Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit II Dumai
Pertamina RU II Dumai terdiri dari 2 buah kilang dengan kapasitas
total sekitar 180 MBSD, yaitu :
1. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai dengan kapasitas 130 MBSD
2. Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD
Kilang minyak Pertamina RU II Dumai dibangun pada bulan April
1969 atas kerjasama pemerintah Indonesia dengan Far East Sumitomo
Japan. Kilang Pertamina RU II Dumai selesai dibangun pada tanggal 8
September 1971 dengan nama Kilang Putri Tujuh. Unit yang pertama
didirikan adalah Crude Distillation Unit (CDU/100) yang dirancang untuk
mengolah minyak mentah jenis Sumatra Light Crude (SLC) dengan
kapasitas 100 MBSD. Dari proses pengolahan tersebut dihasilkan
beberapa jenis produk BBM seperti naphta, kerosin, solar, dan bottom
product berupa 55%-volume Low Sulphur Wax Residue (LSWR) untuk
diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Kilang Putri Tujuh untuk
mengolah bottom product menjadi premium dan komponen mogas.
Perluasan ini dilakukan dengan mendirikan unit-unit baru, yaitu Naphta
Rerun Unit, Platforming Unit, Hydrocracker Unit, dan Mogas Component
Blending Plant.
Perluasan selanjutnya dilakukan pada tanggal 2 April 1980 dengan
ditandatanganinya persetujuan kerjasama antara Pertamina dan Universal
Oil Product (UOP) dari Amerika Serikat dengan kontraktor utama
Technidas Reunidas Centunion dari Spanyol berdasarkan lisensi proses
dari UOP.
Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984.

1
Proyek ini mencakup beberapa proses dengan teknologi tinggi yang terdiri
dari unit-unit proses sebagai berikut :
1. High Vacuum Distillation Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
4. Naphta Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon (211/212)
6. Distillat Hydrotreating Unit (220)
7. Continous Catalyst Regeneration – Platforming Unit (300/310)
8. Hydrobon Platforming Unit / PL-I (310)
9. Amine – LPG Recovery Unit (410)
10. Hydrogen Plant (701/702)
11. Sour Water Stripper Unit (840)
12. Nitrogen Plant (940)
13. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilitas)
14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru
Beberapa jenis produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM
yang telah diproduksi oleh Kilang Pertamina RU-II Dumai saat ini adalah :
1. Produk BBM seperti PKSA (Premium, Kerosin, Solar, Avtur)
2. Produk Non BBM seperti LPG dan Green coke
3. Produk lain seperti LSWR
PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai terletak di kota Dumai,
yang berjarak 180 km dari kota Pekanbaru di tepi pantai Timur Sumatera,
Provinsi Riau. Sebelah utara kilang berbatasan dengan Pulau Rupat,
sebelah selatan merupakan perkampungan penduduk, sebelah barat
terdapat perkantoran dan perumahan karyawan (sekitar 8 km dari kilang),
dan disebelah timur terdapat perumahan penduduk.

1.1.2 Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan


A. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan di PT. PERTAMINA (Persero)
RU II Dumai adalah Minas Crude Oil/Sumatera Light Crude (SLC) sebesar

2
85% volume dan Duri Crude Oil sebesar 15% volume yang diperoleh dari
PT. Chevron Pacific Indonesia. Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini
beroperasi dengan kapasitas sebesar 130.000 BPSD atau sekitar 130 %
kapasitas desain. Sedangkan Kilang RU II Sei Pakning mengolah minyak
mentah jenis SLC, Lirik Crude serta Peudada Crude dan hanya memiliki
unit proses CDU saja dengan kapasitas 50.000 BPSD.
B. Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang digunakan PT. PERTAMINA (Persero) RU
II Dumai yaitu gas hidrogen, katalis, gas nitrogen, air tawar, air laut,
larutan Benfield, monoetanolamin (MEA), dan NaOH.
C. Produk
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi
oleh Kilang Pertamina RU II Dumai saat ini antara lain Premium, Jet
Petroleum Grade, Aviation Turbin (AVTUR), Kerosin, dan Automotive
Diesel Oil (ADO). Produk Non-BBM yang diproduksi adalah Liquified
Petroleum Gas (LPG) dan Green Coke.
Produk-produk yang dihasilkan Kilang Pertamina RU II Dumai
tersebut selanjutnya didistribusi ke berbagai daerah antara lain :
1. Produk LPG, Premium, Kerosin, dan Automotive Diesel Oil (ADO)
didistribusikan ke wilayah pemasaran UPMS I meliputi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, dan sebagian wilayah UPMS II Jakarta.
2. Produk Aviation Turbin (AVTUR) didistribusikan ke wilayah UPMS I
Medan dan UPMS III Jakarta.
3. Produk Green Coke didistribusikan untuk kebutuhan domestik dan
ekspor.
Tabel 1.1 Kapasitas Produksi PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai
No. Jenis Produk Juta BBL/Tahun %Volume
1. LPG*) 1,04 1,60
2. Avtur 3,10 4,75
3. Premium 9,60 14,70
4. Kerosin 14,77 22,62

3
5. Solar 22,59 38,73
6. Green Coke*) 0,20 0,30
*) LPG &Green Coke =Juta Ton/Tahun
Disamping mengolah produk-produk di atas, kilang PT. Pertamina
(Persero) RU II Dumai juga memproduksi fuel oil, fuel gas, dan air minum
yang digunakan untuk mensuplai keperluan kilang dan perumahan
karyawan serta beberapa titik-titik air untuk kebutuhan warga sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah uraian proses dari produk-produk yang dihasilkan
pada PT. Pertamina (persero) RU II Dumai?
2. Unit-unit apa saja yang terdapat pada setiap tahap proses pada
kilang tersebut?
3. Produk apa saja yang dihasilkan pada setiap unit proses pada
kilang tersebut?
4. Apa saja alat yang digunakan serta bagaimana metode proses
berjalannya pada setiap unit pada proses pengilangan crude oil
tersebut?
5. Apa saja utilitas yang digunakan pada kilang PT Pertamina
(persero) RU II Dumai?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan
keseluruhan dari rumusan masalah yang telah di buat di atas dan juga
menjelaskan skema proses ataupun diagram proses dari pengilangan
minyak bumi pada kilang PT Pertamina (persero) RU II Dumai serta
menjelaskan tugas khusus kelompok tentang CDU (Crude Destilation
Unit).

4
BAB II
URAIAN PROSES PRODUKSI

2.1 Uraian Proses Produksi


Proses pengolahan crude oil menjadi produk PT. PERTAMINA
(Persero) RU II Dumai terbagi ke dalam tiga kompleks proses. Ketiga
kompleks proses tersebut adalah :
1. Proses I : HSC (Hydro Skimming Complex)
2. Proses II : HCC (Hydro Cracking Complex)
3. Proses III : HOC (Heavy Oil Complex)

2.1.1 HSC (Hydro Skimming Complex)


Hydro Skimming Complex (HSC) meliputi kilang lama (existing
plant) dan kilang baru (new plant). Pengolahan minyak di HSC ini terdiri
dari pengolahan tingkat pertama (primary process) dan pengolahan
tingkat kedua (secondary process). Pada pengolahan tingkat pertama
fraksi-fraksi minyak bumi dipisahkan secara fisika kemudian pengolahan
tingkat kedua dilakukan untuk menyempurnakan produk dari pengolahan
tingkat pertama. Unit-unit yang terdapat dalam HSC meliputi :
1. Primary Unit :
 Crude distillation Unit (CDU) / Unit 100
 Naptha Rerun Unit (NRU) / Unit 102
 Naptha Hydrotreating Unit (NHDT) / Unit 200
2. Secondary Unit:
 Hydrobon Platforming I (PL-I) / Unit 301
 Platforming II (PL-II) – Continuous Catalyst Regeneration (CCR) /
Unit 300-310.

2.1.1.1 Crude Distillation Unit (CDU) / Topping Unit-Unit 100


Unit ini berfungsi memisahkan fraksi-fraksi yang terkandung dalam
minyak mentah (crude oil) dengan cara distilasi atmosferik yaitu

5
pemisahan fraksi berdasarkan range titik didih masing-masing pada
tekanan 1 atm. Kapasitas pengolahan unit CDU di kilang PT. PERTAMINA
(Persero) RU II Dumai hingga saat ini adalah sebesar 127 MBSD, dengan
kapasitas total pada perancangan sebesar 130 MBSD.
Produk yang dihasilkan unit ini berupa :
1. Finishing product : Produk akhir yaitu Kerosene yang bisa langsung
dijual, Off gas untuk fuel gas
2. Intermediate product : Produk yang masih harus diproses kembali pada
unit berikutnya yaitu Naphtha, Light Gas Oil (LGO), Heavy Gas Oil
(HGO), dan Long Residu (LR).

2.1.1.2 Naptha Rerun Unit II (NRU) – Unit 102


Unit ini berguna memisahkan umpan naphtha pada topping unit
menjadi Light Naphtha dan Heavy Naphtha serta gas untuk bahan bakar
kilang (feed gas). Light Naphtha disebut juga dengan istilah Low Octane
MogasComponent (LOMC) yang tidak mengandung olefin atau banyak
mengandung paraffin. Light Naphtha yang dihasilkan digunakan sebagai
blending component premium dengan jarak titik didih 30-80oC, sedangkan
Heavy Naphtha digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit
dengan jarak titik didih 80-160oC. Prinsip dasar proses ini sama dengan
Topping Unit yaitu pemisahan berdasarkan range titik didih.
Naphtha Rerun Unit (NRU) merupakan unit yang berfungsi
memisahkan naphtha produk CDU menjadi Light Naphtha dan Heavy
Naphtha melalui proses distilasi. Light Naphtha diambil sebagai produk
yang langsung disimpan ke dalam tangki, sedangkan Heavy Naphtha
akan menjadi umpan untuk pengolahan lebih lanjut pada unit Hydrobon
Platforming (PL-I). Kapasitas pengolahan NRU sebesar 8 MBSD dengan
umpan naphtha yang dihasilkan oleh CDU, baik dari kilang Dumai maupun
kilang Sei Pakning.
Produk dari unit ini antara lain :
 Gas, sebagai bahan bakar kilang (feed gas)
 Off gas yang digunakan sebagai fuel gas atau dibuang ke flare

6
 Light Naphtha, sebagai Low Octane Mogas Component (LOMC) untuk
komponen blending
 Heavy Naphtha, sebagai umpan Hydrobon Platforming Unit

2.1.1.3 Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) – Unit 200


Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) berfungsi menghilangkan
impurities seperti sulfur, oksigen dan nitrogen, serta menjenuhkan olefin
yang terdapat dalam stabilizednaphtha dari Delayed Coker dan naphtha
dari Hydrocracker dengan bantuan katalis S-16. Kandungan sulfur dan
nitrogen maksimal dalam umpan platformer masing-masing 0,5 ppm untuk
mencegah keracunan katalis.
Umpan NHDT adalah cracked naphtha dari Delayed Coking Unit
(DCU), Heavy Naphtha dari HydrocrackerUnibon (HCU) dan Naphtha dari
Destillate Hydrotreating Unit (DHDT). Kapasitas pengolahan unit NHDT
sebesar 10,1 MBSD. Reaksi yang terjadi dalam unit ini adalah :
 Penghilangan Sulfur : RSH + H2 → RH +H2S
 Penghilangan Sulfur : CH3NH2 + H2 → CH4 + NH3
 Penghilangan Oksigen : C6H5OH + H2 → C6H6 + H2O
 Penjenuhan Olefin : R = R+H2 → RH – RH
 Penghilangan Klorida : R- Cl + H2 → RH + HCl
Produk yang dihasilkan oleh unit ini adalah :
 Off Gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas
 Light Naphtha, sebagai LOMCuntuk campuran premium
 Heavy Naphtha, sebagai umpan CCR-Platforming Unit (PL-II).

2.1.1.4 Hydrobon Platforming Unit (PL-I) – Unit 301


Heavy Naphtha yang dihasilkan Naphtha Rerun Unit masuk
sebagai umpan dalam Platforming I (PL-I). Unit ini terdiri dari 2 bagian,
yaitu Hydrobon dan Platforming. Hydrobon berfungsi untuk memurnikan
Heavy Naphtha dengan menghilangkan impurities-nya dari unit NRU
dengan cara hidrogenasi dengan katalis Topsoe TK-525 dan TK-551
untuk menghilangkan kontaminan seperti senyawa-senyawa olefin dan

7
logam-logam lain yang dapat meracuni katalis. Platforming bertujuan
untuk menaikkan nilai oktan melalui penataan ulang struktur molekul
hidrokarbon menggunakan panas dan katalis. Proses dalam subunit ini
berlangsung pada reaktor bertekanan 27 kg/cm2 dengan temperatur
500oC. Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 6,2 MBSD. Hydrobon
Platforming Unit ini memproduksi LPG dan reformate.
Reaksi utama yang terjadi pada unit platforming adalah
dehidrogenasi, hydrocracking paraffin, isomerisasi, dehidrosiklisasi
paraffin. Berikut persamaan reaksinya:
1. Dehidrogenasi : C6H11CH3 → C6H5CH3 + H2
2. Hydrocracking paraffin : C8H8 + H2 → C5H12 + C3H8
3. Isomerisasi : C6H12 → C2H5 – CH(CH3) – C2H5
4. Dehidrosiklisasi paraffin : C7H16 → C7H14 + H2

2.1.1.5 Platforming II (PL-II) – Unit 300


Unit ini direncanakan untuk mengolah Heavy Naphtha dari Naphtha
Hydrocracker agar mengahasilkan mogas component beroktan tinggi (94)
dengan bantuan katalis UOP R-164. Reactor Platforming mempunyai 3
buah reactor yang tersusun seri secara vertikal dengan temperatur 540 oC
dan tekanan 9 kg/cm2. Kapasitas pengolahan ini sebesar 8,9 MBSD.
Reaksi-reaksi yang terjadi di dalam reaktor ini adalah dehydrogenasi,
hydrocracking, isomerisasi, dan dehydroksilisasi. Pada CCR, unit ini
dirancang untuk meregenerasi katalis yang digunakan di Platforming
secara terus menerus karena selama proses yang terjadi di platforming
katalis mengalami deaktivasi akibat keracunan dan pembentukan coke.
CCR dirancang dengan kapasitas 136 kg/jam.
Produk-produk yang dihasilkan :
 Gas H2sebagai umpan H2Plant, NHDT, DHDT
 LPG
 Reformate/komponen utama pembentukan mogas

8
2.1.1.6Continous Catalytic Regeneration (CCR) – Unit 310
Continous Catalytic Regeneration (CCR) merupakan unit yang
berfungsi untuk meregenerasi katalis yang digunakan dalam platforming
(PL-II) secara kontinu. Hal ini dilakukan karena terjadinya deaktivasi
katalis akibat racun dan pembentukan coke. Kapasitas regenerasi katalis
dalam unit CCR adalah sebesar 136 kg/jam dengan peralatan utama yaitu
Regen Tower, Lock Hopper 1&2, dan Lift Engangers 1&2. Proses
regenerasi katalis ini dimulai dengan pengumpulan katalis dari Platformer
Reactor di Catalyst Collector untuk selanjutnya masuk ke Lock Hopper 1.
Lift Engagers 1 berfungsi untuk menaikkan katalis Reagen Tower. Lift gas
yang digunakan adalah N2. Di dalam Reagent Tower, katalis dibakar
dengan O2 sampai dengan 510oC. Lock Hopper 1&2 digunakan untuk
mengatur ketinggian katalis di reactor dan di Regent Tower. Untuk
menaikkan katalis hasil regenerasi, digunakan Lift Gas Hydrogen di Lift
engagers 2.

