Anda di halaman 1dari 32

TUGAS RANGKUMAN

MEKANIKA BATUAN LANJUT II

“Pemantauan Deformasi Untuk Perkiraan Stabilitas


Di Bukaan Bawah Tanah”
Peter K. Kaiser

OLEH:
MOH. SURIYAIDULMAN RIANSE
NPM 212180013

PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
2. MEMANTAU PENILAIAN STABILITAS .................................................... 2
1.1. Mengapa Memantau untuk Penilaian Stabilitas? ..................................... 2
1.2. Bahan-bahan dari Program Pemantauan yang Sukses ............................. 4
1.3. Jenis Pemantauan ..................................................................................... 5
1.4. Konsep Keamanan untuk Bukaan Bawah Tanah ..................................... 6
a. Penilaian safety margin dengan pemantauan deformasi ..................... 7
3. MEKANISME RETAKAN MASSA BATUAN ........................................... 11
3.1. Permulaan Retakan, Penyebaran, dan Keruntuhan................................. 11
3.2. Mode Retakan Didominasi oleh Kelemahan Batuan ............................. 12
3.3. Konsep Pemantauan untuk Deteksi Retakan .......................................... 14
4. PEMANTAUAN DEFORMASI ................................................................... 16
4.1. Pendahuluan ........................................................................................... 16
4.2. Pemantauan Visual atau Kualitatif ......................................................... 16
4.3. Penggunaan Besaran Deformasi ............................................................. 17
a. Pemantauan respons global versus lokal ............................................. 17
b. Penempatan alat untuk mengamati retakan lokal................................ 20
c. Konvergensi untuk menilai kinerja dukungan .................................... 20
4.4. Penggunaan Tingkat Deformasi ............................................................. 21
a. Luas zona hasil dari laju deformasi .................................................. 22
b. Efektivitas Pendukung dari tingkat deformasi .................................. 23
c. Penilaian safety margin yang dimobilisasi dari tingkat deformasi ... 23
4.5. Pertimbangan Lainnya untuk Pemantauan Pemindahan ........................ 24
a. Akurasi yang diperlukan ................................................................... 24
b. Durasi dan frekuensi bacaan yang diperlukan .................................. 24
c. Tata letak pemantauan perpindahan.................................................. 24
d. Kombinasi perubahan tegangan dan pengukuran perpindahan ........ 27
e. Memantau interpretasi data ............................................................... 28
5. KESIMPULAN .............................................................................................. 29
Pemantauan Deformasi Untuk Perkiraan Stabilitas Di Bukaan Bawah Tanah
Peter K. Kaiser

1. PENDAHULUAN
Metode konstruksi bawah tanah berubah dengan cepat dan teknologi baru
memungkinkan kita untuk menggali lubang yang lebih besar dan lebih dalam.
Kaitannya dengan kemajuan teknologi konstruksi, adanya peningkatan permintaan
untuk prediksi yang lebih akurat dan penilaian perilaku tanah dari insinyur
geoteknik. Pemantauan telah menjadi persyaratan mendasar untuk menilai stabilitas
di banayak lubang bawah tanah dan untuk memperhitungkan resiko batuan yang
tidak menerima respon.
Pemantauan terdiri dari pengukuran dilapangan dan pengamatan berkali-kali
untuk beberapa fungsi.
(i) Untuk menilai keamanan (stabilitas) dari bukaan.
(ii) Untuk mengkonfirmasi perilaku massa batuan yangdiasumsikan dan yang
diharapkan.
(iii) Untuk meningkatkan pemehaman dasar-dasar perilaku massa batuan dan
proses rekahan.
(iv) Mendapatkan data untuk desain dan analisis.
(v) Menyediakan data untuk verifikasi model numerik.
(vi) Untuk mengkonfirmasi prediksi kinerja penggalian.
(vii) Memberikan ekstrapolasi jangka panjang untuk memprediksi respon batuan.
(viii) Untuk memberikan kontrol kualitas data.
(ix) Menyediakan data untuk membantu dalam memodifikasi dan meningkatkan
desain penggalian dan prosedur konstruksi, termasuk tindakan perbaikan.
(x) Untuk mengevaluasi efek dari pekerjaan perbaikan atau perubahan dalam
prosedur konstruksi.
Lingkungan penggalian tambang bawah tanah sangat kompleks, menuntut
investasi besar dimuka. Whitman [1] menyatakan dalam Terzaghi Lecture-nya
bahwa 'semua risiko tidak dapat dihilangkan atau dihitung dengan akurasi yang
tepat'. Namun, pengurangan risiko melalui penilaian stabilitas hanya dapat dicapai
jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang respons massa batuan.
Pengamatan perilaku tanah yang sebenarnya, kualitatif (visual) atau kuantitatif

1
(diukur) di alam, adalah prasyarat untuk pemahaman yang lebih baik. Pemantauan
dapat mendeteksi kegagalan yang akan terjadi dengan memberikan peringatan
lanjutan, memberikan waktu untuk menerapkan tindakan perbaikan atau perubahan
dalam prosedur penggalian dan dukungan.
Pendekatan desain Observasional ini 'yang menggabungkan pengamatan
lapangan dipromosikan oleh Peck [2] dan telah terbukti efektif untuk
meminimalkan risiko. Saat ini, risiko dapat dikurangi dengan program pemantauan
yang cermat tanpa menciptakan biaya tambahan yang berlebihan atau banyak
gangguan pada jadwal konstruksi.
Saat ini, program pemantauan yang dirancang dan diimplementasikan dengan
hati-hati harus menjadi komponen dari setiap proyek konstruksi. Namun, program
pemantauan hanya berfungsi jika direncanakan dan dikelola dengan baik, hasilnya
dianalisis untuk memberikan umpan balik, pengetahuan yang diperoleh diterapkan
dan manfaat yang dihasilkan diverifikasi. Selain itu, program pemantauan yang
efektif harus dirancang dengan tujuan yang jelas sehingga jenis dan lokasi
instrumen, waktu pemasangan dan frekuensi bacaan dapat dirasionalisasi.

2. MEMANTAU PENILAIAN STABILITAS


1.1. Mengapa Memantau untuk Penilaian Stabilitas?
Tujuan rekayasa adalah merancang dan membangun struktur yang andal. Fakta
bahwa struktur pada batuan telah dirancang dengan investigasi lokasi yang
memadai, dengan pemodelan kinerja yang memadai dan langkah-langkah yang
diambil untuk menghindari kegagalan, tidak berarti bahwa risiko kegagalan telah
sepenuhnya dihilangkan. Tujuan yang sangat penting dari setiap program
pemantauan adalah untuk memastikan bahwa peristiwa atau kondisi langka yang
tidak diinginkan tidak ditemukan. Namun, jika kegagalan terdeteksi, pemantauan
harus memberikan peringatan dan informasi yang cukup untuk tindakan perbaikan
yang akan dirancang.

2
Gambar 1. Pemantauan dan penggalian bawah tanah
Jika dipandang sebagai tindakan pencegahan, pemantauan merupakan salah
satu komponen paling penting dari pengurangan risiko dan harus dipandu oleh
prinsip: mencegah kejadian langka, yang tidak diinginkan atau mengidentifikasi
dan membantu mengatasinya. pemantauan harus berusaha untuk mendeteksi
perilaku tanah yang tidak terduga dan memberikan wawasan untuk memungkinkan
pengalihan dan kontrol akhirnya dari proses kegagalan. Karena kejadian langka
pada dasarnya tidak mungkin ditemui, harus disadari bahwa sistem pemantauan
biasanya mengkonfirmasi kinerja penggalian yang memadai. Untuk mendeteksi
kegagalan yang tidak mungkin, tingkat pemantauan terendah harus menyediakan
cakupan luas dan harus murah. Kesulitan dalam memprediksi terjadinya kegagalan
yang jarang tidak boleh dilihat sebagai pencegah untuk pemantauan. Sebaliknya,
pemantauan harus dipandang sebagai garis pertahanan yang efektif biaya.
Pemantauan diperlukan untuk mendeteksi kondisi yang memadai dan tidak
memadai, untuk penyempurnaan desain dan ekstrapolasi jangka panjang untuk
memastikan kinerja bebas perawatan dan aman. Pemantauan selalu memberikan
lebih banyak informasi baru dan mengurangi risiko dengan meningkatkan database
tempat pengambilan keputusan teknis. Dalam rekayasa batuan, pengamatan

3
lapangan menyediakan sumber informasi terbaik karena tidak ada asumsi
penyederhanaan yang diperlukan, efek ukuran tidak diabaikan dan kompleksitas
geologi yang tidak diketahui dipertimbangkan secara otomatis.
Setiap proses pengambilan keputusan sangat tergantung pada jumlah dan
kualitas informasi yang tersedia. Pemantauan adalah proses mengumpulkan
informasi yang cukup untuk desain teknik dan pengambilan keputusan serta
memberikan wawasan tentang apa yang tidak bisa dilihat. Manfaat dari program
pemantauan yang direncanakan dengan cermat, telah dibuktikan oleh banyak orang,
termasuk Lane [3] untuk penerowongan. Meskipun pemantauan mungkin mahal,
ini merupakan pendekatan yang efektif untuk biaya rekayasa batuan karena setiap
hasil penggalian bawah tanah digunakan di laboratorium untuk memverifikasi
desain dan model kinerja numerik. Program pemantauan yang dibenarkan dan
dikelola dengan baik harus memiliki tujuan yang jelas, harus dirancang dan
diimplementasikan dengan baik dan temuannya harus digunakan.
1.2. Bahan-bahan dari Program Pemantauan yang Sukses
Program pemantauan yang gagal sering kali kekurangan satu atau beberapa
komponen yaitu sebagai berikut.
(i) Program pemantauan tidak memiliki tujuan yang jelas.
(ii) Instrumentasi dirancang atau dipasang dengan buruk.
(iii) Instrumentasi dipasang di lokasi yang salah atau terlambat.
(iv) Frekuensi atau durasi perekaman data yang tidak memadai.
(v) Data yang dikumpulkan tidak dapat dianalisis dengan baik.
(vi) Hasil yang bermanfaat tidak digunakan untuk mengubah atau memodifikasi
proses konstruksi.
Untuk program pemantauan yang dirancang dengan baik, kekurangan-
kekurangan ini harus dihilangkan dan berikut bahan-bahan tambahan diperlukan
untuk penerapan yang berhasil dari pendekatan desain pengamatan dengan
pemantauan kinerja harus dipertimbangkan.
(i) Besarnya tingkat ketidakpastian atau kesulitan dalam hal pertimbangan
ekonomi atau keselamatan harus diharapkan, yaitu masalah kontrol dilapangan
harus dipertimbangkan dan untuk penyelesaiannya harus ada.

4
(ii) Akses untuk pemantauan harus memungkinkan dengan gangguan minimal
pada konstruksi atau proses produksi.
(iii) Menyembunyikan masalah terkait kontrol dilapangan, dan konsekuensi yang
tidak diinginkan (misalnya menyalahkan yang lain) tidak boleh dilakukan.
(iv) Pemimpin dan staf teknis bekerja sama, berpikiran terbuka, semua pihak yang
berkontribusi harus dilibatkan, ingin belajar dan mau beraksi.
(v) Feedback harus ada untuk keberhasilan implementasi temuan ke dalam
rencana tindakan perbaikan yang berkembang.
Kekurangan dari salah satu aspek ini akan mengurangi nilai pengamatan dan
kemungkinan membuat pendekatan pengamatan tidak berguna.
1.3. Jenis Pemantauan
Pemantauan sebagai strategi pengawasan berkelanjutan untuk perubahan
perilaku tanah dan penggalian dapat dilakukan dengan cara kualitatif atau
kuantitatif, seperti inspeksi visual, instrumentasi untuk indikator langsung
(deformasi, tekanan, perubahan tegangan, dll.) Dan instrumentasi untuk indikator
tidak langsung (pengeluaran dari pemantauan mikroseismik, dll.).
Pembahasan tentang desain dan pemilihan instrumen berada di luar cakupan
bab ini tetapi pemilihan metode pemantauan, jenis instrumen, tata letak array, dll.
tergantung pada geometri penggalian, karakteristik massa batuan, dan tujuan
pemantauan. Namun, beberapa teks terkemuka berisi pembahasan tentang desain
dan pemilihan instrumen, yaitu Hanna [4], Dunnicliff [5] dan Mine Monitoring
Manual [6].
Bab ini membahas satu indikator, yaitu pemantauan deformasi, karena
deformasi dan dukungan sering diukur dan memberikan banyak wawasan tentang
respons dan kinerja galian. Catatan deformasi sering mengandung informasi
diagnostik yang substansial tetapi proses intertpretasinya kompleks dan patut
mendapat perhatian khusus.
Berbagai macam instrument tersedia untuk pemantauan deformasi, termasuk
alat perekam konvergensi, ekstensometer dan deflektometer. Persyaratan
instrumentasi tergantung pada tujuan program pemantauan.

5
1.4. Konsep Keamanan untuk Bukaan Bawah Tanah
Tingkat keamanan bukaan bawah tanah dapat digambarkan oleh safety margin,
didefinisikan sebagai perbedaan antara kapasitas penyangga C (disediakan oleh
kombinasi dukungan buatan dan kekuatan massa batuan) dan D karena beban
gravitasi, tekanan in situ atau perubahan stres yang disebabkan oleh penambangan.
Bukaan yang aman, kemungkinan memberikan kegagalan yang rendah dengan
safety margin yang memadai.
Bukaan bawah tanah adalah struktur yang benar-benar interaktif. Stabilitasnya
tergantung pada jumlah deformasi yang diizinkan sebelum kesetimbangan baru
terbentuk setelah penggalian. Selama proses pelepasan batu, penyangga alami
secara bertahap dihilangkan dan diganti dengan penyangga buatan setelah beberapa
deformasi awal us (Gambar 2) telah terjadi. Pada titik ekuilibrium, permintaan rata-
rata harus kurang dari kapasitas rata-rata tetapi distribusi permintaan dan kapasitas
mungkin tumpang tindih dan karenanya kemungkinan retakan yang terbatas ada.
Dalam upaya untuk menyelesaikan masalah interaktif secara statistik
diilustrasikan oleh Gambar 2, Matsuo dan Kawamura [7] telah menganggap
tekanan penyangga utama sama dengan tekanan penyangga fiktif sebagai kapasitas
penyangga (terlepas dari perpindahan) dan telah menggambarkan tekanan tanah
dengan kurva konvergensi sebagai permintaan yang bergantung pada perpindahan
D (u).Kemudian menghitung probabilitas retakan pada titik kesetimbangan sebagai
faktor keselamatan FS = C / D (u) kemungkinan kurang dari satu. Namun demikian,
pendekatan ini menunjukkan bahwa setelah titik ekuilibrium ditentukan,
pemantauan harus menyatakan apakah ada terlalu banyak overlap antara kapasitas
dan distribusi permintaan.
Setelah keseimbangan tercapai, pada nilai nol dari deformasi untuk waktu
independen, safety margin yang memadai harus disediakan secara tidak alami
dengan kapasitas dukungan tambahan (ΔC). Kemudian safety margin S = (C — D
= 0) + ΔC = ΔC. Safety margin utama dipilih oleh perancang dalam memberikan
dukungan di luar yang diperlukan untuk menciptakan kesetimbangan (misalnya
dengan menambahkan lapisan terowongan sekunder). Sedangkan kapasitas
penyangga tambahan dan safety margin dapat ditentukan dengan relatif mudah,
faktor keamanan absolut yang berkaitan dengan total kapasitas dan permintaan, FS

6
= (C + ΔC) / D - 1 + (ΔC/D), tidak dapat ditentukan karena permintaan D tidak
diketahui pada titik ekuilibrium.
a. Penilaian safety margin dengan pemantauan deformasi
Dalam bukaan yang tidak didukung, tegangan (atau permintaan) dapat
dibandingkan dengan massa batuan yang diasumsikan atau diprediksi atau kekuatan
penyangga (kapasitas), dan peningkatan stres (sebelum permulaan retakan)
umumnya akan mencerminkan peningkatan risiko. Namun, selama penyebaran
retakan dengan proses pemindahan stres yang terkait, baik peningkatan maupun
penurunan stres dapat diamati. Misalnya, di dekat sebuah terowongan
menghasilkan hasiling di tanah, stres tangensial berkurang di dinding, sedangkan
stres tangensial meningkat pada jarak tertentu dari dinding.
Secara intuitif, diharapkan bahwa jumlah deformasi atau laju deformasi harus
mencerminkan safety margin karena mewakili ukuran penyebaran antara kapasitas
dan permintaan (Gambar 2).

Gambar 2. Konsep penilaian keselamatan untuk kasus interaktif dari bukaan


bawah tanah
Sifat respons tanah (elastis, plastik sempurna, atau viscoplastik elastis, dll.)
Akan menentukan jenis informasi yang dapat diperoleh dari pengukuran deformasi.
Untuk antarmuka elastis dan plastik sempurna, blok berperilaku elastis dalam
rentang pra-kondisi ketika safety margin positif (S > 0) dan plastis setelah
permulaan retakan (untuk S = 0). Dalam rentang elastis, perpindahan adalah fungsi
dari permintaan yang dimobilisasi atau kenaikan beban karena pemindahan
penyangga. Oleh karena itu, laju deformasi selama penggalian atau penghentian
kerja pada material yang tidak berpasangan, elastis, dan plastik sempurna (tidak
tergantung waktu) harus secara teoritis menjadi nol dalam kisaran preretakan dan
hasiling sangat besar segera setelah dimulai. Laju deformasi yang dicatat selama

7
penghentian penggalian memungkinkan pemisahan pengaruh pemuatan dan
retakan. Peningkatan atau tingkat deformasi yang tinggi selama penghentian kerja
adalah indikator yang jelas bahwa retakan akan segera terjadi (S = 0).
Pedoman pemantauan adalah sebagai berikut. Laju deformasi daripada
besarnya deformasi harus digunakan untuk mendeteksi retakan dan laju deformasi
harus dicatat selama penghentian penggalian. Tingkat deformasi yang meningkat
cepat atau tinggi selama penghentian kerja adalah indikator yang jelas bahwa safety
margin harus nol. Tingkat terbatas yang bermakna dapat didefinisikan dalam
praktik untuk mewakili transisi dari S> 0 ke S = 0.
Jika safety margin didefinisikan relatif terhadap batas hasil jangka panjang,
seperti yang didefinisikan di atas, safety margin negatif (defisit safety margin)
mungkin ada dan laju deformasi akan sebanding dengan besarnya defisit ini. Untuk
situasi ini, laju deformasi memberikan indikator yang jelas tentang jumlah di mana
titik luluh jangka panjang telah terlampaui, yaitu laju deformasi adalah indikator
besarnya defisit safety margin pada bahan viscoplastik dan masalah yang
ditentukan secara statis. Kondisi keseimbangan, dimana S = 0, kemudian dapat
ditemukan dengan interpolasi dan laju deformasi yang diamati dapat digunakan
untuk menentukan tingkat stres yang bekerja atau untuk merancang langkah-
langkah perbaikan yang aman.
Logika penilaian safety margin (disajikan pada awal Bagian 21.2.4) dan prinsip
pedoman pemantauan yang disebutkan terakhir umumnya diterapkan untuk
menentukan kapasitas jangkar tanah, di mana beban retakan (pada S = 0)
didefinisikan sebagai laju creep 2 mm per siklus waktu log (lihat referensi [8]).
Dalam hal ini faktor keselamatan didefinisikan sebagai FS = C / (D - AD), dengan
D = C menandakan beban retakan terukur.
Dalam situasi ini, diilustrasikan secara skematis oleh model blok geser terbatas
pada Gambar 3, kapasitas tidak tetap konstan setelah hasil inisiasi karena resistensi
tambahan (kapasitas C2 pada Gambar 3) dapat dimobilisasi, misalnya, dengan
melengkungkan atau dengan mengaktifkan penyangga buatan setelah beberapa
perpindahan awal (us pada Gambar 3). Tingginya, laju deformasi tidak terbatas
yang secara teoritis diamati ketika S = 0 atau ketika perubahan S (dS / du) adalah

8
nol. Oleh karena itu, tingkat tinggi tidak selalu menyiratkan bahwa total safety
margin utama (S1+2) rendah atau menurun.
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, besaran atau laju deformasi tidak
memungkinkan penilaian tentang besarnya safety margin positif karena
kapasitasnya tidak diketahui dan tidak dapat dikaitkan dengan permintaan.

Gambar 3. Diagram skematik yang menggambarkan hubungan antara safety


margin dan laju deformasi untuk antarmuka elastis sempurna plastik dengan
dukungan (D = permintaan, C1 dan C2 = komponen kapasitas total, S = margin
keselamatan, u = perpindahan)
Balanko dll (8) diplot (mirip dengan Gambar 4) volume batuan yang digali
(mewakili besarnya gaya F pada Gambar 3) terhadap pergerakan dinding galian
yang diamati dan disimpulkan dari hubungan linear yang diamati setelah
penggalian lebih dari 100.000 m3 batuan ‘. . . bahwa pergerakannya bersifat elastis
dan harus melambat setelah penggalian selesai’. Gambar 4, menyajikan data yang
sama, pada dasarnya plot adalah peningkatan permintaan safety margin utama S
terhadap deformasi. Namun, lokasi titik nol (S = 0) tidak diketahui. Meskipun benar
untuk menyatakan bahwa penggalian merespons secara linear terhadap proses
penggalian, plot ini tidak mengizinkan penilaian tentang besarnya aktual safety
margin atau risiko retakan. Bahkan jika hubungan ini non-linier (seperti yang
sebenarnya dibuktikan dalam Gambar 4 oleh kink pada V = 90 000 m3), ini tidak
selalu menyiratkan bahwa retakan akan segera terjadi. Safety margin bisa jauh dari
atau mendekati nol.

9
Pendekatan penggalian dengan retakan dapat dinilai jika pengukuran laju
deformasi yang memadai selama penghentian penggalian telah dilakukan dan jika
laju ini digunakan untuk menentukan potensi defisit safety margin, misalnya
dengan membandingkan laju pengamatan dengan laju kritis yang ditetapkan secara
empiris. Namun, karena sifat penggalian yang besar tidak dapat ditentukan secara
statis, berlabuh dengan dua penyangga lateral, bahkan peningkatan laju atau laju
lebih dari beberapa batas yang ditetapkan tidak harus mencerminkan safety margin
akhir yang semakin berkurang (seperti dijelaskan sebelumnya, Gambar 3).
Pada daerah elastis, viscoplastic, ada kemungkinan bahwa permintaan
sementara melebihi kapasitas. Jika laju pembebanan statis pada struktur tak tentu
relatif tinggi, permintaan mungkin melebihi kapasitas yang dimobilisasi saat ini
(seperti yang ditunjukkan oleh kurva konvergensi di Gambar 2). Ketika
keseimbangan tercapai, laju deformasi harus nol dan margin keamanan juga nol.

Gambar 4. Volume penggalian versus defleksi tiltmeter (perpindahan lateral) di


Edmonton Convention Center (setelah Balanko dll [8])
Elastoplastik, laju deformasi sangat terkait dengan laju penggalian. Selama nilai
meningkat mencerminkan luasnya zona hasil yang disebabkan oleh proses
penggalian karena defisit safety margin yang dihasilkan harus lebih besar.
Meskipun ada banyak keterbatasan untuk penggunaan data deformasi seperti
yang telah dibahas sebelumnya, informasi yang memadai dalam konstruksi bawah
tanah dan rekayasa batuan secara umum hanya dapat diperoleh jika teknik
pemantauan kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk memperbarui terus menerus
berdasarkan desain insinyur. Karena desain bukaan bawah tanah hampir secara
eksklusif berkaitan dengan penilaian stabilitas, maka perlu untuk mengembangkan

10
program pemantauan berdasarkan hipotesis yang tepat dari mekanisme retakan
yang relevan dan mungkin secara kinematis.

