Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

I. Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

perut dan dinding uterus (Prawirohardjo Sarwono, Pelayanan kesehatan Maternal dan

Neonatal, 2014)
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas

500 gram (Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Bedah Kebidanan, 2012)


Sectio Caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram,

melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact), (Syafuddin Abdul Bari,

Pelayanan kesehatan kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014)


Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

perut dan dinding rahim. (Mansjoer Arif, Kapita selekta Kedokteran 2015)
Sectio Caesarea adalah insisi melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin,

(Kamus Kedokteran, 2011)


B. Klasifikasi Sectio Caesarea

Sectio Caesarea Klasik : pembedahan secara sanger / berpusat


Sectio Caesarea Transperitoneal Profenda (Supra cervikalis lower segmen Caesarea Sectio

1. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak


2. Bahaya peritonitis tidak besar
3. Perut pada uterus umumnya kuat sehingga rupture uteri dikemudian tidak besar

Sectio ekstraperitoneal
Sectio Caesarea vaginal (Wiknjosastra Hanifa, Ilmu Bedah Kebidanan 2000)
C. Indikasi Sectio Caesarea
1. Indikasi Ibu

 Panggul sempit absolute


 Tumor jalan lahir
 Stenisis serviks / vagina
 Plasenta previa
 Disproporsi sefalopelvik
 Rupture uteri
2. Indikasi Janin

 Kelainan letak ( letak bokong, letak lintang )


 Gawat janin (Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Bedah Kebidanan, 2000)

3. Indikasi lain

 Partus lama
 Partus tak maju
 Preeklamsia dan hipertensi
 Janin besar

D. Komplikasi Sectio Caesarea


1. Pada Ibu
a) Infeksi puerperium (Nifas)

 Komplikasi ringin, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
 Komplikasi berat, seperti peritonitis sepsis dan sebagainya. Infeksi post operatif

terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala – gejala infeksi intra

pantum, atau ada factor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu

(partus lama) khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya.

b) Pendarahan
Pendarahan merupakan komplikasi yang paling gawat dan penyebab kematian ibu

yang paling utama :

 Atonium Uteri : sumber perdarahan berasal dari implamasi plasenta


 Robekan jalan lahir : Rupture uteri,robekan serviks,robekan vagina dan robekan

perineum
 Gangguan pembekuan darah : kematian janin rahim melebihi 6 minggu pada

solutio plasenta dan emboli air ketuban

c) Komplikasi – komplikasi lain, seperti

 Luka kantung kemih


 Embolisme paru
 Pada bayi
 Seperti dengan ibunya, nasib bayi yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak

tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan section caesarea

(Wiknjosastro Hanifa, Ilmu Kebidanan, 2005)

E. Indikasi Sectio Caesarea

1. Janin sudah mati


2. Janin terlalu kecil untuk hidup di luar uterus
3. Syok, anemia berat
4. Kelainan kongenital janin terbukti cacat seperti hidrochepalus (Wiknjosastro

Hanifa,Ilmu Kebidanan,2000)
F. Nasihat pada Ibu pasca operasi
1. Dianjurkan jangan hamil kurang lebih satu tahun, dengan memakai kontrasepsi
2. Kehamilan berikutnya diawasi dengan antenatat yang teratur
3. Dianjurkan agar bersalin di Rumah Sakit
4. Kehamilan berikutnya adalah indikasi dilakukan sectio caesarea atau tidak

G. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sectio caesarea :


Sectio Caesarea elektif

a) Keuntungan : Waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan

menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan baik

b) Kerugian : Karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk

dengan baik sehingga menyulitksn pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri

dengan pendarahan karena uterus belum berkontraksi.


Anestesi

a) Anestesi spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa

tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk bagi Ibu dan janin
b) Anestesi local cara aman dilakukan berhubung dengan sikap mental penderita

Transfusi darah

Umumnya pendarahan pada sectio caesarea lebih banyak daripada persalinan

pervagina di sebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta dan juga jika

terjadi atomia uteri post partum


Pemberian Antibiotika

Sesudah sectio caesarea antibiotika efektif dan pemberiannya harus di anjurkan

(Wiknjosastro Hanifa,Ilmu Kebidanan,2005)

H. Pemeriksaan Diagnostik

 USG (menentukan pertumbuhan, kedudukan dan presentasi janin)


 Darah (Hb dan golongan darah )
 Urinalis (menetukan kadar albumin atau glukosa)
( Doenges, Rencana Keperawatan Maternal / Bayi, 2001)

I. Penatalaksanaan Medik

1. Cairan Dextose 5 – 10 %
2. Cairan RL
3. Analgetik misalnya pethiden 100 -150 mg / infuse, morfin 10 – 15 mg /infuse
4. Antibiotik
5. Kemoterapi
6. Anti Inflamasi (obat roboransia )
7. Obat-obatan seperti plasil, periperal (perut kembung)
8. Transfusi pada klien yang anemis
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial 1999)

II. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)

a. Pengertian
1. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan

mulai dan di tunggu 1 jam belum terjadi inpartu sebagian besar ketuban pecah dini

adalah hamil aterm di atas 31 minggu sedangkan di bawah 36 minggu jarang terjadi

(Mannaba Ida B, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB,

2001)
2. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang

usia kehamilan sebelum persalinan dimulai (Rayburn Wlliam F, Obstetri dan

Ginekologi,2001)
3. Ketuban pecah dini atau rupture membrane preterm adalah rupture membrana sebelum

awitan kelahiran spontan (Nettina Sandra M, Pedoman Praktek Keperawatan,2002)


b. Etiologi
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor

yang diduga sebagai faktor predisposisi antara lain :


1. Overdistensi uterus
2. Faktor keturunan
a) Defesiensi zat besi
b) Defesiensi vitamin C
c) Kelainan genetik
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan selaput ketuban
a) Infeksi genitalia
b) Meningkatnya enzim proteolitik
4. Masa invertal ketuban pecah sampai kontradiksi (fase laten ) makin panjang masa laten

makin tinggi kemungkinan ketuban pecah dini.


5. Sebab umum
a) Gemeli
b) Disproporsi sefalo pelvia
c) Letak (lintang dan sungsang)
d) Korioamnionitis
c. Insiden
10 % pada semua kehamilan lebih banyak bertanggungjawab terhadap kehamilan preterm

dari pada penyebab lain yang dapat dikenal.


d. Patofisiologi
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan dan vaskularisasi. Bila

terjadinya pembukaan serviks maka selaput sangat lemah dan mudah pecah dan

mengeluarkan ketuban. Pada kehamilan normal janin terllindung dari infeksi bila terjadi

ketuban pecah dini maka resiko infeksi akan meningkat dalam waku 24 jam pertama,

tetapi paling sering terjadi sesudah waktu tersebut. Akibat selaput ketuban pecah yang

sering terjadi korioamnionitis, infeksi dimulai ketika selaput ketuban terbuka sehingga
selaput ketuban merenggang dan menyebabkan suplai darah berkurang kemudian menjadi

lemah dan mudah di serang infeksi.


e. Manifestasi klinis
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit

atau sekaligus banyak


2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Umumnya penderita mengeluh perasaan basah yang merupakan karakteristik ketuban

pecah dini ( Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, 1999)


f. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan abdomen : uterus lunak dan tidak nyeri tekan, tinggi fundus uterus harus

di ukur dan di bandingkan dengan usia kehamilan


2. Inspeksi dengan melihat air ketuban yang keluar
3. Pemeriksaan dalam secara asepsis meraba tidak ada selaput ketuban (Mansjoer A,

