Anda di halaman 1dari 2

Catatan Khotbah Jumat Pemikiran seperti ini melenakan dan membuat kita tak

mau belajar dari orang lain. Akibatnya, kita tidak


(MUA, 8 Maret 2019)
berkembang, sementara orang lain terus berkembang.
Jumat lalu aku merasa menorehkan prestasi
Kedua, filosofi “ini” dan “itu”. Allah memberi
yang cukup membangggakan. Prestasi itu adalah, aku
larangan kepada Adam untuk tidak mendekati sebuah
tidak tidur selama khotbah jumat berlangsung. Wkwkwk.
pohon. “Jangan dekatai pohon ini,” begitu kata Allah.
Aku mendengar khotbah sampai selesai. Ini Setan mengetahui larangan ini. Ia membuat sebuah
adalah prestasi terbaik sepanjang karir rencana dan menggoda Adam dan Hawa, agar mau
kesalatjumatanku. Agak berlebihan? Memang. Tapi mendekat dan memakan buah dari pohon yang tadi telah
begitulah. Biasanya aku mudah sekali tertidur saat dilarang untuk didekati. Adam dan Hawa tergoda.
khotib sedang berkhotbah. Nah, pertanyaannya adalah Mereka mendekati pohon itu dan memakan buahnya.
mengapa jumat kali ini aku tidak tertidur? Ada beberapa Saat itu pakaian mereka langsung terlepas dari tubuh
faktor, mungkin salah satunya karena materi khotbah masing-masing. Kemudian Allah menegur Adam dengan
jumat yang menarik. berkata, “Bukankah Aku telah melarangmu untuk tidak
mendekati pohon itu?” Sampai di sini saja. Kita semua
Waktu itu, khotib yang bertugas adalah Zaim
toh sudah tahu lanjutan cerita ini.
Elmubarok. Materi yang ia sampaikan berkaitan dengan
penciptaan manusia. Ada beberapa pelajaran yang aku Apa yang perlu kita perhatikan benar-benar
ambil dari khotbah beliau. Berikut ini, aku akan adalah penggunaan kata tunjuk “ini” dan “itu” dalam
sampaikan satu persatu. perkataan Allah kepada Adam. Saat memberi larangan,
Allah menggunakan kata tunjuk “ini” sedangkan saat
Pertama, berpikir bahwa kita lebih baik dari
menegur Adam, Allah menggunakan kata tunjuk “itu”.
orang lain adalah pemikiran Iblis. Iblis dahulu adalah
Apa bedanya?
seorang malaikat yang taat. Malaikat yang begitu
cemerlang. Saat Allah SWT menciptakan manusia dan Kata tunjuk “ini” digunakan untuk menunjuk
memutuskan bahwa manusia akan menjadi khalifah di sesuatu yang dekat. Sedangkan kata tunjuk “itu”
bumi, para malaikat protes. Ini masih ditoleransi oleh digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh. Artinya,
Allah. Namun, saat Allah memerintahkan para malaikat Allah masih dekat dengan Adam saat Dia memberi
untuk bersujud kepada Adam (manusia pertama yang larangan. Tetapi, Allah jauh dari Adam saat dia menegur
diciptakan Allah) Iblis menolak. Ia menganggap bahwa Adam karena telah melanggar larangan-Nya.
dirinya lebih baik dari Adam karena ia diciptakan dari
Adam belum berdosa saat mendapat larangan
api sedangkan Adam dari tanah. Saat itulah Allah murka.
dari Allah. Itulah sebabnya dia dekat dengan Allah.
Mungkin ini sudah kita dengar berkali-kali. Tapi aku yakin
Namun, saat Adam melanggar larangan Allah, ia
kita masih perlu mendengarnya lagi, lagi, dan lagi.
berdosa. Itulah sebabnya teguran Allah terhadap Adam
Berpikir bahwa kita lebih baik dari orang lain menggunakan kata tunjuk “itu” yang umumnya
memang berbahaya. Ambil saja contoh dalam sebuah digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh. Artinya,
kompetisi. Misalnya kompetisi bisnis. Kita tahu dahulu Allah jauh dari Adam saat Adam melanggar larangan-
Nokia pernah merajai pangsa pasar HP. Nokia tidak Nya. Ini sebuah pesan yang amat jelas bahwa kita
melakukan inovasi-inovasi dengan produk-produknya (keturunan Adam) akan semakin jauh dari Allah jika
karena merasa para pesaing tak akan mampu terus melanggar larangan-Nya.
menumbangkan posisinya. Dengan kata lain Nokia
Ketiga, pelajaran tentang hoax. Adam adalah
berpikir bahwa produknya selalu lebih unggul.
korban pertama berita bohong alias hoax. Dalam kisah
tadi, Allah menegur Adam namun tidak menghukum
setan. Padahal, setanlah si penyebar hoax. Ini bukan
berarti bahwa menyebar hoax adalah hal yang
diperbolehkan. Bukan. Bukan itu. Pelajaran yang aku
ambil adalah apabila kita sampai mempercayai hoax dan
bertindak berdasarkan hoax maka kita sendirilah yang
akan menanggung akibatnya. Dosa-dosa kita tidak akan
dialihkan ke para penyebar hoax hanya karena mereka
menyebar hoax. Kita tidak bisa menyalahkan para
penyebar hoax. Jika kita sampai termakan hoax itu
adalah kesalahan kita sendiri. Tentu mereka juga
berdosa, tapi sekali lagi, mereka tidak akan
menanggung dosa kita. Kita sendiriah yang
menanggungnya.

Berbeda dengan nasehat. Jika kita lakukan


nasehat dari orang lain, kita akan mendapat pahala atas
perbuatan kita. Si pemberi nasehat juga mendapat
pahala sama seperti yang kita dapat tanpa mengurangi
sedikitpun pahala yang kita dapat.

Keempat, khuldi. Kita sering mengira bahwa


buah yang dimakan Adam dan Hawa bernama khuldi.
Tapi, menurut Ustad Zaim, tidak ada keterangan yang
jelas soal nama buah itu dalam Al-Quran. Khuldi
hanyalah kata yang digunakan setan untuk menyebut
buah yang terlarang itu dengan tujuan menipu Adam.

Kelima, minta maaflah segera. Iblis dan Adam


sama-sama berbuat dosa. Perbedaannya adalah, Adam
segera memohon maaf atas dosa-dosanya, sedangkan
Iblis tidak maemohon maaf meski tahu perbuatannya
salah. Iblis terlalu angkuh sehingga mencegahnya untuk
memohon maaf kepada Allah.

Wallohua’lam....

Banjarnegara, 13 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai