Anda di halaman 1dari 2

MEMPERSIAPKAN BIBIT, LADANG, CANGKUL, DAN PUPUK

Oleh: Aji Budi Rianto

Saya ingin menawarkan gagasan yang barangkali menurut Anda ini konyol. Ini tentang pendidikan anak. Jika kita
bicara tentang pendidikan anak, tentu ada hal-hal yang harus ada. Anak (sebagai yang dididik), orang tua /sekolah (yang
mendidik), dan metode pendidikan (cara mendidik). Kebanyakan dari kita pasti berpikir bahwa ketiga hal ini harus ada jika
kita bicara mengenai pendidikan anak. Pemikiran seperti ini karena meyakini bahwa mendidik anak dimulai saat anak lahir
dan bahkan ada yang meyakini bahwa mendidik anak dimulai saat anak itu berusia 7 tahun. Menurut saya hal ini keliru.
Usia 7 tahun adalah awal untuk secara tegas mendidik anak untuk salat dan ibadah lainnya. Bukan mendidik anak dalam
arti keseluruhan pendidikan. Lalu kapan kita mulai diwajibkan mendidik anak? Jawaban saya: sejak kita belum menikah.
Saya tahu Anda ingin menertawakan gagasan saya. Atau barangkali Anda terheran-heran. Tapi saya serius.

Kita sering menyebut bahwa anak adalah buah hati. Anak yang soleh/solehah ibarat buah yang baik. Yang dapat
memberi manfaat untuk kehidupan manusia. Masing-masing dari kita ingin mempunyai anak yang soleh /solehah. Namun,
kita sering lupa bahwa untuk mendapatkan buah kita perlu mempersiapkan bibit yang unggul dan ladang yang sesuai
dengan bibit yang kita punya. Setelah semuanya siap, kita menanam bibit unggul itu di lahan yang tepat dan merawatnya
dengan penuh kasih.

Laki-laki diibaratkan adalah bibit itu sedangkan perempuan adalah lahannya. Untuk mendapatkan buah yang baik,
kita perlu menyiapkan keduanya. Jika kamu adalah seorang laki-laki, maka memperbaiki dirimu mulai dari sekarang
adalah kewajiban jika kamu ingin mendapatkan anak yang baik pula. Jika kamu adalah seorang wanita, menyiapkan lahan
yang baik untuk tumbuhnya benih yang akan disemaikan oleh suamimu kelak adalah kewajiban. Kita perlu
mempersiapkannya mulai dari sekarang. Kita perlu secara sadar dan terus menerus memperbaiki diri. Dengan kata lain,
mendidik anak adalah memperbaiki diri sendiri.

Pertanyaannya adalah, bagaimana jika kita sudah terlanjur memiliki anak dan anak itu sudah terlanjur begitu
susah dididik. Dia begitu bandel, memberontak, tak mau diatur, tak mau menurut, dll. Jawabanku masih sama.
Memperbaiki diri. Tapi, kita kan mau mendidik anak. Bukan ingin mendidik diri sendiri. Iya, Anda benar. Tapi pernahkan
Anda berpikir, bahwa mendidik Anak memerlukan ilmu yang benar dan contoh yang langsung dapat dilihat oleh Anak dari
dekat. Siapakah contoh yang paling dekat dari anak selain Anda sebagai orang tua? Ini sangat masuk akal. Contohnya,
Anda menganjurkan kepada anak Anda untuk salat 5 waktu. Tapi sejak kecil, anak Anda tak pernah melihat Anda melakukan
hal itu. Maka anak Anda akan menganggap bahwa apa yang Anda anjurkan kepadanya tidaklah penting. Contoh yang anda
tunjukkan dan kasih sayang yang anda berikan ibarat pupuk sedangkan bagaimana cara anda menyampaikan kepada anak
atau metode pendidikan yang anda pakai ibarat cangkulnya atau peralatannya.

Kalau Anda seorang laki-laki, Anda harus menjadi pribadi yang baik (bibit unggul), Anda harus memilih wanita
yang baik (lahan yang tepat), Anda menguasai metode pendidikan anak yang benar (alat/cangkul), Anda harus mempunyai
keteladanan dan kasih sayang yang cukup untuk anak (pupuk).

Jika Anda adalah seorang wanita, Anda harus menjadi wanita yang solehah (lahan yang tepat), memilih laki-laki
yang soleh, berpenghasilan, pintar, ganteng, tinggi, mancung, setia (bibit unggul), mempelajari metode-metode pendidikan
anak (alat/cangkul), dan Anda harus mempunyai keteladanan dan kasih sayang yang cukup untuk anak Anda (pupuk).

Sekarang, Anda ingin anak Anda menjadi seperti apa? Dengan kata lain, Anda ingin memetik buah apa di kebun
Anda? Jika Anda ingin memetik buah durian di kebun Anda, maka tanamlah bibt durian. Jangan menanam bibit nangka.
Jika Anda ingin memetik buah salak di kebun Anda, pilihlah lahan di Banjarnegara. Sesuaikan alat-alatnya, dan siapkan
pupuk yang paling tepat. Jika Anda ingin anak Anda menjadi seorang ilmuan, mulai dari sekarang Anda harus belajar
menjadi seorang ilmuan, paling tidak anda harus berusaha mempunyai sikap-sikap sebagaimana laiknya ilmuan.

Nah, mendidik anak adalah mendidik diri sendiri. Masuk akal kan?

Anda mungkin juga menyukai