3. MEKANISME RETAKAN MASSA BATUAN


3.1. Permulaan Retakan, Penyebaran, dan Keruntuhan
Adanya batuan gagal atau kegagalan jarang menjadi masalah selama proses
retakan dipahami, lokasi dan luasnya diketahui dan langkah-langkah yang tepat
untuk pengendaliannya diambil. Untuk merancang program pemantauan yang
tepat, perlu dibedakan antara kegagalan inisiasi, penyebaran dan keruntuhan total,
dan untuk mengelompokkan proses atau mekanisme serta penyebab dan faktor yang
berkontribusi [10].
Gambar 5 mengilustrasikan urutan dan karakteristik proses retakan massa
batuan.
(a) Inisiasi. Retakan massa batuan mungkin dimulai dari kompresi, dengan
shear, tegang, atau dengan buckling. Inisiasi retakan terjadi jika kapasitas batuan
terlampaui secara lokal karena konsentrasi stres. Ini sering dimulai dari titik di
dinding bukaan, tetapi pekerjaan terakhir [11,12] menunjukkan bahwa inisiasi
retakan juga dapat dimulai dari dalam massa batuan dengan modulus tekanan yang
membatasi tekanan atau dengan ketidaksempurnaan. Pada shear, tiga mode inisiasi
retakan dapat ditemui [13] tergantung pada orientasi deviator stres di dekat dinding.

Gambar 5. Urutan perkembangan retakan massa batuan

11
(b) Penjalaran. Retakan juga dapat menyebar dalam kompresi, shear, dalam
ketegangan, atau sebagai kombinasi dari beberapa proses kegagalan. Penyebaran
retakan terjadi ketika kapasitas batuan telah terlampaui secara lokal dan stres harus
ditransfer dari daerah yang gagal ke daerah yang stabil jauh dari titik inisiasi
retakan.
Tujuan utama kontrol daerah bawah tanah adalah untuk menjaga proses
penyebaran tetap terkendali. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan kekuatan
massa batuan (menggunakan penguatan, penahan dengan penyangga atau backfill,
dll) atau dengan meminimalkan tingkat zona konsentrasi stres (menggunakan
urutan penggalian alternatif atau tingkat penggalian, destressing, mengubah bentuk
atau ukuran suatu bukaan, dll).
(c) Keruntuhan. Proses keruntuhan dapat disebabkan secara sengaja, seperti
dalam penambangan, atau dapat berkembang ketika penyebaran retakan dibiarkan
berlanjut dengan cara yang tidak terkendali.
3.2. Mode Retakan Didominasi oleh Kelemahan Batuan
Shear retakan melalui massa batuan, ekstensi retakan, slip pada diskontinuitas
atau kelemahan (fault slip), pemisahan lapisan, formasi kinkband atau kombinasi
dari mode-mode ini dapat menyebabkan penyebaran retakan yang berangsur-angsur
atau bertahap (loosening, raveling, squeezing, slaking, swelling, dll) atau
penyebaran yang segera rapuh (falls, slabbing, buckling, bursting dll).
Hanya di bawah keadaan homogen yang khusus dan relatif langka dengan
kekuatan yang seragam, retakan pada batuan dapat dijelaskan dengan baik oleh
model kontinum, elastisitas atau plastisitas. Kelemahan atau ketidaksempurnaan
dalam massa batuan seperti patahan atau diskontinuitas dapat menyebabkan
penyimpangan perilaku yang ditandai [14, 15].
Meskipun keseluruhan massa batuan mungkin cukup kuat untuk menghindari
keruntuhan, retakan mungkin sering dimulai dari konsentrasi stres di dalam massa
batuan yang mengarah ke proses redistribusi tegangan karena slip pada bidang
lemaha di mana shear stres melebihi kekuatan lokal. Pola stres dalam massa batuan
secara signifikan diubah oleh orientasi, luas, sifat lemah dan retakan batuan utuh
dengan kekuatan yang memadai dapat diinduksi. Beberapa contoh yang

12
menunjukkan penyebaran retakan yang disebabkan oleh bidang lemah dalam stres
tidak seragam (K0 = σh/σy = 0,5) diberikan pada Gambar 6.
Simulasi elemen terbatas dari bukaan di batu dengan kelemahan lokal yang
menyebabkan penyebaran retakan dilakukan oleh Kwong (16). Batuan dianggap
elastis, lemah terhadap regangan, plastik rapuh dengan kehilangan kekuatan sesaat
setelah puncak. Gambar 6 menunjukkan bahwa kelemahan lokal dapat memulai
proses penyebaran (a-d) yang mengarah ke zona geser sempit yang pada akhirnya
menyebabkan blok batuan yang tidak luluh (elastis) bergerak ke bukaan. Kasus
ketiga (III-V) dengan kelemahan di lokasi yang berbeda menyebabkan mode
retakan sangat mirip, sangat menyimpang dari yang diprediksi oleh model
plastisitas konvensional (kasus II). Bukti yang mendukung mekanisme retakan ini
sering dapat ditemukan dalam konstruksi bawah tanah, misalnya di terowongan
Arlberg (17).

Gambar 6. Pola yield untuk lima konfigurasi massa batuan (setelah Kaiser dan
Kwong [12])

13
Pada kenyataannya, retakan massa batuan hampir selalu didominasi oleh
kelemahan yang sudah ada sebelumnya atau yang baru dibuat dan dapat
dikelompokkan menjadi dua kelas, seperti yang dijelaskan di bawah ini (Gambar
7).
(a) Retakan Brittle. Secara kinematis kemungkinan Mekanisme retakan yang
segera terbentuk setelah keadaan membatasi keseimbangan tercapai, yaitu ketika
retakan dimulai. Ini adalah brittle, model retakan sesaat karena tiga tahap inisiasi,
penyebaran dan keruntuhan lokal terjadi secara bersamaan.
(b) Retakan Ductile, slip di sepanjang kelemahan tidak segera menyebabkan
ketidakstabilan karena karena mekanisme yang dapat diterima secara kinematis
tidak ditimbulkan kecuali menghasilkan penyebaran yang cukup untuk melepaskan
blok batu yang tidak berpasangan. Retakan hanya terjadi dengan beberapa
peringatan. Ketidakstabilan yang disebabkan oleh kelemahan lokal termasuk dalam
jenis mode retakan ini dan 'terdeteksi' oleh pemantauan deformasi.
Akibatnya, kegagalan massa batuan juga dapat dikelompokkan menjadi
kegagalan dengan sedikit atau tanpa peringatan (mode brittle di mana inisiasi dan
keruntuhan terjadi secara bersamaan) dan yang menampilkan proses deformasi
bertahap. Mode ductile retakan umumnya ditemui di dekat terowongan dangkal di
bidang yang relatif lemah. Wong dan Kaiser [18] telah mengelompokkan mode
perilaku bidang lunak dalam ruang tekanan normal dan rasio bidang stres. Ketika
awal hasiling mungkin terlokalisasi dan tekanan dukungan dikurangi, zona hasil
terlokalisasi dapat berkembang menciptakan zona hasil secara keseluruhan yang
berkelanjutan.
Singkatnya, mode perilaku lubang bawah tanah dapat disusun seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 8, dan pertimbangan berikut akan membahas retakan
yang 'dapat dideteksi'.
3.3. Konsep Pemantauan untuk Deteksi Retakan
Seperti disebutkan sebelumnya, untuk pengembangan program pemantauan
yang tepat penting untuk dimulai dengan hipotesis realistis tentang mekanisme
retakan yang relevan dan mungkin secara kinematis. Ini melibatkan identifikasi dan
lokasi tiga fase dari proses retakan (inisiasi, penyebaran dan keruntuhan) karena

14
faktor-faktor yang mengendalikan setiap fase berbeda. Metode deteksi dan tindakan
kontrol yang tepat berbeda-beda.

Gambar 8. Mode perilaku bukaan bawah tanah


Pemantauan dapat mendeteksi retakan. Mode ductile retakan dapat dideteksi
dengan memantau dan risiko brittle retakan harus dikurangi dengan
menghilangkannya melalui tindakan pencegahan. Sebagai alternatif, potensi
keruntuhan bidang dapat diidentifikasi dengan inspeksi visual (misalnya Pemetaan
struktural) dan ditangani dengan penerapan keseimbangan batas (19) atau metode
blok kunci (20). Program pemantauan harus ditata sedemikian rupa sehingga data
yang dikumpulkan pada akhirnya dapat digabungkan untuk sampai pada gambaran
keseluruhan yang meyakinkan dari perilaku massa batuan. Cara menyambungkan
informasi individual untuk memberikan umpan balik segera dan meyakinkan harus
mendapat perhatian khusus selama fase pengembangan program pemantauan.
Pengukuran yang kurang akurat harus tersebar di area yang luas untuk
mendeteksi variasi spasial atau wilayah perilaku aneh, sehingga instrumen yang
lebih akurat dapat ditempatkan di lokasi strategis. Ini berarti bahwa beberapa
instrumen hanya boleh dipasang setelah data dari tingkat pemantauan terendah
memberikan beberapa petunjuk.

15
4. PEMANTAUAN DEFORMASI
4.1. Pendahuluan
Dari pembahasan sebelumnya, selama program pemantauan, pengukuran
deformasi harus dipertimbangkan karena alasan berikut:
(i) Untuk menemukan lokasi inisiasi retakan.
(ii) Untuk mengidentifikasi mode inisiasi dan penyebaran retakan.
(iii) Untuk memverifikasi penyebab retakan, dan
(iv) Untuk menilai efektivitas tindakan perbaikan.
Selanjutnya, pemantauan deformasi mungkin diperlukan untuk:
(i) Menentukan parameter desain untuk peningkatan desain atau prediksi kinerja
yang lebih akurat; dan
(ii) Ekstrapolasi untuk menilai stabilitas jangka panjang dengan memisahkan
proses yang disebabkan oleh penggalian dan tergantung waktu.
Metode pemantauan deformasi dapat dikelompokkan menjadi:
(i) pengamatan visual.
(ii) pemantauan perpindahan permukaan (dinding) dengan survei atau
pengukuran konvergensi; dan
(iii) pemantauan deformasi bidang yang mendalam dengan ekstensometer, seperti
ekstensometer batang atau kawat dan pemantauan ekstensometer fracture
lubang bor (BOF-EX oleh Rocktest Ltd. (21)), atau mikrometer geser dan
inklinometer (indikator slope, deflectometer horizontal, Trivec (22), dll).
4.2. Pemantauan Visual atau Kualitatif
Pengamatan visual merupakan cara pemantauan yang paling murah dan paling
produktif. Seringkali, hanya informasi kualitatif yang diperlukan untuk mendeteksi
situasi yang tidak diinginkan dan menerapkan tindakan perbaikan yang tepat.
Dengan demikian, tujuan paling penting dari pemantauan visual adalah: (i)
identifikasi dan penilaian bidang stres atau retakan yang sangat besar; (ii)
identifikasi dan pemahaman tentang mekanisme retakan.
Tembusan lubang bor, penghancuran batuan utuh, pergeseran batu didekat
dinding bukaan, dinding lempengan, popping di atap, dll adalah semua indikator
tekanan stres yang relatif tinggi dan jika kekuatan massa batuan diketahui atau
dapat diperkirakan, besarnya stres in situ dapat disimpulkan. Kondisi kritis stres

16
tensile seringkali dapat dideteksi dari pemisahan joint, overbreak berlebihan atau
keruntuhan dari bidang.
Pemantauan visual untuk penilaian stabilitas dimulai dengan identifikasi
struktur batuan kritis (joint, bidang perlapisan, fault, dll.). Jika mode yang tidak
stabil ditemukan, inspeksi visual dapat memberikan informasi tentang arah gerakan
serta tingkat dan jenis mode retakan. Pengamatan yang relatif sederhana semacam
itu sangat berharga untuk pengurangan risiko dan dapat memberikan informasi
yang cukup untuk pelaksanaan tindakan perbaikan yang efektif dan dapat
menghilangkan kebutuhan untuk pemantauan kuantitatif.
Untuk masalah yang kompleks pengamatan visual kadang memadai dan
besarnya distribusi spasial deformasi serta tingkat deformasi mungkin diperlukan
untuk mengidentifikasi luas dan bentuk zona retakan (12). Lebih lanjut, karena
perpindahan dipengaruhi oleh interaksi dukungan, mereka dapat dikaitkan dengan
efektivitas penguatan dalam bidang hasiling (23). Laju deformasi dipengaruhi oleh
laju tingkat kemajuan atau laju penggalian, luas zona luluh, deformasi bidang yang
tergantung waktu, interaksi dukungan, dan yang paling penting yaitu defisit safety
margin.
4.3. Penggunaan Besaran Deformasi
a. Pemantauan respons global versus lokal
Pergerakan dinding mencerminkan efek kumulatif dan deformasi bidang
retakan akibat perubahan tegangan yang diinduksi. Akibatnya, pengukuran
konvergensi memberikan indikator yang sangat baik untuk respons dasar secara
keseluruhan, tetapi pengamatan independen, jarang mengandung informasi yang
cukup untuk mengidentifikasi penyebab retakan atau proses retakan.
Bentuk dan tingkat hasiling di bukaan melingkar dalam lima konfigurasi
massa batuan disajikan sebelumnya pada Gambar 6. Deformasi radial yang sesuai
dihitung dengan analisis elemen hingga (10) disajikan pada Gambar 9. Gambar 9
(a) dan 9 (b) menyajikan kurva konvergensi untuk atap-ke-lantai dan springline-ke-
springline. Gambar 9 (c) menyajikan pengembangan regangan radial untuk empat
bagian ekstensometer (A-D) untuk kasus V saja (lihat Gambar 6).
Sebuah studi terperinci dari kurva deformasi tersimulasi ini
mengungkapkan bahwa pengukuran lokal pada lokasi yang tepat diperlukan untuk

17
mengidentifikasi lokasi perolehan dan mode kegagalan yang dihasilkan. Sebagai
contoh, dorongan dari irisan batu nonhasiled yang dibuat oleh dua bidang lemahan
massa batuan lokal atau bidang lemahan tunggal di dekat springline (kasus V,
Gambar 6) hanya terdeteksi oleh ekstensometer horizontal di D. Catatan
konvergensi (II) -V) menunjukkan bahwa deformasi nonelastik yang terkait dengan
hasil terjadi pada keempat kasus. Atap bidang elastis nonhasiling yang tidak
berpasangan dipindahkan secara nonlinier untuk kasus II-V. Lebih lanjut, bukaan
ini dideformasi dengan jumlah yang hampir sama pada tekanan dukungan fiktif
sekitar 50%. Tindakan perbaikan, seperti roof bolts untuk menahan deformasi atap
yang berlebihan, sama sekali tidak efektif karena penyebab deformasi ditemukan di
springline.

Gambar 9. Pemindahan radial yang disebabkan oleh mode failure yang


ditunjukkan pada Gambar 6: (a) konvergensi atap; (b) konvergensi springline; (c)
bacaan ekstensometer di atap dan springline (Kaiser [10])
Dalam kasus II, atap dan springline merespons dengan peningkatan
konvergensi yang dramatis segera setelah hasiling dimulai dan kedua lokasi
memberikan sinyal peringatan yang jelas tentang inisiasi dan penyebaran hasiling.
hasiling dicerminkan dalam kasus III dengan peningkatan bertahap dalam
komponen deformasi nonelastik dan ini akan sulit untuk dideteksi kecuali respon
elastis diketahui dari lokasi pemantauan lain di bidang elastis.

18
Kasus IV mirip dengan kasus III tetapi pemantauan data dari springline
awalnya bisa disalahartikan sebagai respons batuan elastis. Untuk kasus ini,
konvergensi atap hanya mencerminkan inisiasi dan penyebaran hasil pada
springline. Konvergensi kecil tiba-tiba sampai pada springline dan deformasi yang
berlebihan terjadi pada tekanan dukungan fiktif sekitar 65%.
Rekaman regangan radial dari empat simulasi ekstensometer (Gambar 9c)
dengan jelas mengidentifikasi bahwa atap merespons secara elastis (lokasi A) dan
bahwa baji elastis (pada B), yang diciptakan oleh shear lokal (pada C), bergerak ke
dalam bukaan. Bidang lemah diluar batu (pada D) kembali merespons secara elastis.
Akibatnya, pengamatan perpindahan lokal sangat penting untuk identifikasi yang
tepat dari mode retakan yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan massa batuan.
Pentingnya pengukuran lokal untuk identifikasi mode kegagalan dapat lebih
lanjut ditunjukkan pada data dari salah satu empat terowongan Washuuzan (Jepang
1983; data tidak dipublikasikan). Pengukuran konvergensi dan tegangan rock bolt
yang dicatat selama penghentian kerja di terowongan ini (Gambar 10a)
menunjukkan peningkatan tiba-tiba, meskipun kecil semua kecuali satu (nomor 2)
dari catatan peningkatan konvergensi antara 75 dan 85 hari.
Pengukuran simultan dari strain aksial (gaya) di banyak rock bolt dari
penampang yang sama menunjukkan sedikit penumpukan beban (Gambar 10b).
Namun, satu baut di springline kanan mengalami peningkatan beban mendadak
pada 85 hari (Gambar 10c). Pengukuran lokal tunggal ini memungkinkan lokasi
sumber pergerakan dan memberikan informasi yang cukup untuk memungkinkan
implementasi tindakan perbaikan kecil yang terdiri dari penguncian ketidakstabilan
spot lokal ini (tensile fracture atau shear) pada kedalaman antara 0,75-1,5 m dari
dinding terowongan.

