∗
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
ANGGRESIA ADYLASTRI MANALU. C24080023. Pengaruh Media Filter dan
Lama Kontak terhadap Nilai Kesadahan Air Gunung Kapur Ciampea. Dibimbing
oleh SIGID HARYADI.
ABSTRACT
ANGGRESIA ADYLASTRI MANALU. C24080023. The influence of Filter
Media and Old Contacts against Water Hardness Value Ciampea Limestone
Mountain. Supervised by SIGID HARYADI.
Local people in Ciampea limestone mountain meet the daily needs of water
from the available springs or well water. The objective of this is to determine a
simple processing for lowering the water hardness to be worthy of drinking.
Water samples from springs and wells of the citizens were taken to identified for
the total hardness, pH, and temperature of then processed by different set of media
and lenght contact in order treatment to meet the quality standard of drinking
water. The treatment of media and lenght contact media with water can reduce the
hardness of water. Based on research that the combination media (1:1 carbon
zeolites and active) with lenght contact 30 minutes is the best results in reducing
hardness of 83,6% or 41,1 mg/l of hardness before the treatment.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini dapat berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Desember 2012
adalah kesadahan, dengan judul Pengaruh Media Filter dan Lama Kontak
terhadap Kesadahan Air Gunung Kapur Ciampea.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc
selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc selaku dosen penguji, Dr. Ir.
Yunizar Ernawati, MS selaku perwakilan komisi pendidikan dan Ir. Agustinus M
Samosir, M.Phil selaku ketua komisi pendidikan atas saran serta arahannya. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Wahyu
Purwakusuma, M.Sc. dari dosen Departemen Ilmu Tanah, Bapak Mahpudin dari
Kehutanan yang telah membantu selama pembuatan alat dan media yang
digunakan pada penelitian ini. Pak Hery, pak RT dan kepala desa Ciampea yang
telah memberi izin dan membantu di lapangan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Papa (Mantak Manalu, SH), Mama (Ganda Sariyanti
Nababan), Adik (Anggrevita dan Nathanael), teman-teman MSP angkatan 45
(terkhusus Nidya, Rina A. R, Hardi, Yuli, Lela, Dony, Putu, Dea, Lodi, Nitra,
Christian, Robbin dan Ria), Exas Daniel Lumban Gaol, Maju Pangaribuan,
KPS’45, Gunawan, Herlina, serta tim pengajar SMK PGRI 3 dan SMA Kornita
(Bolas, GPC, dan Ruth) atas doa, dukungan, kasih sayang dan motivasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 2
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
Hipotesis 3
METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Lokasi Penelitian 3
Alat dan Bahan 3
Metode Kerja 3
Analisis Data 5
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2012
yang meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis laboratorium dan analisis data.
Lokasi pengambilan air sampel yaitu mata air gunung kapur Ciampea dan
sumur warga, sedangkan penyiapan alat, pelaksanaan penelitian, serta analisis air
berupa kesadahan total, suhu, dan pH dilakukan di laboratorium Limnologi MSP
FPIK IPB.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa PVC 1 buah (tinggi
125 cm, diameter 3 inchi), stop kran (3/4 inchi) 3 buah, lem PVC, Dop bawah dan
noksel 1 buah, keran air (3/4 inchi) 1 buah, ember, kertas saring biasa, botol
sampel, serta alat-alat analisis kesadahan.
Untuk bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon
ukuran granular dengan (θ = 0,2-5 mm) dan zeolit (θ = 0,3-0,5 cm) masing-
masing sebanyak 3 kg, HCl (0,2 N), KOH (5%), air sadah dari gunung kapur
Ciampea, aquades, serta bahan-bahan analisis kesadahan total.
Metode Kerja
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hermana (2001), zeolit sebagai media
filter dengan ukuran kristal sedang dan aktifasi pengasaman pada ketebalan 75 cm
menurunkan sebesar 60,09%. Mifbakhuddin (2010), menggunakan karbon aktif
sebagai media filter, memperoleh presentase tertinggi penurunan kesadahan air
pada ketebalan 80 cm (86%). Untuk kombinasi pada ketebalan 80 cm dengan
perbandingan 1:1, dalam penelitian Rastiana et al. (2009), penurunan kesadahan
sebesar 92,3%. Menurut Sularso (1998), bahwa semakin tebal media yang digunakan
akan semakin baik hasil yang didapat.
Untuk penelitian lama kontak media, pada penelitian Arifin et al. (2010)
yang menggunakan media karbon aktif (ketebalan 80 cm). Hasil penurunan
kesadahan CaCO3 tertinggi pada lama kontak 40 menit (91%). Semakin lama
4
kontak media dengan air, akan mendapatkan hasil yang maksimal. Penelitian di
atas dijadikan sebagai acuan dalam pendugaan sementara.
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan media karbon, zeolit
yang diaktifkan terlebih dahulu, menunjukan bahwa ketebalan yang mampu
menurunkan kesadahan dengan baik adalah ketebalan 80 cm. Pada penelitian ini
dilakukan perbandingan media dengan ketebalan yang sama yaitu 80 cm dan
dikombinasikan dengan lama kontak media (Tabel 1).
Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari dua bagian, yaitu menganalisis kondisi air
sampel dan persiapan alat dan bahan. Analisis terhadap air sampel meliputi
parameter kesadahan total, suhu, dan pH. Nilai tersebut akan dirata-ratakan,
sehingga didapatkan nilai yang mewakili kondisi setiap parameter yang dianalisis.
Dari hasil analisis didapatkan nilai kesadahan total, suhu, dan pH air sampel
sebagai nilai awal yang akan dibandingkan dengan air hasil perlakuan. Pada tahap
ini dilakukan juga perbandingan hasil antara air sampel dari mata air dengan
sumur warga untuk semua parameter.
Media yang telah diaktifkan siap untuk digunakan sebagai filter air sadah
tersebut. Kemudian dikelompokan berdasarkan media filter dan lama kontak
media dengan air, berikut kombinasi perlakuan yang diberikan, seperti tercantum
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan media filter dan lama kontak
Tahap Pelaksanaan
media
p = 125 cm
Keterangan:
A = tabung filter
B = wadah penampung effluent
1 = keran saluran masuk dan pengatur debit
2 = keran penguras
3 = saluran pengeluaran
Air sampel sebanyak 1 liter dialirkan ke kolom pelunakan air yang telah
diisi dengan media filter. Air sadah masuk melalui saluran masuk air yang
mengalami penyerapan pada kolom penyaringan, selanjutnya air keluar melalui
saluran pengeluaran. Air tersebut kemudian disaring kembali menggunakan kertas
saring. Setelah disaring air dimasukkan ke dalam botol sampel untuk dianalisis
nilai kesadahan total, suhu, dan pH. Pada saat pengisian air ke dalam kolom filter,
keran penguras dibuka untuk mendapatkan tekanan udara ke dalam sistem
pelunakan sehingga air dapat mengalir keluar melalui saluran pengeluaran.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, analisis dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali, selanjutnya hasil analisis yang didapatkan dari air hasil perlakuan
dibandingkan dengan sebelum perlakuan. Kemudian diolah terjadi kenaikan,
penurunan, tetap atau hal-hal lain yang terjadi dalam penelitian terhadap nilai
kesadahan total, suhu, dan pH air sampel, untuk analisis kesadahan dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Efisiensi (E)
keterangan:
E = efisiensi kombinasi pelunakan (%)
No = nilai kesadahan total air sampel sebelum perlakuan
Nt = nilai kesadahan total air sampel setelah perlakuan
Rancangan Percobaan
keterangan:
t ( ) = nilai dari Tabel t ( α = 1%)
n = derajat bebas sisa (dbs)
KTS = Kuadrat Tengah Sisa
r = banyaknya ulangan
7
Analisis Deskriptif
Sumber penyediaan air bersih menurut data yang diperoleh dari profil RW II
tahun 2012 terdiri dari air sumur galian, dan mata air kapur. Jumlah sarana
penyediaan air bersih tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Profil sarana penyediaan air bersih RT II/ RW I Desa Ciampea tahun
2012
Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah sarana air bersih yang ada di RT II/RW I
Desa Ciampea tahun 2012 yaitu mayoritas masyarakat (sebanyak 60 kk)
menggunakan mata air gunung kapur Ciampea (100%) untuk keperluan MCK
(mandi, cuci pakaian, dan lain-lain; kecuali minum), sedangkan sarana penyedia
air bersih berupa sumur galian hanya 65% digunakan untuk keperluan air minum
sisanya membeli dari daerah sekitar desa. Untuk sarana penyediaan air bersih
berupa PDAM tidak masuk di daerah RT II/ RW I Desa Ciampea.
Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 6 air sampel pretest yang
diambil dari air sumur galian, tempat-tempat MCK maupun mata air gunung
kapur dapat dilihat hasilnya pada Tabel 3 berikut.
Hasil tabel sampel air pretest di atas menunjukan kesadahan total pada mata
air lebih tinggi dibandingkan kesadahan total air sampel lainnya yaitu sebesar
8
364,36 mg/L, air ini masuk dalam kategori sangat sadah. Untuk sumur warga 2
memiliki nilai kesadahan total yang lebih tinggi dibanding sumur warga lainnya
yaitu sebesar 168,17 mg/L yang masuk dalam kategori sadah. Tingginya nilai
kesadahan sumur warga 2 ini diduga karena keberadaan sumur dekat dengan
gunung kapur, sehingga masih dapat dipengaruhi sifat-sifat sadah. Nilai pada
MCK 1 lebih tinggi dibandingkan MCK 2 disebabkan letak MCK 2 yang lebih
jauh dari gunung kapur sehingga memiliki waktu pengendapan kesadahan cukup
lama dibanding MCK 1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) bahwa
perairan dengan nilai kesadahan tinggi umumnya perairan yang berada di daerah
yang mempunyai lapisan gamping atau wilayah batuan berkapur.
Berdasarkan PERMENKES Indonesia no.492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa 6 sampel ini masih memenuhi baku mutu yaitu dibawah 500 mg/L.
Meskipun demikian, air ini dianggap tidak layak digunakan oleh warga karena air
tersebut termasuk kategori air sangat sadah yang jika digunakan dalam jangka
panjang akan menganggu kesehatan masyarakat setempat.
Untuk suhu pada masing-masing air sampel tidak berbeda berkisar diantara
o
26-27 C, nilai ini masih berada dalam kisaran baku mutu PERMENKES
Indonesia no.492/MENKES/PER/IV/2012. Untuk pH dari masing-masing air
sampel, nilai tertinggi pada mata air gunung kapur Ciampea sebesar 8. Nilai pH
dapat memengaruhi keberadaan toksisitas logam, jika pH rendah akan terjadi
peningkatan pada toksisitas logam (Novotny dan Olem 1994), selain itu pH secara
tidak langsung dapat memengaruhi keberadaan kesadahan karena nilai pH
memengaruhi nilai alkalinitas total (Effendi 2003). Nilai pH pada masing-masing
air sampel masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu sebesar
6,5-8,5.
Gambar 3. Nilai kesadahan total air sampel setelah disaring dengan media
dan lama kontak yang berbeda
9
Gambar 4. Nilai pH air sampel setelah disaring dengan media dan lama
kontak yang berbeda
Gambar 4 merupakan nilai pH air setelah disaring, pada media karbon aktif
dengan lama kontak 0 menit mengalami peningkatan menjadi 7,5 sedangkan nilai
pH pada media zeolit dengan lama kontak 0 menit menurun menjadi 5,5 dari pH
awal sebesar 6,5. Nilai pH pada media kombinasi cenderung konstan yaitu sebesar
6,5 dari pengukuran 0 menit sampai dengan 30 menit.
Nilai pH air sampel yang berubah ini dapat dipengaruhi oleh bahan
pengaktif media, pada zeolit aktifasi menggunakan asam (HCl) sedangkan karbon
aktif menggunakan basa (KOH) yang belum tercuci bersih pada pembilasan
menggunakan aquades. Larutan HCl yang berikatan dengan media zeolit
membentuk kesetimbangan menjadi H2Z, jika digunakan pada penyaringan air
sadah (MgH2CO3) mengakibatkan terjadinya pertukaran ion yang melepaskan
kation H+, sehingga lingkungan bersifat asam. Pada karbon aktif yang diaktifkan
dengan KOH juga mengalami penukaran ion yang mengakibatkan pelepasan
anion OH-, sehingga lingkungan bersifat basa. Nilai pH pada sampel air yang
disaring pada masing-masing media perlakuan masih dalam kisaran air layak
minum PERMENKES Indonesia yaitu 6,5-8,5. Menurut Waluyo (2009), pH yang
lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5 menyebabkan rasa tidak enak pada air
dan beberapa bahan kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu
kesehatan.
Hasil analisis statistik uji-F menunjukan bahwa perbedaan media filter, lama
kontak media dengan air, serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai pH air. Untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap perlakuan
dilakukan uji statistik lanjutan yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji
BNT menunjukan bahwa pada perlakuan zeolit dengan lama kontak 30 menit dan
karbon aktif dengan lama kontak 0 menit (A1B3 dan A2B1) berpengaruh sangat
nyata terhadap perubahan nilai pH air (Lampiran 5).
Suhu Air
Berikut merupakan suhu air sampel setelah disaring dapat dilihat pada
Gambar 5.
12
Gambar 5. Nilai suhu air sampel setelah disaring dengan media dan lama
kontak yang berbeda
Gambar 5 menunjukan nilai suhu air terbesar setelah disaring pada media
zeolit dengan lama kontak 0 dan 30 menit sebesar 27oC, sedangkan nilai suhu
pada media karbon aktif dan kombinasi tidak mengubah suhu awal yaitu 26oC.
Rata-rata nilai suhu air setelah disaring berkisar antara 26-27oC, tidak terjadi
perbedaan yang besar dari suhu sebelum penyaringan.
Efisiensi (E)
Selain faktor media dengan pengaktifan yang berbeda dan lama kontak
media, faktor lain yang memengaruhi efektifitas pelunakan adalah unit pelunakan
air yang digunakan. Unit pelunakan pada penelitian ini cukup sederhana, namun
telah memenuhi syarat suatu unit pelunakan layak operasi, yang terdiri dari inlet
air sadah, kolom filter (zeolit ataupun karbon aktif), pengatur kecepatan air/debit,
dan outlet air setelah disaring (Powell 1954 in Hermana 2001).
Usaha menganalisis nilai ekonomis suatu unit pelunakan air merupakan hal
penting dalam meningkatkan efektifitas suatu pelunakan air. Beberapa hal yang
dapat memengaruhi kualitas dan efisiensi proses pelunakan air adalah pemilihan
jenis dan volume filter yang digunakan, dimensi kolom pelunakan air dan jumlah
unit pelunakan yang dioperasikan (Hermana 2001). Walaupun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukan media kombinasi dengan lama kontak 30
menit merupakan hasil penurunan terbaik sebesar 83,6%, tetapi media karbon
aktif sudah cukup memenuhi target penurunan kesadahan kurang dari 75 mg/L,
yakni 60 mg/L atau setara dengan 76,1% dari kesadahan awal. Selain itu, pada
lama kontak antara 15 dan 30 menit tidak berbeda nyata, sehingga lama kontak
kontak 15 menit sudah cukup untuk menurunkan kesadahan air.
Analisis ekonomis terhadap unit pelunakan air yang dioperasikan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
1. Perlakuan yang digunakan adalah perlakuan karbon aktif dengan lama
kontak 15-30 menit.
2. Jumlah unit pelunakan air yang dioperasikan dalam penelitian ini sebanyak
satu unit. Adapun kapasitas operasional sebagai berikut:
a. Volume air sadah yang dapat dilunakan dalam satu kali proses
sebanyak 5 liter.
b. Lamanya waktu dalam satu kali proses pelunakan air antara 15 sampai
30 menit.
c. Karbon aktif dapat digunakan untuk pelunakan kesadahan selama 60
jam (Purwakusuma 2007) atau setara dengan 120-240 kali proses
pelunakan, sampai kesadahan meningkat yang ditandai dengan adanya
perubahan rasa.
Jika diasumsikan bahwa satu keluarga kecil memerlukan air minum yang
tidak sadah sebanyak 10 liter per hari (1 keluarga berisi 5 anggota), maka
dibutuhkan 2 kali proses pelunakan, ini berarti lama waktu untuk pelunakan air
kira-kira 30 menit - 1 jam/hari atau 60-90 hari sebelum masa regenerasi. Secara
total, alat pelunakan ini dapat menghasilkan sedikitnya 600 liter air. Jika
dibandingkan dengan membeli air isi ulang merek aqua seharga Rp 14.000,00/19
liter (1 galon) sepertinya alat ini tidak ekonomis dalam 1 kali pemakaian, tetapi
jika digunakan dalam kurun waktu 6 bulan terlihat jelas harga operasional alat
jauh lebih murah, yaitu Rp 553.000,00 (dengan penambahan 3 kg karbon aktif
seharga Rp 45.000,00 sebagai cadangan, sementara yang lain diaktivasi)
dibandingkan dengan harga akumulasi pembelian aqua yaitu sebesar Rp
1.260.000/6 bulan (asumsi: suatu keluarga membutuhkan air minum 1 galon untuk
memenuhi kebutuhan 2 hari). Larutan KOH teknis dapat digunakan untuk 3-4 kali
pengaktifan karbon aktif. Selain itu penggunaan bahan-bahan pengaktif karbon
14
yang lebih ekonomis seperti larutan NaCl dapat digunakan untuk meningkatkan
efisiensi harga satu unit pelunakan.
Umumnya selama proses berlangsung, kemampuan reaksi media semakin
lama akan berkurang dan akhirnya akan jenuh. Lama regenerasi media
dipengaruhi oleh kualitas air baku dan jumlah air yang disaring (Said 2007).
Biaya untuk satu unit alat pelunakan pada penelitian ini dengan media karbon
aktif adalah Rp 508.000,00, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
Untuk mengoptimalkan proses dan unit pelunakan air yang dilakukan secara
ekonomis dan aplikatif, dapat dilakukan langkah-langkah antisipatif sebagai
berikut:
1. Menambah jumlah karbon aktif menjadi 6 kg (untuk 2 kali pelunakan air
sadah), sehingga pada saat karbon aktif pelunakan pertama diregenerasikan,
proses pelunakan tidak terputus.
2. Perlu diperhatikan bahwa sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif
dapat direaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang media
disarankan untuk sekali pakai (Said 2007).
Pengolahan yang telah ada di Desa Ciampea untuk mengatasi kesadahan air
adalah pembuatan bak-bak penampungan air yang dialirkan melalui pipa. Bak-bak
tersebut berada pada 3 lokasi yang berbeda di sekitar rumah warga dengan ukuran
130 cm x 40 cm x 50 cm. Air yang ditampung umumnya digunakan untuk
keperluan MCK, karena masyarakat menganggap air yang telah ditampung
tersebut belum cukup dianggap layak untuk dikonsumsi sebagai air layak minum.
Kondisi bak yang digunakan untuk menampung air tersebut dalam keadaan tidak
bersih.
Bak-bak penampung tersebut seharusnya diperhatikan kebersihannya, untuk
menghindari bakteri ataupun kuman penyakit, selain itu perlu adanya pembuatan
bak filter air sebelum masuk ke dalam bak penampungan air (biofiltrasi). Bak
tersebut sebaiknya dilengkapi dengan tanaman air seperti kapu-kapu (Pistia
stratiotes) dan enceng gondok (Eichhornia crassipes) yang dapat menyerap
berbagai zat terlarut dan tersuspensi (Rahmaningsih 2006). Luas penutupan yang
disarankan yaitu 25% dari luas bak penampungan untuk mengurangi nilai
kesadahan sebelum dialirkan menuju bak penampungan. Hal yang perlu
diperhatikan jika menggunakan tumbuhan air dalam proses filtrasi ini adalah
pemanenan dari biomassa tumbuhan air secara periodik agar tidak menutupi
seluruh permukaan air.
Kesimpulan
Kesadahan air sampel dari gunung kapur Ciampea yang digunakan dalam
penelitian ini masih di bawah baku mutu, walaupun tergolong air sangat sadah.
Adanya perlakuan penggunaan media dan lama kontak media dengan air yang
15
Saran
Unit pelunakan air sadah ini tergolong sederhana, mudah dan cukup
ekonomis dalam pengoperasiannya, tetapi memerlukan kajian yang lebih dalam,
terhadap faktor-faktor pembatas, seperti nilai kesadahan air tertinggi yang dapat
dilunakkan, serta kandungan Fe dalam air hasil penyaringan. Selain itu, masa
regenerasi dari kedua media (karbon aktif dan zeolit) dalam mengabsoprsi
kesadahan perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan proses pelunakan air sadah.