Kapita Selekta Kedokteran, 1999)


g. Tes Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap (khususnya leukosit)
2. Amniosintesis
3. USG
h. Penatalaksanaan
Anjuran mengenai penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan komplikasi pecah

dini tergantung pada umur kehamilan. Jika ada tanda infeksi intra uteri di berikan

antibiotik yang tepat secara intravena. Persalinan di indikasikan dengan oksitosin selama

janin dalam presentase kepala bila indikasi gagal dianjurkan sectio caesarea.
i. Komplikasi
1. Infeksi
2. Partus preterm
3. Prolaps tali pusat
III. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6

minggu ( Prawirohardjo S, Ilmu Bedah Kebidanan, 2002)


b. Periode Masa Nifas
Periode masa nifas dibagi dalam 3 tahapan yaitu :
1. Immediately post partum : masa 24 jam setelah melahirkan (24 jam pertama)
2. Early post partum : masa setelah 24 jam pertama sampai dengan hari ke VII (minggu

pertama post partum)


3. Late post partum : masa setelah minggu I post partum sampai dengan minggu ke VI

(minggu ke II sampai dengan minggu ke VI)


c. Tujuan Perawatan Post Partum
1. Memulihkan kesehatan ibu post partum
2. Mencegah infeksi dari komplikasi
3. Memperlancar pembentukan ASI
4. Melibatkan ibu dalam merawat bayinya
d. Perubahan Fisiologi Nifas
1. Involutio
Involutio adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau

uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti

sebelum hamil. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involutio

Involutio Tinggi fundus uteri Berat


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Http/www.yahoo.com
2. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas (Mochtar R. 1999, Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial, 1999)


a) Lochea rubra (kruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, vernik kaseosa, lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah, kuning, berisi darah dan lendir, terjadi

pada hari ke 3-7 pasca persalinan


c) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 – 14

pasca persalinan
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f) Lochea statis : Lochea tidak lancar keluar
Gangguan pengeluaran lochea kemungkinan dipengaruhi oleh :
1) Terganggunya sisa plasenta dan selaput janin
2) Ibu tidak menyusui anaknya
3) Adanya infeksi pada jalan lahir

3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan sebagai proses pembentukkan dan pengeluaran ASI.
Dalam Laktasi ada beberapa refleks yang penting :
a) Refleks pada Ibu
1) Refleks prolaktin : sewaktu bayi menyusui, rangsangan dari ujung

syaraf puting susu dikirim ke hipotalamus yang akan memacu keluarnya

hormone prolaktin yang kemudian merangsang sel kelenjar memproduksi

ASI.
2) Let down refleks keluarnya air susu karena kontraksi mioepitel

sekeliling ductus laktiferus dengan pengaruh oksitosin. Terjadinya refleks ini

dipengaruhi jiwa ibu. Melalui refleks ini terjadi pula kontraksi rahim yang

membantu lepasnya plasenta dan mengurangi pendarahan. Oleh karena itu,

setelah dilahirkan bayi perlu segera disusukan ibunya jika mungkin.


b) Pada bayi
1) Rooting refleks bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kea rah

sentuhan. Bila bibirnya di rangsang/ di sentuh, dia akan membuka mulut dan

berusaha mencari puting untuk menyusui.


2) Refleks menghisap terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit

dalam mulut bayi, biasanya puting susu.


3) Refleks menelan timbul bila ada cairan di rongga mulut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI :
a. Faktor anatomi buah dada
b. Faktor fisiologis
c. Makanan yang makan oleh Ibu saat menyusui
d. Faktor isapan bayi
e. Faktor istirahat
f. Faktor psikologis
c) Perubahan pada vagina
1) Labia mayora dan minora sedikit tegang
2) Mukosa vagina atrofi sampai siklus menstruasi terjadi kembali
d) Perubahan pada Perineum
Bila di lakukan epsiotomi pemulihan lebih lambat, tanpa episiotomi perineum

kelihatan sedikit memar pada early post partum.


e) Perubahan-perubahan pada organ lain
Perubahan-perubahan pada organ adalah sebagai berikut

1) After pains

After pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus biasanya

berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perasaan mules ini lebih terasa bila Ibu

sedang menyusui

2) Tanda-Tanda Vital

Suhu badan impartu tidak lebih dari 37,2 C, sesudah partus dapat naik + 0,5

C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38 C, sesudah 12 jam pertama

melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Denyut nadi

berkisar umumnya antara 60-80 x/ menit segera setelah partus dapat terjadi

bradikardia.
Tekanan darah dapat meningkat karena keletihan tetapi akan kembali normal

dalam waktu 1 jam post partum.

3) Cardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah ibu stabil tapi biasanya terjadi penurunan

terkanan darah sistolik 20mmHg, jika ada perubahan posisi duduk ini

disebut hipotensi orthostatic yang merupakan kompensasi carsiovaskuler

terhadap penurunan kosistensi vaskuler di daerah panggul segera setelah

persalinan dan kadang menggigil kemungkinan disebabkan oleh iritabilitas.

4) Sistem urinaria

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat

menyebabkan edema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan darah.


Perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan dan mengosongkan

kandung kemih yang tidak tuntas biasanya ibu mengalami kesulitan BAK

sampai 2 hari post partum.

5) Sistem endokrin

Sistem endokrin mulai mengalami perubahan pada kala IV persalinan

mengikuti lahirnya plasenta terjadi penurunan yang cepat dari estrogen dan

prostegon. Prolaktin pada ibu yang menyusui akan meningkat secara bertahap

dimana produksi ASI mulai di sekitar hari ketiga post partum pembesaran

payudara terjadi karena peningkatan system vaskuler dan limfatik yang

mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan nyeri jika

disentuh.
f) Sistem Gastrointestial
Pengembangan fungsi dedikasi secara normal terjadi lambat dalam minggu

pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan mortalitas usus,

kehilangan cairan dan ketidaknyamanan peripenal, namun akan kembali

normal pada akhir minggu I dengan pulihnya selera makan ibu dan peningkatan

cairan serta makanan berserat yang dikonsumsi.


g) Sistem muskolusketeletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan

berkurangnyatonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa

lembek, lemah dan kendor.


h) Perubahan system integument
Cloasma gravidarium biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan

hiperpigmentasi aerola mammae dan linea nigra mungkin belum menghilang

sempurna setelah melahirkan.


i) Adaptasi psikologis post partum
Aspek adaptasi psikologis pada masa post partum sebagai berikut :
4. Fase taking in (fase mengambil)
a) Terjadi pada hari 1 – 3 post partum
b) Dalam memenuhi kebutuhannya ibu sangat tergantung pada orang lain
c) Tuntutan makanan dan tidur berlebihan
d) Sikap pasif
5. Fase taking hold (fase memegang)
Masa antara perilaku tergantung dan mandiri
a) Terjadi pada hari 4 – 10 post partum
b) Fokus dan perhatian lebih luas pada bayinya
c) Berinisiatif dalam perawatan diri
d) Banyak bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan diri dan

bayinya
e) Masa kurang percaya diri
f) Fase paling tepat untuk diberikan pendidikan kesehatan
6. Fasse letting go (fase bertindak)
a) Terjadi setelah hari 10 post partum
b) Mulai menjalankan perannya
c) Mampu merawat bayinya, dirinya dan mulai sibuk dengan tanggung

jawabnya sebagai Ibu.


IV. Konsep Dasar Keperawatan
Konsep dasar keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam

praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang

memerlukan ilmu teknik dan keterampilan professional yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan klien / keluarga.


Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang sekuensial dan berhubungan yaitu :

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


( Tucher et. All, Standar Perawatan Pasient, 1999)
Langkah – langkah proses keperawatan :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara

keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan

dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan

pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga

ditemukan diagnosa keperawatan.


Cara pengumpulan data yaitu observasi. Anamnese, wawancara, pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi. (Gaffar J,

Pemeriksaan Fisik, 1999)


Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Indentitas
Identitas klien/identitas suami.
b. Data biologis dan fidiologi
1. Keluhan utama
Keluhan yang diungkapkan oleh klien pada saat pengkajian
2. Riwayat keluhan utama
Awal terjadinya keluhan, usaha klien untuk mengatasi keluhan, hasilnya sampai

saat klien dikaji


3. Riwayat menstruasi
Menarche, siklus haid (teratur/tidak teratur), lamanya, sifat darah, bau, warnanya.
4. Riwayat kehamilan terakhir
HPHT, tafsiran persalinan, berapa kali ANC, berapa kali imunisasi TT
5. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, lamanya persalinan (kala I– kala IV), jumlah

perdarahan selam persalinan, jenis kelamin bayi, berat badan dan panjang badan,

APGAR score: 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir.

6. Riwayat obsteri

Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Anak


ke Um Penyulit Jenis Penolon Penyulit nifas Jenis BB PB Keadaan
ur g kel umum
ke sekarang
7. Riwayat keluarga berencana
Apakah klien mengerti tentang keluarga berencana, sudah menjadi akseptor atau

drop out, apa masalahnya saat menggunakan kontrasepsi dan rencana yang akan

datang
8. Riwayat penyakit yang lalu
Untuk mengetahui apakah ada jenis penyakit klien kemungkinan dapat

berpengaruh terhadap masa nifas dan riwayat operasi


9. Riwayat penyakit keluarga
Tentang genogram 3 generasi untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita

anggota keluarga, penyakit keturunan dan menular, riwayat kehamilan kembar


10. Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi dan cairan
Secara subjektif : frekuensi, jenis, nafsu makan, makanan pantangan,

makanan kesukaan, banyaknya minum sehari.


Secara objektif : BB saat ini, TB, turgor kulit, membrane mukosa
mulut, porsi makan habis/tidak
b) Eliminasi
1) BAB : Frekuansi, konstitensi, warna, keluhan diare/kontipasai,
terakhir defeksi
2) BAK : Frekuensi, warna, keluhan berkemih, terakhir berkemih
c) Personal hygiene
Mandi, sikat gigi, cuci rambut, ganti pakaian luar dan dalam
d) Aktifitas/istirahat tidur
Kegiatan dalam pekerjaan, kegiatan waktu luang, keluhan saat beraktifitas,

istirahat tidur (siang/malam) aktivitas sehari-hari dibantu/mandiri.


e) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan :
Ketergantungan obat-obatan, rokok dan minuman keras.
e) Pola seksualitas
Keluhan dalam hubungan seksual
11. Pemeriksaan fisik :
a) Keadaan umum/kesadaran
b) Tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
c) Rambut : keadaan rambut dan kebersihan
d) Mata : konjungtiva, sklera, lingkar hitam pada mata, mata merah.
e) Mulut : kondisi gigi dan gusi
f) Leher : Pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis
g) Buah dada : konstitensi, aerola mamae, puting, ASI/colostrum, kebersihan,

kelainan.
h) Abdomen, uterus : bidang usus, luka bekas operasi, tanda distensi, distensi

recti abdominius, kontraksi, posisi, tinggi fundus uteri.


i) Genitalia : lochia, warna, banyaknya/baunya, perineum utuh / laserasi

episiotomi / jenis, varies vulva, odema vulva.


j) Anus : hemoroid ada atau tidak
k) Estremitas bawah : edema, varices, nyeri, panas, merah, refleks pattela,

kesemutan / kelemahan, kejang, keluhan.


l) Ambulansi : berapa jam setelah post partum
m) Pemeriksaan diagnostic : darah Hb / Ht, urine albumin glikosuria.
c. Data Psikososial
Pola interaksi, pola kognitif, konsep diri, hubungan yang penting, lingkungan

keluarga.
d. Data social ekonomi
e. Data spiritual
Agama, kegiatan keagamaan
f. Mengelompokkan data :
Membagi data dalam dua jenis yaitu :
1. Data subjektif : persepsi klien tentang masalah kesehatannya. Respon / keluhan

klien : ungkapan verbal klien (nyeri, pusing, lemah mata berkunang-kunang)


2. Data objektif observasi / pengukuran yang dilakukan / ditemukan oleh perawat :

Mengidentifikasikan adanya kemerahan pada tubuh dan peningkatan suhu tubuh.


2. Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang

actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil tanggung gugat perawat (Doenges M.E, Rencana

Perawatan Maternal dan Bayi, 2001)


Diagnosa keperawatan yang sering ditemukan adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan putusnya kontinuitas jaringan
b. Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisinya
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi
f. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
3. Intervesi

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 Aktivitas keperawatan
jam klien akan:
1. Observasi reaksi nonverbal dari
 Tingkat kenyamanan
 Control nyeri ketidaknyamanan
2. Lakukan pengkajian nyeri secara
 Tingkat nyeri
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria hasil :
karasteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
 Tidak ada gangguan
dan faktor presipitasi
tidur 3. Observasi TTV
 Tidak ada ekspresi 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
menahan nyeri dan (relaksasi napas dalam)
5. Kelola anti analgetik
ungkapan secara verbal
 Tidak ada gangguan
konsentrasi
2 Defisit perawatan diri Setelah diberikan tindakan Self care assistance: ADLs
keperawatan selama 3x24 1. Monitor kemampuan klien untuk
jam, diharapkan klien: perawatan diri yang mandiri
Self care: Activity of Daily 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
Living (ADLs) alat bantu untuk kebersihan diri,
Kriteria hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
- Klien terbebas dari bau makan
badan 3. Sediakan bantuan sampai klien
- Menyatakan
mampu secara utuh untuk melakukan
kenyamanan terhadap
self care
kemampuan untuk
4. memotivasi klien untuk melakukan
melakukan ADLs
aktivitas sehari-hari yang normal
Dapat melakukan ADLs
sesuai kemampuan yang dimiliki
dengan bantuan
5. memotivasi untuk beraktivitas secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya
6. Berikan kebutuhan sehari-hari sesuai
kebutuhan
7. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Penurunan kecemasan
keperawatan selama 2x24 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
jam diharapkan: meyakinkan
2. Jelaskan semua prosedur termasuk
1. pasien mencari
sensasi yang akan dirasakan
informasi tentang
3. Berikan informasi faktual terkait
kesehatan diagnosis, perawatan dan prognosis.
2. pasien mampu
menyesuaikan
perubahan dalam status
kesehatan
3. pasien menunjukkan
kegembiraan.
Kriteria hasil:
 pasien mampu
menangani ansietasnya
 pasien mampu
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
untuk mengontrol
cemas
4 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement
keperawatan selama 3x24  Determinasi efek-efek medikasi
jam gangguan pola tidur terhadap pola tidur
pasien teratasi dengan  Jelaskan pentingnya tidur adekuat
 Fasilitas untuk mempertahankan
kriteria hasil:
aktivitas sebelum tidur
 Jumlah jam tidur dalam  Ciptakan lingkungan yang nyaman
batas normal  Kolaborasi pemberian obat tidur
 Pola tidur ,kualitas
dalam batas normal
 Perasaan fresh sesudah
tidur/istrahat
 Mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. kaji kemampuan klien dalam
keperawatan selama 2x24 beraktivitas
jam intoleransi aktivitas 2. Dekatkan peralatan yang di butuhkan
dengan kriteria hasil: klien
- Berpartisipasi dalam 3. beri dorongan untuk melakukan
aktivitas fisik tanpa aktivitas bertahap jika dapat ditoleransi
disertai peningkatan 4. bantu klien untuk memilih aktivitas
tekanan darah konsisten yang sesuai dengan
- Mampu melakukan
kemampuan fisik
aktivitas sehari-hari
5. bantu pasien/ keluarga untuk
secara mandiri
mengidentifikasi kekurangan dalam
- Keseimbangan aktivitas
beraktivitas.
dan istrahat

6 Resiko infeksi setelah dilakukan tindakan  Kontrol infeksi


keperawatan selama 3x24 Aktivitas keperawatan:
jam pasien tidak mengalami 1. Lakukan cuci tangan sebelum dan
infeksi, diharapkan klien sesudah kontak/merawat pasien
akan: dengan menggunakan antiseptic
 Pengendalian infeksi
 sistem kekebalan tubuh Aktivitas keperawatan:
 kontrol infeksi
 kontrol resiko  Monitor adanya tanda dan gejala

kriteria hasil: infeksi sistemik dan local


 Ajarkan klien dan pengunjung teknik
 tidak terjadi demam
cara mencuci tangan yang benar
 tidak ada tanda-tanda
sewaktu masuk dan meninggalkan
dan gejala infeksi
 tidak terjadi peningkatan ruangan.
 Ganti verban.
jumah leukosit.

4. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan ialah melaksanakanintervensi keperawatan,

medokumentasikan asuhan keperawatan, memberikan laporan secara verbal dan

mempertahankan rencana asuhan. Dimana tindakan keperawatan itu dapat dilaksanakan

sebagian oleh klien sendiri, oleh perawat mandiri atau mungkin dilakukan dengan kerja

sama antara tim kesehatan (Doenges,Rencana Perawatan Maternal dan Bayi, 2001)
5. Evaluasi
Hasil atau proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana

keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elisabet J (2017), Buku Saku Patofisiologi, Buku Kedokteran, EGC , Jakarta
Dep . Kes, RI, (2013), Rencana Strategis Nasional Making Pragnancy Safer di Indonesia 2001-
Kegagalan partus normal/
2010, Dapartemen Kesehatan Republik
placenta Indonesia, Jakarta
previa/preeklamsi
Doenges, M.E (2015), Rencana Perawatan Maternal dan Bayi, Edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC , Jakarta Tindakan Invasif


Perdarahan
Http : / WWW vascular
. Yahoo Com ( SC ) Ketidaksesuaian perencanaan
Mansjoer, Arif (2014), Kapita Selekta Kedokteran , Media Aesculapiuspersalinan
berlebih normal
akultas Kedokteran UI,
Terputusnya continuitas jaringan
Jakarta ( Kulit, otot, p.darah )
Hipovolumia
Manuaba, Ida Bagus, (2013), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
Resti HDRdan
situasional
KB, Cetakan 1, Penerbit Buku Kedokteran,
Aktivasi PelepasanEGC, Jakarta
mediator
RestiMochtar
perubahan R, (1999), Sinopsis Obstetri : kimia
Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Buku Kedokteran,
perfusi jaringan ( Histamin, prostaglandin, Port d’ entry
EGC ,Jakarta bradikinin ) Mikroorganisme
Nettina, Sandra M, (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Cetakan 1,Jakarta
Penurunan venusWilliam F, (2001), Obstetri dan Ginekologi, Cetakan 1, Penerbit Widya Madika,
Rayburn,
return Stimulasi nosiseptor/Nerve Resiko Infeksi
Ending
Jakarta
Syafuddin A.B, (2012), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Aktifasi serabut  delta dan
Resti penurunan CO serabutSarwono
C
Penerbit Yayasan Bina Pustaka Prawirohardja, Jakarta
Tucher et all, (2017), Standar Perawatan Pasien (Patient Care Standar), Edisi 4, volume 2,
Cornuposterior
medulla spinalis
EGC, Jakarta
Resiko kekurangan Melalui saraf spinotalamikus
volume cairan Efek anestesi

Thalamus direlai
Penyimpangan KDM Penurunan
sensorimotorik
Cortex cerebri
dipersepsikan Kelemahan
Krisis situasi Perubahan status ( lokasi, integritas )
kesehatan
Devisit perawatan diri
Nyeri
Kurang terpajan
informasi
Resti cedera maternal

Ansietas Kurang
pengetahuan
Mekanisme koping
tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai