Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA NORMOSITIK

A. Pengertian Anemia
Menurut Corwin (2009), Anemia adalah penurunan kuantitas sel sel
darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah
merah, atau keduanya.
Menurut Baughman, (2000) Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah
sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah
normal.
Menurut Mansjoer (2000) menyatakan anemia adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin dan/atau hitung ertrosit lebih rendah dari harga
normal. Dikatakan sebagai anemia bila hemoglobin < 14 g/dl dan hematokrit <
41% pada pria atau hemoglobin < 12 g/dl dan hematokrit < 37% pada wanita.
B. Klasifikasi Anemia
1. Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel
a. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan
talasemia (gangguan Hb).
b. Anemia normositik : Anemia dengan sel darah merah dengan ukuran
dan warna yang normal contohnya yaitu anemia akibat penyakit
kronis seperti gangguan ginjal.
c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia
akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
(wikipedia, 2014)
2. Klasifikasi Anemia Akibat Gangguan Eritropoiesis
a. Anemia Defisiensi Besi
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb,
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan
mikrositer.
b. Anemia Megaloblastik
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada
sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul
adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum
tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
c. Anemia Aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas.
Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi
terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
d. Anemia Mieloptisik
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate
sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan
eritroid pada tahap awal.
(Wikipedia,2014)
3. Klasifikasi anemia berdasarkan etiologinya yaitu:
a. Anemia pasca pendarahan (Kehilangan darah mendadak, kehilangan
darah menahun).
b. Anemia defisiensi besi.
c. Anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12).
d. Anemia hemolitik dan anemia aplastik.
(Wikipedia,2014)
C. Etiologi Anemia
Ada tiga penyebab utama terjadinya anemia, yaitu
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah adalah penyebab paling umum terjadinya anemia,
khususnya terutama anemia karena kekurangan defisiensi zat besi.
Kehilangan darah bisa jangka pendek atau persisten. Jika kehilangan darah
berlebihan, tubuh akan kehilangan sel darah merah yang cukup dan
menyebabkan anemia. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kehilangan darah seperti menstruasi, perdarahan di saluran pencernaan
dapat menyebabkan kehilangan darah. Bedah atau kanker juga bisa
menyebabkan kehilangan darah.
2. Produksi sel darah merah tidak memadai
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan produksi sel
darah merah yang tidak memadai, ini termasuk:
a. Makanan
Makanan yang kekurangan atau tidak memiliki zat besi, asam
folat (folat), dan vitamin B12 dapat menyebabkan tubuh tidak membuat
sel darah merah yang cukup. Zat besi merupakan mineral penting
untuk pembuatan sel darah merah.
b. Penyakit Kronis
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang
cukup. Orang yang memiliki HIV / AIDS juga dapat mengembangkan
anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan
penyakit.
c. Kehamilan
Selama 6 bulan pertama kehamilan, bagian cair darah perempuan
meningkat lebih cepat dibandingkan jumlah sel darah merah. Ini
mencairkan darah dan dapat menyebabkan anemia.
d. Hormon
Tubuh kita membutuhkan hormon erythropoietin untuk membuat
sel darah merah. Hormon ini membantu merangsang sumsum tulang
untuk membuat sel darah merah. Rendahnya tingkat hormon ini dapat
menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan
Beberapa obat seperti antibiotik, obat anti kejang, pengobatan
kanker atau paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada
sumsum tulang. Jika sumsum tulang rusak, tidak dapat membuat cukup
sel darah merah baru untuk menggantikan sel yang mati.
3. Kerusakan sel darah merah yang berlebihan
Anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah yang
berlebihan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk anemia,
mereka adalah sebagai berikut:
a. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah hancur sebelum
masanya berakhir. Umur normal sel darah merah adalah 120 hari.
Pada anemia hemolitik, umurnya jauh lebih pendek.
b. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah bentuk parah dari anemia. Hal ini biasanya
terjadi ketika seseorang mewarisi dua gen yang abnormal (satu dari
setiap orangtua) yang menyebabkan sel darah merah mereka berubah
bentuknya.
c. Thalassemia.
Thalasemia adalah suatu bentuk anemia yang sel darah merah
cepat hancur. Hal ini menyebabkan tubuh membuat sedikit sel darah
merah sehat dan hemoglobin dari normal.
(Zen,2013)
D. Patofisiologi Anemia
Menurut Tarwoto (2008), Patofisiologi pada klien anemia ialah Zat besi
masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa :
senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan enzim–enzim,
senyawa besi transportasi yaitu dalam bentuk transportasi dan senyawa besi
cadangan seperti ferritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan
menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga
mudah untuk diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat
bebas terapi berikatan dengan molekul protein menbebtuk ferritin, komponen
proteinnya disebut apoferritin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi
dalam bentuk ferro berikatan dengan protein membentuk transferin,
komponen proteinnya disebut apotransferin, dalam darah disebut
serotransferin.
Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor, sayuran
hiaju dan buah – buahan diabsorpsi di usus halus. Rata – rata dari makanan
yang masuk mengandung 10 – 15 mg zat besi, tetapi hanya 5 – 10 % yang
dapat diabsorpsi. Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya
protein hewani dan vitamin C. sedangkan yang menghambat serapan adalah
kopi, the, garam kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat zat besi.
Menurut asupan zat besi yang merupakan unsur utama pembentuk hemoglobin
maka kadar/produksi hemoglobin juga akan menurun.
E. Manifestasi Klinik Anemia
Manifestasi klinik dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan
yaitu :
1. Kelopak Mata Pucat
Sangat mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata. Ketika
meregangkan kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Pasti
anda akan melihat bahwa bagian dalam kelopak mata berwarna pucat.
2. Sering Kelelahan
Jika ada yang merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau
lebih, bisa jadi Anda memiliki jumlah sel darah merah yang rendah.
Pasokan energi tubuh sangat bergantung pada oksidasi dan sel darah
merah Semakin rendah sel darah merah, tingkat oksidasi dalam tubuh ikut
berkurang.
3. Sering Mual
Mereka yang menderita anemia seringkali mengalami gejala morning
sickness atau mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur.
4. Sakit kepala
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara
terus-menerus. Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan
oksigen. Hal ini sering menyebabkan sakit kepala.
5. Ujung Jari Pucat
Ketika anda menekan ujung jari, daerah itu akan berubah jadi merah.
Tetapi, jika Anda mengalami anemia, ujung jari Anda akan menjadi putih
atau pucat.
6. Sesak napas
Jumlah darah yang rendah menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh.
Hal ini membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering
terengah-engah ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan.
7. Denyut Jantung Tidak Teratur
Palpitasi adalah istilah medis untuk denyut jantung tidak teratur,
terlalu kuat atau memiliki kecepatan abnormal. Ketika tubuh mengalami
kekurangan oksigen, denyut jantung meningkat. Hal ini menyebabkan
jantung berdebar tidak teratur dan cepat.
8. Wajah Pucat
Jika anda mengalami anemia, wajah anda akan terlihat pucat. Kulit
juga akan menjadi putih kekuningan.
9. Rambut rontok
Rambut rontok bisa menjadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak
mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh, anda akan mengalami
penipisan rambut dengan cepat.
10. Menurunnya Kekebalan Tubuh
Ketika tubuh Anda memiliki energi yang sangat sedikit, kekebalan
atau kemampuan tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun. Anda akan
mudah jatuh sakit atau kelelahan.(Wahyudi, 2013)
F. Faktor Risiko Terkena Anemia
Ada beberapa faktor resiko terkena anemia, di antaranya :
1. Rendahnya asupan gizi pada makanan
Pola makan yang kurang zat penting bagi sel darah merah
seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat meningkatkan
resiko anemia.
2. Kondisi saluran cerna
Kondisi saluran cerna dapat mempengaruhi absorbsi nutrisi
yang penting bagi pembentukan sel darah merah sehingga dapat
meningkatkan resiko anemia.Selain itu, pendarahan akibat tukak
lambung, tukak peptik, dan infeksi parasit pada salurancerna juga
dapat menyebabkan anemia.
3. Menstruasi
Menstruasi dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Kehilangan darah akibat menstruasi memicu
pembentukan darah berlebih. Apabila tidak diikuti dengan
peningkatan asupan nutrisi terutama zat besi, dapat memicu
terjadinya anemiadefisiensi zat besi.
4. Kehamilan
Kehamilan dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Hal inidisebabkan tubuh harus memiliki nutrisi
yang cukup untuk tubuh ibu dan fetu s,serta nutrisi untuk
pembentukan sel darah fetus.Apabila tidak dibarengi dengan
asupan nutrisi yang cukup terutama zat besi, dapat menyebabkan
anemia.
5. Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
6. Genetik dan Sejarah keluarga
Sejarah keluarga merupakan faktor resiko untuk anemia
yang disebabkan oleh genetik, misalnya sickle-cell anemia,
talasemia, ataufancony anemia.
7. Zat kimia dan obat
Beberapa obat dan zat kimia seperti benzena, penisilin,
primaquin, dan sulfasalazin dapat menyebabkan anemia.
8. Infeksi
Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena
racun kimia, dan menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada
produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.
9. Risiko lain
Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian
ketat dan kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.
(Noviyanti, 2013)
G. Pencegahan Penyakit Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu
menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan
makanan sehat yang mengandung:
1. Zat besi
Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran
berwana hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain. Makanan yang
mengandung zat besi penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi
tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat
besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.
2. Asam Folat.
Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap,
kacang-kacangan, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12
Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
4. Vitamin C
Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang
mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri.
(Noviyanti, 2013)
H. Pemeriksaan diagnostik Anemia
Menurut Tarwoto (2008. Hal 40), pemeriksaan laboratorium pada klien
dengan anemia adalah sebagai berikut.
1. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah
merah, sel darah putih dan tronbosit ) dalam volume darah tertentu,
dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter kubik ( mm3 ).
2. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah
maupun jumlah sel darah.
3. Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukkan
volume darah lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukkan
presentasi sel darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100ml.
4. Mean Corpuscular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi hemoglobin rata
– rata adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu
sel darah merah. MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin
dalam 100 ml darah dengan jumlah sel darah per millimeter kubik darah.
Nilai normalnya kira – kira 27 – 31 pikogram / sel darah merah.
5. Mean Corpuscular volume ( MCV ) atau volume eritrosit rata – rata
merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer
kubik, dengan batas normal 81 – 96 um 3, apabila ukurannya kurang dari
81 mm maka menunjukkan sel – sel mikrositik, apabila lebih besar dari 96
menunjukkan sel – sel makrositik.
6. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC ) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata – rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam
100 ml sel darah merah padat. Normalnya 30-36 g / ml darah.
7. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
8. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
9. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan
biopsy pada sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus
vertebra, Krista iliaka anterior atau posterior. Pemeriksaan sumsum
dilakukan jika tidak cukup data – data yang diperoleh untuk mendiagnosa
penyakit pada sistem hemotologik.
10. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur –
unsur yang perlu bagi perkembangan sel – sel darah merah seperti kadar
besi ( Fe ) serum, vitamin B12 dan asam folat.
I. Penatalaksanaan Penyakit Anemia
Menurut Tarwoto (2008 ), penatalaksanaan pada setiap kasus anemia perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
1. Pemberian diet tinggi zat besi.
2. Atasi penyebab seperti cacingan, pendarahan.
3. Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis : 3 x 200 mg ),
ferro glukonat 3 x 200 mg / hari.
4. Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100 – 250
mg tiap 1 – 2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
5. Pemberian vitamin C ( dosis : 3 x 100 mg / hr ).
6. Transfusi darah jika diperlukan.
Adapun Penatalaksanaan Penyakit Anemia menurut Noviyanti,
(2013) antara lain sebagai berikut :
1. Bila ada yang merasakan gejala anemia seperti yang diatas dan orang -
orang disekitar melihat bahwa anda tampak pucat dan lelah, segeralah
berkonsultasi dengan dokter. Maka anda akan mendapat pemeriksaan fisik,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjangan lainnya untuk
menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.
2. Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya
adalah kekurangan zat besi anda dapat mengkonsumsi makanan yang
banyak menganduk zat besi dan meminum Vit B12 yang dapat
memberikan pemenuhan vitamin pada anda.
3. Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah
penanganan. Setelah Anemia tertangani, Anda akan masih terus menerima
asupan suplemen zat besi dan vitamin untuk menjaga kondisi tubuh.
4. Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah
menyembuhkan penyakitnya.
5. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung
cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan
transfusi darah.
6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi disarankan bagi setiap
orang, terlebih bagi wanita yang menstruasi atau sedang hamil. Zat besi
yang paling mudah diserap bersumber dari daging, ayam dan ikan.
Beberapa makanan seperti sayuran, buah-buahan, sereal (yang diperkuat
zat besi), telur dan kacang-kacangan juga mengandung zat besi, namun
lebih sulit dicerna. Untuk mempermudah penyerapan zat besi, Anda dapat
memakannya bersamaan dengan daging, ayam atau ikan atau dengan
buah-buahan yang kaya vitamin C.
7. Tidak memerlukan suplemen zat besi kecuali direkomendasikan dokter.
Suplemen zat besi berdosis tinggi dapat menyebabkan konstipasi dan tinja
berwarna hitam. Selain itu, penggunaan suplemen zat besi yang tidak perlu
dapat menyembunyikan masalah lain, misalnya perdarahan pada saluran
pencernaan.
8. Wanita hamil disarankan mengkonsumsi suplemen makanan sesuai saran
dokter, termasuk yang mengandung zat besi dan asam folat untuk
mencegah anemia.
9. Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur yang kaya vitamin C seperti
jambu, jeruk, sirsak, pepaya, anggur, tomat, nanas, daun katuk daun
singkong,dan bayam dapat membantu tubuh menyerap zat besi.
10. Menjalani diet vegetarian harus dilakukan dengan bijak karena dapat
menyebabkan kekurangan vitamin B12. Vitamin ini sangat penting bagi
pembentukan sel-sel tubuh, termasuk sel darah merah. Bila Anda tidak
mengkonsumsi makanan hewani,
11. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi.
12. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau
dalam diet.

Anda mungkin juga menyukai