19
Gambar 10. Konvergensi terukur dan beban baut di stasiun terowongan
Washuuzan 248 + 60 (1983, tidak dipublikasikan): (a) konvergensi dinding; (b)
dan (c) beban baut (dalam metrik ton) di dua lokasi, ditentukan oleh pengukuran
regangan baut
Singkatnya, pengukuran konvergensi merupakan indikator ketidakstabilan
yang baik tetapi pengukuran yang dilokalkan diperlukan untuk identifikasi mode
retakan.
b. Penempatan alat untuk mengamati retakan lokal
Dalam sebuah paper oleh de Mello (24) dinyatakan bahwa ‘. . . setiap
perencanaan instrumentasi dan interpretasi secara otomatis mensyaratkan model
perilaku teoretis yang diantisipasi (fisik dan matematis). . .’ Akibatnya, lokasi
instrumen harus dipilih berdasarkan satu atau beberapa hipotesis mode retakan.
Pemahaman tentang semua mekanisme ketidakstabilan yang mungkin adalah
prasyarat wajib untuk pemantauan terkait keselamatan. Setelah hipotesis mode
retakan telah ditetapkan, biasanya merupakan masalah sederhana untuk
mengidentifikasi jenis instrumen, lokasi, orientasi, dan panjang jangkar. Sebagai
contoh, manfaat instrumen yang ditempatkan dengan baik untuk pemantauan lokal
ditunjukkan dengan baik oleh pengukuran regangan baut yang dibahas sebelumnya
(Gambar 10) dari terowongan Washuuzan.
c. Konvergensi untuk menilai kinerja dukungan
Dukungan artifisial pada lubang bawah tanah bertindak sebagai tekanan
pendukung atau sebagai penguat batuan. Dukungan tersebut mengurangi
konvergensi dinding dengan menahan tekanan tanah dan dengan meningkatkan

20
sifat massa batuan yang efektif. Akibatnya, efektivitas dukungan harus tercermin
dalam konvergensi dinding dan harus dinilai dalam hal pengurangan tingkat
konvergensi (lihat juga Bagian 21.4.4.2).
Penggunaan pengukuran konvergensi sebagai bagian dari pendekatan desain
terowongan observasional untuk pemilihan density dan panjang baut sepenuhnya
telah dijelaskan oleh Indraratna dan Kaiser (23). Dalam studi detail tentang
terowongan buatan model baut di batuan homogen dan bersendi, metode analitik
untuk desain baut yang dikendalikan konvergensi dikembangkan dan diverifikasi
(25, 26). Studi ini menunjukkan bahwa konvergensi yang dinormalisasi atau rasio
konvergensi tampaknya secara linier terkait dengan parameter kepadatan baut.
Konvergensi yang dinormalisasi didefinisikan sebagai rasio dari perpindahan total
dinding terowongan diperkuat terhadap perpindahan dinding yang tidak diperkuat.
Parameter kepadatan baut menghubungkan panjang baut dan jarak ke ukuran
terowongan (25).
4.4. Penggunaan Tingkat Deformasi
Barlow (27) mendemonstrasikan bahwa laju deformasi dapat digunakan jika
laju saat ini paling efektif untuk keperluan interpretasi data lapangan, pada beberapa
waktu setelah permukaan terowongan melewati bagian pengukuran, dinormalisasi
ke tingkat maksimum yang tercatat di dekat permukaan galian. Tingkat deformasi
yang dinormalisasi ini adalah ukuran yang efektif untuk menilai: (i) luas zona hasil;
(ii) efek dari tindakan perbaikan atau efektivitas dukungan [9]; dan (iii) safety
margin yang dimobilisasi. Tingkat deformasi yang dekat dengan permukaan
terowongan tidak banyak dipengaruhi oleh penguatan batu atau dukungan yang
ditempatkan dalam penggalian tetapi lebih mencerminkan konvergensi terowongan
utama.
Barlow (27) mengembangkan metode yang diperkenalkan oleh Guenot dll (28)
untuk memisahkan komponen dari tingkat penggalian tergantung waktu deformasi
dan pegembangngan prosedur analitik untuk analisis data lapangan. Contoh
ilustrasi penerapan tingkat konvergensi yang dinormalisasi untuk tiga tujuan yang
tercantum di atas diberikan pada Gambar 11 dengan data dari terowongan Enassan
(Jepang). Konvergensi yang diamati dicatat selama periode 200 hari selama
penggalian terowongan ini diperkenalkan oleh I hingga (29) dan dianalisis oleh

21
Barlow (27). Gambar 11 menyajikan tingkat perpindahan normal untuk atap di
stasiun A. Jangkar baut grout tambahan standar sepanjang 9 m dipasang tiga kali,
satu kali setelah penggalian bench (empat per cincin) dan dua kali setelah digali
kembali (delapan dan 15 per cincin). Dukungan tambahan ini diterapkan dalam
upaya untuk mengendalikan atap settlement yang terlalu besar (> 0,8 m).

Gambar 11. Pergeseran atap yang diukur dilengkapi dengan laju perpindahan
yang diperkirakan dengan asumsi: (i) tingkat konstan zona luluh R / a = 1,5 (garis
penuh) dan (ii) zona rambat hasil ke R / a = 4 selama penggalian bangku (garis
putus-putus) (setelah Barlow [27])
a. Luas zona hasil dari laju deformasi
Tingkat konvergensi yang diamati ditunjukkan pada Gambar 11 oleh segitiga
terhubung dan dua tingkat prediksi ditunjukkan oleh garis penuh dan putus-putus.
Sampai bench digali pada 40 hari, kecocokan kurva sangat baik dengan asumsi zona
hasil 1,5 kali radius terowongan (R / a = 1,5). Sebagai fakta, angka yang diamati
tetap hampir konstan dari 40-70 hari selama kenaikan bench. Ini merupakan
indikasi zona penyebaran plastik. Dengan percobaan dan kesalahan, jari-jari zona
hasil (R) ditemukan bahwa itu harus diperluas ke sekitar empat jari-jari terowongan
(garis putus-putus untuk R / a = 4). Sangat menarik untuk dicatat bahwa
pemantauan dapat menetapkan ukuran zona hasil ini dalam 10-20 hari setelah
penggalian bench dan bisa digunakan untuk merancang dukungan tambahan.
Karena zona hasil yang dihasilkan lebih dari 20 m, jelas bahwa diperlukan jangkar
yang sangat panjang untuk menstabilkan zona dalam.
Jelas dari Gambar 11 bahwa tingkat kemiringan plot dinormalisasi terkait
dengan luas zona hasil. Di tanah yang sedikit hasiling (R / a = 1,5), laju yang

