Dengan kata lain, arsitektur interior dan desain kitchen set hijau dan semua hal yang
mengedepankan sustainable architecture atau arsitektur ruangan dan desain dapur yang
berkelanjutan akan tetap mendominasi konsep arsitektur dapur dan interior ruang pada
tahun depan dengan isu utama maksimalisasi penghijauan.
Arsitek interior desain dan desainer interior ruangan Samuel A. Budiono yang sekaligus
merupakan presdir PT Samuel A. Budiono & Associates misalnya, membuat desain
arsitektur ruang dan desain kitchen yang bersahabat dengan alam sekitarnya. Karya
arsitektur interiornya terutama interior kitchen set yang sangat memerhatikan lingkungan
dengan tetap mempertahankan unsur kemodernannya antara lain bangunan interior
kitchen agro-park yang terdapat di Pandaan, Jawa Timur. Arsitektur desain bangunan
utama dan interior ruangan agro-park dibuat tinggi, bertiang seperti interior kitchen set
rumah tradisional di Kalimantan yang ditopang balok-balok kayu berdiri, sebagai bentuk
desain arsitektur ruangan modern yang ekspresif dan desain ruangan melambangkan
kebangkitan yang optimistis dari suatu kondisi apa pun yang dirasa negatif.
Samuel menegaskan desain arsitektur dapur atau interior kitchen tahun depan lebih
dinamis dengan bentuk interior dapur yang progresif dan menekankan pada
pengembangan ruang dapur atau interior dapur sesuai dengan situasi sosial dan alam di
sekitarnya . "Nanti desain ruangan arsitektur lebih dinamis di mana bentuk desain kitchen
yang progresif dan yang menekankan pada movement desain kitchen set akan lebih
berbicara dan gaya kitchen set minimalis yang statis mulai ditinggalkan," katanya. Dia
mengatakan aliran ruang dapur minimalis memang masih tetap eksis di sejumlah negara
maju yang tingkat kesibukan warganya cukup tinggi. Tuntutan bentuk kitchen set yang
simplicity dalam desain arsitektur interior desain sangat sesuai dengan life style yang
supersibuk.
Mengenai unsur fungsi, kepraktisan dan bahkan kepolosan dari bentuk arsitektur
dianggap mewakili era masyarakat sibuk, dibanding dengan adanya keruwetan yang
ditimbulkan suatu ornamen. Namun, gaya minimalis tampaknya sekarang ini mulai
mencapai titik jenuh, terutama disebabkan kelatahan banyak pihak yang penggunaan
istilah minimalis pada hampir setiap desain arsitektur.
http://www.lampungpost.com/
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Arsitektur Ruang - Arsitektur Interior -
Arsitektur Desain - Arsitektur Ruangan - Arsitektur Dapur - Interior Ruang - Interior
Desain - Interior Ruangan - Interior Kitchen - Interior Kitchen Set - Interior Dapur -
Ruang Dapur - Desain Ruangan - Desain Kitchen - Desain Kitchen Set – Kitchen Set -
Desain Dapur dan Arsitektur&Interior Ruang:Desain Ruangan-Desain Kitchen
Set&Dapur Jakarta Selatan di 88db.com
Pengantar
Sebagai arsitek, akhir-akhir ini kita merasa terusik atas banyaknya kasus kegagalan
bangunan yang berakibat fatal. Dalam waktu beberapa bulan, empat bangunan parkir di
gedung-gedung megah di Jakarta telah mencelakai dan menewaskan para pengguna
bangunan. Ironisnya, salah satu gedung megah dimaksud adalah Kantor Walikota. Di
Banda Aceh, sebuah bangunan rumah sakit roboh sebelum diserahterimakan. Di
Surabaya, seorang anak kecil tewas karena jatuh dari lantai atas ke lantai dasar sebuah
shopping mall. Gedung sekolah dasar roboh sudah tak terhitung banyaknya. Kasus
terakhir di Bandung bahkan mencelakai anak-anak SD yang sedang belajar di kelas.
Dalam kasus-kasus di atas, di mana posisi arsitek? Mungkinkah kesalahan ada di pihak
arsitek? Meski dalam kasus-kasus yang menewaskan pengguna bangunan kita dengar
pihak kepolisian menyelidiki, sampai saat ini belum ada pihak yang diajukan sebagai
terdakwa di pengadilan. Barangkali bahkan belum ada pihak yang dijadikan tersangka.
Apakah UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (yang masing-masing telah dilengkapi dengan beberapa PP)
tidak bisa dijadikan dasar hukum untuk menjerat penanggung jawab kegagalan
bangunan-bangunan tersebut?
Bila ditilik dari hulu ke hilir, kemungkinan kesalahan dalam kasus-kasus tersebut bisa
terjadi pada arsitek, perencana struktur, perencana ME, pemberi ijin membangun,
pelaksana konstruksi, pengawas konstruksi, pemilik/pengelola bangunan, atau pengguna
bangunan. Bila diusut dengan seksama, salah satu atau beberapa pihak tersebut harus bisa
dinyatakan sebagai penanggung jawab terjadinya kasus kegagalan sebuah bangunan.
Sambil menunggu UU Arsitek yang sedang diolah di DPR, marilah kita meneropong
posisi arsitek terkait dengan jasa konstruksi dan penyelenggaraan bangunan gedung.
Meski aparat hukum belum cukup sigap untuk memejahijaukan penanggung jawab
bencana akibat kelalaian dalam penyelenggaraan konstruksi bangunan, seyogyanya para
arsitek mawas diri. Jangan sampai arsitek punya andil dalam kasus kegagalan bangunan
yang berakibat fatal.
Profesi Arsitek
Adalah fakta bahwa profesi arsitek belum cukup difahami oleh kalangan awam di negeri
ini. Masih banyak orang yang menyebut “arsitek” dengan sebutan “arsitektur” (rancu
dengan “instruktur” dan “kondektur”). Para wakil rakyat di DPR pun terlihat kikuk ketika
memulai pembahasan tentang RUU Arsitek. Bagi mereka “arsitek” tampak bagaikan
makhluk asing yang tiba-tiba harus diatur kehadiran dan kiprahnya. Jangan heran bila
kita harus lama menunggu RUU Arsitek disahkan sebagai UU, karena memang bukan
prioritas.
Di dalam kalangan para arsitek sendiri, pemahaman tentang profesi arsitek pun bisa
beragam. Ada arsitek “tipe seniman”, ada arsitek “tipe pedagang”. Terlepas dari itu
semua, perlu disadari bahwa profesi arsitek memiliki konsekuensi yang terkait dengan
kepentingan orang banyak. Produk akhir (bangunan atau lingkungan buatan) yang
dihasilkan oleh profesi arsitek harus memenuhi persyaratan keselamatan manusia
pengguna produk akhir tersebut.
Karena UU Arsitek belum kita miliki, maka sementara ini payung hukum profesi
arsitek masih mengandalkan kedua UU yang berkaitan dengan praktek profesi
arsitek beserta penjabarannya dalam PP, yaitu:
(1) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UUJK), yang dijabarkan dalam:
- PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
- PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
- PP No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
(2) UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG), yang dijabarkan dalam:
- PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Rujukan:
- UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UUJK), yang dijabarkan dalam:
- UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG), yang dijabarkan dalam:
- PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
- PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
- PP No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
- PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung