Anda di halaman 1dari 10

Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Cerpen Bermuatan Nilai-Nilai

Islami Berdasarkan Model Sinektik Untuk Siswa SMA


Aji Budi Rianto1, Nas Haryati Setyaningsih2
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
ajibudirianto17@gmail.com

Abstrak
Ketersediaan buku pengayaan menulis cerpen yang dilengkapi muatan nilai-nilai Islami
belum ditemukan. Oleh karena itu, siswa maupun guru masih memerlukan buku pengayaan
menulis cerpen. Secara umum, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk buku
pengayaan menulis cerpen bermuatan nilai-nilai Islami berdasarkan model sinektik untuk
siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud, kelayakan, dan keunggulan
produk. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan (research and
development) yang dikembangkan oleh Sugiyono sampai langkah revisi desain.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner dan wawancara
yang dilakukan pada tiga sekolah yang berbeda, yaitu SMA Muhamadiyah, SMA N 1
Bawang, dan SMA N 1 Karangkobar. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, buku
pengayaan menulis cerpen yang bermuatan nilai-nilai Islami sekaligus menggunakan
model sinektik dalam langkah menulis cerpen belum ditemukan. Kedua, prototipe buku
pengayaan menulis cerpen meliputi aspek materi, penyajian materi, kebahasaan, dan
kegrafikaan. Ketiga, prototipe buku pengayaan menulis cerpen memperoleh persentase
nilai rata-rata sebesar ( ) dengan kategori sangat baik sehingga buku pengayaan layak
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Keempat, keunggulan produk buku pengayaan
menulis cerpen, yaitu......
Kata Kunci: buku pengayaan, cerpen, nilai Islami, model sinektik

Abstract
The availability of enrichment books to write short story which have the Islamic values are
have not been found.
Keyword:
PENDAHULUAN
Menulis cerpen merupakan salah satu keterampilan yang diajarkan dalam
Kurikulum 2013. Keterampilan menulis cerpen sangat penting dikuasai oleh siswa.
Melalui keterampilan menulis cerpen siswa dapat mengomunikasikan isi jiwa,
penghayatan dan pengalamannya kepada berbagai pihak, terlepas dari ikatan
kesamaan waktu dan tempat dengan pihak-pihak itu (Widyamartaya, 2004, hlm.2).
Selain itu, siswa juga dapat menghayati berbagai nilai kehidupan, seperti nilai
sosial, nilai kemanusiaan, nilai budaya, nilai Islami, dan nilai-nilai lain dalam
proses pembelajaran keterampilan menulis cerpen.
Purwandari (2012, hlm.141) berpendapat bahwa cerpen adalah bentuk prosa
baru yang menceritakan sebaian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting
dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, tetapi hal
itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Sumardjo (2007, hlm.202)
berpendapat bahwa cerpen dapat dibaca dalam “sekali duduk”. Pengarang cerpen
hanya ingin mengemukakan satu hal secara tajam. Kosasih (2012, hlm.34)
menyebutkan bahwa cerpen merupakan cerita yang menurut wujud fisiknya
berbentuk pendek. Ukuran panjang atau pendeknya suatu cerita memang relatif.
Namun, pada umumnya cerpen merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh
menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata. Aksan (2015,
hlm.23) memberikan pendapat yang tidak jauh berbeda tentang kriteria sebuah
cerpen. Ia berpendapat bahwa suatu cerpen panjangnya kira-kira 5-10 halaman
kertas kuarto spasi ganda atau sekitar 1.000 sampai 2.000 kata. Atau apabila diketik
dengan komputer, kira-kira 8-12 ribu karakter.
Berdasarkan beberapa pengertian cerpen seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan salah satu prosa fiksi
yang isinya mengisahkan satu kisah pendek dan tidak mengakibatkan perubahan
besar pada tokohnya, yang biasanya dapat habis dibaca dalam waktu yang singkat.
Praktik pembelajaran keterampilan menulis cerpen mengharuskan siswa
mampu menemukan ide, mengembangkan ide, kemudian menuangkan ide ke
dalam cerpen menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai ragam cerpen. Salah
satu upaya meningkatkan kualitas praktik pembelajaran keterampilan menulis
cerpen adalah memperbanyak sumber informasi atau sumber belajar yang berkaitan
dengan cerpen. Sayangnya, saat ini guru maupun siswa hanya menggunakan buku
teks pelajaran terbitan Kemendikbud dan LKS. Hanya sebagian kecil saja yang
berinisiatif mencari sumber informasi lain atau sumber belajar lain.
Salah satu sumber belajar lain selain buku teks pelajaran adalah buku
nonteks pendidikan. Ada beberapa jenis buku nonteks pendidikan, salah satunya
adalah buku pengayaan. Dalam undang-undang, buku pengayaan sudah diatur dan
ditetapkan sebagai sumber belajar pendamping buku wajib. Penggunaan buku
pengayaan dapat menambah sumber informasi guna memperkaya pengetahuan,
keterampilan, dan kepribadian siswa/pembaca. Buku pengayaan memuat materi
yang memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan;
membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan
masyarakat pembaca lainnya (Pusat Perbukuan, 2008, hlm.8). Sedangkan menurut
Muslich (2010, hlm.25) buku pengayaan, yaitu buku yang memuat kumpulan
bacaan, informasi, atau uraian yang dapat memperluas pengetahuan siswa tentang
bidang tertentu. Buku ini dapat menunjang bidang studi tertentu dalam
memberikan wawasan kepada siswa.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, buku pengayaan menulis
cerpen yang beredar sebagian besar hanya membahas hal-hal nonteknis di luar
keterampilan menulis cerpen. Hal-hal teknis dalam menulis cerpen tidak terlalu
diperhatikan. Padahal, yang dibutuhkan siswa adalah cara memulai menyusun
gagasan dimulai dari paragraf pertama hingga bagaimana menutup cerpen dengan
baik. Dilihat dari segi isi, penyajian, bahasa, dan grafika, buku-buku yang telah ada
belum dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran menulis cerpen untuk siswa SMA.
Buku-buku tersebut juga tidak dilengkapi dengan model tertentu yang dapat
digunakan dalam menulis cerpen. Padahal, model-model yang berkaitan dengan
keterampilan menulis cerpen sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam
belajar menulis cerpen.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam membantu siswa
mempelajari keterampilan menulis cerpen adalah model sinektik. Model sinektik
dikembangkan berdasarkan empat asumsi dasar yang menentang pandangan lama
tentang kreativitas, yaitu (1) kreativitas sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
(2) proses kreatif bukanlah hal yang misterius, intrinsik, dan pribadi, (3) penemuan
atau inovasi yang dianggap kreatif pada dasarnya sama dalam berbagai bidang yang
ditandai oleh proses intelektual yang sama, dan (4) penemuan (pola pikir kreatif)
individu maupun kelompok tidaklah berbeda (Gordon dalam Joice, 2009, hlm.252).
Model sinektik telah teruji efektif dalam pembelajaran menulis cerpen untuk
siswa SMA. Hasil penelitian Subyantoro dan Mubaroq (2017, hlm.53-58),
menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada pembelajaran menulis cerpen dengan
model sinektik dapat melebihi KKM yang ditetapkan yaitu 75. Berdasarkan hal
tersebut penggunaan model sinektik dalam langkah menulis cerpen dapat
memperkaya pengetahuan siswa berkaitan dengan keterampilan menulis cerpen dan
pada akhirnya akan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Selain tidak adanya model tertentu dalam buku teks dan buku-buku
pengayaan, kekurangan yang ditemukan dalam buku-buku pengayaan yang beredar
adalah belum adanya muatan nilai-nilai Islami. Padahal muatan nilai-nilai Islami
dalam buku teks maupun buku pengayaan sangat diperlukan untuk membentuk
siswa SMA di Indonesia yang mayoritas adalah pemeluk agama Islam menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia.
Menurut Elmubarok (2015, hlm.153), aktualisasi nilai-nilai Islami dalam
segala bidang kehidupan, terutama bidang pendidikan, sangat diperlukan untuk
menghadapi kehidupan yang sarat penyakit, kekerasan, dan terutama kerusakan
moral. Apa yang diungkapkan Elmubarok sangat relevan dengan kondisi saat ini.
Aktualisasi nilai-nilai Islami dalam dunia pendidikan di Indonesia baik secara
langsung maupun secara tidak langsung memang sangat diperlukan. Hal ini didasari
oleh kenyataan bahwa moralitas siswa SMA di Indonesia bisa dikatakan cukup
buruk. Upaya mengaktualisasi nilai-nilai Islami dalam bidang pendidikan dapat
dilakukan dengan menginternalisasi nilai-nilai Islami dalam buku pengayaan.
Salah satu buku pengayaan yang dapat dimuati nilai-nilai Islami adalah
buku pengayaan menulis cerpen. Hal ini disebabkan karena cerpen merupakan salah
satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan contoh secara jelas tentang
pelaksanaan nilai-nilai tertentu. Nilai yang mengungkapkan perbuatan apa yang
dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja
yang dijunjung tinggi dapat dijumpai dalam cerpen (Suryadi dan Nuryatin, 2017,
hlm.315). Endraswara (2012, hlm.101) juga berpendapat bahwa sastra adalah alat
(wahana) untuk mengajarkan kearifan hidup. Buku-buku pengayaan yang
bermuatan nilai-nilai Islami sebenarnya sudah ada. Namun, buku pengayaan yang
berkaitan dengan menulis cerpen belum ada yang bermuatan nilai-nilai Islami.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut diperlukan adanya
penelitian untuk mengembangan buku pengayaan menulis cerpen yang memiliki
muatan nilai tertentu dan sekaligus mampu mengatasi kesulitan siswa dalam
menulis cerpen. Penelitian ini mengambil topik, “Pengembangan Buku Pengayaan
Menulis Cerpen Bermuatan Nilai-Nilai Islami Berdasarkan Model Sinektik Untuk
Siswa SMA”. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk berupa buku
pengayaan menulis cerpen. Buku pengayaan menulis cerpen tersebut bermuatan
nilai-nilai Islami yang dapat diteladani siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, langkah menulis cerpen dalam produk buku pengayaan menggunakan
proses dalam model sinektik yang diharapkan mampu mengatasi kesulitan siswa
dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen.
Mengacu pada penjelasan tersebut, maka tujuan penelitia ini yaitu (1)
mendeskripsi kebutuhan pengembangan buku pengayaan menulis cerpen
bermuatan nilai-nilai Islami berdasarkan model sinektik sesuai persepsi siswa dan
guru, (2) mendeskripsi prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis
cerpen bermuatan nilai-nilai Islami berdasarkan model sinektik untuk siswa SMA,
(3) mendeskripsi desain buku pengayaan menulis cerpen bermuatan nilai-nilai
Islami berdasarkan model sinektik untuk siswa SMA, (4) mendeskripsi hasil
validasi produk buku pengayaan menulis cerpen bermuatan nilai-nilai Islami
berdasarkan model sinektik untuk siswa SMA, dan (5) mendeskripsi hasil perbaikan
produk buku pengayaan menulis cerpen bermuatan nilai-nilai Islami berdasarkan
model sinektik untuk siswa SMA.
METODE
Penelitian ini mengggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan
atau Research and Development (RnD). Research and Development digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono 2013:407). Penelitian ini hanya dilakukan sampai lima tahap dari
sepuluh tahap, yaitu (1) tahap potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk, (3) uji validasi desain, dan (5) revisi desain. Data dalam penelitian
ini meliputi hasil analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap buku pengayaan
menulis cerpen, hasil analisis kebutuhan siswa dan guru terhadap internalisasi nilai-
nilai Islami, dan hasil analisis validasi prototipe buku pengayaan. Sumber data
penelitian meliputi (1) tiga guru bahasa Indonesia SMA di Banjarnegara, (2) siswa
SMA N 1 Bawang sebanyak 21 anak, siswa SMA N 1 Karangkobar sebanyak 28
anak, dan siswa SMA Muhammadiyah Banjarnegara sebanyak 27 anak, dan (3)
validator prototipe buku pengayaan. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner, sedangkan instrumen penelitian adalah lembar angket yang terdiri atas
(1) lembar angket kebutuhan terhadap buku pengayaan, (2) lembar angket
kebutuhan terhadap internalisasi nilai-nilai Islami, dan (3) lembar angket uji
validasi prototipe buku pengayaaan. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu melalui pemaparan data berupa
hasil analisis kebutuhan buku pengayaan menulis cerpen, hasil analisis kebutuhan
terhadap internalisasi nilai-nilai Islami, dan analisis hasil validasi prototipe buku
pengayaan menulis cerita pendek oleh guru dan dosen ahli.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan terhadap buku pengayaan menulis
cerpen, diketahui bahwa buku pengayaan tentang cerpen yang ada di sekolah masih
terbatas. Karena keterbatasan ini, guru dan siswa hanya menggunakan buku teks
pelajaran bahasa Indonesia dan LKS. Hanya sebagian kecil saja yang berinisiatif
untuk menggunakan buku pengayaan. Karena ketersediaan buku pengayaan yang
terbatas, guru dan siswa masih membutuhkan buku tambahan berupa buku
pengayaan untuk menunjang pembelajaran keterampilan menulis cerpen.
Kriteria buku pengayaan yang diinginkan siswa dan guru yaitu mudah
dipelajari, dipahami, dan dipraktikkan oleh siswa serta memiliki unsur kebaruan.
Unsur kebaruan yang diperlukan siswa dan guru terutama pada aspek materi
langkah menulis cerpen dalam buku. Siswa dan guru membutuhkan cara-cara baru
dalam proses atau langkah menulis cerpen. Untuk itulah digunakan model sinektik
dalam langkah menulis cerpen yang disajikan dalam buku. Selain itu, berdasarkan
analisis terkait internalisasi nilai-nilai Islami dalam diri siswa, buku pengayaan
perlu dimuati nilai-nilai Islami, terutama nilai-nilai Islami yang belum
terinternalisasi dengan baik dalam diri siswa.
Siswa dan guru membutuhkan buku pengayaan menulis cerpen yang
memuat materi terkait cerpen secara lengkap dan mudah dimengerti, meliputi
hakikat cerpen dan langkah-langkah menulis cerpen. Materi langkah-langkah
menulis cerpen yang disajikan harus meliputi, pramenulis cerpen, menulis cerpen,
dan pascamenulis cerpen. Selain itu, siswa dan guru juga menginginkan materi
tambahan yang berkaitan dengan publikasi cerpen ke media online. Materi terkait
cerpen dilengkapi pula dengan contoh-contoh cerpen maupun penggalan cerpen
yang relevan dengan teori yang dijabarkan. Tema-tema cerpen yang diinginkan
siswa dan guru sangat beragam, meliputi persahabatan, cinta remaja, pendidikan,
perjuangan, petualangan, keagamaan, dan kritik sosial. Siswa dan guru
menginginkan adanya muatan nilai-nilai Islami dalam contoh cerpen yang disajikan
maupun dalam pembahasannya. Nilai-nilai Islami yang dibutuhkan meliputi nilai
kejujuran, kesabaran, keikhlasan, keadilan, kesyukuran, keimanan, ketakwaan, dan
ketawakalan. Pada aspek kabahasaan, siswa dan guru menginginkan penggunaan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami yaitu dengan banyak menggunakan
kalimat tunggal. Selain itu, pola pengembangan paragraf yang diinginkan adalah
pola pengembangan dengan definisi dan pemberian contoh agar penjelasan teori
lebih mudah dipahami. Pada aspek penyajian, siswa dan guru membutuhkan materi
yang disajikan yang lebih mudah terlebih dahulu dari materi yang sulit dipahami.
Ilustrasi atau gambar disajikan dengan berbagai variasi penyajian, yaitu sebelum
teks atau di sebelah kiri teks. Sedangkan pada aspek kegrafikaan, guru maupun
siswa memilih warna yang dominan cerah untuk digunakan sebagai warna sampul
buku dengan menggunakan sampul buku jenis soft kover. Jenis dan ukuran huruf
yang digunakan dalam buku adalah Times New Roman ukuran 11. Ukuran buku
yang diinginkan adalah 14,8 cm x 21 cm atau ukuran kertas A5 dengan ketebalan
buku maksimal adalah 200 halaman.
Hasil analisis kebutuhan siswa dan guru tersebut dijadikan acuan untuk
menentukan prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis cerpen
bermuatan nilai-nilai Islami berdasarkan model sinektik untuk siswa SMA. Prinsip-
prinsip pengembangan tersebut juga disesuaikan dengan pedoman umum
penyusunan buku nonteks pendidikan. Prinsip pengembangan buku pengayaan
menulis cerpen tersebut meliputi (1) pengembangan asppek materi, (2) penyajian
materi, (3) penggunaan bahasa, (4) kegrafikaan, (5) penggunaan model sinektik
dalam langkah menulis cerpen, dan (6) internalisasi nilai-nilai Islami.
Prototipe buku pengayaan menulis cerpen dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis cerpen bermuatan nilai-
nilai Islami berdasarkan model sinektik untuk siswa SMA. Prototipe tersebut terdiri
atas tiga bagian, yaitu halaman sampul buku, halaman pendukung buku, dan
halaman isi buku. Halaman sampul buku terdiri atas tiga bagian, yaitu sampul
depan, punggung buku, dan sampul belakang. Halaman pendukung buku terdiri atas
beberapa bagian, yaitu judul dan hak cipta, prakata, daftar isi, petunjuk penggunaan
buku, glosarium, penutup, dan riwayat penulis. Sedangkan halaman isi buku terdiri
atas lima bab, yaitu bab 1 berkenalan dengan cerpen, bab 2 persiapan sebelum
menulis cerpen, bab 3 saatnya menulis cerpen, bab 4 menyunting cerpen yang kamu
buat, dan bab 5 memublikasikan cerpen ke media online.
Bagian bab 1 berkenalan dengan cerpen adalah materi hakikat cerpen yang
meliputi pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen, dan jenis-jenis cerpen.
Bagian bab 2 persiapan sebelum menulis cerpen terdiri atas tujuh subbab, yaitu (1)
menyiapkan ide cerita menggunakan model sinektik, (2) menciptakan dan
memunculkan tokoh rekaan, (3) menyiapkan alur cerita, (4) menyiapkan latar cerita,
(5) menentukan gaya bercerita yang akan digunakan, (6) menentukan sudut
pandang yang akan digunakan, dan (7) menentukan cara membuka cerpen yang
akan digunakan. Bagian bab 3 berisi proses menulis cerpen mulai dari menulis
kerangka cerpen, mengembangkan kerangka cerpen menjadi draf awal, menulis
pembuka cerpen, menulis bagian inti cerpen, menulis penutup atau ending cerpen,
dan menulis judul cerpen. Bagian bab 4 menyunting cerpen yang kamu buat berisi
meteri menyunting cerpen, meliputi menyunting unsur-unsur pembangun cerpen,
menyunting penggunaan bahasa, dan menyunting ejaan dan tanda baca. Pada
bagian ini disajikan contoh-contoh kesalahan yang sering ditemukan dalam
penulisan cerpen dan bagaimana memperbaikinya. Bagian bab 5 memublikasikan
cerpen ke media online berisi referensi media online yang dapat dipilih untuk
memublikasi cerpen. Referensi media online tersebut dibahas kekurangan dan
kelebihannya dalam hal publikasi cerpen. Selain itu, dibahas pula kriteria cerpen
yang diterbitkan masing-masing media online tersebut dan tips agar cerpen yang
dikirim dapat lolos seleksi. Pada bagian akhir masing-masing bab, terdapat
rangkuman materi yang dapat mempermudah pembaca mengingat kembali apa
yang sudah dibaca pada bagian sebelumnya.

Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Aksan, H. 2015. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa.
Elmubarok, Z., dkk. 2015. Islam Rahmatan Lil’ Alamin. Semarang: Unnes Press.

Endraswara, S. (2012). Filsafat Sastra:Hakikat, Metodologi, dan Teori. Yogyakarta:


Layar Kata

Joyce, Bruce, Masha Weil, & Calhoun, E. 2011. Model of Teaching, Model-Model
Pengajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Muslich, M. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan


Pemakaian Buku Teks. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwandari, R., & Qoriah. 2012. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Familia.

Pusat Perbukuan. 2008. Pedoman Penulisan Buku Nonteks: Buku Pengayaan,


Referensi, dan Panduan Pendidik. Jakarta: Depdiknas.

Subyantoro, & Mubarok, A. (2017). Keefektifan Pembelajaran Menulis Cerpen


dengan Model Sinektik dan Model Kreatif-Produktif pada Peserta Didik
SMA Berdasarkan Tipe Pemerolehan Informasi. Seloka: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(2), 53-58. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi/article/view/14697

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pengembangan. Bandung: Alfabeta.


Sumardjo, J. 2007. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Suryadi, R., & Nuryatin, A. 2017. Nilai Pendidikan dalam Antologi Cerpen Senyum
Karyamin Karya Ahmad Tohari. Seloka:Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 6(3), 314-322.

Widyamartaya & Sudiati. 2004. Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai