syarat, maka air
tersebut tidak layak untuk digunakan.
Salah satu parameter kimia yang termasuk persyaratan kualitas air adalah
jumlah kandungan Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaanya biasa disebut
kesadahan. Kesadahan pada air biasanya ditemukan pada daerah-daerah yang
mempunyai lapisan batu gamping, yang umumnya kualitas air di daerah tersebut
cukup baik kecuali kandungan unsur mineral atau senyawa tertentu seperti Ca2+
dan Mg2+ yang tinggi (Siahaan 2000).
Kesadahan dalam air jika ditinjau secara ekonomis dan teknis
penggunaannya yang berlebihan, mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak,
menimbulkan endapan pada pipa, sedangkan pada sektor budi daya ikan air tawar
dengan adanya kandungan kesadahan dalam air cukup menguntungkan. Air sadah
dapat memenuhi kebutuhan terhadap mineral-mineral terlarut dalam perairan,
selain itu perairan yang tergolong sadah dapat menetralisir kandungan logam berat
dan senyawa-senyawa toksik lainnya seperti amoniak yang berbahaya.
Umumnya kualitas mata air sekitar gunung kapur memiliki angka kesadahan
di atas baku mutu. Berdasarkan penelitian, rata-rata air kapur mengandung angka
kesadahan CaCO3 lebih besar dari 512,7 mg/L. Pada penelitian pendahuluan yang
dilakukan, nilai kesadahan pada gunung kapur Ciampea sebesar 364,36 mg/L,
nilai ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES Indonesia
no 492/MENKES/PER/ IV/2010 sebesar 500 mg/L, namun air ini masuk dalam
kategori sangat sadah menurut Sawyer dan Mc Carty (1967) in Boyd (1982). Nilai
kesadahan yang memenuhi baku mutu ini belum cukup dianggap layak oleh
masyarakat sekitar, dikarenakan adanya perbedaan rasa air dibandingkan air
minum yang seharusnya.
Untuk mengurangi kesadahan pada air dapat digunakan suatu cara
pengolahannya yaitu pelunakan air dengan metode pertukaran ion ataupun filtrasi
(penyaringan). Dalam pelaksanaan penelitian ini media yang digunakan adalah
zeolit dan karbon aktif. Zeolit dipilih karena proses pertukaran ion berlangsung
cepat (10-20 menit), efisiensi tinggi, tidak menghasilkan endapan, dapat
dioperasikan berulang-ulang, dan harga relatif murah, sedangkan karbon aktif
dipilih karena mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku
sebagai penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi.
Penggunaan media dan lama kontak media dengan air yang berbeda dalam
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian antara lain: Hermana (2001)
dengan perlakuan zeolit tanpa aktifasi, aktifasi pemanasan dan aktifasi
pengasaman dengan ukuran kristal besar, sedang dan kecil, presentasi penurunan
terbesar kesadahan total pada zeolit aktifasi pemanasan dengan ukuran kristal
sedang (65,01%); Mifbakhuddin (2010) pada perlakuan karbon aktif dengan
2

ketebalan 60, 70 dan 80 cm, presentasi penurunan terbesar pada ketebalan 80 cm


(86%); Rastiana et al. (2009) dengan perlakuan media kombinasi (1:1) pada
ketebalan 60, 70 dan 80 cm, presentasi penurunan pada ketebalan 80 cm (92,3%);
dan Arifin et al. (2010) menggunakan media karbon aktif pada ketebalan 0 cm
dengan lama kontak 10, 20, 30, dan 40 menit, presentasi penurunan terbesar pada
lama kontak 40 menit (91%) (Lampiran 1). Berdasarkan penelitian-penelitian
tersebut maka dilakukan modifikasi perlakuan media dengan kombinasi lama
kontak air yaitu 0, 15, dan 30 menit dengan harapan dapat menurunkan kesadahan
air secara maksimal.

Perumusan Masalah

Masyarakat sekitar gunung kapur Ciampea memenuhi kebutuhan air sehari-


hari melalui mata air yang tersedia ataupun sumur tanah yang ada. Permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat sekitar adalah air yang digunakan memiliki tingkat
kesadahan yang cukup tinggi. Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan, nilai
kesadahan air gunung kapur Ciampea diperoleh masih di bawah baku mutu air
minum yang ditetapkan hanya sebesar 364,36 mg/L. Kesadahan yang memenuhi
baku mutu PERMENKES Indonesia no. 492/MENKES/PER/ IV/2010 ini belum
cukup dianggap layak oleh masyarakat sekitar, diduga karena adanya perbedaan
rasa air yang sangat sadah dibandingkan air layak minum yang seharusnya.
Media filtrasi yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon aktif dan
zeolit pada ketebalan 80 cm dengan lama kontak media 0, 15 dan 30 menit, proses
yang terjadi adalah pertukaran ion-ion pada media zeolit ataupun penyaringan
pada karbon aktif yang diduga dapat menurunkan kesadahan air sampai sekitar
90% atau mencapai kesadahan kurang dari 75 mg/L.
Air sampel dari mata air dan sumur warga diambil untuk diidentifikasi
kesadahan total, pH, dan suhu yang kemudian diolah menggunakan media dan
lama kontak yang berbeda untuk memenuhi baku mutu air minum. Berikut skema
perumusan masalah sumber daya air sadah.

Air sampel dari


mata air
Proses Air sadah
Identifikasi
pelunakan memenuhi baku
kesadahan
menggunakan mutu air minum
total, pH,
media dan lama masyarakat
dan suhu
Air sampel dari kontak media (< 75 mg/L)
sumur warga yang berbeda

Gambar 1. Skema perumusan masalah air sadah di Gunung Kapur Ciampea

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan cara pengolahan


sederhana dalam menurunkan kesadahan air agar layak minum.
3

Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh tingkat penurunan kesadahan dari air kapur


Ciampea dengan perlakuan media dan lama kontak media dianalisis menggunakan
Anova Satu Arah, sedangkan adanya perbedaan antar perlakuan dapat diuji
dengan uji lanjut berupa uji BNT. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: μ1 = μ2 = … = μk Æ perlakuan tidak berpengaruh
H1: μ1 ≠ μ2 ≠ … ≠ μk Æ perlakuan berpengaruh nyata
Kriteria penerimaan hipotesis adalah H0 ditolak apabila nilai fhitung > fkritis
pada selang kepercayaan 99%. Ini berarti bahwa perlakuan berupa media dan
lama kontak media memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan nilai
kesadahan.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2012
yang meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis laboratorium dan analisis data.
Lokasi pengambilan air sampel yaitu mata air gunung kapur Ciampea dan
sumur warga, sedangkan penyiapan alat, pelaksanaan penelitian, serta analisis air
berupa kesadahan total, suhu, dan pH dilakukan di laboratorium Limnologi MSP
FPIK IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa PVC 1 buah (tinggi
125 cm, diameter 3 inchi), stop kran (3/4 inchi) 3 buah, lem PVC, Dop bawah dan
noksel 1 buah, keran air (3/4 inchi) 1 buah, ember, kertas saring biasa, botol
sampel, serta alat-alat analisis kesadahan.
Untuk bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon
ukuran granular dengan (θ = 0,2-5 mm) dan zeolit (θ = 0,3-0,5 cm) masing-
masing sebanyak 3 kg, HCl (0,2 N), KOH (5%), air sadah dari gunung kapur
Ciampea, aquades, serta bahan-bahan analisis kesadahan total.