2.1.2 HCC (Hydro Cracking Complex)


Hydro Cracking Complex merupakan salah satu proyek perluasan
kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai. HCC ini didesain oleh
Universal Oil Product (UOP).Unit-unit yang terdapat dalam HCC :
1. Hydrocracker Unibon (HCC) – Unit 211 dan Unit 212
2. Amine&LPG Recovery – Unit 410
3. Hydrogen Plant – Unit 701 dan Unit 702
4. Sourv Water Stripper – Unit 840
5. Nitrogen Plant – Unit 902

2.1.2.1 Hydrocracker Unibon (HCU) – Unit 211/212


Unit Hydrocrcker Unibon berfungsi mengolah fraksi minyak berat
berupa Heavy Cooker Gas Oil (HCGO) yang berasal dari DCU dan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO) yang berasal dari HVU menjadi fraksi yang lebih
ringan dengan nilai ekonomisyang lebih tinggi melalui reaksi

9
hydrocracking dengan bantuan gas Hidrogen (H2) yang berasal dari
H2plant.
Hydrocracker Unibon terdiri dari dua unit yang identik dengan
kapasitas pengolahan sebesar 31516 BPSD per unit. Unit tersebut adalah
HCU-Unit 211 dan HCU-Unit 212. Unit ini dioperasikan pada tekanan 170
kg/cm2 (dengan tekanan rancangan sebesar 176 kg/cm 2). Peralatan yang
terdapat pada
HCU digolongkan menjadi reaktor dan fraksinator.
Untuk mempercepat dan mengarahkan reaksi, pada unit ini
digunakan katalis berjenis DHC 8 terdiri dari acid site dan metal site. Acid
site katalis ini berupa Al2O3.SiO2 sebagai sumberpower cracking,
sedangkan metal site berupa Ni yang berfungsi untuk mengarahkan reaksi
hidrogenasi. Proses pengolahan pada Hydrocracker Unibon diawali
dengan reaksi pembentukan ion karbonium dari olefin pada acidic center,
dan pembentukan olefin dari parafin pada metallic center.
Kecepatan reaksi hydrocracking ini berbanding lurus dengan
kenaikan berat molekul umpan parafin. Dalam proses ini perlu dilakukan
pencegahan terbentuknya fraksi C4 dalam isobutana, akibat
kecenderungan terbentuknya tersier butyl carbonium yang cukup tinggi.
Reaksi hydrocracking sikloparafinik bertujuan untuk menciptakan
produk siklik isobutana dengan menghilangkan gugus metal secara
selektif tanpa menimbulkan perubahan pada cincin. Hydrocracking alkil
aromatic ini menghasilkan produk berupa senyawa aromatic dan parafin.
Reaksi samping dari isomerisasi ini adalah dealkilasi, msiklisasi,
penghilangan N, S, O2, halida, penjenuhan olefin, dan pengusiran logam.
Keseluruhan rangkaian reaksi tersebut bersifat melepaskan panas
(eksotermis). Di dalam Hydrocraker Unibon proses pengolahan
diklasifikasikan menjadi proses yang berlangsung dalam reaktor dan
proses yang berlangsung dibagian fraksinasi.
Produk-produk yang dihasilkan diunit ini diantaranya:off gas, LPG,
Light Naphtha, Heavy Naphtha, Light Kerosene& Heavy

10
Kerosene(sebagai komponen blending kerosene/avtur/JP-5), Automotive
Diesel Oil (ADO), dan Bottom fractinator/recycle feed.

2.1.2.2 Amine dan LPG Recovery – Unit 410


Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa sulfur dari gas
LPG yang dihasilkan di unit-unit lain untuk mencegah rusaknya katalis di
H2plant serta mencegah terjadinya korosi di tangki LPG, dan untuk
mendapatkan produk-produk LPG dengan kadar C3 dan C4 yang
diinginkan. Proses ini menggunakan absorbent MEA (Mono Ethanol
Amine). Pemilihan larutan ini berdasarkan pada kemampuan aktivitas
MEA yang tinggi terhadap H2S serta kelarutan terhadap hidrokarbon yang
rendah.
Umpan berasal dari Platforming unit, NHDT, DHDT, dan HCU, serta
Debutanizer liquid dari CCR-Platforming dengan produk berupa LPG.
Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 1,7 MBSD dan dibagi menjadi 2
bagian :
- Absorben Section (Off gas amine absorber dan LPG amine absorber),
untuk menghilangkan H2S dari off gas dan LPG.
- Amine Regeneration (Vapor amine stripper), untuk merecovery lean
amine dan rich amine.
Gas dari umpan unit-unit ditampung di drum V-1 untuk memisahkan
cairan yang terbawa bersama gas. Cairan dialirkan ke Sour Water Stripper
(SWS) sistem sedangkan gas dipanaskan di E-3 kemudian dipanaskan
lebih lanjut di H-1 sebelum masuk bagian atas recycle V-3. Hasil reaksi
dialirkan dari bawah untuk pemanasan di E-3 dan didinginkan di E-4 dan
masuk ke pemisah tekanan tinggi V-8. Cairan low pressure dimasukkan
ke Debutanizer untuk menghilangkan gas hydrogen.
Bottom product Debutanizer sebagian dikembalikan ke Naphtha
Splitter. Hasil bawah splitter didinginkan dan diambil sebagai produk
naphtha berat dari Splitter Drum LPG dialirkan ke soda wash drum V-11,
gas dicuci dengan larutan soda kaustik. LPG yang telah di treating di
deetanizer didinginkan. Produk dasar dialirkan ke sphere tank sistem

