Anda di halaman 1dari 2

LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah
melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah
identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan.
Keluhan utama adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri
pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian
setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan
tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
 Lokasi
 Onset atau kapan terjadi dan sudah berapa lama keluhan utama terjadi
 Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
 Hal yang memperberat atau memperingan keluhan utama
 Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
 Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
 Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
 Keluhan penyerta
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari
penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi,
diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan
dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
c. Riwayat keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang
menular.
d. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau
merokok, obat-obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan).
2. Pemeriksaan Fisis
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan hidung perhatikan bentuk luar hidung apakah ada deviasi atau
depresi tulang hidung. Adakah pembengkakan di daerah hidung atau sinus paranasal.
b. Palpasi
Pada pemeriksaan hidung, dengan jari dapat dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung
pada fraktur os nasal atau rasa nyeri tekan pada peradangan hidung atau sinus
paranasal. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista, dll.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Hidung
 Rinoskopi Anterior
Rinoskopi Anterior adalah pemeriksaan rongga hidung bagian dalam dari depan.
Diperlukan spekulum hidung. Pada anak dan bayi kadang-kadang tidak
diperlukan. Otoskop dapat dipergunakan untuk melihat bagian dalam hidung
terutama untuk mencari benda asing.
 Rinoskopi Posterior
Untuk melihat bagian belakang hidung dilakukan pemeriksaan rinoskopi
posterior sekaligus untuk melihat keadaan nasofaring.
b. Pemeriksaan Sinus Paranasal
Pada pemeriksaan sinus paranasal, inspeksi, palpasi dan perkusi serta rinoskopi
anterior dan posterior saja sulit menegakkan diagnosis kelainan sinus.
 Pemeriksaan Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi mempunyai manfaat yang sangat terbatas dan tidak
dapat menggantikan peranan pemeriksaan radiologi.
 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi untuk menilai sinus maksila dengan posisi Water, sinus
frontalis dan sinus etmoid dengan posisi postero anterior dan sinus sfenoid
dengan posisi lateral. Untuk menilai kompleks osteomeatal dilakukan
pemeriksaan dengan CT scan.
 Pemeriksaan Endoskopi
Dengan menggunakan endoskopi 0° dan 30° spesialis THT dapat melihat lebih
mudah kelainan di daerah nasofaring dan dinding lateral hidung
c. Pemeriksaan Hipofaring dan Laring
Pemeriksaan hipofaring dan laring dilakukan untuk melihat hipofaring dan laring
serta untuk menilai gerakan pita suara. Pemeriksaan laring dengan menggunakan
kaca laring disebut laringoskopi tidak langsung.
Pemriksaan laring langsung dengan memakai alat laringoskop. Untuk mengurangi
rasa sakit, diberikan obat anastesi silokain yang disemprotkan ke bibir, rongga mulut
dan lidah pasien.
Pemeriksaan laring juga dapat dilakukan dengan menggunakan teleskop 70° yang
kaku dengan TV monitor atau fleksibel endoskop dan monitor video (video
laryngoscopy)
d. Pemeriksaan Kelenjar Limfa Leher
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba dengan kedua tangan seluruh
daerah leher dari atas ke bawah. Bila terdapat pembesaran kelenjar limfa, tentukan
ukuran, bentuk, konsistensi, perlekatan dengan jaringan sekitarnya dan lokasinya.

Anda mungkin juga menyukai