Metode Kerja

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hermana (2001), zeolit sebagai media
filter dengan ukuran kristal sedang dan aktifasi pengasaman pada ketebalan 75 cm
menurunkan sebesar 60,09%. Mifbakhuddin (2010), menggunakan karbon aktif
sebagai media filter, memperoleh presentase tertinggi penurunan kesadahan air
pada ketebalan 80 cm (86%). Untuk kombinasi pada ketebalan 80 cm dengan
perbandingan 1:1, dalam penelitian Rastiana et al. (2009), penurunan kesadahan
sebesar 92,3%. Menurut Sularso (1998), bahwa semakin tebal media yang digunakan
akan semakin baik hasil yang didapat.
Untuk penelitian lama kontak media, pada penelitian Arifin et al. (2010)
yang menggunakan media karbon aktif (ketebalan 80 cm). Hasil penurunan
kesadahan CaCO3 tertinggi pada lama kontak 40 menit (91%). Semakin lama
4

kontak media dengan air, akan mendapatkan hasil yang maksimal. Penelitian di
atas dijadikan sebagai acuan dalam pendugaan sementara.
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan media karbon, zeolit
yang diaktifkan terlebih dahulu, menunjukan bahwa ketebalan yang mampu
menurunkan kesadahan dengan baik adalah ketebalan 80 cm. Pada penelitian ini
dilakukan perbandingan media dengan ketebalan yang sama yaitu 80 cm dan
dikombinasikan dengan lama kontak media (Tabel 1).

Tahap Persiapan

Tahap persiapan terdiri dari dua bagian, yaitu menganalisis kondisi air
sampel dan persiapan alat dan bahan. Analisis terhadap air sampel meliputi
parameter kesadahan total, suhu, dan pH. Nilai tersebut akan dirata-ratakan,
sehingga didapatkan nilai yang mewakili kondisi setiap parameter yang dianalisis.
Dari hasil analisis didapatkan nilai kesadahan total, suhu, dan pH air sampel
sebagai nilai awal yang akan dibandingkan dengan air hasil perlakuan. Pada tahap
ini dilakukan juga perbandingan hasil antara air sampel dari mata air dengan
sumur warga untuk semua parameter.
Media yang telah diaktifkan siap untuk digunakan sebagai filter air sadah
tersebut. Kemudian dikelompokan berdasarkan media filter dan lama kontak
media dengan air, berikut kombinasi perlakuan yang diberikan, seperti tercantum
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan media filter dan lama kontak

No Kolom Perlakuan Keterangan


1 I A1B1 Zeolit-lama kontak 0 menit
2 II A1B2 Zeolit-lama kontak 15 menit
3 III A1B3 Zeolit-lama kontak 30 menit
4 IV A2B1 Karbon aktif-lama kontak 0 menit
5 V A2B2 Karbon aktif-lama kontak 15 menit
6 VI A2B3 Karbon aktif-lama kontak 30 menit
7 VII A3B1 Kombinasi-lama kontak 0 menit
8 VIII A3B2 Kombinasi-lama kontak 15 menit
9 IX A3B3 Kombinasi-lama kontak 30 menit
Keterangan:
A1: zeolit, A2: karbon aktif, A3: filter kombinasi (Karbon Aktif dan Zeolit
dengan perbandingan 1:1), B1: lama kontak 0 menit, B2: lama kontak 15 menit,
B3: lama kontak 30 menit.

Tahap Pelaksanaan

Penyusunan alat dalam penelitian ini ditunjukan seperti pada Gambar 2 di


bawah ini.
5

Jumlah media yang digunakan


tinggi = 80 cm (± 3 kg media)
Volume = 3646,44 cm3

media

p = 125 cm
Keterangan:

A = tabung filter
B = wadah penampung effluent
1 = keran saluran masuk dan pengatur debit
2 = keran penguras
3 = saluran pengeluaran

Gambar 2. Susunan alat filter

Air sampel sebanyak 1 liter dialirkan ke kolom pelunakan air yang telah
diisi dengan media filter. Air sadah masuk melalui saluran masuk air yang
mengalami penyerapan pada kolom penyaringan, selanjutnya air keluar melalui
saluran pengeluaran. Air tersebut kemudian disaring kembali menggunakan kertas
saring. Setelah disaring air dimasukkan ke dalam botol sampel untuk dianalisis
nilai kesadahan total, suhu, dan pH. Pada saat pengisian air ke dalam kolom filter,
keran penguras dibuka untuk mendapatkan tekanan udara ke dalam sistem
pelunakan sehingga air dapat mengalir keluar melalui saluran pengeluaran.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, analisis dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali, selanjutnya hasil analisis yang didapatkan dari air hasil perlakuan
dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Kemudian diolah terjadi kenaikan,
penurunan, tetap atau hal-hal lain yang terjadi dalam penelitian terhadap nilai
kesadahan total, suhu, dan pH air sampel, untuk analisis kesadahan dapat dilihat
pada Lampiran 4.

Analisis Data

Analisis Deskriptif

Sumber penyediaan air bersih di Desa Gunung Kapur Cibodas Ciampea


menurut data yang diperoleh berdasarkan observasi di lapangan.