22
dinormalisasi seharusnya turun menjadi sekitar 7% (garis penuh) dalam 20 hari
setelah penggalian bench, sementara terowongan maju pada tingkat rata-rata sekitar
1 m H-1. Di tanah yang banyak hasiling (R / a - 4), kurs seharusnya turun menjadi
sekitar 20% (garis putus-putus) selama periode waktu yang sama (misalnya antara
44-64 hari). Tingkat normalisasi yang diukur turun hanya 50% (segitiga),
menunjukkan bahwa keseimbangan stabil yang baru belum tercapai setelah 20 hari.
b. Efektivitas Pendukung dari tingkat deformasi
Sebuah studi yang cermat pada Gambar 11 mengungkapkan bahwa tidak ada
upaya penambahan baut (empat ditambah delapan ditambah 15 baut dengan
panjang 9 m) yang menyebabkan penurunan laju perpindahan yang signifikan. Oleh
karena itu, baut-baut ini hanya berkontribusi sedikit pada kontrol atap settlement.
Manfaat dari pendekatan laju adalah umpan balik langsung sebelum besarnya
deformasi utama diketahui. Hanya 10 hingga 20 hari pemantauan yang diperlukan
di terowongan Enassan untuk menentukan ketidak cukupan perbautan awal dan
tambahan untuk kontrol penyebaran zona hasil setelah penggalian bench.
c. Penilaian safety margin yang dimobilisasi dari tingkat deformasi
Tingkat deformasi normal yang dicatat selama penghentian penggalian adalah
tingkat safety margin yang dimobilisasi. Untuk terowongan Enassan, laju deformasi
selama penghentian penggalian (nilai batas bawah pada Gambar 11) sedikit lebih
dari satu urutan besarnya lebih rendah daripada tingkat puncak yang dicatat selama
muka.
Tanpa investigasi lebih lanjut dari catatan terowongan lain, tidak mungkin
untuk memberikan batasan kuantitatif atau pedoman untuk memilih tingkat
perpindahan yang aman dan dinormalisasi. Angka ini tidak berlaku untuk tanah
yang membengkak atau batuan dengan perilaku deformasi yang dominan dan
tergantung waktu seperti garam batu. Berdasarkan batas laju deformasi
dinormalisasi yang diberikan di atas, keseimbangan stabil dicapai di terowongan
Enassan setelah sekitar 150 hari.
Tingkat deformasi absolut adalah indikator yang buruk untuk penilaian
keselamatan pembukaan bawah tanah di tanah hasil. Namun, laju deformasi yang
dinormalisasi, jika dicatat selama penghentian penggalian, memberikan ukuran

23
yang berguna dari defisit margin keselamatan saat ini dan dapat diterapkan secara
efektif dalam pendekatan desain pengamatan.
4.5. Pertimbangan Lainnya untuk Pemantauan Pemindahan
a. Akurasi yang diperlukan
Teknologi saat ini memungkinkan pencatatan deformasi dengan akurasi yang
cukup untuk tujuan terkait penilaian risiko. Secara umum, instrumen harus mampu
mendeteksi tetapi tidak secara akurat mengukur respons batuan elastis. Selanjutnya,
pengukuran harus cukup akurat untuk perhitungan laju deformasi dan untuk
memberikan dasar perbandingan dengan data dari lokasi yang mengalami
deformasi besar karena hasil. Keakuratan untuk tujuan penilaian risiko jarang harus
setinggi untuk analisis kembali sifat massa batuan. Namun, akurasi yang relatif
tinggi akan diperlukan jika pengukuran regangan batuan akan digunakan untuk
menetapkan tingkat tegangan medan atau untuk perbandingan dengan regangan
kritis ([30] atau [31]).
b. Durasi dan frekuensi bacaan yang diperlukan
Durasi dan frekuensi bacaan tergantung pada tujuan pemantauan, sifat massa
batuan, tingkat gerak maju atau penggalian dan banyak faktor lainnya. Data harus
dikumpulkan sesering mungkin secara praktis dan ekonomis. Seperti diilustrasikan
dalam Bagian 21.4.4, informasi berharga terkandung dalam laju deformasi. Ini
membutuhkan frekuensi pengumpulan data yang jauh lebih tinggi daripada untuk
menentukan besarnya deformasi utama. Selain itu, frekuensi pengumpulan data
yang tinggi diperlukan ketika tingkat deformasi tinggi (misalnya, dekat permukaan,
selama kemajuan, dan ketika perubahan tegangan akibat terjadi penambangan).
c. Tata letak pemantauan perpindahan
Pelli [32] melakukan simulasi numerik tiga dimensi yang luas dari sebuah
terowongan sirkuler yang dikembangkan oleh TBM untuk menyelidiki efek posisi
muka galian, orientasi medan tegangan, anisotropi batuan, dan nonlinier pada data
pemantauan [33, 34]. Karya ini mengungkapkan sensitivitas ekstrim pengukuran
ekstensometer ke posisi wajah terowongan yang sebenarnya relatif terhadap titik
pemasangan ekstensometer, khususnya di bidang tegangan tidak seragam dan pada
batuan anisotropik. Beberapa tipikal profil perpindahan dinormalisasi (jangkar
terdalam diasumsikan diperbaiki pada tak terbatas) disajikan dalam Gambar 12.

24
(Perpindahan dinormalisasi didefinisikan sebagai urE / apv dan K adalah rasio
horizontal terhadap vertikal, stres total; ur = perpindahan radial; E = Modulus
Young; a = jari-jari terowongan; dan Pv = tegangan medan vertikal. Pada Gambar
12 Pa = tegangan medan aksial; Ph dan PH = minor dan mayor tegangan bidang
horizontal, masing-masing; x = jarak dari permukaan terowongan; dan (x / 2a)ms =
lokasi di mana pengukuran dilakukan.).
Gambar 12 (a) dan 12 (b) menggambarkan pengaruh rasio tegangan pada
profil perpindahan total. Untuk K = 2, pada dasarnya tidak ada perpindahan terjadi
pada mahkota di R = 3a (Gambar 12b), sedangkan yang signifikan persentase
perpindahan diperkirakan lebih dari lima jari-jari terowongan pada garis pegas
(Gambar 12a). Distribusi perpindahan ini harus dipertimbangkan ketika memilih
lokasi yang paling dalam jangkar titik dalam bidang tegangan tidak seragam (lihat
juga Gambar 14).

Gambar 12. Profil perpindahan radial normal yang direkam oleh ekstensometer
pada berbagai jarak dari permukaan terowongan (K = 2): (a) perpindahan total
pada garis pegas jika dipasang di depan wajah dan pembacaan dilakukan pada x /
2a = 0-3; (B) total perpindahan di mahkota jika dipasang di depan wajah dan
pembacaan dilakukan pada x / 2a = 0-3; dan (c) pemindahan sebagian pada
mahkota jika dipasang atau nol pembacaan diambil pada (x / 2a) 0 = 0-0,5 (setelah
Pelli [32])

25
Karena ekstensometer radial hanya dapat ditempatkan pada jarak tertentu di
belakang wajah dalam terowongan yang dalam, hanya sebagian dari deformasi total
yang dicatat (disebut perpindahan parsial).
Situasi yang lebih drastis disajikan pada Gambar 13 untuk sebuah
ekstensometer pada batuan isotropik transversal {E2 / E1 = 10). Dengan lapisan
vertikal dan strata yang sejajar dengan terowongan (case 2), kompresi signifikan
akan dicatat di atap. Sebaliknya, ekstensometer pada mahkota terowongan dalam
batuan yang tidur secara horizontal (kasus 1) atau batuan yang berlapis vertikal
(kasus 3) dengan strata yang tegak lurus terhadap sumbu terowongan menunjukkan
strain ekstensi.
Singkatnya, instrumen hanya boleh ditempatkan di tempat perpindahan yang
cukup besar diharapkan dan efek dari wajah yang maju harus dipertimbangkan.
Panjang ekstensometer harus dipilih dengan menghubungkan sensitivitas jenis
ekstensometer dengan bidang perpindahan yang diharapkan.
Sebagai contoh, Gambar 14 memberikan bukaan melingkar pada batu
elastis linier, batas zona tersebut mengandung 67% dari total perpindahan yang
tercatat di dinding terowongan untuk berbagai rasio tegangan (K
= σh/σv). Untuk K = 1,67% dari semua deformasi terjadi dalam dua jari-jari
terowongan dari dinding terowongan (antara R / a = 1 dan R / a = 3). Kontur yang
disajikan pada Gambar 14 memberikan kedalaman di mana suatu titik jangkar dari
sebuah ekstensometer harus ditempatkan untuk merekam 67% dari total massa
batuan deformasi. Ini mengikuti dari model yang agak sederhana ini yaitu
ekstensometer di bidang tegangan tidak seragam (K φ 1) harus ditempatkan di
berbagai kedalaman, yaitu ekstensometer sedikit lebih panjang daripada untuk K
= 1 seharusnya digunakan dalam arah tegangan utama utama dan ekstensometer
secara signifikan lebih pendek di arah stres kepala sekolah minor. Dalam bidang
stres yang sangat tidak seragam (2 < K < 4), sedikit atau tidak ada deformasi yang
dapat direkam ke arah tegangan utama minor (vertikal untuk Gambar 14).

