Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Siyasah dalam peradaban kaum muslim mengatur berbagai bentuk tentang


tata cara memimpin, dan membangun pemerintahan. Peradaban Islam tidak akan
dapat tegak sempurna tanpa adanya negara yang cocok baginya, yaitu negara
Khilafah Islamiyah. Sistem politik Islam yang disebut dengan Siyasah di pandang
sebagai sebuah proses yang tidak pernah selesai. Ia senantiasa terlibat dalam
pergulatan sosial dan budaya. Fakta tersebut berlangsung selama perjalanan
sejarah ummat Islam. Meskipun demikian nilai siyasah tidak serta merta menjadi
relative karena ia memiliki kemutlakan yang terkait keharusan untuk mewujudkan
keadilan, rahmat, kemaslahatan dan hikmah.

Kemaslahatan masyarakat, umat, dan bangsa, dan kemudian pada masa itu
semua dipandang sebagai upaya-upaya siyasah dalam mewujudkan Islam sebagai
ajaran yang adil, memberi makna bagi kehidupan dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Semua proses tersebut merupakan langkah awal berkembangnya
kajian fiqih siyasah, dimana fiqih siyasah menerima apa yang datang dari luar
selama itu untuk kemaslahatan bagi kehidupan umat. Bahkan menjadikannya
sebagai unsur yang akan bermanfaat dan akan menambah dinamika
kehidupannya.Luasnya pembahasan tentang kajian fiqih siyasah, maka pemakalah
hanya mengkaji tema dengan mengangkat judul yakni “siyasah Daulyah”. Yang
mana akan membahas mengenai hubungan internasional, seperti teritorial, dan
lain sebagainya.

1
B. Rumusan Masalah

A. Sejarah Dari Siyasah Dauliyah


B. Pengertian Dari Siyasah Dauliyah
C. Dasar-Dasar Siyasah Dauliyah
D. Pembagian Dari Siyasah Dauliyah

C. Tujuan

A. Mengetahui Sejarah Dari Siyasah Dauliyah


B. Mengetahui Pengertian Dari Siyasah Dauliyah
C. Mengetahui Dasar-Dasar Siyasah Dauliyah
D. Mengetahui Pembagian Dari Siyasah Dauliyah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Dari Siyasah Dauliyah


Siyasah dauliyah sudah ada sebelum adanya agama islam, siyasah
dauliyah dimasa itu muncul karena adanya untuk hidup berdampingan secara
damai di antara berbagai bangsa di dunia, keinginan ini terwujudkan dalam
berbagai perjanjian antar negara serta adat kebiasaan. Dari keduanya perjanjian
dan adat kebiasaan internasiaonal, menjadi sumber terpenting dalam hubungan
damai masa itu.
Walau pun demikian, gejala hubungan antar negara yang sering terjadi
pada saat itu lebih sering di tandai dengan adany peperangan, perang menjadi
semacam olah raga tahunan bagi suku dan bangsa-bangsa tertentu. Dalam keadaan
demikian perang menjadi hubungan dasar diantara mereka. Setiap negara yang
ada di tuntut untuk senantiasa siap siaga dalam mempersiapkan diri untuk perang,
baik dengan cara mempersenjatai pasukan atu membangun benteng perlindungan
dari serangan musuh.
Setelah islam datang siyasah dauliyah(hukum internasional) mendapat
banyak perubahan dalam hal perang harus menaari etika perang, harus menepati
perjanjian, dan lainnya1

B. Pengertian Dari Siyasah Dauliyah


Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta
kekuasaan. Sedangkan Siyasah Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan kepala
negara untuk mengatur negara dalam hal hubungan internasional, masalah
territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan tawanan politik, dan
pengusiran warga negara asing.

1
Prof. H. A. Djazuli “fiqh siyasah implementasi kemaslahatan umat dalam rambu rambu
syariah”, jakarta, kencana, 2009, hal 119- 122

3
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa Siyasah Dauliyah lebih
mengarah pada pengaturan masalah kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta
kedaulatan negara. Hal ini sangat penting guna kedaulatan negara untuk
pengakuan dari negara lain.Adapun orientasi masalahnya berkaitan dengan:
1. Penentuan situasi damai atau perang (penentuan sifat darurat kolektif).
2. Perlakuan terhadap tawanan.
3. Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.
4. Aturan dalam perjanjian Internasioanal.
5. Aturan dalam pelaksanaan peperangan2
C. Dasar-Dasar Siyasah Dauliyah
Dasar-dasar yang di gunakan sebagai landadan para ualam di dalam siysah
dauliyah dan dijadikan ukuran apakah siyasah dauliyah berjalan sesuai dengan
semagat Al islam atau tidak, adalah :
1. Kesatuan umat manusia
Meskipun manusia ini berbeda suku berbangsa-bangsa, berbeda warna
kulit, berbeda tanah air bahkan berbeda agama, akan tetapi merupakan satu
kesatuan manusia karena sama-sama Allah, sama bertempat tinggal di muka
bumi ini , sama-sama mengharapkan kehidupan yang bahagia, dan damai dan
sama-sama dari Adam. Dengan demikian, maka perbedaan-perbedaan diantara
mausia harus disikapi dengan pikiran yang positif untuk memberikan
kelebihan masing-masing dan saling menutupi kekurangan masing-masing.
Al-qur’an banyak mengisyaratkan kesatuan manusia ini, diantarany dalam Al
baqoraoh 213, Artinya : “Manusai adalah umat yang satu.” (Q.S. Al baqoroh :
213)3

2
Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: Grafindo
Persada, 2002, hal 41.

3
Prof. H. A. Djazuli “fiqh siyasah implementasi kemaslahatan umat dalam rambu-rambu
syariah”, jakarta, kencana, 2009, hal 122

4
2. Al-Adalah (keadilan)

Di dalam siyasah dauliyah hidup berdampingan dengan damai baru


terlaksana apabila didasarikan kepada keadilan baik antara manusia maupun
diantara berbagai negara, bahkan perang pun terjadi karena salah satu pihak
merasa di perlakukan secara tidak adil. Oleh karena itu ajaran islam
mewajibkan penegakan keadialan baik terhadap diri sendiri , keluarga,
tetangga, baik terhadap musuh sekalipun kita wajib bertindak adil. Adapun
ayat yang berbiara tentang keadialan:

Artinya: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu


kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa”. (Q.S. al maisah : 8)4

3. Al-Musawah (persamaan)
Manusia memiliki hak-hak kemanusiaan yang sama, untuk
mewujudkan keadilan adalah mempersamakan manusia dihadapan hukum
kerjasama internasional sulit dilaksanakan apabila tidak didalam kesederajatan
antarnegara dan antar bangsa.
Demikian pula setiap manusia adalah subyek hukum, penanggung hak
dan kewajiban yang sama. Semangat dari al-qur’an dan hadis nabi serta
perilaku para sahabat yang membebaskan budak adalah untuk mewujudkan
persamaan kemanusiaan ini. Karena perbudakan menunjukan adanya ketidak
sederajatan kemanusian. Uraian tentang perbudakan yang dikehendakin oleh
islam dengan baik antara lain telah ditulis oleh Amir Ali. Hak hidup, hak
memilikidan kehormatan kemanusiaan harus sama-sama dihormati dan
dilindungi satu-satunya ukuran kelebihan manusia terhadap manusia lainnya
adalah ketaqwaannya. Ada pun ayat yang menerangkan tentang persamaan :
Artinya :

4
Ibid hal 124

5
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu.” (Q.S. al hujurat 13). adapun perbedaan-perbedaan di antara
manusia adalah perbedaan tugas dan posisi fungsi masaing-masing di dalam
kiprah kehidupan manusia di dunia ini, bida si simpulkan bahwa al-ashlu fi al-
insaniyah al-musawah, yang berarti ”hukum asal di dalam kemanusiaan adalah
sama.5
4. Karomah insaniyah ( kehormatan manusia)
Karena kehormatan inilah maka manusai tidak boleh merendahkan
manusia lainnya dan suatu kaum tidak boleh merndahkan kaum lainnya.
Kehormatan manusia ini berkembang menjadi kehormatan terhadap suatu
kaum dan komunitas dan bisa berkembang menjadi suatu bangsa atau negara.
Kerja sama internasiaonal tidak mungkin dikembangkan tanpa landasan saling
hormat-menghormati. Kehormatan kemanusiaan inilah pada pada gilirannya
menumbuhkan harga diri yang wajar baik individu maupun pada komunitas,
muslim atauppun non muslil tanpa harus jatuh kepada kesombongan
individual atau nasiaonalisme yang ekstrim. Adapun ayat yang menerangkan
tentang kehormatan :
Artinya : “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”
(Q.S. al isra : 70)
Dan juga dalam hadis rasulullah yang artinya :“ Wahai orang-orang
yang beriman janganlah satu kaum mengolok-olokan kaum lainnya, bisajadi
yang mengolok-olokkan lebih baik dari yang mengolok-olokkan, dan jangan
pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita lain bisa jadi mereka yang lebih
baik, dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jaganlah kamu
memanggil dengan panggilan yang buruk.

5
Ibid hal 125-126

6
Hadis dan ayat di atas menunjikan bahwa mencela dan merendahkan
manusia lain sama dengan mencela dan merndahkan diri sendiri.6
5. Tasamuh (Toleransi)
Dasar ini tidak mengandung arti harus menyerah kepada kejahatan
atau memberi peluang kepada kejahatan. Allah mewajibkan menolak
permusuhan dengan yang lebih baik akan menimbulkan persahabatan bila
dilakukan pada tempatnya setidaknya akan menetralisir. Adapun ayat Al-
qur’an yang menerangkanya :
Artinya: “dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman
yang sangat setia”.(Q.S. fushilat : 34)
Artinya : “jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan
yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S. Al
a’raf 199).
Sifat pemaaf merupakan sesuatu yang sangat terpuji dan sebaliknya
sifat dendam merupakan suatu sifat yang tercela, pemaaf yang baik adalah
pemaaf disertai dengan harga diri yang wajar dan bukan pemaaf dalam arti
menyerah atau merendahkan diri terhadap kejahatan-kejahatan.7
6. Kerja sama kemanusiaan
Kerjasama kemanusiaan ini adalah realisasi dari dasar-dasar yang
telah dikemukakan di atas, kerja sama disini adalah kerjasama disetiap
wilayah dan lingkungan kemanusiaan, kerjasama ini diperlukan karena,
adanya saling ketergantungan baik antara individu maupun antar Negara
dunia ini. Kerja sama merupakan hal yang menguntungkan dalam suasana
baik dan untuk kebaikan bersama. Bukan untuk bermusuhan.
Allah akan memberiakan kekuatan pada orang yang mau menolong
pada sesama manusia dimana saja. Nabi bersabda: “allah akan selalu
6
Ibid hal 126-125
7
Ibid hal 127-128

7
menolonh hambaNYA selama hambanya tidak menolonh
suadaranya”.hadis ini juga terermin adanya ukhuwah insaniyah, kesadaran
akan perlunya kerjasama dan tolong menolong dalam segala bentuk dan
cara yang di sepakati yang baik, akan menghilangkan nafsu permusuhan,
dan saling berebut hidup. Kehidupan individu dan antar bangsa akan
harmonis apabila di dasarkan pada kerjasama bukan pada saling
menghancurkan yangsatu dengan yang lain.8
7. Kebebasan, kemerdekaan/ Al-huriyah
Kemerdekaan yang sesungguhnya di mulai dari pembebasan diri daro
pengaruh hawa nafsu serta mengendalikannya di bawah bimbingan keimanan
dan akal sehat. Dengan demikian kebebasan bukanlah mutlak, akan tetapi
kebebasan yang bertangung jawab terhadap Allah, terhadap keselamatan dan
kemaslahatan hidup manusia di muka bumi, kebebasan ini bisa di rincikan
lebih jau seperti ini :
a) Kebebasan berpikir.
b) Kebebasan beragama.
c) Kebebasan menyatakan pendapat.
d) Kebebasan menuntut ilmu.
e) Kebebasan memiliki harta.9
8. Perilaku moral yang baik
Perilaku yang baik merupakan dasar moral di dalam hubungan antara
manusia, antr umat dan antara bangsa di dunia, selain itu pronsip ini pun di
terapakan seluruh makhluk Allah di muka bumi, termasuktermasuk flora dan
fauna, alam nabati dan alam hewani, budi baik ini tercermin antara lain di
dalam kasih sayang.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu sumber hubungan


internasional itu adalah perjanjian antarbangsa. Apabila perjanjian yang telah

8
Ibid hal 128

9
Ibid hal 129-130

8
di sahkan dan di buat kemudian tidak di tepati, maka kepercayaan akan hilang.
Dan apabila sudah terjadi krisis kepercayaan, maka malapetakalah yang akan
muncul.

Inilah dasar-dasar siyasah di dalam hubungan internasional atau


siyasah dauliyah, dasar-dasar tersebut semuanya mengacu kepada manusia
sebagai satu kesatuan umat manusia, atau dengan kata lain dasar-dasar
tersebut dalam rangka hifdzu al-Ummah dalam ruang lingkupnya yang paling
luas yaitu seluruh manusia yang di ikat oleh rasa ukhwah insaniyah di
samping umat dalam arti komunitas adalah keluarga sakinah.10

D. Pembagian Dari Siyasah Dauliyah

Siyasah dauliyah di bagi menjadi dua yaitu :

1) Hubungan-hubungan internasional di waktu damai

Sebagai agama yang menjunjung kedamaian, Islam lebih


mengutamakan perdamaian dan kerja sama dengan beberapa Negara saja.
Islam diturunkan sebagai rahmat untuk alam semesta, karena itu Allah tidak
membenarkan ummat Islam melakukan peperangan, apalagi mengekspansi
Negara lain kecuali dalam kondisi sangat terdesak dan membela diri.11

a. Konsekuensi dari asas bahwa hubungan internasional dalam islam adalah


perdamaian saling membantu dalam kebaikan, maka:
1. Perang tidak dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.
2. Orang yang tidak ikut berperang tidak boleh di perlakukan
sebagi musuh.
3. Segera meng hentikan perang bila salah satu pihak cenderung
damai.

10
Ibid hal 130-131

11
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Jakarta: Media Pratama, 2001 hal 238

9
4. Memperlakukan tawanan perang dengan cara manusiawi.12
b. Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.

Sebagai agama yang menjunjung kedamaian, Islam lebih


mengutamakan perdamaian dan saling membantu dalam kebaikan. Seperti
diketahuai pula, subjek hukum dalam siyasah dauliyah adalah negara. Kita
telah mengetahui pula tentang pembagian dunia ini di kalangan fuqaha.
Apabila subjekn hukum di dalam siyasah dauliyah adalah negara, maka sudah
tentu negara mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban terpenting
adalah menghormati hak-hak negara lain dan melaksanakan perjanjian yang
telah di buat.13

c. perjanjian-perjanjian internasional
Syarat-syarat mengikat suatu perjanjian dalam siyasah dauliyah adalah sah
dan mengikat apabila memenuhi empat syarat :

a) Yang melakukan perjanjian memiliki kewenangan.

b) Kerelaan, Penulisan perjanjian

c) Isi perjanjian dan objeknya tidak dilarang oleh syariat islam.14

2) Hubungan-hubungan internasional di waktu perang

Seperti yang sudah disinggung di muka bahwa perang bisa terjadi


dalam kondisi darurat, artinya bentuk hukum asal (azimah) sesuai dengan
kaidah-kaidah fiqh. Kaum muslimin sendiri pada umumnya manusia dahulu
dan sekarang tidak menyenang perang, tetapi bisa terjadi dengan sebab untuk
mempertahankan diri, rangka dakwah15

Prof. H. A. Djazuli “fiqh siyasah implementasi kemaslahatan umat dalam rambu-rambu


12

syariah”, jakarta, kencana, 2009, hal 135


13
Ibid hal 135
14
bid hal 137-138
15
Ibid hal 142

10
Aturan perang dalam islam antara lain :

a. Pengumuman perang

Telah diterangkan bahwa islam tidak membenarkan peperangan yang


bertujuan menaklukan suatu negara, atau perluasan wilayah dan mendiktekan
kehendak, perang yang diajarkan dalam islam adalah perang untuk menolak
serangan musuh.16

b. Etika dan aturan perang dalam siyasah dauliyah


1. Dilarang membunuh anak-anak
2. Dilarang membunuh wanita-wanita yang tidak ikut
perang serta memperkosanya
3. Dilarang membunuh orang yang sudah tua tersebut tidak
ikut berperang
4. Tidak memotong dan merusak pohon-pohon, sawah, dan
ladang
5. Tidak merusak binatang ternak kecuali untuk dimakan
6. Tidak menghancurkan gereja, biara, dan tempat beribadat
lainnya
7. Dilarang mencincang mayat musuh, bahkan bangkai
binatang tidak boleh dicincang
8. Dilarang membunuh para pendeta dan para pekerja yang
tidak ikut perang
9. Bersikap sabar, berani, dan ikhlas dalam perang
10. Tidak melampaui batas-batas aturan hukum dan moral
dalam peperangan.17

16
Ibid hal 146
17
Ibid hal 149-150

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta
kekuasaan. Sedangkan Siyasah Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan kepala
negara untuk mengatur negara dalam hal hubungan internasional, masalah
territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan tawanan politik, dan
pengusiran warga negara asing.

Dasar-dasar yang di gunakan sebagai landadan para ualam di dalam siysah


dauliyah dan dijadikan ukuran apakah siyasah dauliyah berjalan sesuai dengan
semagat Al islam atau tidak, adalah :

1. Kesatuan umat manusia

2. Al-Adalah (keadilan)

3. Al-Musawah (persamaan)

4. Karomah insaniyah ( kehormatan manusia)

5. Tasamuh (Toleransi)

6. Kerja sama kemanusiaan

7. Kebebasan, kemerdekaan/ Al-huriyah

8. Perilaku moral yang baik

Pembagian siyasah dauliyah di bagi menjadi dua :

1. Hubungan-hubungan internasional di waktu damai

Meliputi : Konsekuensi dari asas bahwa hubungan internasional


dalam islam, Kewajiban suatu negara terhadap negara lain,perjanjian-
perjanjian internasional

12
2. Hubungan-hubungan internasional di waktu perang

Meliputi : Aturan perang dalam islam.

Demikinlah makalah yang dapat kami susun, semoga dapat


bermanfaat dan menambah ilmu bagi kita semua. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini dan selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta:


Grafindo Persada, 2002

Djazuli “fiqh siyasah implementasi kemaslahatan umat dalam rambu-


rambu syariah”, jakarta, kencana, 2009
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Jakarta: Media Pratama, 2001

14

Anda mungkin juga menyukai