Anda di halaman 1dari 34

BAB I.

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEK

PERENCANAAN

William A. Shrode, 1974

Perencanaan sebagai padanan kata asing “planning”, dapat diartikan

sebagai suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi

mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan

dapat dilaksanakan dengan teratur

Paul Davidov, 1982

Perencanaan adalah sebuah proses untuk menetapkan tindakan yang tepat di

masa depan melalui pilihan-pilihan yang sistematik

JW. Wade

Perencanaan adalah upaya menyatakan masalah umum pemberi tugas (klien)

menjadi sejumlah masalah standar yang lebih kecil yang telah diketahui pemecahannya

atau yang mudah dipecahkan .

Soewondo B. Soetedjo

Merencana dalam dalam arsitktur berkaitan dengan penggunaan diagram untuk

mengembangkan hubungan antara kebutuhan- kebutuhan.

William L. Lassey, 1977

Perencanaan merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu rencana

yang meliputi kegiatan-kegiatan:


1. Mengidentifikasi. Menentukan komponen-komponen yang menunjang terhadap

objek, yang merupakan kompleksitas fakta-fakta yang memiliki kontribusi terhadap

kesatuan pembangunan.

2. Mengadakan studi. Mencari hubungan-hubungan dari factor faktor terkait, yang

memiliki pengaruh spesifik.

3. Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor-faktor yang dominan dengan

memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang memberikan

perubahan terhadap faktor lain.

4. Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana suatu factor akan berubah sehingga

mencapai keadaan lebih baik di masa depan.

5. Melakukan Tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan tindakan terstruktur

untuk mencapai tujuan pembangunan.

KLASIFIKASI PERENCANAAN

 Theories in Planning. Mencakup perencanaan berkaitan dengan substansi

(objek).

 Theories of Planning. Berkaitan dengan prosedur perencanaan (metode).

 Theories for Planning. Mencakup teori-teori sosial yang menjelaskanbagaimana

seharusnya masyarakat dan perencanaan di masa depan (tujuan). Shean Mc.

Connell (1991).

Paradigma yang melihat perencanaan dengan fokus pada:

 Objek (object centered)

 Pemegang kekuasaan (control centered)


 Cara pengambilan keputusan (decision centered) Andreas Faludi (1982)

Perencanaan yang berorientasi pada:

 Perencana (traditional planning)

 Pemakai (rasional planning)

Perencanaan berdasarkan dimensi waktu:

 Jangka panjang

 Jangka menengah

 Jangka pendek

Perencanaan berdasarkan metode:

 Top Down Planning. Disusun secara menyeluruh kemudian dirinci kepada tingkat

yang lebih rendah.

 Bottom Up Planning. Disusun mulai dari bawah kemudian dirangkum dalam

tingkat tertentu.

PERANCANGAN

PENGERTIAN PERANCANGAN

- Perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat

dari sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983).

- Perancangan merupakan sasaran yang dikendalikan dari aktivitas pemecahan

masalah (L. Bruce Archer, 1985).

- Perancangan merupakan proses penarikan keputusan dari ketidakpastian yang

tampak, dengan tindakan-tindakan yang tegas bagi kekeliruan yang terjadi

(M.Asimow, 1982).
- Perancangan merupakan proses simulasi dari apa yang ingin dibuat sebelum

kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita merasa puas dengan

hasil akhirnya (P.J. Booker, 1984).

- Perancangan merupakan kesimpulan yang optimal dari sejumlah kebutuhan dari

seperangkat keadaan tertentu (E. Marchet, 1987).

- Perancangan merupakan lompatan kreatif dari fakta-fakta masa kini menuju

kemunghkinan di masa datang (JK. Page, 1986).

- Perancangan merupakan aktivitas kreatif, melibatkan proses untuk membawa

kepada sesuatu yang baru dan bermanfaat yang sebelumnya tidak ada (JB.

Reswick, 1985).

- Perancangan mempunyai makna memulai perubahan dalam benda-benda

buatan manusia (J.C. Jones, 1990).

- Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada

menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah-

masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan

pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman, penyusunan

rancangan, dan pelaksanaan rancangan (John Wade, 1997).

Perancangan meliputi proses :

1. Pemrograman

Untuk menetapkan hal-hal yang menjadi tujuan, kebutuhan dan perhatian

klien.
2. Perencanaan

Untuk menyatakan masalah umum klien menjadi masalah standar yang

mudah dipecahkan

3. Perancangan

Mengembangkan gagasan keseluruhan menjadi suatu usul wujud

bangunan

Pengertian perancangan menurut bahasa

- Bahasa Latin : DESIGNOSE

Memotong dengan gergaji atau tindakan menakik untuk memberi tanda.

Maksudnya untuk memberi citra pada objek tertentu

- Bahasa Perancis : DESIGNARE

Menandai, memisahkan. Maksudnya menghilangkan kesimpangsiuran

- Bahasa Inggris : DESIGN

Memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu

yang baru

Pengertian perancangan menurut Soewondo b. Soetedjo

 Merancang dalam arsitektur berkaitan dengan penggunaan gambar untuk

mengembangkan ruang dan bentuk

 Perancangan adalah aktifitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna

yang tidak ada sebelumnya


Pengertian perancangan menurut tim McGINTY

 Mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik

Perancangan meliputi fungsi-fungsi : Mengidentifikasi Masalah, Menggunakan

Metode-metode dan Melakukan Sintesa

 Perancangan merupakan proses tiga bagian : Keadaan Semula, Proses

Transformasi, Keadaan Kemudian

Keterkaitan perencanaan & perancangan

- Perancangan merupakan tindak lanjut dari perencanaan

- Perencanaan merupakan bagian dari proses perancangan arsitektur

- Perencanaan dan perancangan merupakan proses untuk membentuk

lingkungan binaan

Proses perancangan arsitektur

- Permulaan

- Persiapan

- pengajuan usul

- evaluasi

- tindakan

Proses perancangan dalam praktek profesi

- Rancangan Skematik

Citra umum bangunan, ukuran, sirkulasi

- Pengembangan Rancangan

Uraian lebih rinci, denah, tampak, potongan


- Dokumen Konstruksi

Gambar kerja, spesifikasi, prosedur kerja

- Penawaran / Perundingan

Fasilitator perundingan

- Tata Laksana Proyek

Supervisi, team leader

Penjelasan perencanaan dan perancangan arsitektur Dasar

Bangunan yang baik tidak begitu saja terjadi. Bangunan-bangunan tersebut

direncanakan agar terlihat baik dan berfungsi baik, dan terjadi apabila arsiteknya baik

dan klien-kliennya baik dan bijaksana dalam bekerjasama.

Penyusunan program merupakan persyaratan untuk rancangan bangunan adalah

tugas dari arsitek, dan ini merupakan hal yang paling penting sebelum merancang.

Pemrogram dan perancang

Pemrogram dan perancang merupakan spesialis-spesialis yang berbeda, karena

keduanya memerlukan kemampuan yang berlainan. Pemrogram untuk analisis, sedang

perancang untuk sintesis.

Para pemrogram harus:

- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat,

memisahkan keinginan sendiri dari kebutuhan klien

- Bersikap obyektif dan analitik

- Mengevaluasi informasi
Pada perancang umumnya bersifat subyektif, intuitif dan fasih dalam konsep-

konsep fisik. Namun perancang dapat juga memrogram, ia harus memiliki dua pikiran

dan menggunakannya secara berganti-ganti, dan selalu dilatih dalam memrogram.

Analisis dan sintesis

Proses perancangan meliputi dua tahap: analisis dan sintesis. Pada analisis

bagian-bagian dari masalah perancangan dipisah-pisahkan dan dikenali. Pada sintesis

bagian-bagian tersebut digabungkan bersama guna membentuk suatu pemecahan

perancangan yang bertalian. Penyusunan program adalah analisis dan perancangan

adalah sintesis.

Perancang yang tidak dapat menunggu suatu program lengkap, seperti penjahit

yang tidak mengukur seorang langganan sebelum ia mulai memotong kain.

Perancang yang kreatif akan menunda penilaian, menahan pemecahan-

pemecahan yang diyakini sebelumnya untuk mensintesakan sebelum informasi didapat,

mengetahui masalah klien. Ia meyakini bahwa perlu analisis menyeluruh sebelum

sintesis

Perancangan dan proses perancangan arsitektur

■ Perancangan adalah hasil proses perancangan.

■ Perancangan arsitektur meliputi tahap penyusunan pemrograman dan

perancangan. Penyusunan program adalah penyelusuran masalah

(problem seeking), perancangan adalah pemecahan masalah (problem

solving).

■ Proses perancangan meliputi dua tahap analisis dan sintesis. Penyusunan

program adalah analisis, perancangan adalah sintesis.


■ Perancangan arsitektur adalah penggabungan berbagai unsur ruang untuk

menampung suatu proses kegiatan sehingga menghasilkan suatu keseluruhan

yang lebih kaya dan bermakna.