26
Gambar 13 Profil perpindahan radial normal yang direkam oleh ekstensometer
yang ditempatkan di mahkota pada permukaan terowongan tiga kasus isotropik
transversal (lihat inset) (K = 2) (setelah Pelli [32])

Gambar 14 Batas zona yang mengandung 67% dari total perpindahan radial
(termasuk perpindahan di depan wajah) dekat lubang melingkar pada batu
elastis (K = σh/σv)
Sehubungan dengan pengukuran konvergensi, Pelli [32] menunjukkan bahwa
besarnya tegangan aksial, selain lokasi titik pemasangan pin konvergensi relatif
terhadap wajah, secara signifikan mengubah profil perpindahan dinding radial,
seperti diilustrasikan oleh Gambar 15. Pengukuran ekstensometer menunjukkan
sensitivitas yang sama terhadap stres aksial
d. Kombinasi perubahan tegangan dan pengukuran perpindahan
Tidak ada deformasi yang terjadi tanpa perubahan tegangan dan perubahan
tegangan terkait dengan deformasi oleh sifat deformasi massa batuan. Oleh karena
itu, jika pengukuran deformasi digabungkan dengan pengukuran perubahan
tegangan, sifat deformasi dapat dianalisis kembali, terutama jika massa batuan
dapat diasumsikan berperilaku secara elastis. Kebutuhan untuk penentuan simultan

27
perubahan stres dan perpindahan dibenarkan berdasarkan metode konvergensi /
kurungan oleh Korpach dan Kaiser (36).

Gambar 15. Distribusi konvergensi direkam sepanjang terowongan untuk pin yang
ditempatkan di (x / 2a) 0 = 0,25 dari permukaan terowongan {K = 2). Tegangan
horizontal dalam arah variabel sumbu terowongan antara p a = 0-4p v (setelah
Pelli [32])
Sementara, Pelli [32] menunjukkan bahwa tekanan radial berubah dengan
cepat di dekat muka yang maju, sedangkan tegangan tangensial berubah lebih
bertahap dan tegangan geser mundur di dekat permukaan terowongan. Akibatnya,
hampir tidak mungkin, dalam praktiknya, untuk memprediksi secara akurat
perubahan tegangan aktual pada lokasi instrumen tertentu dan harus diukur saat
pengukuran deformasi dilakukan. Secara khusus, perubahan tegangan aksial di
dekat dinding memengaruhi pengukuran perpindahan secara drastis ([32] dan
Gambar 15). Selanjutnya, perubahan tegangan aktual yang dicatat selama
pemantauan deformasi dengan instrumen yang dipasang di dekat permukaan
terowongan biasanya sangat kecil. Ini ditunjukkan selama tenggelamnya poros [36],
di mana pengukuran perubahan stres menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% dari
total perubahan stres terjadi ketika ekstensometer dibaca. Oleh karena itu,
pengukuran perubahan tegangan sangat penting untuk interpretasi konklusif dari
catatan perpindahan untuk analisis kembali sifat deformasi massa batuan.
e. Memantau interpretasi data
Proses pemantauan interpretasi data, atau analisis balik, seringkali rumit dan
dibahas oleh orang lain dalam buku ini. Penilaian terperinci dan interpretasi dari
paket pemantauan tipikal yang dipasang selama memajukan sebuah terowongan
yang digali oleh mesin pemboran terowongan telah dilakukan oleh Pelli [32].
Temuannya [33, 34] menunjukkan bahwa sangat sulit untuk menafsirkan

28
pengukuran jika program pemantauan tidak lengkap dan pengamatan esensial
tertentu tidak ada. Suatu tinjauan terhadap banyak susunan instrumen konvensional
menunjukkan bahwa defisiensi parah sering ada dalam program pemantauan.

5. KESIMPULAN
Pemantauan menyediakan cara ekonomi untuk mengurangi risiko kegagalan
dalam konstruksi bawah tanah dan merupakan komponen penting dari teknik
batuan modern. Tanpa pemantauan banyak proyek yang berani dan inovatif tidak
akan pernah dicoba atau berhasil diselesaikan.
Program pemantauan yang efektif dan dikelola dengan baik harus diarahkan
untuk memenuhi serangkaian tujuan pemantauan. Tujuan-tujuan ini harus
ditetapkan sebelum konstruksi dimulai. Umpan balik segera harus disediakan dan
digunakan untuk menuai manfaat dari program pemantauan.
Hipotesis yang dapat diandalkan dari perilaku massa batuan yang diharapkan
atau mode kegagalan potensial merupakan dasar untuk merancang program
pemantauan yang bermakna dan memfasilitasi interpretasi data rasional.
Pilihan jenis instrumen, lokasi dan orientasi instrumen, frekuensi perekaman,
dll. Tergantung pada tujuan program pemantauan serta dugaan respons di darat.
Identifikasi mode perilaku adalah tugas utama pemantauan untuk penilaian
stabilitas dan pemantauan harus dilaksanakan secara bertahap, dimulai dengan
paket instrumentasi yang relatif kasar yang mencakup area luas.
Beberapa pedoman pemantauan telah disajikan sepanjang bab ini untuk
membantu dalam pengembangan program pemantauan yang optimal.
Pengamatan visual terhadap batuan atau deformasi pendukung dan kegagalan
seringkali merupakan cara termurah dan paling produktif untuk mendeteksi situasi
yang tidak diinginkan atau untuk mengkonfirmasikan kinerja penggalian yang
memadai.
Secara umum, catatan konvergensi adalah indikator yang baik untuk inisiasi
dan propagasi hasil tetapi jarang memberikan wawasan yang cukup untuk
menetapkan penyebab kegagalan.
Lokasi tepat inisiasi keruntuhan dan mode kegagalan sering hanya dapat
diidentifikasi dengan pengukuran deformasi lokal. Pengamatan lokal seringkali
penting untuk interpretasi konklusif dari pengukuran lapangan, tetapi program

29
pemantauan harus ditata sedemikian rupa sehingga data yang dikumpulkan
akhirnya dapat digabungkan untuk sampai pada gambaran keseluruhan konklusif
dari perilaku massa batuan.
Laju deformasi yang dinormalisasi daripada besaran deformasi harus
digunakan untuk penilaian kinerja yang sedang berlangsung. Mereka memberikan
ukuran defisit margin keselamatan dan umpan balik segera ketika tindakan
perbaikan dapat diimplementasikan sebagai bagian dari proses konstruksi reguler
dan paling efektif.
Prioritas utama dari setiap interpretasi data harus mengkonfirmasi mode
perilaku yang diasumsikan. Untuk tujuan ini, pengukuran dari instrumen yang
dipilih dengan cermat dan diposisikan dengan baik dapat dibandingkan dengan
prediksi dari model analitik atau numerik atau dengan batas yang ditetapkan secara
empiris. Seringkali, satu-satunya maksud pemantauan adalah untuk
mengkonfirmasi bahwa kondisi yang diinginkan benar-benar ada dan situasi yang
diasumsikan, yang tidak diinginkan dan berpotensi berisiko tidak ditemukan. Tidak
memahami tujuan ini dapat mengarah pada program pemantauan yang terlalu mahal
atau pada kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan bahwa pemantauan tidak
diperlukan karena sedikit yang diukur.
Karena massa batuan jarang homogen, kelemahan dan diskontinuitas tidak
dapat diabaikan selama penilaian stabilitas pembukaan bawah tanah. Karena massa
batuan jarang homogen, kelemahan dan diskontinuitas tidak dapat diabaikan selama
penilaian stabilitas pembukaan bawah tanah. Analisis kembali berdasarkan model
kontinum, mengabaikan kelemahan dan mode pecah terkait, sering kali bisa
menyesatkan.

30

Anda mungkin juga menyukai