Anda di halaman 1dari 9

KARYA: AJI BUDI RIANTO

SUATU HARI DI PANTAI


Ingin kutelan semua ombak yang datang ke pantaimu
seperti menceritakan debaran jantungku
Yang berusaha aku sembunyikan dari dirimu
Ingin kuhisap semua angin yang mempermainkan rambutmu
dan telah lancang membisikkan perasaanku
Yang coba aku tutupi serapat mungkin
Ingin aku hancurkan karang-karang yang berdiri di hadapanmu
Mereka seperti sedang menertawakanku
Yang berdiri diam dan bisu
Ingin kuserap semua cahaya kemerahan dari matahari yang sedang tenggelam
seolah sedang melukis wajahmu yang sendu
Yang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku
Ingin aku tembaki burung-burung camar yang terbang di atas kepalamu
Yang sekali-kali menarik perhatianmu
yang tak kunjung memperhatikanku
Ingin aku bawa pulang pasir putih di kakimu
Yang seolah sedang menyerap semua ketabahanmu
Sehingga kau begitu diam begitu bisu begitu sendu
Ingin aku congkel bola matamu
untuk aku bersihkan kabut tebal yang ada di mata itu
yang membuat keindahannya tertutupi
Ingin aku hapus semua duka laramu
Seperti lidah-lidah ombak dengan buihnya menghapus jejak
jejak kakimu jejak kesedihanmu, Cantik
Betapa pengecutnya aku yang hanya ingin

Semarang, 25 November 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

SEBUAH ALASAN UNTUK CINTA


Sebenarnya, aku ingin mencintaimu tanpa alasan
Tapi bagiku mencintai adalah juga sebuah tindakan, dan
setiap tindakan perlu alasan logis
Aku tak memilih kebaikanmu atau kecantikanmu
karena keduanya sama-sama bisa hilang begitu saja
Alasan paling logis untuk mencintai
Seringkali hanya dimengerti oleh hati
Bahkan aku sendiri tak tahu
Barangkali alasanku mencintaimu
adalah karena aku tak punya alasan mencintaimu

Semarang, 2 Desember 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

SKETSA WAJAH KITA

apakah akan kau lupa

sketsa wajah telah kukirim bersama seuntai kata

garis-garis lugu yang kau bilang kaku

dari aku yang mencintaimu

apakah akan kau lupa

cinta telah kutulis dalam garis-garis kaku

entah yang aku terima

aku tak peduli

karena sama-sama nikmatnya

Bukankah Tuhan mencipta sketsa wajah takdir kita lantas diberinya kita kesempatan
menekurinya mengikuti saja setiap garis-garisnya mewarnainya dengan cinta mengisinya
dengan rasa

Sayangku, duka hanyalah kebahagiaan yang sedang tidur Kecup mesralah dia sampai dia
terjaga dan menemanimu setiap sepi menemanimu menekuri setiap gurat sketsa wajah takdir
kita

Semarang, 27 November 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

ADA RUMPUT DI TANGANKU


Ada apa dengan tanganku?
Kenapa tumbuh rumput di sana
begitu lebat
sampai buku jariku tak terlihat
Apakah harus kucabuti rumput-rumput di sana
di tanganku
Tentu akan kesakitan aku
karena akar rumput itu menembusi aliran darah
Ada apa dengan tanganku
ia jadi buruk sekali
mirip seperti kelakuanku

Semarang, 29 November 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

MENULIS DAFTAR PUSTAKA


Hari ini aku menulis daftar pustaka
ditemani secangkir kopi
yang ditumpahkan tanganku yang terlalu semangat sehingga buku-bukuku hitam kena air
kopi
nama pengarang dan tanggal-tanggal seolah menyentakku dari kesadaran bahwa kau pun
punya nama dan tanggal terbit dan judul
dan aku adalah karya tulis dengan satu buku rujukan
Maka kutulis daftar pustakaku:
Yunitasari, Dina. 1997. Seorang Wanita Cantik yang Selalu Menolak Kujadikani Masa Lalu.
Banyumas: Penerbit Rindu.

Semarang, 2 Desember 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

KISAH GEMBALA

Suatu hari si gembala pergi sekolah

melewati sungai kering berdebu tanpa sepatu

tanpa sepatu dilewatinya semak berduri, karena

jembatan satu-satunya telah roboh

berkilo-kilo rentang jarak ia tempuh

meski tubuh dibanjiri peluh

tak sekalipun si gembala mengeluh

Suatu hari si gembala pergi sekolah

bertemu guru berburu ilmu

belajar membaca, menulis dan berhitung

berharap kelak hidup beruntung

Suatu hari si gembala pergi sekolah

ditinggalkannya kambing dan domba di padang basah

Suatu hari si gembala pergi sekolah

Suatu hari si gembala pergi sekolah

Sekolah

Si gembala

Doyong ke kanan dimakan rayap

Semarang, 28 Oktober 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

SI TUKANG PAMER
Engkau menyuruh hamba-Mu ini meminta
kepada-Mu dan Engkau berjanji akan
mengabulkan permintaanku
Seringkali aku tak meminta kepada Engkau
dan Engkau tetap memberi
Apakah Engkau sedang pamer
bahwa Engkau begitu pemurah?
Tak masalah memang
Engkau yang paling mungkin pamer
Tak satupun dari kami dapat pamer di depan-Mu
Bahkan seringkali kami terlalu buruk
untuk merasa buruk
Bukan, bukan aku mengingkari ampunan-Mu
Aku tetap ingin pulang kepada-Mu
meski lupa jalan aku

Semarang, 27 November 2018


KARYA: AJI BUDI RIANTO

SEPOTONG KERTAS RINDU


Sepotong kertas sunyi merindu
lantaran tak pernah ia bicara dengan kekasihnya
padahal pertemuan mereka selalu
Sepotong kertas sepi merasa
lantaran tak pernah ia dekat dengan kekasihnya
padahal jarak mereka hanya

Sepotong kertas membentangkan putihnya


lantaran tak ingin melihat kekasihnya buta

Cintanya tak pernah surut


meski waktu datang menghasut
Sepotong kertas menunggu selamanya
merasa buta selalu

Sepotong kertas merindukan kekasihnya


menjelma kupu-kupu

Sepotong kertas merindukan kekasihnya


Sepotong kertas
Kertas rindu

Semarang, 6 Oktober 2018


Tentang Penulis

Penulis bernama lengkap Aji Budi Rianto.


Lahir di Banjarnegara tanggal 28 Juli 1994. Saat
ini penulis sedang menempuh pendidikan S1
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Universitas Negeri Semarang. Suka menulis
puisi sambil mengunyah wortel.

e-mail: abrsafarnama28@gmail.com

No HP: 0857 2532 5058

Anda mungkin juga menyukai