■ Proses perancangan arsitektur dimulai dari mengetahui jenis bangunan yang

akan dirancang, pemakainya dan bagaimana keinginan pemakainya,

kegiatannya, ruang-ruang yang dibutuhkan, bagaimana tapak dimana bangunan

tersebut akan dibangun, bagaimana jenis konstruksi dan bahan yang akan

digunakan, dilanjutkan dengan melakukan analisa mengenai sifat dan syarat

setiap kebutuhan lalu dikelompokkan, dihubungkan, digabungan sehingga

menghasilkan suatu rancangan arsitektur.

Perencanaan

Suatu proses dalam menyiapkan seperangkat keputusan mengenai tindakan

dikemudian hari yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan menggunakan

cara-cara yang optimal.

Analisa

Memecahkan problem ke dalam bagian-bagian

Sintesa

Mengumpulkan bagian-bagian tersebut ke dalam sebuah cara baru

Penzoningan

Zoning adalah peta atau pemaparan ringkasan dari seluruh hasil sintesa, yang

memberikan masukan pada Konsep Disain.

Konsep

Suatu rumusan cara-cara memecahkan masalah


BAB II.

PROBLEM SEEKING & SOLVING

PROBLEM SEEKING

Arsitektur adalah jembatan antara “art” dan “sains”, “manusia” dan “alam”.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan perubahan pandangan dalam

pembentukan lingkungan “Physic” dan “Behaviour” manusia, kebutuhan baru sebagai

pelengkap sangat diperlukan dalam pendidikan arsitektur dan profesi

perencanaan/perancangan. Dalam usaha memenuhi tantangan ini, pendidikan

arsitektur harus dipersiapkan hingga mahasiswa mampu membuat keputusan yang

“komunikatif” (secara obyektif) dan “ responsif” (secara subyektif) kepada perubahan

yang dinamis yang ada pada manusia dan lingkungannya. Oleh sebab itu perlu sekali

mempertimbangkan dan memberikan respon secara serius kepada masalah-masalah

yang ada dalam lingkungan terbina (the build environment).

Perencanaan dan perancangan Arsitektural yang optimum berarti optimum pula

secara “art” dan “sains” , secara “kualitatif” dan “kuantitatif”

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan akurat memberi acuan

(stimuli) kepada penggunaan sistem informatika (komputer) guna mendapatkan hasil

yang lebih “pasti” dan “teliti” dan tidak lagi mengandalkan hal-hal yang “praktis” dan

“asumsi”. Kemantapan karya Arsitektur dapat ditingkatkan dan menjadi lebih dapat

dipertanggung-jawabkan dengan meyakini semua kaidah yang harus terkait disertai

“teori” yang lebih mantap.


Arsitektur sebagai suatu proses

Secara umum Arsitektural Programming melibatkan aktivitas mengindikasi

persoalan (Problem seeking) yang telah dipisahkan dari proses kreativitas dalam

perancangan fisik. Pendapat lama programming dan desain harus dipisahkan sama

sekali berdasarkan pengertian bahwa pengenalan penyelesaian fisik akan memberikan

praduga obyektifitas definisi dari masalah pada proses.

Apabila penyelesain Perancangan telah dipikirkan terlebih dahulu padahal

masalahnya sendiri secara keseluruhan belum dianalisa, maka tidak akan ada

penelaahan permasalahan yang selanjutnya akan berkakibat hilangnya logika ( sanoff,

1977). Oleh sebab itu programming dan aktivitas perancangan sebaiknya

dipertimbangkan bersama-sama dan saling mengisi. Ini berarti bahwa proses

perancangan harus dilihat secara menyeluruh dan menjadi satu.

Programming dan komponen-komponen untuk evaluasi dari proses menjadi satu

dan tidak sebagai aktivitas yang terpisah. Informasi yang masuk ke dalam proses

adalah menerus dan berlanjut sebagai aspek yang tumbuh dalam proses. Setiap bagian

pada setiap saat tidak dapat berdiri sendiri secara analitis dan intuitif.
Keterangan :

 Kelompok A berisi keahlian arsitek dan daya imajinasinya.

 Kelompok B terdapat masalah “manusia dan kehidupannya” di satu pihak dan

“persoalan fisik, ekonomi, dan keadaan politik” di lain pihak. Biasanya sebagian

dari persoalan ini dalam bentuk ringkasan, hasil observasi atau pengalaman.

 Kelompok C terdiri dari urutan data yang harus dicari dan diangkat sebagai suatu

masalah, misalnya kebijakan pemerintah, hal-hal yang tak terduga misalnya:

moneter.

Hal-hal yang sifatnya asumsi sebanyak mungkin dikurangi dan pada hasil akhir

diharapkan semuanya telah terukur dengan baik walau mungkin masih ada beberapa

yang masih belum bisa terukurkan.


Perancangan (Desain)

Perancangan dapat berarti sebagai sebuah problem solving (proses

penyelesaian masalah). Persoalan yang dihadapi perancang ialah bagaimana

menghasilkan sebuah rancangan yang mampu dipakai sebagai petunjuk merealisir

bentuk suatu fasilitas pada suatu lokasi.

Bentuk dan isi dari desain tidak diketahui terlebih dahulu, sebab kalau sudah

diketahui terlebih dahulu berarti tidak perlu ada perancangan, sebab tidak ada

permasalahan. Disinilah letak diperlukannya suatu proses. Proses arsitektur tidak

sekedar intuisi tanpa logika, berbeda dengan “art” dimana hampir dari seluruh proses

didominasi oleh intuisi walaupun pada perkembangan akhir dari “art” sendiri juga

menuntut adanya logika.

Perancangan merupakan suatu problem solving yang berbeda sama sekali

dengan problem solving dibidang lain. Di perancangan akan terlibat dua masalah yang

mempunyai karakter bertolak belakang yaitu: “art” dan “sains”. “Art” dalam hal ini

mempunyai nilai kualitatif sedangkan “sains” mempunyai nilai kuantitatif. “Sains” yang

mempunyai nilai kualitatif harus benar-benar diselesaikan dengan teori yang benar,

tidak benar apabila hanya diasumsikan.


PROBLEM SOLVING (PROSES PEMECAHAN MASALAH)

Terbayang sebelumnya bahwa arsitektur hanyalah terdapat dalam ruang lingkup

bangunan dan interior saja.

Tetapi sebagai usaha penyusunan kesatuan konstruksi, arsitektur bisa

menyusun apa saja menjadi kesatuan konstruksi yang bermanfaat..., mungkin lebih

tepatnya akan fokus pada yang namanya desain seni rupa, desain graphis atau desain-

desain lainnya..., yang aku pahami bahwa konsep-konsep philosophy dalam arsitektur

semuanya terdapat dalam ilmu desain lainnya...

Arsitektur bisa untuk fashion, bisa untuk otomotif, bisa untuk teknologi informasi.

Kesemuanya menggunakan upaya dalam mengorganisasi ruang, struktur, energi,

psikologi, ekonomi dalam mencapai tujuan kekuatan, keindahan, fungsi dan nilai

lainnya.

Berpikir kreatif adalah upaya memecahkan masalah dengan berpikir beda

terhadap kebiasaan..., kadang manusia mudah terbawa oleh suasana dan akan buntu

pikirannya bila lingkungannya dihinggapi kebuntuan....disanalah waktu yang tepat untuk

hadirnya sebuah kreatifitas...(out of the box)

Arsitektur adalah dunia konsep rancangan....akan semakin berkelas bila

dilengkapi dengan ide-ide kreatif, setiap konsep rancangan akan menjadi bernilai unik

bila dilengkapi dengan kreatifitas yang tidak biasa, yang akan menarik minat orang

apalagi bila kreatifitas tersebut bisa menimbulkan fungsi dan manfaat bagi orang lain...
 Kemampuan menguasai teori arsitektur dan melakukan kajian preseden

arsitektur.

 Kemampuan menguasai dan menggunakan metodologi penelitian bidang

arsitektur.

 Kemampuan menguasai dan menggunakan metodologi perancangan arsitektur

 Kemampuan membuat kajian kritis dan komprehensif serta pemecahan masalah

rancangan arsitektur, dan menyajikan hasilnya baik secara lisan, grafis maupun

dalam bentuk tulisan (Dalam lingkup, konsep rancangan, rancangan skematik,

gambar kerja, rencana kerja dan syarat-suarat (RKS) dan rencana anggaran

beaya (RAB).

 Kemampuan merancang secara kreatif karya arsitektur yang didasarkan pada

hasil penelitian ilmiah, maupun kajian presedent, dengan melibatkan klien,

dilakukan secara mandiri.

 Kemampuan mengembangkan kinerja profesional yang ditunjukkan dengan

ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, dan kepaduan

pemecahan masalah

“sebuah bentuk gambar berawal dari satu titik yang membuat suatu

gerakan...titik itu bergerak....dan terbentuklah suatu garis-dikenal sebagai dimensi

pertama. Bila garis bergerak membentuk sebuah bidang, maka kita dapat menemukan

sebuah unsur dua dimensi. Selama perkembangannya dari bidang menjadi ruang,

pertemuan bidang-bidang tadi melahirkan suatu badan (tiga-dimensi).... sebuah

ringkasan mengenai energi kinetik yang menggerakkan sebuah titik menjadi garis, garis
menjadi bidang dan bidang menjadi dimensi ruang”. (Klee Paul. 1961. The Thingking

Eye: The Notebooks of Paul Klee)

Apa yang bisa kita pikirkan saat pertama kali mendengar arsitektur...?? saya

sendiri saat pertama kali mendengarnya akan langsung berpikir tentang bangunan-

bangunan yang megah dengan keindahannya yang enak dipandang mata. Kalau kita

berkunjung disalah satu engsiklopedia bebas kita akan menemukan pengertian

arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan, dalam artian yang lebih

luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,

mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur

landsekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain

produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Pada umumnya dibayangkan, direncanakan dan diwujudkan. Kegiatan arsitektur

adalah proses pemecahan masalah (problem-solving) atau proses perancangan.

Perancangan itu sendiri adalah meramalkan pemecahan dari berbagai masalah untuk

menemukan solusi-solusi. Soluisi yang tercipta nanti tergantung dari perbendaharaan

desain yang dimiliki/bahasa perancangan. Pada akhirnya perwujudan dari arsitektur

adalah untuk mengakomodasi aktivitas manusia.

Sedangkan untuk perbedaan arsitektur dan bangunan adalah arsitektur memiliki

Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas)

(Vitrivius: De Architectur), sedangkan bangunan hanya memiliki fungsi dan konstruksi.


BAB III.

PROGRAMING DALAM ARSITEKTUR

Definisi

Kamus Webster (1966) Mendefinisikan program sebagai “perencanaan

prosedur”. Pemrograman arsitektur adalah proses pengaturan informasi sehingga

informasi yang benar dapat secara tepat posisinya dalam proses desain dan keutusan

yang tepat dapat dilakukan untuk mempertajam hasil dari desain bangunan tersebut.

Pemrograman merupakan proses kreatif secara terstruktur terhadap harapan,

keinginan, dan hasrat dari wujud bangunan nantinya. Pemrograman juga merupakan

perencanaan prosedur dan organisasi dari semua bagian sumber daya sudah tentu

untuk membuat desain dalam suatu kontek dan persyaratan yang spesifik.

PROGRAMMING

1. Suatu hasil pekerjaan yang baik, umumnya direncanakan dengan baik pula.

Begitu juga dalam arsitektur, hasil akhir berupa bangunan hanya akan terlihat

baik dan berfungsi secara baik apabila melalui suatu metoda perencanaan dan

perancangan yang baik. Salah satu perencanaan yang matang adalah berupa

penyusunan program yang dikenal dengan istilah programming.

2. Programming adalah proses mengidentifikasi dan mendefinisikan kebutuhan-

kebutuhan desain dari sebuah fasilitas dan mengkomuni kasikan persyaratan

klien kepada perancang (Palmer,1981).

3. Programming adalah suatu proses yang menunjukkan dan menerje mahkan

secara sistematis misi dan tujuan dari suatu organisasi, group, atau individu
dalam hubungan aktivitas-personil-peralatan yang terintegrasi, sehingga

menghasilkan bangunan atau fasilitas yang efisien dan fungsional (Preiser,

1985).

4. Programming adalah tahap penetapan masalah dan tahap perencanaan dari

“design process” dan biasanya berperan sebagai pemberi layanan “pre-design”

(Donna, 1993)

Dokumen Program adalah bagian dari kesepakatan resmi antara klien dengan

perancang yang membuat spesifikasi arah dan lingkup proyek.

Dokumen program yang harus dimasukkan adalah analisis :

1. Kondisi existing dan gaya external perancangan (kekuatan external desain),

termasuk fakta tentang peraturan, analisa tapak profil pemakai dan kendala.

2. Usulan kondisi yang akan datang dan gaya internal perancangan (kekuatan

internal desain).

Programing Sebagai proses pengolahan informasi

 Programming bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam

desain, didalamnya terkandung proses pengumpulan data, analisis, organisasi,

komunikasi dan evaluasi data.


HUBUNGAN ANTARA PROGRAMMING DENGAN PROSES PERANCANGAN:

Sampai saat ini masih terdapat kontroversi mengenai hubungan antara

programming dengan perancangan. Sebagian arsitek berpendapat bahwa programming

adalah perancangan namun ada pula yang berpendapat bahwa programming tidak

sama dengan perancangan.

 Edwart T. White menegaskan bahwa programming adalah getting ready for

design (bersiap diri untuk perancangan).

 Palmer mengatakan programming adalah aspek analisis dari perancangan.

Dapat dikatakan bahwa programming masih berada dalam skup perancangan.

Hubungan keduanya dapat kita pahami apabila kita memandang proses

perancangan secara keseluruhan. Dalam proses perancangan terdapat dua langkah

yang harus dilakukan (William Pena). Pertama: Penelusuran masalah (problem

seeking). Kedua: Penyelesaian masalah (problem solving).

PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PROGRAMMING:

1. KLIEN : Bisa pemilik, pengguna maupun publik yang mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh fasilitas atau proyek yang akan dibuat.

2. PEMBUAT PROGRAM : Klien, arsitek atau pihak ketiga yaitu konsultan

programming yang juga arsitek atau dapat pula ahli programming dari bidang

non arsitektural seperti dalam programming dari fungsi khusus seperti pelayanan

kesehatan atau fasilitas pendidikan.


3. PERANCANG / ARSITEK : Pihak yang akan menggunakan program yang telah

dihasilkan dan akan menggunakannya dalam mengembangkan suatu

rancangan.

Untuk memudahkan pemahaman beberapa aktifitas tersebut maka

pemrograman dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Analisis dari kondisi eksisting, yaitu analisa site, profil pengguna, kode, batasan dan

iklim.

2. Proyeksi masa depan, yaitu beberapa criteria desain yang harus dipertemukan atau

diselesaikan agar supaya cocok dan termasuk disini adalah misi, tujuan, konsep, dan

persyaratan tampilan(performance).

Proses Desain

Proses Desain sering dianggap sebagai pengulangan secara terus menerus,

siklus menuju suatu detail yang diinginkan. Pemrograman memberi seorang perancang

atura-aturan untuk mengontrol informasi dalam setiap tahap detail.

Aturan Dokumen Program

Dokumen program menentukan misi (harapan) dari proyek. Dokumen tersebut

juga merupakan kumpulan semua keputusan dari batas dan arah dari proyek. Ini

merupakan kontrak resmi dari klien dan arsitek tentang kulaitas dari hasil (tujuan) dari

proyek dan konteks (kondisi eksisting) dimana proyek tersebut dikerjakan. Desain

dipenuhi dengan harapan, tujuan-tujuan, keputusan desain yang berusaha untuk


menyelesaikan banyak konflik yang muncul sehingga hasilnya mengarah pada

kemungkinan terbaik atau seimbang, dimana membuat kemungkinan terbaik dalam

kualitas hidup.

Kondisi Eksisting

Analisa merupakan bagian dari proses pemrograman yang bertugas meng-

eksplorasi dan menjelaskan kondisi eksisting atau konteks dimana suatu desain sedang

dikerjakan. Dalam pemrograman, antara kemampuan membuat sintesa dan dan analisa

merupakan bagian penting untuk menghasilkan penegasan terhadap kondisi masa

depan, persyaratan keberhasilan proyek dan pembuatan tujuan, persyaratan tampilan

dan konsep. Webster’s (1966) mendefinisikan analisa sebagai, “a breaking up of any

whole into its parts so as to find out their nature, function, etc.” dan sintesa sebagai,

“The putting together of parts or elements so as to form a whole”.

Pengumpulan dan analisis data tentang kondisi eksisting atau konteks dari

desain adalah tahap yang sangat penting terhadap keberhasilan dalam memahami

batasan dan kemungkinan dari problem desain.

Pengaturan Kerangka Kerja

Pena(1987) dalam tulisannya memutuskan untuk membagi isu desain dalam 4

kategori yaitu, bentuk, fungsi, ekonomi, waktu. Palmer(1981) membuat 3 kategori untuk

desain isu yaitu, factor manusia, factor fisik, dan factor eksternal. White(1972)

mengkonsentrasikan tentang pembuatan daftar fakta dari kondisi eksisting dan

menggunkan kategori proyek umum, klien, keuangan, kode, perencanaan dihubungkan

dengan organisasi, fungsi, site, iklim dan pertumbuhan, dan perubahan. Tulisan ini

memaparkan tentang penggunan isu desain sebagai alat pengkategoorian untuk


mengorganisasi informasi desain dengan fakta yang ada, value, Goals, Perfomance

Requirements, and Concepts.

Masing-masing ahli pemrograman atau proyek mungkin mempunyai format yang

berbeda dalam mengorganisasikan data. Inti sebenarnya adalah harus ada suatu

kerangka kerja untuk pengaturan yang memungkinkan seorang programmer dapat

melacak informasi yang tertinggal, hilang atau tidak berguna.

Kondisi Masa Depan

Untuk memproyeksikan kebutuhan yang akan dating, programmer harus

membuat konsep untuk mempertemukan harapan besarnya proyek dan masing-masing

bagian. Proposal untuk kondisi masa depan atau desain yang sempurna adalah suatu

pernyataan untuk mendekati tingkat dari hasil rancangan gedung tersebut. Harapan

desain dari klien untuk kualitasn lingkungan menjadi rangkaian kekuatan internal yang

membentuk rancangan.

PENYESUAIAN PEMROGRAMAN DALAM PROSES DESAIN

Proses Konvensional

Dokumen standar menurut AIA membagi desain proses menjadi beberapa tahap,

yaitu : pre-design services (termasuk pemrograman), schematic design, design

development,construction documents, construction administration, and post-design

services.

Masing-masing bagian desain didalam AIA sudah termasuk analisis, sintesis,

dan evaluasi. Dokumen program merupakan perjanjian legal antara arsitek dank lien

dalam hal ruang lingkup, titik berat, dan arah dari rancangan proyek tersebut. Dengan
kata lain, dokumen tersebut merupakan esensi dari problem desain dan perjanjian

arsitek untuk membuat kualitas dari tampilan yang diinginkan desain tersebut.

Pre-design Services

Pre-design services selayaknya termasuk didalamnya adalah kebutuhan, studi

kelayakan, rencana induk dan jangka panjang, variasi pemilihan dari riset desain, dan

terkadang contoh pembangunan. Pemrograman biasanya termasuk servis tambahan

dalam tahap pre-design.

Needs Assesment and Feasibility Studies :

Merupakan tahap pre-design dari proses desain dimana untuk menyelesaikan

problem aktifitas sangat penting untuk dikerjakan oleh tenaga ahli pemrograman.

Beberapa pre-design sering mempersyaratkan kemampuan untuk membuat sebuah

studi kelayakan untuk proyek. Termasuk disini adalah beberapa jenis alternatif proposal

konsep untuk lahan tersebut dengan beberapa jenis fungsi, ukuran, konsep, dan biaya

untuk diplih klien kita.

Building Prototypes :

Pemrograman dapat menggambarkan kondisi kritis suatu pembangunan dari

prototype gedung. Jika suatu rancangan diulang dalam beberapa situasi yang sama,

sehingga asumsi dasar dapat diterapkan dengan baik.


Programming Research :

Riset untuk pemrograman dalam merancang bangunan dapat berbentuk

beberapa macam. Terdapat beberapa macam jenis riset yang dapat dilakukan seorang

programer tergantung dari tingkat kesulitan dari penggalian beberapa isu dalam

memahami spesifikasi bangunan. Brill(1984) telah melakukannya dalam meningkatkan

produktifitas kantor, dan Farbstein(1987) melakukannya dalam mengatur lobbi kantor

pos. Marcus(1975) dan Marcus-Sarkisian(1986) melakukan riset terhadap tempat

tinggal, dan Howell(1980) juga melakukan riset pengembangan. Perancangan rumah

sakit, penjara, sekolah, semua membutuhkan riset pengembangan terhadap literature

yang arsitektural sehingga programmer dapat menggunakan sebagai sumber pustaka.

Post-design Services

Post-design services mungkin juga menggunakan kemampuan riset /analisis dan

sintesis dari seorang programmer untuk membuat petunjuk bagi pengguna

bangunan,adaptasi bangunan, petunjuk terhadap okupansi setelah terbangun, dan

mengumpulkan informasi dari proyek sebagai referensi material untuk proyek yang

akan dating dengan jenis gedung yang sama.

Building Users’ Manual :

Salah satu hasil dari kemampuan programmer adalah sebuah petunjuk tentang

pembangunan gedung tersebut


Berikut adalah langkah – langkah dalam memulai programming

1. Riset tipe proyek

2. Menentukan Tujuan dan Maksud

3. Mengumpulkan Data/Informasi yang relevan

4. Menentukan metode/strategi programatik

5. Menentukan kebutuhan kuantitatif

6. Menyimpulkan/meringkas program.

 Riset tipologi proyek;

Mengamati dan mengumpulkan data dari bangunan lain yang sejenis.

- Tipologi yang pertama : berdasarkan iklim dan keadaan alam.

- Jenis-jenis ruang yang biasanya ada dalam tipe bangunan tertentu (fungsi-fungsi

ruang)

- Kriteria ruang (misalnya luas lantai per orang, kebutuhan cahaya & ventilasi,

dsb)

- Hubungan antar fungsi ruang

- Persyaratan rasio luas ruang

- Biaya per meter persegi

- Persyaratan tapak

- Isu-isu regional (lokalitas)

Data-data di atas bisa diperoleh dari survey lapangan, literatur, analisis

bangunan lain yang sejenis, atau konsultan ahli.


 Menentukan Maksud dan Tujuan

Yaitu penentuan tujuan bangunan tersebut secara luas dan dalam berbagai aspek.

Tujuan-tujuan tersebut misalnya:

a. Organisasional; apa tujuan pemilik, kemana tujuan tersebut mengarah?

b. Kesan dan Pencitraan; bagaimana sebaiknya pengaruh bangunan terhadap

lingkungannya? Apakah citranya harus serupa atau kontras dengan bangunan

disekitarnya... Atau dengan bangunan yang dimiliki pemilik di lain kota? Adakah

implikasi kontekstual (sejarah, budaya) ?

c. Tujuan Fungsi ; fungsi utama apa yang diwadahi bangunan? Berapa banyak

orang yang bisa dilayani?

d. Tujuan Ekonomis ; berapa anggaran dana yang tersedia? Bagaimana hubungan

biaya pengerjaan dan biaya operasionalnya? Kualitas yang seperti apa yang

diinginkan? Bagaimana kaitan desain dengan penghematan sumber daya dan

energi?

e. Tujuan tenggat waktu ; berapa lama sebaiknya proyek diselesaikan? Apakah

akan ada perubahan dalam 1,2,5,10 tahun ke depan?

 Mengumpulkan informasi yang relevan (menurut kategori)

Berdasarkan tujuan, kategori informasi bisa diketahui :

- Pengguna, aktivitas dan jadwalnya

- Peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk suatu aktivitas?

- Bagaimana pengembangan proyek ke depan?


- Bagaimana kriteria ruang agar tiap fungsi/aktivitas bisa terlaksana dengan baik?

Berapa persyaratan/standar kebutuhan minimum aspek ruang untuk tiap fungsi?

- Bagaimana kebutuhan energi dan sumbernya?

- Analisis tapak: deskripsi legal, zoning dan persyaratan, peruntukan lahan, lalu

lintas, utilitas (jaringan air bersih, listrik, telepon), topografi, view, iklim, vegetasi

dan fauna.

- Bangunan yang lain (milik pengguna) sebagai sumber informasi.

 Menentukan metode/strategi programatik

yaitu cara mencapai arahan desain (kaitannya dengan poin 2) dengan

mengetahui segala kemungkinan dan batasan. Contohnya adalah diagram hubungan

antar ruang atau “bubble diagram” yang mengindikasi mana harus dekat mana agar

suatu fungsi terselenggara dengan baik.

 Diagram ini menunjukkan fungsi apa saja yang sebaiknya berdekatan, sirkulasi

antar ruang, ruang mana yang butuh privasi dari bising atau butuh keamanan

ekstra, dsb.

Banyak cara/metode programatik yang masing-masing lebih cocok untuk bangunan tipe

tertentu. Misalnya:

 Sentralisasi/Desentralisasi, fleksibilitas, perubahan fungsi menurut waktu,

prioritas & tahapannya, level akses, dsb.


Bubble diagram sederhana

Bubble diagram yang juga menunjukkan pen-zoning-an


Bubble diagram yang juga menunjukkan sentralisasi/desentralisasi
 Menentukan keseimbangan kebutuhan secara kuantitatif

Yaitu tahap penyeimbangan antara biaya, waktu, dan area yang akan dibangun

(berdasarkan poin 3 dan 4).

 menghitung total luas lantai yang dijadikan fungsi, total luas area sirkulasi dan

servis, dan dihubungkan dengan biaya total pengerjaan bangunan selama jangka

waktu tertentu (apakah layak (feasible) atau tidak)

Total biaya (cost) adalah termasuk : biaya konstruksi, fee arsitek, perabotan dan

peralatan, komunikasi, survei dan pengujian tanah, dsb, yang harus ditanggung

pengguna.

Jika menurut perhitungan, biaya proyek melebihi budget, ada 3 jalan keluar:

A. Area terbangun bisa dikurangi atau ditunda untuk tahapan selanjutnya

(pengurangan kuantitas),

B. Biaya konstruksi (biasanya dihitung per meter persegi) dikurangi (pengurangan

kualitas), ATAU

C. Keduanya
 Menyimpulkan/meringkas program

- Setelah semua langkah dikerjakan, kesemuanya bisa disimpul-ringkaskan

sebagai laporan programming. Semua informasi di atas

- bisa dipilah-pilah dan didokumentasikan sebagai arsip bagi semua pihak yang

terlibat. Setelah disetujui oleh pengguna, program dijadikan tolak ukur sekaligus

kontrol bagi proses desain selanjutnya.

- Untuk proyek tertentu yang melibatkan komite programming, satu atau sebagian

anggota komite bisa tetap dilibatkan dalam proses desain selanjutnya untuk

memastikan segala persyaratan dan kebutuhan yang tersebut dalam program

bisa terealisasi dalam desain.

Hasil programming adalah daftar kebutuhan/persyaratan dan juga arahan

konsep/ide dasar.
AZAS PERANCANGAN I

YOGI BAHANA
E1B111076
TEKNIK S1 ARSITEKTUR

Anda mungkin juga menyukai