PENDAHULUAN
1
Proyek ini mencakup beberapa proses dengan teknologi tinggi yang terdiri
dari unit-unit proses sebagai berikut :
1. High Vacuum Distillation Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
4. Naphta Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon (211/212)
6. Distillat Hydrotreating Unit (220)
7. Continous Catalyst Regeneration – Platforming Unit (300/310)
8. Hydrobon Platforming Unit / PL-I (310)
9. Amine – LPG Recovery Unit (410)
10. Hydrogen Plant (701/702)
11. Sour Water Stripper Unit (840)
12. Nitrogen Plant (940)
13. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilitas)
14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru
Beberapa jenis produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM
yang telah diproduksi oleh Kilang Pertamina RU-II Dumai saat ini adalah :
1. Produk BBM seperti PKSA (Premium, Kerosin, Solar, Avtur)
2. Produk Non BBM seperti LPG dan Green coke
3. Produk lain seperti LSWR
PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai terletak di kota Dumai,
yang berjarak 180 km dari kota Pekanbaru di tepi pantai Timur Sumatera,
Provinsi Riau. Sebelah utara kilang berbatasan dengan Pulau Rupat,
sebelah selatan merupakan perkampungan penduduk, sebelah barat
terdapat perkantoran dan perumahan karyawan (sekitar 8 km dari kilang),
dan disebelah timur terdapat perumahan penduduk.
2
85% volume dan Duri Crude Oil sebesar 15% volume yang diperoleh dari
PT. Chevron Pacific Indonesia. Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini
beroperasi dengan kapasitas sebesar 130.000 BPSD atau sekitar 130 %
kapasitas desain. Sedangkan Kilang RU II Sei Pakning mengolah minyak
mentah jenis SLC, Lirik Crude serta Peudada Crude dan hanya memiliki
unit proses CDU saja dengan kapasitas 50.000 BPSD.
B. Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang digunakan PT. PERTAMINA (Persero) RU
II Dumai yaitu gas hidrogen, katalis, gas nitrogen, air tawar, air laut,
larutan Benfield, monoetanolamin (MEA), dan NaOH.
C. Produk
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi
oleh Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini antara lain Premium, Jet
Petroleum Grade, Aviation Turbin (AVTUR), Kerosin, dan Automotive
Diesel Oil (ADO). Produk Non-BBM yang diproduksi adalah Liquified
Petroleum Gas (LPG) dan Green Coke.
Produk-produk yang dihasilkan Kilang Pertamina RU II Dumai
tersebut selanjutnya didistribusi ke berbagai daerah antara lain :
1. Produk LPG, Premium, Kerosin, dan Automotive Diesel Oil (ADO)
didistribusikan ke wilayah pemasaran UPMS I meliputi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, dan sebagian wilayah UPMS II Jakarta.
2. Produk Aviation Turbin (AVTUR) didistribusikan ke wilayah UPMS I
Medan dan UPMS III Jakarta.
3. Produk Green Coke didistribusikan untuk kebutuhan domestik dan
ekspor.
Tabel 1.1 Kapasitas Produksi PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai
No. Jenis Produk Juta BBL/Tahun %Volume
1. LPG*) 1,04 1,60
2. Avtur 3,10 4,75
3. Premium 9,60 14,70
4. Kerosin 14,77 22,62
3
5. Solar 22,59 38,73
6. Green Coke*) 0,20 0,30
*) LPG &Green Coke =Juta Ton/Tahun
Disamping mengolah produk-produk di atas, kilang PT. Pertamina
(Persero) RU II Dumai juga memproduksi fuel oil, fuel gas, dan air minum
yang digunakan untuk mensuplai keperluan kilang dan perumahan
karyawan serta beberapa titik-titik air untuk kebutuhan warga sekitar.
4
BAB II
URAIAN PROSES PRODUKSI
5
pemisahan fraksi berdasarkan range titik didih masing-masing pada
tekanan 1 atm. Kapasitas pengolahan unit CDU di kilang PT. PERTAMINA
(Persero) RU II Dumai hingga saat ini adalah sebesar 127 MBSD, dengan
kapasitas total pada perancangan sebesar 130 MBSD.
Produk yang dihasilkan unit ini berupa :
1. Finishing product : Produk akhir yaitu Kerosene yang bisa langsung
dijual, Off gas untuk fuel gas
2. Intermediate product : Produk yang masih harus diproses kembali pada
unit berikutnya yaitu Naphtha, Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil
(HGO), dan Long Residu (LR).
6
Light Naphtha, sebagai Low Octane Mogas Component (LOMC) untuk
komponen blending
Heavy Naphtha, sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit
7
logam-logam lain yang dapat meracuni katalis. Platforming bertujuan
untuk menaikkan nilai oktan melalui penataan ulang struktur molekul
hidrokarbon menggunakan panas dan katalis. Proses dalam subunit ini
berlangsung pada reaktor bertekanan 27 kg/cm2 dengan temperatur
500oC. Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 6,2 MBSD. Hydrobon
Platforming Unit ini memproduksi LPG dan reformate.
Reaksi utama yang terjadi pada unit platforming adalah
dehidrogenasi, hydrocracking paraffin, isomerisasi, dehidrosiklisasi
paraffin. Berikut persamaan reaksinya:
1. Dehidrogenasi : C6H11CH3 → C6H5CH3 + H2
2. Hydrocracking paraffin : C8H8 + H2 → C5H12 + C3H8
3. Isomerisasi : C6H12 → C2H5 – CH(CH3) – C2H5
4. Dehidrosiklisasi paraffin : C7H16 → C7H14 + H2
8
2.1.1.6Continous Catalytic Regeneration (CCR) – Unit 310
Continous Catalytic Regeneration (CCR) merupakan unit yang
berfungsi untuk meregenerasi katalis yang digunakan dalam platforming
(PL-II) secara kontinu. Hal ini dilakukan karena terjadinya deaktivasi
katalis akibat racun dan pembentukan coke. Kapasitas regenerasi katalis
dalam unit CCR adalah sebesar 136 kg/jam dengan peralatan utama yaitu
Regen Tower, Lock Hopper 1&2, dan Lift Engangers 1&2. Proses
regenerasi katalis ini dimulai dengan pengumpulan katalis dari Platformer
Reactor di Catalyst Collector untuk selanjutnya masuk ke Lock Hopper 1.
Lift Engagers 1 berfungsi untuk menaikkan katalis Reagen Tower. Lift gas
yang digunakan adalah N2. Di dalam Reagent Tower, katalis dibakar
dengan O2 sampai dengan 510oC. Lock Hopper 1&2 digunakan untuk
mengatur ketinggian katalis di reactor dan di Regent Tower. Untuk
menaikkan katalis hasil regenerasi, digunakan Lift Gas Hydrogen di Lift
engagers 2.
9
hydrocracking dengan bantuan gas Hidrogen (H2) yang berasal dari
H2plant.
Hydrocracker Unibon terdiri dari dua unit yang identik dengan
kapasitas pengolahan sebesar 31516 BPSD per unit. Unit tersebut adalah
HCU-Unit 211 dan HCU-Unit 212. Unit ini dioperasikan pada tekanan 170
kg/cm2 (dengan tekanan rancangan sebesar 176 kg/cm 2). Peralatan yang
terdapat pada
HCU digolongkan menjadi reaktor dan fraksinator.
Untuk mempercepat dan mengarahkan reaksi, pada unit ini
digunakan katalis berjenis DHC 8 terdiri dari acid site dan metal site. Acid
site katalis ini berupa Al2O3.SiO2 sebagai sumberpower cracking,
sedangkan metal site berupa Ni yang berfungsi untuk mengarahkan reaksi
hidrogenasi. Proses pengolahan pada Hydrocracker Unibon diawali
dengan reaksi pembentukan ion karbonium dari olefin pada acidic center,
dan pembentukan olefin dari parafin pada metallic center.
Kecepatan reaksi hydrocracking ini berbanding lurus dengan
kenaikan berat molekul umpan parafin. Dalam proses ini perlu dilakukan
pencegahan terbentuknya fraksi C4 dalam isobutana, akibat
kecenderungan terbentuknya tersier butyl carbonium yang cukup tinggi.
Reaksi hydrocracking sikloparafinik bertujuan untuk menciptakan
produk siklik isobutana dengan menghilangkan gugus metal secara
selektif tanpa menimbulkan perubahan pada cincin. Hydrocracking alkil
aromatic ini menghasilkan produk berupa senyawa aromatic dan parafin.
Reaksi samping dari isomerisasi ini adalah dealkilasi, msiklisasi,
penghilangan N, S, O2, halida, penjenuhan olefin, dan pengusiran logam.
Keseluruhan rangkaian reaksi tersebut bersifat melepaskan panas
(eksotermis). Di dalam Hydrocraker Unibon proses pengolahan
diklasifikasikan menjadi proses yang berlangsung dalam reaktor dan
proses yang berlangsung dibagian fraksinasi.
Produk-produk yang dihasilkan diunit ini diantaranya:off gas, LPG,
Light Naphtha, Heavy Naphtha, Light Kerosene& Heavy
10
Kerosene(sebagai komponen blending kerosene/avtur/JP-5), Automotive
Diesel Oil (ADO), dan Bottom fractinator/recycle feed.
11
dengan terlebih dahulu membersihkan panas untuk memanasi umpan di
deetanizer feed/bottom exchanger dan selanjutnya di pendingin E-15.
12
2.1.2.5 Nitrogen Plant-Unit 300
Nitrogen Plant berfungsi menghasilkan nitrogen yang diperlukan
pada proses start up dan shut down unit-unit proses, regenerasi katalis
dan media blanketing tangki-tangki. Kapasitas pengolahan nitrogen plant
sebesar 12.000 Nm3/hari. Prinsip operasinya adalah pemisahan oksigen
dan nitrogen dari udara berdasarkan titik embunnya yang berlangsung
pada temperatur operasi -180oC.
Proses ini menggunakan molecular sieve absorber untuk menyerap
uap air dalam udara. Udara bebas bersama udara recycle dihisap dengan
screw compressor C-81A/B yang masing-masing terdiri dari dua stage.
Udara yang telah dimanfaatkan kompresor stage satu didinginkan di
intercooler kemudian di stage kedua dimanfaatkan hingga tekanannya
mencapai 6 kg/cm2, selanjutnya udara dialirkan ke coolersystem fresh
refrigerant di E-94 dengan media pendingin air garam menurunkan suhu
udara. Embun yang dihasilkan dipisahkan dalam pemisah V-84.
Sebelum diumpankan ke kolom udara, udara didinginkan pada
pendingin udara E-58. Di dalam pendingin ini udara proses dibagi dua.
Pertama, udara tekanan tinggi keluar dari E-85 dialirkan menuju engine
turbine untuk diambil tenaga kinetiknya. Kedua, keluar dari E-85 pada titik
cairnya temperature mencapai 160oC dan diumpankan ke kolom rektifikasi
(V-83) dari bagian bawah kolom. Nitrogen yang mempunyai titik didih lebih
rendah dari oksigen akan menguap, dan mengalir kebagian atas kolom
dan oksigen akan mengumpul didasar kolom sebagai cairan.
Oksigen dari dasar kolom dialirkan ke HE (E-86) untuk didinginkan.
Cairan dingin ini kemudian mengalir masuk ke E-95 untuk diembunkan.
Nitrogen cair dikembalikan ke kolom sebagai refluks, sebagian lagi diambil
sebagai produk yang dialirkan ke tangki penyimpanan nitrogen cair keluar
pengembun E-95 (tangki V-18A/B). Sebelum dikirim ke unit yang
memerlukan, N2 cair diuapkan terlebih dahulu dalam penukar panas.
13
2.1.3 HOC (Heavy Oil Complex)
Unit-unit yang terdapat dalam HOC adalah :
1. High Vacuum Distillatiuon Unit (HVU)
2. Delayed Coking Unit (DCU)
3. Coke Calciner Unit (CCU)
4. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)
14
Umpan dari CDU ditampung di feed surge drum (110 V-3), lalu diolah di
110 V-5A dan 110 V-5B untuk penghilangan garam (desalting). Sebelum
masuk ke vacuum tower (110 V-1), umpan dipanaskan di 110 H-1A & 110
H-1B. Produk atas didinginkan dan dipisahkan dari air dan gas di 110 V-2.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO, sedangkan produk bawah
adalah short residue sebagai umpan untuk DCU (Delayed Cooking Unit).
15
Peralatan pendukung :
feed surge drum (140 V-2), heater (140 H-1 ABCD), vessel (140 V-5, 140
V-13, 140 V-15, 140 V-17,140 V-20, 140 V-23), separator (140 V-6, 140V-
7, 140 V-12, 140 V-14, 140 V-16, 140 V-19), HE (140 E-19 & 140 E-24)
Aliran proses :
Umpan ditampung sementara dalam 140 V-5, kemudian dialirkan
ke fractionator (140 V-2). Produk atas 140 V-2 adalah gas, cracked naphta
dan LPG. Produk samping diambil melalui stripper 140 V-3 adalah LCGO
dan melalui 140 V-4 adalah HCGO. Produk bawah dipanaskan di 140 H-1,
lalu disimpan di 140 V-1 A/B/C/D, untuk kemudian didinginkan membentuk
green coke.
16
Peralatan pendukung :
feed surge drum (220 V-1), heater (220 H-1, 220 H-2, 220 H-3), vessel
(220 V-7, suction drum (220 V-5, 220 V-6), separator (220 V-4, 220 V-9,
220 V-11)
Aliran proses :
LCGO dari coking unit ditampung sementara di 220 V-1 lalu
dipanaskan di 220 H-1. Sebelum dipanaskan, umpan terlebih dahulu
dicampur dengan gas H2 dari kompresor 220 C-1A/B. Setelah
pemanasan, pereaksian dilakukan di 220 V-2 dan 220 V-3. Setelah
didinginkan di 220 E-1 ABCD, keluaran 220 V-3 diinjeksikan dengan air
untuk mengambil NH3 dan H2S yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan
kondensasi di 220 E-2 dan kondensat ditampung di HP separator (220 V-
4). Fraksi atas 220 V-4 diumpankan ke 220 V-5 dan masuk ke aliran
recycle. Fraksi bawah 220 V-5 diumpankan ke kolom stripper V-8 untuk
memisahkan naphtha dan komponen LPG. Produk bawah 220 V-8
diumpankan ke kolom splitter 220 V-10 menghasilkan light kerosene dan
heavy kerosene.
2.2 Utilitas
Di dalam suatu pabrik terutama kilang minyak, utilitas merupakan
suatu bagian yang penting guna menunjang operasi karena sebagian
besar jalannya operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini. Utilitas yang
terdapat pada PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai adalah :
1. Plant Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air pendingin pompa
b. Air umpan boiler
c. Air minum
d. Water hydrant
e. Air bersih untuk perumahan
2. Steam, yang berfungsi sebagai :
a. Penggerak turbin
17
b. Pemanas
3. Udara bertekanan (pressed air), yang berfungsi sebagai :
a. Instrumen Air, untuk menjalankan instrumen pengontrol
b. Plant Air, untuk pembersihan alat-alat
4. Sea Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air pendingin pada cooler dan condensor
b. Pendingin mesin-mesin di power plant
c. Fire safety
18
menerapkan program “waste minimization” yang di dalamnya terdapat
empat tahap :
Reduksi limbah dari sumbernya
Reuse
Recycle
Recovery
b. Limbah Cair
Limbah cair yang dominan berasal dari aktivitas kilang yaitu berupa
minyak, sludge, sour water. Limbah tersebut berasal dari hasil proses
maupun tumpahan dari sistem pemproses. Peralatan yang digunakan
untuk menangani limbah cair tersebut antara lain :
1. Untuk mengatasi tumpahan-tumpahan minyak di perairan (laut)
digunakan peralatan :
Oil boom, digunakan untuk menahan tumpahan minyak di perairan
agar tidak tersebar luas. Oil boom tersebut berupa pembatas yang
ditarik oleh dua buah kapal.
Oil skimmer, digunakan untuk menghisap tumpahan minyak yang
telah berkumpul.
Oil sorbent, digunakan untuk menyerap minyak yang masih tersisa di
perairan, yang berupa lapisan film.
Oil dispersant, merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
menghilangkan sisa-sisa minyak yang tidak dapat dihilangkan
dengan peralatan lainnya seperti diatas. Prinsip dari oil dispersant
adalah membentuk koloid antara minyak dispersant sehingga berat
jenisnya meningkat dan larutan minyak dispersant tenggelam ke
dasar laut.
2. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang
bersifat asam yang keluar dari proses. Unit ini terletak pada area
Hydrocracking Complex (HCC).
19
3. Oil separator II, digunakan untuk memisahkan campuran air-minyak
yang terkandung di dalam air limbah. Pada tahap ini hanya akan terjadi
pemisahan antara minyak dan air. Oleh karena itu, kandungan senyawa
polutan lain selain minyak yang ada di dalam air limbah akan tetap
sama.
4. Kolam Ekualisasi
Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah
secara fisika yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih
terbawa dalm air limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan
menuju slpe tank untuk kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi
dan menghasilkan suatu produk. Selain itu bak ekualisasi ini juga
berfungsi untuk menghindari shock loading dalam pengolahan limbah
secara biologi (pada kolam aerasi).
5. Kolam Aerasi
Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif.
Pada proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang
berjalan. Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mendegradasi senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah.
Kolam aerasi ini berukuran besar dan menggunakan 3 buah aerator
dalam pengoperasiannya.
6. Kolam Pengendap
Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung
partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu
diendapkan di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai
pengendap, aliran air dikolam ini diusahakan laminar. Endapan yang
ada pada kolam pengendap ini sewaktu-waktu dipompa dan ditampung
pada tangki pembiakan. Di dalam tangki tersebut juga terdapat mikroba
yang akan dibiarkan. Hal ini dilakukan tidak tentu waktunya. Namun
lumpur yang telah aktif tersebut akan secara rutin dimasukkan ke dalam
kolam aerasi satu kali dalam seminggu.
6. Separator III
20
Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari
unit biotretment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi
pencampuran limbah hasil proses pengolahan dengan limbah yang
belum mengalami proses.
c. Limbah Padat
Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan
untuk menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air
tanah, air laut, maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu
yang ditetapkan. Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan
untuk menciptakan kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah
padat yang dihasilkan di RU II Dumai termasuk cara pengolahannya
antara lain adalah :
1. Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan
dapat dipisahkan dari sludge.
2. Spent katalis
Pertamina RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat
digunakan untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak
digunakan biasanya dijual, karena banyak mengandung unsur platina
yang cukup bernilai ekonomis.
3. Karbon aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi
spesifikasi, dicampur dengan coke dan dijual.
4. Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung
sementara kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada makalah dengan judul industri pengilangan minyak pada
kilang PT Pertamina (persero) RU II Dumai yang telah dibahas diatas
terdapat kesimpulan yang diantaranya:
1. Pertamina RU II Dumai terdiri dari 2 buah kilang dengan kapasitas
total sekitar 180 MBSD, yaitu :
1.Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai dengan kapasitas 130 MBSD
2.Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD
22
Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)
5.Unit-unit yang terdapat dalam HCC :
Hydrocracker Unibon (HCC) – Unit 211 dan Unit 212
Amine&LPG Recovery – Unit 410
Hydrogen Plant – Unit 701 dan Unit 702
Sourv Water Stripper – Unit 840
Nitrogen Plant – Unit 902
4.2 Saran
Diharapkan adanya skema proses baik dalam bentuk flowsheet
maupun blog diagram yang yang lebih terperinci dari keseluruhan unit
yang ada agar dapat diperjelas dengan mudah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Syahputra, Darmawan. 2014. Laporan Kerja Praktek Laporan Umum PT.
Pertamina (persero) Refinery Unit II Dumai Riau. Universitas
Malikussaleh
http://www.academia.edu/8233791/8_BAB_II_PROFIL_PERTAMINA_RU
VI_BALONGAN?login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken
http://megasusanti.blogspot.com/2014/08/laporan-kerja-praktek-pt-
pertamina.html
http://sr28jambinews.com/?/baca/14639/Kilang-Minyak-:-Pabrik-
Pengolahan-Minyak-Bumi-yang-Sangat-Kompleks.html
http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pengolahan/unit-
pengolahan/pengolahan-unit-vi/
24