Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS

I. KONSEP KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim

sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan

merusak jaringan normal di sekitarnya.

Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker leher rahim

adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim, perubahan untuk

menjadi sel kanker memakan waktu lama, sekitar 10 sampai 15 tahun. Kanker ini

biasanya terjadi pada wanita yang berusia kisaran 30 sampai dengan 50 tahun,

yaitu puncak usia reproduktif perempuan sehingga akan meyebabkan gangguan

kualitas hidup secara fisik, kejiawaan dan kesehatan seksual.setra penyakit nomor

satu yang membunuh kaum Hawa di Indonesia.

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim

sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan

merusak jaringan normal di sekitarnya.

B. ETIOLOGI
1. HPV (Human Papilloma Virus).

HPV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan terjadinya kutil pada daerah

genital (kondiloma akuminata), yang ditularkan melalui hubungan seksual.

HPV sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari

sel-sel leher rahim.


2. Merokok

Tembakau dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi

kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

4. Berganti-ganti pasangan seksual

5. Gangguan sistem kekebalan tubuh

6. Pemakaian pil KB

7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

C. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan

intraepitel, perubahan neoplastik, berkembang menjadi kanker serviks setelah

10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang

melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi

karsinoma insitu dan akhirnya invasif.Meskipun kanker invasif berkembang

melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi

invasif.

Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -

35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi

yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma itu

(KIS)berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari

karsinomainsitu menjadi invasiv 3–20tahun.

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali

adanya perubahan displasia yang perlahan -lahan menjadi progresif. Displasia


inidapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya

akibattrauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan

keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7–10 tahun perkembangan

tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma

serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat

menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis

serviks.Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan

akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Karsinoma serviks

dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan kavum uterus.

Penyebaran kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis

histologikdan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan

adanyademam.Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen.

Bilapembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke

pembuluhgetahbening pada servikal dan parametria, kelenjar getah beni ng

obtupator,iliakaeksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor

menyebar kekelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara

hematogen, tempat penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening

mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada tingkat dini, kanker leher rahim seringkali tidak menunjukan gejala atau

tanda yang khas. Sehingga sukar dikenali dengan cara biasa.


2. Keputihan, pendarahan sesudah senggama di curigai sebagai gejalanya.

Walaupun tidak selalu, hal tersebut juga merupakan gejala pada polip leher

rahim atau radang leher rahim.

3. Gejala kanker leher rahim pada tingkat lanjut seringkali menunjukkan hal-hal

sebagai berikut :

a. Haid tidak normal

b. Pendarahan tidak pada masa haid

c. Pendarahan pada masa monopouse

d. Keputihan atau keluar cairan encer putih kekunigan terkadang bercampur

darah

e. Pendarahan vagina setelahhubungan seksual

f. Sakit panggul

g. Rasa sakit selama hubungan seksual

h. Perdarahan abnormal antara periode menstruasi

i. Peningkatan frekuensi urin ketika gejala awal kanker serviks dicurigai.

Pap smear adalah teknik penyaringan yang terbaik saat ini tersedia untuk

mengevaluasi sel-sel di mulut leher rahim. Pap smear adalah suatu tes untuk gejala

awal kanker serviks seperti kanker atau pra-sel kanker leher rahim.

E. STADIUM CA CERVIKS
Stadium kanker serviks dikelompokkan berdasarkan tingkat tumor utama,

penyebaran kanker ke kelenjar getah bening di dekatnya, dan penyebaran kanker

ke bagian tubuh lainnya yang jauh dari tempat awal kanker berkembang.

Berdasarkan hal tersebut, penyebaran sel kanker dikelompokkan menjadi empat


stadium. Dilansir dari American Cancer Society, berikut ini merupakan tahap

stadium kanker serviks:

 Stadium 0
Pada tahap ini, sel kanker hanya ada di sel-sel pada permukaan terluar leher

rahim. Sel kanker ini belum menyerang jaringan serviks yang lebih dalam.

 Stadium I

Pada tahap ini, sel kanker telah menyerang serviks tapi tidak tumbuh di luar

rahim. Sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening yang ada di

dekatnya atau menyebar ke tempat yang lebih jauh. Stadium 1 dibagi lagi ke

dalam beberapa kelompok, yaitu:

o Stadium IA

Ini merupakan bentuk awal dari tahap 1. Sel kanker dalam jumlah kecil sudah

menyerang serviks dan ini hanya bisa dilihat di bawah mikroskop. Stadium

1A dibagi lagi menjadi:

 Stadium IA1: Sel kanker sudah menyerang jaringan serviks dengan

kedalaman <3 mm dan mempunyai lebar <7 mm

 Stadium IA2: Sel kanker sudah ada di jaringan servik dengan kedalaman

antara 3-5 mm dan lebar <7 mm

o Stadium IB
Sel kanker sudah bisa dilihat tanpa bantuan mikroskop. Ukuran sel kanker

sudah lebih besar dibandingkan stadium 1A, tapi masih menyebar hanya di

jaringan serviks. Stadium 1B dibagi menjadi:

 Stadium IB1: Kanker sudah bisa dilihat dan mempunyai ukuran ≤4 cm

 Stadium IB2: Ukuran sel kanker sudah lebih besar dari 4 cm

 Stadium II

Pada tahap ini, kanker telah menyebar ke luar serviks dan rahim, tapi belum

menyebar ke dinding panggul atau bagian bawah vagina. Sel kanker juga belum

menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh yang jauh

lainnya.

o Stadium IIA

Pada stadium ini, kanker belum menyebar ke jaringan yang ada di dekat

serviks, tapi kanker mungkin sudah menyebar ke bagian atas vagina (belum

keseluruhan vagina). Stadium ini dibagi lagi menjadi:

 Stadium IIA1: Kanker dapat dilihat tapi masih tidak lebih besar dari 4 cm

 Stadium IIA2: Kanker sudah lebih besar dari 4 cm

o Stadium IIB: Kanker telah menyebar ke jaringan di sekitar serviks.

 Stadium III

Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul dan

mungkin menghalangi saluran kencing. Namun, sel kanker belum menyebar ke

kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain yang lebih jauh.

Stadium ini dibagi menjadi:


o Stadium IIIA

Kanker sudah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina tapi tidak

mencapai dinding panggul.

o Stadium IIIB

Ada dua kemungkinan kondisi pada stadium IIIB ini, yaitu:

1. Kanker sudah tumbuh mencapai dinding panggul dan/atau telah

menghalangi satu atau kedua saluran kencing. Hal ini kemudian dapat

menyebabkan masalah ginjal.

2. Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar panggul tapi

tidak sampai ke bagian tubuh yang jauh. Tumor pada stadium IIIB ini bisa

dalam berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke bagian bawah

vagina atau dinding panggul.

 Stadium IV

Ini merupakan stadium akhir dari kanker serviks. Kanker tidak hanya

menyerang serviks, tapi juga ke bagian terdekat serviks atau ke bagian tubuh

lainnya yang bahkan jauh dari serviks. Stadium ini dibagi menjadi:

o Stadium IVA
Sel kanker telah menyebar ke kandung kemih atau ke rektum, keduanya

adalah organ terdekat dengan serviks. Namun, pada stadium ini sel kanker

belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh lain.

o Stadium IVB

Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh dari serviks, seperti

sampai paru-paru atau hati.

F. KOMPLIKASI
Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi:

 Fistula vesika vagina

 Nausea

 Muntah

 Demam

G. PENATALAKSAAN
1. Mencegah Kanker Serviks

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya.

Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV

dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat

Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

 Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk

merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai

karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko

terkena kanker leher rahim.


 Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat

meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

 Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.

 Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk

mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker

serviks.

 Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.

 Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear

bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga

terjangkau.

 Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari

Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.

 Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.

 Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina

toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter

ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan

penyakit.

2. Pengobatan

Bagi Anda yang terdiagnosa mengalami perubahan abnormal sel sejak dini,

maka dapat dilakukan beberapa hal seperti :

1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.


2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim,

termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan

pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang

mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli

kandungan.

Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker dan kanker leher

rahim telah dapat diidentifikasi, Maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan

untuk penyembuhannya, antara lain ;

1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya

uterus beserta leher rahimnya.

2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang

dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear

Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak

terlihat.Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

2. Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan

dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah

untuk melakukan biopsy.


Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,

sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak

terlihat.

3. Kolpomikroskopi

Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

4. Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

5. Konisasi

Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel

gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan

pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas

6. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas

pryvalekinase. Pada pasien konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas

enzim ini terutama pada daerah epitelium serviks.

7. Radiologi

a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada

saluranpelvikatau peroartik limfe.

b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dila kukan pada kanker serviks tahap

lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureterterminal.

Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung

kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP),


enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging

(MRI)atauscanCT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai

penyebaranlokaldaritumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

8. Tesschiller

Tes ini menggunakan iodine solution yang diusapkan pada permukaan

serviks. Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada

sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks

yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah

karena tidak ada glikogen.

II. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN DAN PENGUMPULAN DATA

Data Dasar Pengkajian Klien

Aktivitas/ istirahat

Gejala: Kelemahan dan keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan

tidur pada malam hari, adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur

misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam, keterbatasan partisipasi

dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen

lingkungan, tingkat stress tinggi.

Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan: Perubahan pada TD

Integritas Ego
Gejala: Faktor stress (keungan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi

stress (mis, merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius /

spiritual).

Masalah tentang perubahan penampilan misalnya: alopesia, menyangkal

diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak

bermakna dan kehilangan control

Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah

Eliminasi

Gejala: perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses, nyeri pada

defekasi, perubahan pada eliminasi urinaria, misalnya nyeri atau rasa

terbakar pada saat berkemih, sering berkemih

Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen

Makanan/cairan

Gejala: Kebiasaan diet buruk (mis, rendah serat,tinggi lemak, bahan pengawet).

Anoreksia, mual/ muntah

Tanda: Perubahan pada kelembaban/ turgor kulit, edema

Neurosensori

Gejala : Pusing

Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala: Nyeri, atau derajat bervariasi mis, ketidaknyamanan ringan sampai nyeri

berat (dihibingkan dengan proses penyakitnya)

Pernapasan

Gejala: Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok).

Keamanan

Gejala: Pemajanan pada kimia toksit, karsinogen, pemajanan matahari lama/

berlebihan

Tanda: Demam

Seksualitas

Gejala: Masalah seksual mis, dampak pada hubungan, perubahan, pada tingkat

kepuasan, aktivitas seksual dini.

Interaksi sosial

Gejala: Ketidak adekuatan/kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan,

(berkenaan dengan kepuasaan di rumah). Masalah tentang

fungsi/tanggung jawab peran.

Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala: Riwayat kanker pada keluarga, mis, ibu atau bibi dengan kanker payudara,

sisi primer: penyakit primer ditemukan /didiagnosis


Pertimbangan Rencana pemulangan : DRG menunjukkan lama dirawat

Tergantung pada system khusus yang terkena dan kebutuhan terapeutik.

Rujuk pada sumber-sumber yang tepat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan (anemia)

2. Nyeri

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

4. Kurang Pengetahuan

5. Gangguan pola tidur

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Perfusi jaringan perifer NOC : NIC :
a. Lakukan pengkajian
tidak efektif b/d diabetes  Perfusi Jaringan
b. Monitor tanda-tanda vital
militus, gaya hidup kurang  Koagulasi darah
c. Observasi warna dan turgor
gerak, merokok,
kulit
hyperlipidemia, hipertensi, Setelah dilakukan asuhan
d. Monitor kualitas dan
obesitas selama 3x24 jam
kekuatan nadi
Ds: ketidakefektifan perfusi
e. Monitor ritme pernapasan
Lemas jaringan teratasi dengan
f. Observasi adanya
DO kriteria hasil:
keluhannyeri dada,
- Penurunan HB, PLT,  Aliran darah melalui
sesaknafasdanperhatikanbun
WBC, RBC pembuluh darah pada
yinafastambahan.
- Konjungtiva Anemis tingkat sel
g. Atur kemungkinan transfusi
- Kulit pucat  Aliran darah melalui
h. Pesiapan untuk transfusi
pembuluh perifer
 Hemoglobin dalam
batas normal
 Platelet dalam batas
normal
 Tidak ada memar/
lebam

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, secara komprehensif termasuk
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan Setelah dilakukan tinfakan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: keperawatan selama …. presipitasi
- Laporan secara verbal Pasien tidak mengalami  Observasi reaksi nonverbal
DO: nyeri, dengan kriteria dari ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan hasil:  Bantu pasien dan keluarga
nyeri  Mampu mengontrol untuk mencari dan
- Tingkah laku berhati-hati nyeri (tahu penyebab menemukan dukungan
- Gangguan tidur (mata nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
sayu, tampak capek, sulit menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti
atau gerakan kacau, nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan
menyeringai) mengurangi nyeri, dan kebisingan
- Terfokus pada diri sendiri mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi
- Fokus menyempit  Melaporkan bahwa nyeri nyeri
(penurunan persepsi berkurang dengan  Kaji tipe dan sumber nyeri
waktu, kerusakan proses menggunakan untuk menentukan intervensi
berpikir, penurunan manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non
interaksi dengan orang dan  Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dala,
lingkungan) (skala, intensitas, relaksasi, distraksi, kompres
- Tingkah laku distraksi, frekuensi dan tanda hangat/ dingin
contoh : jalan-jalan, nyeri)  Berikan analgetik untuk
menemui orang lain  Menyatakan rasa mengurangi nyeri: ……...
dan/atau aktivitas, nyaman setelah nyeri  Tingkatkan istirahat
aktivitas berulang-ulang) berkurang
- Respon autonom (seperti  Tanda vital dalam  Berikan informasi tentang
diaphoresis, perubahan rentang normal nyeri seperti penyebab nyeri,
tekanan darah, perubahan  Tidak mengalami berapa lama nyeri akan
nafas, nadi dan dilatasi gangguan tidur berkurang dan antisipasi
pupil) ketidaknyamanan dari
- Perubahan autonomic prosedur
dalam tonus otot (mungkin  Monitor vital sign sebelum dan
dalam rentang dari lemah sesudah pemberian analgesik
ke kaku) pertama kali
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :


dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction

Faktor keturunan, Krisis - Koping (penurunan kecemasan)

situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang


perubahan status kesehatan, selama ……………klien menenangkan

ancaman kematian, kecemasan teratasi dgn  Nyatakan dengan jelas

perubahan konsep diri, kriteria hasil: harapan terhadap pelaku


 Klien mampu pasien
mengidentifikasi dan
kurang pengetahuan dan mengungkapkan  Jelaskan semua prosedur dan
hospitalisasi gejala cemas apa yang dirasakan selama
 Mengidentifikasi, prosedur
DO/DS:
mengungkapkan dan  Temani pasien untuk
- Insomnia
menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
- Kontak mata kurang
untuk mengontol mengurangi takut
- Kurang istirahat
cemas  Berikan informasi faktual
- Berfokus pada diri sendiri
 Vital sign dalam batas mengenai diagnosis, tindakan
Takut
normal prognosis
- Nyeri perut
 Postur tubuh, ekspresi  Libatkan keluarga untuk
- Penurunan TD dan denyut
wajah, bahasa tubuh mendampingi klien
nadi
dan tingkat aktivitas  Instruksikan pada pasien
- Diare, mual, kelelahan
menunjukkan untuk menggunakan tehnik
- Gangguan tidur
berkurangnya relaksasi
- Gemetar
kecemasan  Identifikasi tingkat
- Anoreksia, mulut kering
kecemasan
- Peningkatan TD, denyut
 Bantu pasien mengenal
nadi, RR
- Kesulitan bernafas situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Bingung
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat anti
cemas:
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan : ❖Kowlwdge : disease ● Kaji tingkat pengetahuan
keterbatasan process pasien dan keluarga
kognitif, interpretasi ● Jelaskan patofisiologi dari
terhadap informasi penyakit dan bagaimana hal
yang salah, kurangnya ❖Kowledge : health ini berhubungan dengan
keinginan untuk Behavior anatomi dan fisiologi, dengan
mencari informasi, tidak Setelah dilakukan cara yang tepat.
mengetahui tindakan ● Gambarkan tanda dan gejala
sumber-sumber informasi. keperawatan selama …. yang biasa muncul pada
DS: Menyatakan secara pasien penyakit, dengan cara yang
verbal adanya menunjukkan tepat
masalah pengetahuan tentang ● Gambarkan proses penyakit,
DO: ketidakakuratan proses penyakit dengan dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi, kriteria hasil: ● Identifikasi kemungkinan
perilaku tidak sesuai ❖Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara yang
tepat
menyatakan
● Sediakan informasi pada
pemahaman tentang
pasien tentang kondisi,
penyakit,
dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis dan
● Sediakan bagi keluarga
program
informasi tentang kemajuan
pengobatan
pasien dengan cara yang tepat
❖Pasien dan keluarga
● Diskusikan pilihan terapi atau
mampu
penanganan
melaksanakan prosedur
● Dukung pasien untuk
yang
mengeksplorasi atau
dijelaskan secara benar
mendapatkan second opinion
❖Pasien dan keluarga
dengan cara yang tepat
mampu
atau diindikasikan
menjelaskan kembali apa
● Eksplorasi kemungkinan
yang
sumber atau dukungan,
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat
kesehatan
lainnya
Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan: ❖Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua, ❖Comfort Level - Determinasi efek-efek
kecemasan, agen medikasi terhadap pola tidur
❖Pain Level
biokimia, suhu tubuh, pola - Jelaskan pentingnya tidur yang
❖Rest : Extent and Pattern
aktivitas, adekuat
depresi, kelelahan, takut, ❖Sleep : Extent ang - Fasilitasi untuk
kesendirian. Pattern mempertahankan aktivitas
- Lingkungan : kelembaban, Setelah dilakukan sebelum

kurangnya tindakan tidur (membaca)


privacy/kontrol tidur, keperawatan selama …. - Ciptakan lingkungan yang
pencahayaan, gangguan pola tidur pasien nyaman

medikasi (depresan, teratasi dengan kriteria - Kolaburasi pemberian obat


stimulan),kebisingan. hasil: tidur
Fisiologis : Demam, mual, ❖Jumlah jam tidur dalam
posisi, urgensi batas
urin. normal
DS: ❖Pola tidur,kualitas
- Bangun lebih awal/lebih dalam
lambat batas normal
- Secara verbal menyatakan ❖Perasaan fresh sesudah
tidak fresh tidur/istirahat
sesudah tidur
❖Mampu
DO :
mengidentifikasi
- Penurunan kemempuan
hal-hal yang
fungsi
meningkatkan
- Penurunan proporsi tidur
tidur
REM
- Penurunan proporsi pada
tahap 3 dan 4
tidur.
- Peningkatan proporsi pada
tahap 1
tidur
- Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai
usia
DAFTARPUSTAKA

A.Price, Sylvia.2012.Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Doenges E. Marilynn, 2014. Rencana Asuhan Keperawata, Jakarta : EGC

Kusmiyati Yuni, dkk. 2011. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil), Yokyakarta:

Fitramaya

Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
www.Gynae.sg.com, diakses tanggal 08 Mei 2014

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai