Anda di halaman 1dari 10

SPESISIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PEMBANGUNAN PAGAR

KANTOR PLN FLORES-LEMBATA

A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah seperti tertera pada Gambar dan atau BOQ (Bill of
Quantity). Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana, BOQ
dan Spesifikasi Teknis yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat
ini. Sarana bekerja dan tata cara pelaksanaan, antara lain:
1. Untuk kelancaran pekerjaan Pihak Kedua harus menyediakan Site Manager/Tenaga Kerja
Terampil/Tenaga Ahli yang dianggap memadai dilapangan sebagai penanggung jawab
penuh dengan wewenang penuh dilapangan.
2. Pihak Kedua harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta Pihak Kedua mengadakan peralatan
pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan
pekerjaan seperti beton molen (mixer beton), vibrator, pompa air, alat penarik, pengangkat
dan pengangkut horizontal dan vertikal, mesin pemadat, alat-alat gali, alat pancang, bor
tanah, alat penyipat datar (theodolit, waterpass dan lain-lain) atau peralatan yang benar-
benar diperlukan dan dipakai dalam pelaksanaan.
3. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah diperhitungkan Pihak
Kedua.
4. Pihak Kedua wajib meneliti situasi tapak-job site dan hal lain yang dapat mempengaruhi
penawaran.
5. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pihak Kedua wajib melakukan survey ulang
guna memperoleh akurasi data yang akurat.
6. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat diajukan sebagai
alasan untuk mengajukan klaim.
7. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis, gambar rencana, Berita Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat
Lapangan, serta petunjuk Konsultan Pengawas.
8. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, untuk setiap macam pekerjaan yang
akan dilaksanakan paling lambat 4 (empat) hari sebelum pekerjaan dimaksud dimulai.

B. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN


Kecuali ditentukan lain dalam Dokumen ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan
tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya.
1. Undang–Undang .No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 43/PRT/M/2007 , tentang standar dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi.
4. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991), SK SNI T-15.1993
5. Tata Cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1993
6. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI-1.2.53.1987)
7. Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI)NI 5
8. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990
9. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1984
10. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
11. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja
12. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972
13. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Apabila penjelasan dalam Dokumen ini tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana
ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib mengikuti ketentuan
peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.

C. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Persyaratan Bahan
a) Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi kualitas
yang ditentukan dalam PBI 1991.
b) Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan triplek dicat putih.
c) Bahan bouwplank dipakai tiang kayu meranti atau sengon 5/7 dan papan meranti atau
sengon ukuran 2/20 cm.
d) Untuk alat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan lain-lain
digunakan bahan kayu setempat.
e) Pedoman Pelaksanaan
f) Pengadaan air untuk pelaksanan pekerjaan
g) Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat, kemudian
ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air ini harus disediakan
dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat
yang tercantum dalam PBI NI 2.
h) Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan nama proyek dari papan dengan ukuran 200 x 100 cm. Didirikan tegak
diatas kayu 5/7 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum.
Papan nama proyek memuat:
 Nama proyek
 Pemilik Proyek
 Lokasi Proyek
 Jumlah biaya (kontrak)
 Nama Konsultan Perencana
 Nama Konsultan Pengawas
 Nama Pelaksana (Kontraktor)
 Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun
i) Pemasangan Bouwplank
Tiang Bouwplank harus terpasang kuat. Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
dan dipasang waterpass (timbang air) dengan sudut-sudutnya harus siku.

D. PEKERJAAN STAKING OUT


Salah satu pekerjaan penting dalam surveying rekayasa adalah melakukan stake-out titik
rencana desain geometri baik horisontal maupun vertikal di permukaan bumi atau pengukuran
topografi. Untuk mengaplikasikan stake-out titik di permukaan bumi, diperlukan pemilihan
peralatan surveying sesuai standar deviasi titik stake-out yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu
di perhatikan antara lain:
1. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan Pemborong harus
melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan referensi Bench
Mark atau titik tetap di lapangan seperti ditunjukan dalam gambar atau atas petunjuk
Direksi.
2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai presisi
tinggi dengan metode trianggulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.
3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang dilaksanakan
pemborong dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan
yang mungkin di pengaruhi perbedaan tersebut Pemborong harus melaporkan hal ini
kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas keamanan
konstruksi dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.

E. PATOK-PATOK REFERENSI, BOUWPLANK dan PENGUKURAN


Pemborong harus membuat patok referensi, menara ketinggiannya terhadap Datum dengan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas/Konsultan. Penentuan patok-patok
bouwplank dan lain-lain, harus dilakukan dengan peralatan Theodolith/Waterpass yang
sebelumnya harus diperiksakan/disetujui, antara lain:
1. Direksi akan menetapkan 1 (satu) “Bench Mark” atau patok tetap sebagai referensi yang
ditetapkan di lapangan. Bila Bench Mark belum ada maka pemborong berkewajiban
membuat Bench Mark sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Pemborong harus atau wajib membuat Bowplank dan memasang patok-patok pembantu
sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian bentuk, posisi, arah
elevasi dan lain-lain, yang harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama
pekerjaan berlangsung.
3. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bowplank harus disetujui
Direksi. Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan
oleh Direksi.

F. DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK


Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi tersebut
dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang berlaku. Harus membatasi
operasinya di lapangan yang betul-betul diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan bangunan dan jalur pengangkutan
material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Direksi.

G. MATERIAL
1. Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam negeri
yang memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
2. Jika pemborong memiliki bahan lain yang akan digunakan selain yang disyaratkan, maka
mutunya minimal harus sama dengan yang diisyaratkan dalam Dokumen Lelang, sebelum
pemesanan bahan harus diberitahu pada Direksi yang meliputi jenis, kualitas dan kuantitas
bahan yang dipesan untuk mendapatkan persetujuan.

H. LALU LINTAS
Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan untuk keperluan
pekerjaan. Pemborong harus berhati-hati sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas atau menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan prasarana lainnya.
Bilamana terjadi kerusakan, Pemborong berkewajiban untuk memperbaiki /mengganti.

I. CUACA
Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan
penurunan mutu suatu pekerjaan.
J. SERVICE SEMENTARA
Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.

K. UMUM
Ada beberapa hal umum yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu:
1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta
persyaratannya akan dicantumkan di bawah ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang diisyaratkan tidak dapat diperoleh.
Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya paling
tidak sama atau lebih tinggi dari apa yang diisyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis sepanjang memenuhi
persayaratan teknis dan Pemborong diwajibkan untuk sedapat mungkin mempergunakan
bahan-bahan produksi dalam negeri.

L. SEMEN
1. Kecuali ditentukan oleh Pengawas semen yang digunakan semen type I sesuai ASTM C 150,
dan segala sesuatu harus mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang
digunakan harus merupakan produk dari suatu pabrik yang telah mendapat persetujuan
Pengawas terlebih
dahulu. Tidak boleh memakai semen (PC) yang sudah mengeras (Sweping).
2. Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari produsen dari setiap pengiriman semen,
yang menunjukkan produk tadi telah memenuhi suatu test standart yang lazim digunakan
untuk material.
3. Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu
sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen
tersebut.
4. Kontraktor harus menyediakan tempat / gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat
yang baik sehingga tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain
yang merusak, terutama sekali tempat lantai penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak
minimal 30 cm dari permukaan tanah.
5. Semen dalam kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
Tiap-tiap menerima semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan
dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara
kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantong-kantong semen yang kosong harus segera
dikeluarkan seluruhnya.
6. Kontraktor harus mengambil pengelola yang cakap, yang mengawasi gudang-gudang
semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen
seluruhnya.
7. Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Pengawas bila dikehendaki, yaitu
jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian kerja.

M. AIR KERJA
1. Air yang digunakan untuk bahan beton, adukan pemasangan dan grouting, bahan pencuci
agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt
(lanau), kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2% dalam
perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan adalah 0,5% atau 5
gram / liter, sedangkan kadar chloor maksimum 1,5% atau 15 gram / liter.
2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, air laut, air payau dan sumber
air yang berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya
material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0,5 meter
dari permukaan atas air kesisi tempat pengambilan tadi.
3. Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan aquadest
dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari satu sumber dan hasilnya
menunjukkan indikasi ketidak pastian dalam mutu beton walaupun telah digunakan semen
yang sama telah disetujui, maka air dari sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil
perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 10 persen.
Test tadi dapat dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari waktu pengerasannya.
Dalam keadaan ditolak ini, pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan
dapat diterima dan disetujui Pengawas.

N. AGREGAT HALUS
1. Didalam spesifikasi ini dipakai bermacam-macam jenis untuk pekerjaan bangunan yang
ditetapkan sebagai berikut :
a) Pasir buatan : Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu.
b) Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau pasir alam yang
didapat dari persetujuan Direksi
c) Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan
campuran sehingga mencapai gradasi ( susunan butiran ) yang dikehendaki
2. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan oleh
kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber alam yang disetujui.
Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai
kontraktor, kontraktor harus mengadakan persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan
harus membayar semua sewa atau biaya lain yang bersangkutan dengan hal tersebut.
3. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksud sebagai persetujuan
keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut, dan kontraktor harus
bertanggung jawab untuk kualitas satu demi satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam
pekerjaan.
a) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus meruapakan pasir alam, pasir hasil
pemecahan batu dapat digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang
baik. Pasir yang di pakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus
terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
b) Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan kerja.
Dalam melaksanakan adukan baik untuk adukan beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas mengenai mutu
dan jumlahnya.
c) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali, bahan-bahan
organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat substansi yang merusak
tidak boleh lebih dari 5%.
d) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan persyaratan
pada SK-SNI T-15-1991-03.

O. AGREGAT KASAR
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah atau campuran dari
keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil.
Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak poros dan tidak berselaput material
lain. Dalam penggunannya koral harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar dapat gradasi
sesuai dengan yang dikehendaki, mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7,5
atau bila diselidiki dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SNI T-15-1991-03 dan
material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
2. Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan
dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan,
baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu beton yang
direncanakan, memberikan kepadatan maksimum, baik workebilitynya, dan memberikan
kondisi watercement ratio yang maksimum.

P. BESI SIKU L40.40.3


1. Baja tulangan harus memenuhi standart ketentuan dalam SK-SNI 07-2054-2006 dengan
profil berpenampang L dengan yang dihasilkan dari proses canai panas (hot rolling mill)
dengan lebar kedua kaki sama dan tebal kedua kaki sama
2. Semua ukuran Besi siku harus sesuai dengan standar yg ditetapkan
3. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak / minyak, dan tidak bercacat seperti retak, dan
tolaransi karat ringan yaitu karat yang apabila digosok secara manual tidak menimbulkan
cacat pada permukaan

Q. PEKERJAAN BETON
1. Pekerjaan Pondasi Terdiri Dari :
a) Pekerjaan Pondasi didahului dengan lantai kerja beton campuran 1pc : 3ps : 5kr dan
bekisting sesuai gambar kerja.
b) Pondasi bangunan dibuat pondasi telapak dengan lebar dan tebal sesuai
gambar,menggunakan beton campuran 1pc : 2ps : 3kr .
2. Pengecoran.
a) Sebelum adukan dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari bekisting
atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran.
Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam
bekisting harus dengan segera dibersihkan.
b) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicor harus segera
dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah
dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang disetujui
Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis
pada saat atau setelah proses pengecoran.
c) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicor,
kondisi pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Pengawas. Setelah diperiksa
dan disetujui Pengawas maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan
dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton pada daerah yang
telah disetjui, terkecuali dengan seijin Pengawas.
d) Dalam hal ini terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan
suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus. Kontraktor harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas tertentu dengan kemiringan yang
merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini
harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab
sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya
dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran
yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan
dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang di tentukan oleh pihak
Pengawas.
e) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat
sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah
dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Pengawas
terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan
pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton
tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa dalam terjadi baik
dalam keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang
dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Pengawas.
f) Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas
3. Pemadatan dan adukan beton.
a) Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maksimum
sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara celah-
celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-benar memenuhi ruang
yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya tertanam dalam beton.
Selama proses pengecoran, adukan beton harus dipadatkan dengan menggunakan
vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur sedemikian rupa
agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk rongga.
b) Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling
sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara karung-
karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup beton.

R. PEKERJAAN BESI SIKU


1. Lingkup Pekerjaan
Tiang Besi Siku
Pemasangan tiang besi dilakukan untuk seluruh bagian dari pagar bangunan atau seperti
dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.
2. Persyaratan Bahan
a) Besi Siku
Bentuk standar besi siku adalah bentuk L, bersudut siku-siku dan tajam, permukaan
rata dan tidak menampakan adanya retak-retak yang merugikan. Memiliki ketebalan
kaki yang sama dan panjang kaki yang sama. Yang dihasilkan dari proses canai panas
(hot rolling mill)
b) Kawat Las
Kawat Las Alumunium yang mengandung 5% silicon untuk penyambungan yang
berlainan gradenya
Kekuatan Tarik: 34.000 psi
Kekerasan: BHN 40 – 45
Arus Listrik: DC+
Diameter 2,5 mm = 50 – 80 A
Diameter 3,2 mm = 70 – 110 A
3. Pedoman Pelaksanaan
c) Pekerjaan besi siku mempunyai 2 (dua) macam, yaitu :
 Pelobangan Besi Siku
 Pengelasan Sambungan
d) Persyaratan
Pemasangan dan Pengelasan harus disesuaikan dengan spesifikasi yang sudah
ditentukan dalam spek ini
e)Pengukuran harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai gambar, dengan
syarat semua pasangan

S. PEKERJAAN PEMASANGAN PAGAR KAWAT BERDURI


1. Lingkup Pekerjaan
a) Pagar Kawat Berduri
b) Pemasangan Pagar Kawat dikerjakan untuk seluruh bagian dari pagar bangunan atau
seperti dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.
2. Persyaratan Bahan
a) Pagar Kawat
b) Kawat Duri Berkwalitas SNI : 07-0107-1987 Dengan Bahan Kawat Hot Dipped
Galvanized Kwalitas SNI Dengan Specifikasi Sbb. : - Kawat = Bwg 14 (2,10Mm) - Duri
= Bwg 12 (2,85 Mm) - Dimensi = 26 X 26 X 30,5 Cm - 1 Kg = +/- 7,7 Mt (4,2 Kg = +/- 32,5
Mt, Pegangan = 0,04 Kg - Kemasan=4,2 Kg;4,3 Kg;4,5 Kg / Roll
3. Pedoman Pelaksanaan
Pemasangan kawat duri dilakukan dengan teliti karana agar supaya susunan kawat duri itu
terlihat tegang dan rapi yang sesuai spesipikasi atau gambar yang ada dankawat duri di jepit
atau tiang kawat yang sudah dilubangi untuk menjepi paku agarsupaya kawat – kawat yang
disusun itu tidak terlepas dari tiang.
4. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat dinilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dilaksankan
sesuai dengan gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis yang telah disyahkan oleh Direksi/
Pengawas Lapangan.

T. PEMASANGAN PIPA
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pemasangan Pipa meliputi pemasangan jaringan pipa GIP yang tertera dalam
gambar kerja,
2. Bahan-bahan yang digunakan
a) Pipa GIP dia 2,5” dengan jarak yang sudah ditentukan pada gambar bestek.
b) Pipa yang digunakan harus sesuai dengan spek yang sudah ditentukan dan bersih dari
segala material perusak
3. Pedoman Pelaksanaan
Pemasangan pipa serta jenis yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar.
Sedangkan system pemasangan pipa-pipa listrik pada dinding maupun beton harus
ditanam (system inbouw)
4. Pengukuran hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat dinilai sebagai kemajuan apabila telah selesai dipasang sesuai dengan
gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/ Pengawas
Lapangan.

U. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING


1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan permukaan dinding pada semua tembok yang dikerjakan dengan
pasangan beton, yang tidak dinyatakan dalam gambar sebagai penyelesaian dengan bahan
lain.
2. Bahan Pokok
a) Pasir pasang
Pasir pasang yang digunakan harus bersih bermutu baik dengan butiran kasar, tidak
mengandung lumpur dan bahan lain yang akan mempengaruhi mutu pekerjaan.
b) Semen PC
PC yang dipergunakan adalah produk dalam negeri.
c) Air
Air yang digunakan haruslah bersih dan sesuai dengan ketentuan.
d) Komposisi Adukan
1 PC : 4 Ps dipakai untuk semua bagian yang dilaksanakan
3. Pelaksanaan
a) Sebelum memulai pekerjaan plesteran dinding tidak boleh terlalu kering, jika bidang
yang akan diplester sudah terlalu kering harus dibasahi air terlebih dahulu hingga jenuh
dan pada bidang beton harus dikasarkan terlebih dahulu supaya mendapat pelekatan
adukan yang sempurna.
b) Sebelum plesteran dinding dilaksanakan dipasti bahwa semua pipa-pipa sudah
tertanam dengan baik dan rapi sesui fungsi dan ukurannya
c) Untuk mencegah pesteran menjadi kering sebelum waktunya, permukaan harus
dibasahi air sehingga tetap lembab dan dijaga jangan sampai terjadi penguapan terlalu
banyak dan tidak rata.
d) Pekerjaan plesteran harus dilakukan dengan rata dan tidak retak , plesteran yang cacat
atau retak-retak setelah selesai harus segera diperbaiki hingga terlihat baik dan
sempurna.
e) Untuk dinding yang telah ada yang diperbaiki plesternya sebelum pelaksanaan
pekerjaan plesteran semua plesteran yang lama harus dibersihkan terlebih dahulu,
kemudian dinding tersebut disiram air sampai tidak menyerap air lagi.

V. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Lingkup pekerjaannya adalah pekerjaan administrasi/dokumentasi, biaya keamanan/jaga
malam, obat-obatan/P3K. Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada
masing-masing pasal diatas, kecuali pekerjaan administrasi proyek berupa :
a) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.
b) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan jika diminta
oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat
diserahkan.
c) Dokumen Foto :
Kontraktor diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan dimulai sampai
pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap tahap permintaan angsuran disertai keterangan
lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaksanaan pembangunan serta disusun secara rapih
dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik dan Pengelola Teknis.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
 Tiap unit objek diambil dari empat arah,
 Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
 Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut pengambilan
tersebut pada butir (a).
 Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada Pemilik melalui Direksi Pekerjaan
rangkap 3 (tiga).
 Biaya dokumen merupakan tanggung jawab kontraktor, foto-foto tersebut harus dibuat
dan menjadi lampiran setiap permohonan angsuran pembayaran.
d) Segala laporan atau catatan tersebut dalam Pasal ini, dibuat dalam bentuk buku harian
rangkap 3 (tiga) diisi pada formulir yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik dan
harus selalu berada di tempat pekerjaan.
2. Kontraktor harus menyerahkan pada pemilik as built drawing.
As built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan yang harus
diselesaikan 4 minggu setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali, dalam bentuk kertas
A.3.
3. Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ini, yang ternyata pekerjaan tersebut
harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor dan
Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan ini.

W. PENUTUP
Apabila ada hal-hal yang tercakup dalam dokumen lelang ini yang harus dikerjakan, dibuat
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada dan kelaziman-kelaziman pekerjaan, yang nantinya
akan diatur dan dimuat dalam Berita Acara atau Addendum pekerjaan, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari dokumen lelang ini.

Anda mungkin juga menyukai