Efisiensi (E)

Untuk menghitung efisiensi (E) alat kombinasi perlakuan yang diberikan


terhadap perubahan nilai kesadahan total, maka digunakan rumus sebagai berikut:
6

keterangan:
E = efisiensi kombinasi pelunakan (%)
No = nilai kesadahan total air sampel sebelum perlakuan
Nt = nilai kesadahan total air sampel setelah perlakuan

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap


berfaktor 3x3 dengan 3 kali ulangan. Penelitian ini terdiri dari dua faktor, yaitu
media sebagai faktor I dan lama kontak media dengan air sebagai faktor II. Faktor
I dan faktor II masing-masing terdiri dari tiga taraf (Steel dan Torrie 1991). Model
persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + (αβγ)ijk + εij
keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan taraf ke-i dari faktor media dan taraf ke-j dari faktor lama
kontak media
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh utama dari faktor media taraf ke-i
βj = pengaruh utama dari faktor lama kontak media taraf ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi dari faktor media ke-i dan faktor lama kontak media
ke-j
εij = pengaruh galat dari satuan percobaan ke-j kombinasi perlakuan uji

Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Anova


(Analisis of Variance), sedangkan untuk mengetahui perbandingan dari masing-
masing perlakuan terhadap nilai pengamatan yang diteliti, digunakan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT). Uji BNT merupakan prosedur pengujian perbedaan
diantara rata-rata perlakuan yang paling sederhana dan paling umum digunakan.
Untuk menggunakan uji BNT, atribut yang diperlukan adalah nilai kuadrat tengah
galat (KTG), taraf nyata, derajat bebas (db) galat, dan tabel t-student, dengan
rumus:

keterangan:
t ( ) = nilai dari Tabel t ( α = 1%)
n = derajat bebas sisa (dbs)
KTS = Kuadrat Tengah Sisa
r = banyaknya ulangan
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Sumber penyediaan air bersih menurut data yang diperoleh dari profil RW II
tahun 2012 terdiri dari air sumur galian, dan mata air kapur. Jumlah sarana
penyediaan air bersih tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Profil sarana penyediaan air bersih RT II/ RW I Desa Ciampea tahun
2012

No Jenis Sarana Air Bersih Jumlah % Kegunaan


1 Sumur Galian 3 65 Untuk minum

2 Mata Air Gunung kapur 4 100 MCK (mandi cuci kaki)

Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah sarana air bersih yang ada di RT II/RW I
Desa Ciampea tahun 2012 yaitu mayoritas masyarakat (sebanyak 60 kk)
menggunakan mata air gunung kapur Ciampea (100%) untuk keperluan MCK
(mandi, cuci pakaian, dan lain-lain; kecuali minum), sedangkan sarana penyedia
air bersih berupa sumur galian hanya 65% digunakan untuk keperluan air minum
sisanya membeli dari daerah sekitar desa. Untuk sarana penyediaan air bersih
berupa PDAM tidak masuk di daerah RT II/ RW I Desa Ciampea.
Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 6 air sampel pretest yang
diambil dari air sumur galian, tempat-tempat MCK maupun mata air gunung
kapur dapat dilihat hasilnya pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kesadahan total, suhu, dan pH air sampel pretest

No Sampel Kesadahan Suhu pH Kategori air Keterangan **)


total (oC) kapur *)
(mg/L)
1 Mata air 364,36 26 8 Sangat sadah Memenuhi
2 MCK 1 228,23 26 7,5 Sadah Memenuhi
3 MCK 2 148,15 26 7,5 Menengah Memenuhi
4 Sumur warga 1 120,12 26 7 Menengah Memenuhi
5 Sumur warga 2 168,17 27 7 Sadah Memenuhi
6 Sumur warga 3 140,14 27 6,5 Menengah Memenuhi
keterangan:
*) klasifikasi perairan menurut tingkat kesadahan total menurut Sawyer dan Mc
Carty (1967) in Boyd (1982)
**) PERMENKES Indonesia no 492/MENKES/PER/IV/2010

Hasil tabel sampel air pretest di atas menunjukan kesadahan total pada mata
air lebih tinggi dibandingkan kesadahan total air sampel lainnya yaitu sebesar
8

364,36 mg/L, air ini masuk dalam kategori sangat sadah. Untuk sumur warga 2
memiliki nilai kesadahan total yang lebih tinggi dibanding sumur warga lainnya
yaitu sebesar 168,17 mg/L yang masuk dalam kategori sadah. Tingginya nilai
kesadahan sumur warga 2 ini diduga karena keberadaan sumur dekat dengan
gunung kapur, sehingga masih dapat dipengaruhi sifat-sifat sadah. Nilai pada
MCK 1 lebih tinggi dibandingkan MCK 2 disebabkan letak MCK 2 yang lebih
jauh dari gunung kapur sehingga memiliki waktu pengendapan kesadahan cukup
lama dibanding MCK 1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) bahwa
perairan dengan nilai kesadahan tinggi umumnya perairan yang berada di daerah
yang mempunyai lapisan gamping atau wilayah batuan berkapur.
Berdasarkan PERMENKES Indonesia no.492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa 6 sampel ini masih memenuhi baku mutu yaitu dibawah 500 mg/L.
Meskipun demikian, air ini dianggap tidak layak digunakan oleh warga karena air
tersebut termasuk kategori air sangat sadah yang jika digunakan dalam jangka
panjang akan menganggu kesehatan masyarakat setempat.
Untuk suhu pada masing-masing air sampel tidak berbeda berkisar diantara
o
26-27 C, nilai ini masih berada dalam kisaran baku mutu PERMENKES
Indonesia no.492/MENKES/PER/IV/2012. Untuk pH dari masing-masing air
sampel, nilai tertinggi pada mata air gunung kapur Ciampea sebesar 8. Nilai pH
dapat memengaruhi keberadaan toksisitas logam, jika pH rendah akan terjadi
peningkatan pada toksisitas logam (Novotny dan Olem 1994), selain itu pH secara
tidak langsung dapat memengaruhi keberadaan kesadahan karena nilai pH
memengaruhi nilai alkalinitas total (Effendi 2003). Nilai pH pada masing-masing
air sampel masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu sebesar
6,5-8,5.

Kesadahan Total Hasil Perlakuan

Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air bersih,


karena kesadahan total menunjukan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral
terlarut seperti Ca2+dan Mg2+. Menurut WHO, kesadahan adalah ukuran kapasitas
air untuk bereaksi dengan sabun, air sadah memerlukan banyak sabun dalam
menghasilkan busa. Nilai kesadahan total air sampel setelah disaring dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. Nilai kesadahan total air sampel setelah disaring dengan media
dan lama kontak yang berbeda
9

Gambar 3 menunjukan nilai penurunan kesadahan total air setelah disaring


pada masing-masing media. Untuk media kombinasi penurunan terbesar pada
lama kontak 30 menit menjadi 41,1 mg/L, media karbon aktif penurunan terbesar
terjadi pada lama kontak 30 menit menjadi 44,8 mg/L dari nilai kesadahan air
sebelum disaring sebesar 254 mg/L. Jika dilihat pada lama kontak 0 dan 15 menit
nilai kesadahan pada media kombinasi lebih tinggi dibandingkan pada media
karbon aktif, sedangkan pada lama kontak 30 menit nilai kesadahan media
kombinasi lebih rendah dibandingkan media karbon aktif. Hal ini diduga bahwa
media kombinasi memerlukan waktu kontak yang lebih lama dibandingkan media
karbon aktif dalam menurunkan nilai kesadahan secara maksimum.
Hasil penyaringan air sampel menggunakan media karbon aktif dan
kombinasi masuk dalam kategori menengah-lunak (Sawyer dan Mc Carty 1967 in
Boyd 1982). Penurunan yang terjadi sesuai dengan penelitian Arfin et al. (2010)
bahwa lama kontak memengaruhi penurunan nilai kesadahan, semakin lama
kontak media dengan air maka nilai kesadahan semakin menurun. Besar nilai
penurunan kesadahan tidak berbeda jauh dengan nilai-nilai penurunan pada
penelitian-penelitian sebelumnya.
Untuk media zeolit terjadi peningkatan nilai kesadahan total terutama pada
lama kontak 15 menit yang mencapai 586,7 mg/L dari kesadahan sebelum
disaring, hasil akhir air saringan dengan media ini masuk ke dalam kategori air
sangat sadah dan tidak memenuhi nilai baku mutu yang ada. Jika dilihat nilai
kesadahan pada media zeolit dengan lama kontak 0 menit dan 30 menit lebih kecil
dibandingkan 15 menit, diduga pada lama kontak 0 menit air tersebut belum
mengalami kontak dengan media yang mengandung pengotor lebih lama
dibandingkan dengan lama kontak 15 dan 30 menit. Untuk lama kontak 30 menit
diduga air tersebut masih dipengaruhi pengotor pada media yang digunakan,
namun tidak sebanyak pada lama kontak 15 menit.
Nilai kesadahan total pada media zeolit yang meningkat dapat disebabkan
media zeolit yang digunakan adalah zeolit alam yang umumnya terdapat dalam
bentuk campuran dengan senyawa atau unsur pengotor dalam jumlah tertentu yang
dapat memengaruhi sifat dan kualitas dari zeolit (Wiradinata dan Astiana 1989).
Pengotor tersebut berupa Ca, Mg, Fe yang juga dapat menyebabkan peningkatan
kesadahan (Lestari 2010). Rusaknya struktur kristal akibat penggunaan HCl, juga
dapat menurunkan fungsi zeolit yang akan menganggu tukar ion-ion kesadahan
(Lestari 2010). Selain itu, nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) minimun pada baku
mutu menurut SNI 13-7168-2006 sebesar 100 cmol(+) kg-1, sedangkan nilai KTK
zeolit yang tinggi berkisar 80-200 cmol(+) kg-1. Pada penelitian ini, nilai KTK dari
zeolit yang digunakan dibawah baku mutu zeolit sebesar 74,38 me/100 gr atau 74,38
cmol(+) kg-1, rendahnya nilai KTK ini dapat berpengaruh pada usaha penyerapan
(absorpsi) pada air. Nilai KTK yang rendah (< 80 me/100 gr), nilai mesh media yang
digunakan lebih kasar, serta kandungan zeolit < 50% dapat menjadi indikasi zeolit
palsu (Al-Jabri 2008).
Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan, karbon aktif yang ada
dipasaran belum memenuhi standar kualitas karbon aktif yang dapat digunakan
pada penelitian ini. Pengaktifan karbon aktif yang dibeli dipasaran ini yaitu secara
fisik dengan pemanasan pada suhu 700oC belum cukup mengaktifkan karbon
sebagai media filtrasi. Hasil yang diperoleh pada karbon aktif yang ada dipasaran
hanya mampu menurunkan 50% dari kesadahan total air sampel sebelumnya atau
10

tidak mencapai target penurunan kesadahan yaitu kurang dari 75 mg/L.


Penggunaan media karbon aktif ini juga mengubah sifat fisik air yaitu berwarna
hitam pekat akibat abu dari sisa pembakaran karbon aktif.
Karbon aktif maupun zeolit dapat menurunkan kesadahan. Zeolit memiliki
sifat sebagai ion exchange, dengan mengalirkan air sampel pada filter zeolit akan
melepaskan natrium dan akan diganti dengan Ca dan Mg (Rastiana 2009). Karbon
aktif mempunyai kemampuan menyerap ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan
kesadahan pada air (Rastiana 2009). Kecepatan reaksi dan kesempurnaan
pelepasan media tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, dan struktur
molekul. Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah, pada umumnya kapasitas
penyerapan karbon aktif maupun zeolit akan meningkat dengan turunnya pH dan
suhu air.
Hasil analisis statistik uji-F menunjukan bahwa perbedaan media filter, lama
kontak media dengan air, serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai kesadahan total air. Untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap
perlakuan dilakukan uji statistik lanjutan yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil uji BNT menunjukan bahwa pada perlakuan karbon aktif dan zeolit dengan
lama kontak 0 menit (A2B1 dan A3B1) berpengaruh nyata terhadap perubahan
kesadahan (Lampiran 6). Adanya penolakan H0 dan H1 diterima, ini berarti adanya
pengaruh media filter dan lama waktu kontak media dengan air yang digunakan
untuk penurunan kesadahan.
Berdasarkan parameter yang diukur, yakni nilai penurunan kesadahan, suhu,
dan pH, media penyaring yang terbaik adalah media kombinasi dengan lama
kontak 30 menit. Hal ini disebabkan pada perlakuan tersebut merupakan nilai
penurunan kesadahan yang tertinggi dan tidak mengubah nilai suhu dan pH air
sampel. Jika dilihat dari nilai efisiensi waktu dan ekonomi, karbon aktif dengan
lama kontak 15 menit tidak berbeda nyata dengan kombinasi pada lama kontak 30
menit, media ini juga telah memenuhi target penurunan kesadahan dengan nilai
sadah kurang dari 75 mg/L yaitu sebesar 59,8 mg/L dan telah mengubah rasa
sadah pada air. Berdasarkan SNI 01-3553-1996 air minum kemasan, nilai
kesadahan karbon aktif masih memenuhi yaitu dibawah 150 mg/L.

Derajat Keasaman (pH) Air Hasil Perlakuan

Nilai pH dapat memengaruhi keberadaan kesadahan. Menurut Sri Sumestri


dan Alaerts (2007), pH yang tinggi dapat menyebabkan ion-ion kesadahan
menjadi mengendap sebagai Mg(OH)2 dan CaCO3, yang biasanya pada pH
berkisar antara 9-10. Nilai pH juga dapat berpengaruh terhadap keberadaan
alkalinitas yang dapat secara langsung memengaruhi kandungan penyusun dalam
kesadahan, terutama kesadahan total (Effendi 2003). Selain itu, pH berpengaruh
pada penyerapan media, umumnya kapasitas penyerapan karbon aktif maupun
zeolit akan meningkat dengan turunnya pH (Mifbakhuddin 2010). Berikut
merupakan nilai pH air sampel yang setelah disaring dapat dilihat pada Gambar 4.
11

Gambar 4. Nilai pH air sampel setelah disaring dengan media dan lama
kontak yang berbeda

Gambar 4 merupakan nilai pH air setelah disaring, pada media karbon aktif
dengan lama kontak 0 menit mengalami peningkatan menjadi 7,5 sedangkan nilai
pH pada media zeolit dengan lama kontak 0 menit menurun menjadi 5,5 dari pH
awal sebesar 6,5. Nilai pH pada media kombinasi cenderung konstan yaitu sebesar
6,5 dari pengukuran 0 menit sampai dengan 30 menit.
Nilai pH air sampel yang berubah ini dapat dipengaruhi oleh bahan
pengaktif media, pada zeolit aktifasi menggunakan asam (HCl) sedangkan karbon
aktif menggunakan basa (KOH) yang belum tercuci bersih pada pembilasan
menggunakan aquades. Larutan HCl yang berikatan dengan media zeolit
membentuk kesetimbangan menjadi H2Z, jika digunakan pada penyaringan air
sadah (MgH2CO3) mengakibatkan terjadinya pertukaran ion yang melepaskan
kation H+, sehingga lingkungan bersifat asam. Pada karbon aktif yang diaktifkan
dengan KOH juga mengalami penukaran ion yang mengakibatkan pelepasan
anion OH-, sehingga lingkungan bersifat basa. Nilai pH pada sampel air yang
disaring pada masing-masing media perlakuan masih dalam kisaran air layak
minum PERMENKES Indonesia yaitu 6,5-8,5. Menurut Waluyo (2009), pH yang
lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5 menyebabkan rasa tidak enak pada air
dan beberapa bahan kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu
kesehatan.
Hasil analisis statistik uji-F menunjukan bahwa perbedaan media filter, lama
kontak media dengan air, serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai pH air. Untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap perlakuan
dilakukan uji statistik lanjutan yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji
BNT menunjukan bahwa pada perlakuan zeolit dengan lama kontak 30 menit dan
karbon aktif dengan lama kontak 0 menit (A1B3 dan A2B1) berpengaruh sangat
nyata terhadap perubahan nilai pH air (Lampiran 5).

Suhu Air

Berikut merupakan suhu air sampel setelah disaring dapat dilihat pada
Gambar 5.
12

Gambar 5. Nilai suhu air sampel setelah disaring dengan media dan lama
kontak yang berbeda
Gambar 5 menunjukan nilai suhu air terbesar setelah disaring pada media
zeolit dengan lama kontak 0 dan 30 menit sebesar 27oC, sedangkan nilai suhu
pada media karbon aktif dan kombinasi tidak mengubah suhu awal yaitu 26oC.
Rata-rata nilai suhu air setelah disaring berkisar antara 26-27oC, tidak terjadi
perbedaan yang besar dari suhu sebelum penyaringan.

Efisiensi (E)

Efisiensi merupakan perbandingan terbalik dari nilai kesadahan total.


Semakin besar nilai kesadahan total yang setelah disaring, maka nilai efisiensi
media tersebut akan rendah, dapat dilihat pada Gambar 6.
Hasil efisiensi media yang berbeda terhadap perubahan nilai kesadahan
total, dari kesadahan total awal yaitu 254 mg/L CaCO3 didapatkan bahwa nilai
efisiensi tertinggi pada media kombinasi dengan lama kontak 30 menit yaitu
83,6%, sedangkan nilai efisiensi terendah pada media saring zeolit dengan lama
kontak 15 dan 30 menit sebesar 0%. Hasil yang didapat sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan Sularso dan Arifin (2010) bahwa hasil yang lebih
baik pada tingkat ketebalan yang lebih besar dan lama kontak media yang lebih
lama. Untuk hasil efisiensi pada masing-masing media dengan lama kontak yang
berbeda dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 6. Efektifitas media dalam menurunkan kesadahan pada lama


kontak yang berbeda
13

Selain faktor media dengan pengaktifan yang berbeda dan lama kontak
media, faktor lain yang memengaruhi efektifitas pelunakan adalah unit pelunakan
air yang digunakan. Unit pelunakan pada penelitian ini cukup sederhana, namun
telah memenuhi syarat suatu unit pelunakan layak operasi, yang terdiri dari inlet
air sadah, kolom filter (zeolit ataupun karbon aktif), pengatur kecepatan air/debit,
dan outlet air setelah disaring (Powell 1954 in Hermana 2001).

Analisis nilai ekonomis unit pelunakan air

Usaha menganalisis nilai ekonomis suatu unit pelunakan air merupakan hal
penting dalam meningkatkan efektifitas suatu pelunakan air. Beberapa hal yang
dapat memengaruhi kualitas dan efisiensi proses pelunakan air adalah pemilihan
jenis dan volume filter yang digunakan, dimensi kolom pelunakan air dan jumlah
unit pelunakan yang dioperasikan (Hermana 2001). Walaupun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukan media kombinasi dengan lama kontak 30
menit merupakan hasil penurunan terbaik sebesar 83,6%, tetapi media karbon
aktif sudah cukup memenuhi target penurunan kesadahan kurang dari 75 mg/L,
yakni 60 mg/L atau setara dengan 76,1% dari kesadahan awal. Selain itu, pada
lama kontak antara 15 dan 30 menit tidak berbeda nyata, sehingga lama kontak
kontak 15 menit sudah cukup untuk menurunkan kesadahan air.
Analisis ekonomis terhadap unit pelunakan air yang dioperasikan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
1. Perlakuan yang digunakan adalah perlakuan karbon aktif dengan lama
kontak 15-30 menit.
2. Jumlah unit pelunakan air yang dioperasikan dalam penelitian ini sebanyak
satu unit. Adapun kapasitas operasional sebagai berikut:
a. Volume air sadah yang dapat dilunakan dalam satu kali proses
sebanyak 5 liter.
b. Lamanya waktu dalam satu kali proses pelunakan air antara 15 sampai
30 menit.
c. Karbon aktif dapat digunakan untuk pelunakan kesadahan selama 60
jam (Purwakusuma 2007) atau setara dengan 120-240 kali proses
pelunakan, sampai kesadahan meningkat yang ditandai dengan adanya
perubahan rasa.
Jika diasumsikan bahwa satu keluarga kecil memerlukan air minum yang
tidak sadah sebanyak 10 liter per hari (1 keluarga berisi 5 anggota), maka
dibutuhkan 2 kali proses pelunakan, ini berarti lama waktu untuk pelunakan air
kira-kira 30 menit - 1 jam/hari atau 60-90 hari sebelum masa regenerasi. Secara
total, alat pelunakan ini dapat menghasilkan sedikitnya 600 liter air. Jika
dibandingkan dengan membeli air isi ulang merek aqua seharga Rp 14.000,00/19
liter (1 galon) sepertinya alat ini tidak ekonomis dalam 1 kali pemakaian, tetapi
jika digunakan dalam kurun waktu 6 bulan terlihat jelas harga operasional alat
jauh lebih murah, yaitu Rp 553.000,00 (dengan penambahan 3 kg karbon aktif
seharga Rp 45.000,00 sebagai cadangan, sementara yang lain diaktivasi)
dibandingkan dengan harga akumulasi pembelian aqua yaitu sebesar Rp
1.260.000/6 bulan (asumsi: suatu keluarga membutuhkan air minum 1 galon untuk
memenuhi kebutuhan 2 hari). Larutan KOH teknis dapat digunakan untuk 3-4 kali
pengaktifan karbon aktif. Selain itu penggunaan bahan-bahan pengaktif karbon
14

yang lebih ekonomis seperti larutan NaCl dapat digunakan untuk meningkatkan
efisiensi harga satu unit pelunakan.
Umumnya selama proses berlangsung, kemampuan reaksi media semakin
lama akan berkurang dan akhirnya akan jenuh. Lama regenerasi media
dipengaruhi oleh kualitas air baku dan jumlah air yang disaring (Said 2007).
Biaya untuk satu unit alat pelunakan pada penelitian ini dengan media karbon
aktif adalah Rp 508.000,00, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
Untuk mengoptimalkan proses dan unit pelunakan air yang dilakukan secara
ekonomis dan aplikatif, dapat dilakukan langkah-langkah antisipatif sebagai
berikut:
1. Menambah jumlah karbon aktif menjadi 6 kg (untuk 2 kali pelunakan air
sadah), sehingga pada saat karbon aktif pelunakan pertama diregenerasikan,
proses pelunakan tidak terputus.
2. Perlu diperhatikan bahwa sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif
dapat direaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang media
disarankan untuk sekali pakai (Said 2007).

Pengolahan yang telah dilakukan di Desa Ciampea

Pengolahan yang telah ada di Desa Ciampea untuk mengatasi kesadahan air
adalah pembuatan bak-bak penampungan air yang dialirkan melalui pipa. Bak-bak
tersebut berada pada 3 lokasi yang berbeda di sekitar rumah warga dengan ukuran
130 cm x 40 cm x 50 cm. Air yang ditampung umumnya digunakan untuk
keperluan MCK, karena masyarakat menganggap air yang telah ditampung
tersebut belum cukup dianggap layak untuk dikonsumsi sebagai air layak minum.
Kondisi bak yang digunakan untuk menampung air tersebut dalam keadaan tidak
bersih.
Bak-bak penampung tersebut seharusnya diperhatikan kebersihannya, untuk
menghindari bakteri ataupun kuman penyakit, selain itu perlu adanya pembuatan
bak filter air sebelum masuk ke dalam bak penampungan air (biofiltrasi). Bak
tersebut sebaiknya dilengkapi dengan tanaman air seperti kapu-kapu (Pistia
stratiotes) dan enceng gondok (Eichhornia crassipes) yang dapat menyerap
berbagai zat terlarut dan tersuspensi (Rahmaningsih 2006). Luas penutupan yang
disarankan yaitu 25% dari luas bak penampungan untuk mengurangi nilai
kesadahan sebelum dialirkan menuju bak penampungan. Hal yang perlu
diperhatikan jika menggunakan tumbuhan air dalam proses filtrasi ini adalah
pemanenan dari biomassa tumbuhan air secara periodik agar tidak menutupi
seluruh permukaan air.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesadahan air sampel dari gunung kapur Ciampea yang digunakan dalam
penelitian ini masih di bawah baku mutu, walaupun tergolong air sangat sadah.
Adanya perlakuan penggunaan media dan lama kontak media dengan air yang
15

tepat dapat menurunkan kesadahan air. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa


media kombinasi dengan lama kontak 30 menit memberikan hasil terbaik yaitu
menurunkan kesadahan sampai 83,6% atau mencapai kesadahan 41,1 mg/L.
Walaupun demikian, media karbon aktif saja dengan lama kontak 15 menit sudah
dapat menurunkan kesadahan air dari sekitar 300 mg/L menjadi air lunak yang
berkesadahan kurang dari 75 mg/L.

Saran

Unit pelunakan air sadah ini tergolong sederhana, mudah dan cukup
ekonomis dalam pengoperasiannya, tetapi memerlukan kajian yang lebih dalam,
terhadap faktor-faktor pembatas, seperti nilai kesadahan air tertinggi yang dapat
dilunakkan, serta kandungan Fe dalam air hasil penyaringan. Selain itu, masa
regenerasi dari kedua media (karbon aktif dan zeolit) dalam mengabsoprsi
kesadahan perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan proses pelunakan air sadah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabri M. 2008. Kajian Metode Penetapan Kapasitas Tukar Kation Zeolit


sebagai Pembenah Tanah untuk Lahan Pertanian Terdegradasi. Bogor (ID):
Badan Litbang Pertanian. Jurnal Standarisasi. 10(2): 56-69
Arifin MZ, Astuti Rahayu, Nurullita Ulfa. 2010. Pengaruh Lama Kontak Karbon
Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Presentase Penurunan Kesadahan
CaCO3 Air Sumur [Internet]. Semarang (ID): Universitas Muhammadiyah
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/139
Boyd CE dan Lichtkoopler F. 1982. Water Quality Management for Pond Fish
Culture [Internet]. New York (ID): Elsevier Scientific Publishing Cc.
[diunduh 2013 April 02]. Tersedia pada http://www.ag.auburn.edu/
fish/documents/International_Pubs/R&D%20Series/22%20-%20Water%20
Quality%20Mngt%20in%20Pond%20Fish%20Culture.pdf
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Hermana. 2001. Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Lestari DY. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakteristik Zeolit Alam dari Berbagai
Negara [Internet]. [diunduh 2012 November 14]. Tersedia pada
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dewi%20Yuanita%20Lest
ari,%20S.Si.,%20M.Sc./kajian%20modifikasi%20zeolit.pdf
Marsidi R. 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi
Lingkungan [Internet]. Bandung (ID): BPPT. hlm 1-10; [diunduh 2012 Mei
08]. Tersedia pada: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=ruliasih
+marsidi+&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CC4QFjAA&url=http%3A
%2F%2Fejurnal.bppt.go.id%2Findex.php%2FJTL%2Farticle%2Fdownload
%2F198%2F156&ei=pyRiUYHdB8S5rgfO3oGwCA&usg=AFQjCNEtTz_
CzEan0b8qMPikdCaik127eQ&bvm=bv.44770516,d.bmk
16

[Menkes] Menteri Kesehatan Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan


Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Jakarta.
Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif sebagai Media Filter
terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis [Internet]. Semarang
(ID): Universitas Muhammadiyah Semarang. [diunduh 2012 April 24].
Tersedia pada http://www.scribd.com/doc/101808830/15-49-1-PB
Mubarak WI, Chayatin Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta (ID): Salemba Medika
Novotny V, Olem H. 1994. Water Quality: Prevention, Identification, and
Management of Diffuse Pollution. New York (US): Van Nostrand-Reinhold
Pub. p. 1054
Rahmaningsih HD. 2006. Kajian Penggunaan Enceng Gondok (Eichhornia
crassipes) pada Penggunaan Senyawa Nitrogen Effluent Pengolahan Limbah
Cari PT. Capsugel Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): IPB
Rastiana, Astuti, dan Kurniawan. 2009. Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit
dengan Arang Aktif dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur Di
Karang tengah Weru Kabupaten Sukoharjo [Internet]. Semarang (ID):
Universitas Muhammadiyah Semarang. [diunduh 2012 Desember 27].
Said NI. 2007. Pengolahan Air Minum dengan Karbon Aktif Bubuk [Internet].
Jakarta (ID): Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT. [diunduh 2012 November
14]. Tersedia pada http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/
145/80
Siahaan R. 2000. Pengolahan Air Sadah dengan Proses Pengendapan dan
Kristalisasi. Bandung. Jurnal Penelitian Permukiman. 16 (3): 63-71.
[SNI] Standardisasi Nasional Indonesia. 1996. Air Minum dalam Kemasan. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Steel RGD dan Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Sularso, AD. 1998. Penurunan Kadar Fe dan Mn Air Sumur Dengan Kombinasi
Proses Aerasi dan Proses Saringan Pasir Cepat Perumnas II Tangerang Jawa
Barat [Skripsi]. Yogyakarta (ID): STTI YLH
Purwakusuma Wahyu. 2007. Filter Kimia [Internet]. [diunduh 2013 April 04].
Tersedia pada http://www.O-Fish/filterkimia.html.
Wiradinata dan Astiana. 1989. Peranan zeolit dalam peningkatan produksi
pertanian [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): IPB. Hlm. 14-29
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang (ID): UMM Press. Hlm. 129-
155.
17

Lampiran 1. Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan karbon aktif,


zeolit dan kombinasi sebagai media penurun kesadahan

Presentasi
Nama Peneliti
No Perlakuan Penurunan Terbesar
(tahun)
Kesadahan (%)
Zeolit tanpa aktifasi, aktifasi pemanasan dan
Hermana
1 aktifasi pengasaman dengan ukuran kristal 65,01
(2001)
besar, sedang dan kecil
2 Mifbakhuddin Karbon aktif dengan ketebalan 60, 70 dan 80
86
(2010) cm
3 Rastiana dkk Media kombinasi antara karbon aktif dengan
92,3
(2009) zeolit (1:1) pada ketebalan 60, 70 dan 80 cm
4 Karbon aktif dengan ketebalan 80 cm pada
Arifin (2010) 91
lama kontak 10, 20, 30 dan 40 menit
Ruliasih
5 Zeolit dengan ketebalan 20, 40, 60 dan 80 cm
Marsidi 99,56
pada lama kontak 0, 24, 48, 72, 96 jam
(2001)
Penelitian Karbon aktif dari pasaran dengan ketebalan
6 pendahuluan 80, 90 dan 100 cm pada lama kontak 0, 15, 30 50
(2012) menit

Lampiran 2. Nilai suhu, pH, kesadahan total air sampel sebelum disaring dengan
tiga kali ulangan

Ulangan Suhu pH Kesadahan (ml) Kesadahan (mg/L)


1 26 6,5 2,1 235,44
2 26 6,5 2,2 246,65
3 26 6,5 2,5 280,28
Rata-rata 26 6,5 2,27 254,12

Lampiran 3. Klasifikasi perairan menurut tingkat kesadahan

mg/L CaCO3 Tingkat Kesadahan


0-75 Lunak (soft)
75-150 Menengah (moderately hard)
150-300 Sadah (hard)
>300 Sangat sadah (very hard)
Sumber: Sawyer dan Mc Carty (1967) in Boyd (1982)
18

Lampiran 4. Nilai suhu, pH, kesadahan total air sampel setelah disaring dengan masing-masing media pada lama waktu kontak yang
berbeda

Ketebalan (cm) Lama kontak (menit) Ulangan Suhu (0C) Suhu rata-rata (0C) pH pH rata-rata kesadahan (ml) Kesadahan (mg/L) Rata-rata kesadahan Kategori air*) Efisiensi (%) Rata-rata efisiensi
Zeolit 0 1 27 27 6,5 6,5 2,3 257,86 246,65 sadah (hard) 0,00 5,3
2 26 6,5 2,2 246,65 sadah (hard) 0,00
3 27 6,5 2,1 235,44 sadah (hard) 16,00
15 1 26 26 6,5 6,5 5,3 594,19 586,72 sangat sadah 0,00 0,0
2 26 6,5 5,1 571,77 sangat sadah 0,00
3 26 6,5 5,3 594,19 sangat sadah 0,00
30 1 27 27 5,5 5,5 4,2 470,87 478,34 sangat sadah 0,00 0,0
2 27 5,5 4,4 493,29 sangat sadah 0,00
3 27 5,5 4,2 470,87 sangat sadah 0,00
Karbon Aktif 0 1 26 26 7,5 7,5 1 112,11 104,64 menengah 52,38 58,5
2 26 7,5 0,9 100,90 menengah 59,09
3 26 7,5 0,9 100,90 menengah 64,00
15 1 26 26 7 7 0,6 67,27 59,79 lunak 71,43 76,1
2 26 7 0,6 67,27 lunak 72,73
3 26 7 0,4 44,84 lunak 84,00
30 1 26 26 7 7 0,4 44,84 44,84 lunak 80,95 82,1
2 26 7 0,5 56,06 lunak 77,27
3 26 7 0,3 33,63 lunak 88,00
Kombinasi (1:1) 0 1 26 26 6,5 6,5 1,5 168,17 156,96 sadah (hard) 28,57 37,6
2 26 6,5 1,4 156,96 sadah (hard) 36,36
3 26 6,5 1,3 145,75 menengah 48,00
15 1 26 26 6,5 6,5 0,9 100,90 74,74 menengah 57,14 70,0
2 26 6,5 0,6 67,27 lunak 72,73
3 26 6,5 0,5 56,06 lunak 80,00
30 1 26 26 6,5 6,5 0,4 44,84 41,11 lunak 80,95 83,6
2 26 6,5 0,4 44,84 lunak 81,82
3 26 6,5 0,3 33,63 lunak 88,00
19

Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan Uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data
nilai pH air perlakuan

Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai pH total air hasil olahan

SK db JK KT Fhit F tab (99%)


P 8 5,68 - - -
A 2 2,8 1,40 151** 6,01
B 2 1,79 0,90 97** 6,01
AB 4 1,09 0,27 29,5** 4,58
S 14 0,17 0,01
T 26 5,85
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) pH air hasil olahan
Hipotesis: H0: │Ym-Yn│ < BNT Æ perlakuan tidak berpengaruh
H1: │Ym-Yn│ > BNT Æ perlakuan berpengaruh nyata

BNT = t(α/2,dbS) x √(2xKTS)/r


= t(0,005,18) x √(2x0,01)/3
= 0,26

Selisih nilai tengah pH air │Ym-Yn│

Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Y1 - 0,5* 1* 1* 1* 1,83* 1* 1* 1*
Y2 - 0,5* 0,5* 0,5* 1,33* 0,5* 0,5* 0,5*
Y3 - 0,00 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y4 - 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y5 - 0,83* 0,0 0,0 0,0
Y6 - 0,8* 0,8* 0,8*
Y7 - 0 0
Y8 - 0
Y9 -
Keterangan: *berbeda nyata
20

Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan Uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data
nilai kesadahan total air perlakuan

Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai kesadahan total air hasil olahan

SK db JK KT Fhit F tab (99%)


P 8 29139,36 - - -
A 1 2018,04 2018,04 11,56** 6,93
B 2 24677,33 12338,67 70,68** 9,65
AB 2 2443,99 1222,00 7** 6,93
S 12 2094,85 174,57
T 17 31234,21
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kesadahan total air hasil olahan
Hipotesis: H0: │Ym-Yn│ < BNT Æ perlakuan tidak berpengaruh
H1: │Ym-Yn│ > BNT Æ perlakuan berpengaruh nyata

BNT = t(α/2,dbS) x √(2xKTS)/r


= t(0,005,12) x √(2x174,57)/3
= 32,42

Selisih nilai tengah kesadahan │Ym-Yn│

Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Y1 - 0,5* 1* 1* 1* 1,83* 1* 1* 1*
Y2 - 0,5* 0,5* 0,5* 1,33* 0,5* 0,5* 0,5*
Y3 - 0,00 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y4 - 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y5 - 0,83* 0,0 0,0 0,0
Y6 - 0,8* 0,8* 0,8*
Y7 - 0 0
Y8 - 0
Y9 -
Keterangan: *berbeda nyata
21

Lampiran 7. Desain alat dan media yang digunakan untuk menurunkan kesadahan
total

Desain alat yang digunakan untuk menurunkan kesadahan total

(a) (b)
Media yang digunakan untuk menurunkan kesadahan total (a) zeolit ukuran
kerikil (b) karbon aktif ukuran granular
22

Lampiran 8. Mata air, saluran air, dan penampungan di MCK Desa Gunung
Kapur Ciampea

Gambar mata air gunung kapur Ciampea

(a) (b)
(a) Saluran dari mata air ke tempat penampungan MCK
(b) tempat penampungan MCK
23

Lampiran 9. Biaya Pembuatan Unit Pelunakan Air

No. Komponen Ukuran Jumlah Harga per item Total Harga


1 Pipa PVC θ 3 inchi, t 125 cm 1 batang 42000 42000
2 Pipa PVC θ 3/4 inchi, t 125 cm 1 batang 16000 16000
3 Karbon aktif tempurung kelapa granular (0,2-5 mm) 3 kg 15000 45000
4 Bahan pengaktif KOH* konsentrasi 5% 300000 300000
5 Lem PVC 60 ml 1 buah 4500 4500
6 Keran Air 3/4 inchi 1 buah 3000 3000
7 Stop Keran Air 3/4 inchi 3 buah 4500 13500
8 Noksel 3 inchi 1 buah 45000 45000
9 DOP Bawah 3 inchi 1 buah 30000 30000
10 Letter T 3/4 inchi 2 buah 3000 6000
11 Elbow 3/4 inchi 1 buah 3000 3000
Total Harga 508000

Keterangan: *) Bahan KOH merupakan bahan teknisi, sehingga dapat diganti


dengan bahan pengaktif lainnya yang relatif lebih murah seperti
larutan NaCl ataupun dengan perendaman pada air panas untuk
membuka pori-pori dari karbon aktif. Volume KOH yang
digunakan adalah 6 liter, namun dengan pengenceran dapat
dihasilkan lebih 2x masa pakai untuk pengaktifan KOH.
24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jayapura, pada tanggal 04 Maret 1991 dari pasangan


Bapak Mantak Manalu, SH dan Ibu Ganda Sariyanti Nababan. Penulis merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SD YPPK
Gembala Baik, Abepura-Jayapura (2001), SMP YPPK Santo Paulus, Abepura-
Jayapura (2005), SMAN 1 Jayapura (2008). Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata
Kuliah Limnologi, Ekologi Perairan Pesisir dan Agama Kristen Protestan,
mengikuti kegiatan biodiversity daerah sekitar kampus bagian identifikasi
plankton, serta aktif sebagai pengajar agama di SMA Kornita (kelas XII) dan
SMK PGRI 3 Bogor (kelas XI). Penulis pernah memperoleh juara 3 karya tulis
yang diadakan PWPC di Cirata, Bandung (2011).
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media dan Lama
Kontak Karbon Aktif terhadap Kesadahan Air dari Gunung Kapur
Ciampea”.

Anda mungkin juga menyukai