11
dengan terlebih dahulu membersihkan panas untuk memanasi umpan di
deetanizer feed/bottom exchanger dan selanjutnya di pendingin E-15.

2.1.2.3Hydrogent Plant (H2 Plant) – Unit 701/702


Hydrogen Plant adalah salah satu yang menghasilkan hydrogen
dengan menggunakann sistem reforming dan dibangun untuk memenuhi
kebutuhan hydrogen yang diperlukan pada proses Hydrocracking Unit.
Umpan yang diolah pada unit ini berasal dari :
 H2 rich gas dari Platformer (70-80% H2 dan sedikit methane).
 Saturated gases dari recovery (30-50 % H2 dan sedikit methane dan
ethane).
 LPG (propane dan butane).
Tahapan yang terjadi di Hydrogen Plant adalah desulfurisasi, steam
reforming, shiftconvertion, absorbs CO2 dan metanasi. Kapasitas unit ini
sebesar 43.914 Nm3/hr setiap satu train per hari. Produk yang dihasilkan
adalah gas hydrogen.

2.1.2.4 Sour Water Stripper (SWS)-Unit 840


Unit Sour Water Stripper berfungsi untuk me-reuse air dari refinery
sour water dengan menurunkan kadar kontaminan berupa H2S dan NH3
yang terkandung di dalamnya sejumlah 97% volume H2S dan 90 volum
NH3 dari umpan dengan kapasitas pengolahan 10,3 MBSD dapat
dihilangkan dalam unit ini. Umpan unit Sour Water Stripper berasal dari
Hydrocracker Unibon, Delayed Coking Unit, Distillate Hydrotreating Unit,
Naphtha Hydrotreating Unit, dan Vacuum Distillation Unit.Sebelum masuk
ke SWS, umpan unit ini dipanaskan terlebih dahulu dengan Low Pressure
Steam (LPS). Dalam unit SWS terjadi proses pemanasan dalam kolom
pada tekanan 0,6 kg/cm2 sampai mencapai temperatur 120°C.Di tahap
selanjutnya, sebelum dibuang ke alambebas (laut), air
diprosesterlebihdahulu di IPAL.

12
2.1.2.5 Nitrogen Plant-Unit 300
Nitrogen Plant berfungsi menghasilkan nitrogen yang diperlukan
pada proses start up dan shut down unit-unit proses, regenerasi katalis
dan media blanketing tangki-tangki. Kapasitas pengolahan nitrogen plant
sebesar 12.000 Nm3/hari. Prinsip operasinya adalah pemisahan oksigen
dan nitrogen dari udara berdasarkan titik embunnya yang berlangsung
pada temperatur operasi -180oC.
Proses ini menggunakan molecular sieve absorber untuk menyerap
uap air dalam udara. Udara bebas bersama udara recycle dihisap dengan
screw compressor C-81A/B yang masing-masing terdiri dari dua stage.
Udara yang telah dimanfaatkan kompresor stage satu didinginkan di
intercooler kemudian di stage kedua dimanfaatkan hingga tekanannya
mencapai 6 kg/cm2, selanjutnya udara dialirkan ke coolersystem fresh
refrigerant di E-94 dengan media pendingin air garam menurunkan suhu
udara. Embun yang dihasilkan dipisahkan dalam pemisah V-84.
Sebelum diumpankan ke kolom udara, udara didinginkan pada
pendingin udara E-58. Di dalam pendingin ini udara proses dibagi dua.
Pertama, udara tekanan tinggi keluar dari E-85 dialirkan menuju engine
turbine untuk diambil tenaga kinetiknya. Kedua, keluar dari E-85 pada titik
cairnya temperature mencapai 160oC dan diumpankan ke kolom rektifikasi
(V-83) dari bagian bawah kolom. Nitrogen yang mempunyai titik didih lebih
rendah dari oksigen akan menguap, dan mengalir kebagian atas kolom
dan oksigen akan mengumpul didasar kolom sebagai cairan.
Oksigen dari dasar kolom dialirkan ke HE (E-86) untuk didinginkan.
Cairan dingin ini kemudian mengalir masuk ke E-95 untuk diembunkan.
Nitrogen cair dikembalikan ke kolom sebagai refluks, sebagian lagi diambil
sebagai produk yang dialirkan ke tangki penyimpanan nitrogen cair keluar
pengembun E-95 (tangki V-18A/B). Sebelum dikirim ke unit yang
memerlukan, N2 cair diuapkan terlebih dahulu dalam penukar panas.

13
2.1.3 HOC (Heavy Oil Complex)
Unit-unit yang terdapat dalam HOC adalah :
1. High Vacuum Distillatiuon Unit (HVU)
2. Delayed Coking Unit (DCU)
3. Coke Calciner Unit (CCU)
4. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)

2.1.3.1High Vacuum Distillation Unit (HVU)-110


Unit ini berfungsi untuk memisahkan umpan Long Residue dari
CDU berdasarkan perbedaan titik didih. Prinsip operasi unit HVU adalah
distilasi pada keadaan vakum, karena penurunan tekanan mengakibatkan
penurunan titik didih hingga proses pemisahan dapat dilakukan tanpa
terjadi thermal cracking. Kondisi vakum diperoleh dengan menarik produk
gas di bagian atas kolom menggunakan tiga buah steam jet ejector yang
tersusun seri. Proses pemisahan berlangsung pada kondisi operasi
dengan tekanan 18-22 mmHg dan temperatur operasi 400oC.
Kapasitas : 92,6 MBSD atau 614 m3/jam.
Umpan : Long Residue dari CDU
Produk :
 Off Gas, akan dipakai sebagai fuel gas (untuk konsumsi sendiri).
 Light Vacuum Gas Oil (LVGO), digunakan sebagai komponen blending.
 Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), digunakan sebagai umpan
hydrocracker unibon (HC Unibon).
 Short residue, digunakan sebagai umpan Delayed Coking Unit (DCU).
Peralatan utama : vacuum tower (110 V-1)
Peralatan pendukung : feed surge drum (110 V-3 & 110 V-4), desalter
(110 V-5A & 110 V-5B), vacuum heater (110 H-1A & 110 H-1B),
condensate receiver (110 V-2), KO drum (110 V-11), steam disenganging
drum (110 V-8, V-9 dan 110 V-10)
Aliran proses :

14
Umpan dari CDU ditampung di feed surge drum (110 V-3), lalu diolah di
110 V-5A dan 110 V-5B untuk penghilangan garam (desalting). Sebelum
masuk ke vacuum tower (110 V-1), umpan dipanaskan di 110 H-1A & 110
H-1B. Produk atas didinginkan dan dipisahkan dari air dan gas di 110 V-2.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO, sedangkan produk bawah
adalah short residue sebagai umpan untuk DCU (Delayed Cooking Unit).

2.1.3.2Delayed Cooking Unit (DCU)-140


Delayed Cooking Unit berfungsi untuk mengolah short residu dari
unit HVU menjadi coke (kokas), fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan dan
gas. Prinsip reaksi adalah thermal cracking, yaitu perengkahan
hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon rantai pendek pada temperatur
tinggi (500oC). Tingginya temperatur mengakibatkan terjadinya
polimerisasi. Proses pembentukan green coke dari polimer :
 Steaming out untuk membuang fraksi ringan yang masih tersisa,
selama 1 jam
 Steaming out to blowdown sistem, selama 2 jam
 Water quenching, selama 5 jam dengan menggunakan campuran air
dan steam (20 ton air 7 8 ton steam)
 Water fill in, pendinginan dengan air pada temperatur di bawah 100 oC,
selama 2 jam
 Pengeringan dan pengeluaran coke dari chamber dengan
menggunakan air
Kapasitas : 35,4 MBSD atau 234 m3/jam
Umpan : short residu dari HVU
Produk : Gas, sebagai fuel gas, LPG, Naphtha sebagai
umpan NHDT, Light coker gas oil (LCGO) sebagai umpan DHDT, Heavy
coker gas oil (HCGO) sebagai umpan HC Unibon, Green Coke
Peralatan utama :
fractionator (140 V-2), light & heavy cooker oil stripper (140 V-3 & 140 V-
4), debutanizer (140 V-18), LPG splitter (140 V-20),

15
Peralatan pendukung :
feed surge drum (140 V-2), heater (140 H-1 ABCD), vessel (140 V-5, 140
V-13, 140 V-15, 140 V-17,140 V-20, 140 V-23), separator (140 V-6, 140V-
7, 140 V-12, 140 V-14, 140 V-16, 140 V-19), HE (140 E-19 & 140 E-24)
Aliran proses :
Umpan ditampung sementara dalam 140 V-5, kemudian dialirkan
ke fractionator (140 V-2). Produk atas 140 V-2 adalah gas, cracked naphta
dan LPG. Produk samping diambil melalui stripper 140 V-3 adalah LCGO
dan melalui 140 V-4 adalah HCGO. Produk bawah dipanaskan di 140 H-1,
lalu disimpan di 140 V-1 A/B/C/D, untuk kemudian didinginkan membentuk
green coke.

2.1.3.3Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)-220


Unit ini berfungsi untuk mengolah Light Coker Gas Oil (LCGO) dari
unit DCU dengan cara menjenuhkan material hasil cracking yang tidak
stabil dan membuang pengotor seperti sulfur dan nitrogen dengan
bantuan gas hidrogen bertekanan. Proses ini menggunakan bantuan
katalis UOP S-12. Reaksi yang terjadi di dalam reaktor adalah penjenuhan
olefin, penghilangan sulfur, penghilangan nitrogen, penghilangan oksigen,
penghilangan logam, dan penghilangan halida. Campuran produk hasil
reaksi dipisahkan di kolom stripper dan splitter.
Kapasitas : 90 m3/jam
Umpan : LCGO dari DCU
Produk yang dihasilkan pada unit ini :
 Off Gas, sebagai fuel gas.
 Naphtha, digunakan sebagai umpan HC Unibon.
 Light Kerosene, digunakan sebagai campuran kerosene dan diesel.
 Heavy kerosene, digunakan sebagai campuran kerosene dan diesel.
Peralatan utama :
Hydrotreating Reeactor (220 V-2, V-3), Stripper (220 V-8), Splitter (220 V-
10)

16
Peralatan pendukung :
feed surge drum (220 V-1), heater (220 H-1, 220 H-2, 220 H-3), vessel
(220 V-7, suction drum (220 V-5, 220 V-6), separator (220 V-4, 220 V-9,
220 V-11)
Aliran proses :
LCGO dari coking unit ditampung sementara di 220 V-1 lalu
dipanaskan di 220 H-1. Sebelum dipanaskan, umpan terlebih dahulu
dicampur dengan gas H2 dari kompresor 220 C-1A/B. Setelah
pemanasan, pereaksian dilakukan di 220 V-2 dan 220 V-3. Setelah
didinginkan di 220 E-1 ABCD, keluaran 220 V-3 diinjeksikan dengan air
untuk mengambil NH3 dan H2S yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan
kondensasi di 220 E-2 dan kondensat ditampung di HP separator (220 V-
4). Fraksi atas 220 V-4 diumpankan ke 220 V-5 dan masuk ke aliran
recycle. Fraksi bawah 220 V-5 diumpankan ke kolom stripper V-8 untuk
memisahkan naphtha dan komponen LPG. Produk bawah 220 V-8
diumpankan ke kolom splitter 220 V-10 menghasilkan light kerosene dan
heavy kerosene.

2.2 Utilitas
Di dalam suatu pabrik terutama kilang minyak, utilitas merupakan
suatu bagian yang penting guna menunjang operasi karena sebagian
besar jalannya operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini. Utilitas yang
terdapat pada PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai adalah :
1. Plant Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air pendingin pompa
b. Air umpan boiler
c. Air minum
d. Water hydrant
e. Air bersih untuk perumahan
2. Steam, yang berfungsi sebagai :
a. Penggerak turbin

17
b. Pemanas
3. Udara bertekanan (pressed air), yang berfungsi sebagai :
a. Instrumen Air, untuk menjalankan instrumen pengontrol
b. Plant Air, untuk pembersihan alat-alat
4. Sea Water, yang berfungsi sebagai :
a. Air pendingin pada cooler dan condensor
b. Pendingin mesin-mesin di power plant
c. Fire safety

2.3 Pengolahan Limbah


Dampak dari limbah industri yang dihasilkan oleh PT. PERTAMINA
(Persero) RU II Dumai diusahakan ditekan serendah mungkin. Komitmen
ini sejalan dengan keberhasilan PT. PERTAMINA (Persero) RU II Dumai
memperoleh sertifikasi ISO 14001 (sistem manajemen lingkungan) pada
Desember 2001. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
Pertamina RU II Dumai dalam menekan dampak dari limbah industrinya
adalah :
1. Melaksanakan Good Housekeeping di lingkungan kerja, dengan cara
mengoptimasi penggunaan air, energi, dan bahan baku.
2. Pada saat pembangunan pabrik, Pertamina RU II Dumai dilengkapi
dengan unit-unit untuk mengelola dan mereduksi limbah.
3. Sistem proses yang digunakan dilengkapi dengan recycle dan
recovery bahan, produk.
Adapun unit-unit yang digunakan untuk mengelola dan mereduksi
kuantitas dan bahaya limbah adalah :
a. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan oleh Pertamina RU II Dumai adalah emisi
gas yang mengandung SOX, NOX, H2S, NH3, CO2, CO, hidrokarbon, debu,
jelaga, dan bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong.
Pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengendalian dan
penanggulangan dampak terhadap kualitas udara adalah dengan

18
menerapkan program “waste minimization” yang di dalamnya terdapat
empat tahap :
 Reduksi limbah dari sumbernya
 Reuse
 Recycle
 Recovery

b. Limbah Cair
Limbah cair yang dominan berasal dari aktivitas kilang yaitu berupa
minyak, sludge, sour water. Limbah tersebut berasal dari hasil proses
maupun tumpahan dari sistem pemproses. Peralatan yang digunakan
untuk menangani limbah cair tersebut antara lain :
1. Untuk mengatasi tumpahan-tumpahan minyak di perairan (laut)
digunakan peralatan :
 Oil boom, digunakan untuk menahan tumpahan minyak di perairan
agar tidak tersebar luas. Oil boom tersebut berupa pembatas yang
ditarik oleh dua buah kapal.
 Oil skimmer, digunakan untuk menghisap tumpahan minyak yang
telah berkumpul.
 Oil sorbent, digunakan untuk menyerap minyak yang masih tersisa di
perairan, yang berupa lapisan film.
 Oil dispersant, merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
menghilangkan sisa-sisa minyak yang tidak dapat dihilangkan
dengan peralatan lainnya seperti diatas. Prinsip dari oil dispersant
adalah membentuk koloid antara minyak dispersant sehingga berat
jenisnya meningkat dan larutan minyak dispersant tenggelam ke
dasar laut.
2. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang
bersifat asam yang keluar dari proses. Unit ini terletak pada area
Hydrocracking Complex (HCC).

19
3. Oil separator II, digunakan untuk memisahkan campuran air-minyak
yang terkandung di dalam air limbah. Pada tahap ini hanya akan terjadi
pemisahan antara minyak dan air. Oleh karena itu, kandungan senyawa
polutan lain selain minyak yang ada di dalam air limbah akan tetap
sama.
4. Kolam Ekualisasi
Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah
secara fisika yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih
terbawa dalm air limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan
menuju slpe tank untuk kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi
dan menghasilkan suatu produk. Selain itu bak ekualisasi ini juga
berfungsi untuk menghindari shock loading dalam pengolahan limbah
secara biologi (pada kolam aerasi).
5. Kolam Aerasi
Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif.
Pada proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang
berjalan. Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mendegradasi senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah.
Kolam aerasi ini berukuran besar dan menggunakan 3 buah aerator
dalam pengoperasiannya.
6. Kolam Pengendap
Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung
partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu
diendapkan di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai
pengendap, aliran air dikolam ini diusahakan laminar. Endapan yang
ada pada kolam pengendap ini sewaktu-waktu dipompa dan ditampung
pada tangki pembiakan. Di dalam tangki tersebut juga terdapat mikroba
yang akan dibiarkan. Hal ini dilakukan tidak tentu waktunya. Namun
lumpur yang telah aktif tersebut akan secara rutin dimasukkan ke dalam
kolam aerasi satu kali dalam seminggu.
6. Separator III

20
Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari
unit biotretment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi
pencampuran limbah hasil proses pengolahan dengan limbah yang
belum mengalami proses.

c. Limbah Padat
Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan
untuk menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air
tanah, air laut, maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu
yang ditetapkan. Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan
untuk menciptakan kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah
padat yang dihasilkan di RU II Dumai termasuk cara pengolahannya
antara lain adalah :
1. Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan
dapat dipisahkan dari sludge.
2. Spent katalis
Pertamina RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat
digunakan untuk mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak
digunakan biasanya dijual, karena banyak mengandung unsur platina
yang cukup bernilai ekonomis.
3. Karbon aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi
spesifikasi, dicampur dengan coke dan dijual.
4. Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung
sementara kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada makalah dengan judul industri pengilangan minyak pada
kilang PT Pertamina (persero) RU II Dumai yang telah dibahas diatas
terdapat kesimpulan yang diantaranya:
1. Pertamina RU II Dumai terdiri dari 2 buah kilang dengan kapasitas
total sekitar 180 MBSD, yaitu :
1.Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai dengan kapasitas 130 MBSD
2.Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD

2. Proses pengolahan crude oil menjadi produk PT. PERTAMINA


(Persero) RU II Dumai terbagi ke dalam tiga kompleks proses.
Ketiga kompleks proses tersebut adalah :
Proses I : HSC (Hydro Skimming Complex)
Proses II : HCC (Hydro Cracking Complex)
Proses III : HOC (Heavy Oil Complex)
3. Unit-unit yang terdapat dalam HSC meliputi :
Primary Unit :
 Crude distillation Unit (CDU) / Unit 100
 Naptha Rerun Unit (NRU) / Unit 102
 Naptha Hydrotreating Unit (NHDT) / Unit 200
Secondary Unit:
 Hydrobon Platforming I (PL-I) / Unit 301
 Platforming II (PL-II) – Continuous Catalyst Regeneration (CCR) /
Unit 300-310.
4. Unit-unit yang terdapat dalam HOC adalah :
 High Vacuum Distillatiuon Unit (HVU)
 Delayed Coking Unit (DCU)
 Coke Calciner Unit (CCU)

22
 Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)
5.Unit-unit yang terdapat dalam HCC :
 Hydrocracker Unibon (HCC) – Unit 211 dan Unit 212
 Amine&LPG Recovery – Unit 410
 Hydrogen Plant – Unit 701 dan Unit 702
 Sourv Water Stripper – Unit 840
 Nitrogen Plant – Unit 902

4.2 Saran
Diharapkan adanya skema proses baik dalam bentuk flowsheet
maupun blog diagram yang yang lebih terperinci dari keseluruhan unit
yang ada agar dapat diperjelas dengan mudah.

23
DAFTAR PUSTAKA
Syahputra, Darmawan. 2014. Laporan Kerja Praktek Laporan Umum PT.
Pertamina (persero) Refinery Unit II Dumai Riau. Universitas
Malikussaleh
http://www.academia.edu/8233791/8_BAB_II_PROFIL_PERTAMINA_RU
VI_BALONGAN?login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken
http://megasusanti.blogspot.com/2014/08/laporan-kerja-praktek-pt-
pertamina.html
http://sr28jambinews.com/?/baca/14639/Kilang-Minyak-:-Pabrik-
Pengolahan-Minyak-Bumi-yang-Sangat-Kompleks.html
http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pengolahan/unit-
pengolahan/pengolahan-unit-vi/

24

Anda mungkin juga menyukai