DAFTAR PUSTAKA
Presentasi
Nama Peneliti
No Perlakuan Penurunan Terbesar
(tahun)
Kesadahan (%)
Zeolit tanpa aktifasi, aktifasi pemanasan dan
Hermana
1 aktifasi pengasaman dengan ukuran kristal 65,01
(2001)
besar, sedang dan kecil
2 Mifbakhuddin Karbon aktif dengan ketebalan 60, 70 dan 80
86
(2010) cm
3 Rastiana dkk Media kombinasi antara karbon aktif dengan
92,3
(2009) zeolit (1:1) pada ketebalan 60, 70 dan 80 cm
4 Karbon aktif dengan ketebalan 80 cm pada
Arifin (2010) 91
lama kontak 10, 20, 30 dan 40 menit
Ruliasih
5 Zeolit dengan ketebalan 20, 40, 60 dan 80 cm
Marsidi 99,56
pada lama kontak 0, 24, 48, 72, 96 jam
(2001)
Penelitian Karbon aktif dari pasaran dengan ketebalan
6 pendahuluan 80, 90 dan 100 cm pada lama kontak 0, 15, 30 50
(2012) menit
Lampiran 2. Nilai suhu, pH, kesadahan total air sampel sebelum disaring dengan
tiga kali ulangan
Lampiran 4. Nilai suhu, pH, kesadahan total air sampel setelah disaring dengan masing-masing media pada lama waktu kontak yang
berbeda
Ketebalan (cm) Lama kontak (menit) Ulangan Suhu (0C) Suhu rata-rata (0C) pH pH rata-rata kesadahan (ml) Kesadahan (mg/L) Rata-rata kesadahan Kategori air*) Efisiensi (%) Rata-rata efisiensi
Zeolit 0 1 27 27 6,5 6,5 2,3 257,86 246,65 sadah (hard) 0,00 5,3
2 26 6,5 2,2 246,65 sadah (hard) 0,00
3 27 6,5 2,1 235,44 sadah (hard) 16,00
15 1 26 26 6,5 6,5 5,3 594,19 586,72 sangat sadah 0,00 0,0
2 26 6,5 5,1 571,77 sangat sadah 0,00
3 26 6,5 5,3 594,19 sangat sadah 0,00
30 1 27 27 5,5 5,5 4,2 470,87 478,34 sangat sadah 0,00 0,0
2 27 5,5 4,4 493,29 sangat sadah 0,00
3 27 5,5 4,2 470,87 sangat sadah 0,00
Karbon Aktif 0 1 26 26 7,5 7,5 1 112,11 104,64 menengah 52,38 58,5
2 26 7,5 0,9 100,90 menengah 59,09
3 26 7,5 0,9 100,90 menengah 64,00
15 1 26 26 7 7 0,6 67,27 59,79 lunak 71,43 76,1
2 26 7 0,6 67,27 lunak 72,73
3 26 7 0,4 44,84 lunak 84,00
30 1 26 26 7 7 0,4 44,84 44,84 lunak 80,95 82,1
2 26 7 0,5 56,06 lunak 77,27
3 26 7 0,3 33,63 lunak 88,00
Kombinasi (1:1) 0 1 26 26 6,5 6,5 1,5 168,17 156,96 sadah (hard) 28,57 37,6
2 26 6,5 1,4 156,96 sadah (hard) 36,36
3 26 6,5 1,3 145,75 menengah 48,00
15 1 26 26 6,5 6,5 0,9 100,90 74,74 menengah 57,14 70,0
2 26 6,5 0,6 67,27 lunak 72,73
3 26 6,5 0,5 56,06 lunak 80,00
30 1 26 26 6,5 6,5 0,4 44,84 41,11 lunak 80,95 83,6
2 26 6,5 0,4 44,84 lunak 81,82
3 26 6,5 0,3 33,63 lunak 88,00
19
Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan Uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data
nilai pH air perlakuan
Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai pH total air hasil olahan
Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Y1 - 0,5* 1* 1* 1* 1,83* 1* 1* 1*
Y2 - 0,5* 0,5* 0,5* 1,33* 0,5* 0,5* 0,5*
Y3 - 0,00 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y4 - 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y5 - 0,83* 0,0 0,0 0,0
Y6 - 0,8* 0,8* 0,8*
Y7 - 0 0
Y8 - 0
Y9 -
Keterangan: *berbeda nyata
20
Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan Uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data
nilai kesadahan total air perlakuan
Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai kesadahan total air hasil olahan
Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Y1 - 0,5* 1* 1* 1* 1,83* 1* 1* 1*
Y2 - 0,5* 0,5* 0,5* 1,33* 0,5* 0,5* 0,5*
Y3 - 0,00 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y4 - 0,00 0,83* 0,00 0,00 0,00
Y5 - 0,83* 0,0 0,0 0,0
Y6 - 0,8* 0,8* 0,8*
Y7 - 0 0
Y8 - 0
Y9 -
Keterangan: *berbeda nyata
21
Lampiran 7. Desain alat dan media yang digunakan untuk menurunkan kesadahan
total
(a) (b)
Media yang digunakan untuk menurunkan kesadahan total (a) zeolit ukuran
kerikil (b) karbon aktif ukuran granular
22
Lampiran 8. Mata air, saluran air, dan penampungan di MCK Desa Gunung
Kapur Ciampea
(a) (b)
(a) Saluran dari mata air ke tempat penampungan MCK
(b) tempat penampungan MCK
23
RIWAYAT HIDUP