BAB I
PENDAHULUAN
1
Eagle (RGE). PT. RGE yang berpusat di Jakarta merupakan merupakan suatu
grup industri yang unggul di Asia Pasifik dan asetnya melebihi USD 4,6 Milyar.
APRIL (Asia Pacific Resources International Holding Limited) merupakan
perusahaan pemegang saham untuk sektor hasil hutan dari grup RGE. Pusat dari
kantor APRIL ini terletak di Singapura dan merupakan perusahaan pulp dan kertas
terbesar di Asia. APRIL mengoprasikan pabrik pulp dan kertas Changshu Fine
Paper Mill di Cina dan PT. Riau Andalan Pulp dan Paper di Indonesia. APRIL
sendiri merupakan anak cabang perusahaan RGE yang saat ini memiliki 80 anak
perusahaan yang terbesar di Indonesia dan mancanegara.
CEO dan juga pendiri perusahaan ini adalah Sukanto Tanoto, beliau yang
lahir pada 29 Desember 1949 merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Beliau
telah banyak berkiprah di dunia bisnis. Pada Tahun 1967 beliau bergabung dalam
perusahaan milik keluarga sebagai penyuplai suku cadang kendaraan bermotor
dari Jepang. Pada tahun 1973 beliau mendirikan industri kayu lapis yang diberi
nama RGM (saat ini menjadi RGE) pada saat itu menjadi era keemasan kayu lapis
Indonesia. Beliau mendirikan perusahaan minyak kelapa sawit yang diberi nama
Asian Agri pada tahun 1979. Pada tahun 1983 dibangun pabrik dissolving pulp di
daerah Porsea, Sumatra Utara yang diberi nama Indorayon (saat ini menjadi Toba
Pulp Lestari) yang mulai dioperasikan tahun 1988.
APRIL sendiri memiliki visi yaitu “Menjadi perusahaan pulp dan kertas
terbesar di dunia dengan manajemen terbaik, paling menguntungkan, dan
berkelanjutan serta menjadi pilihan utama bagi pelanggan dan karyawan”.
Visi lainnya dari perusahaan diantaranya :
1. Mengimplementasikan dan mempertahankan sistem manajemen mutu yang
berdasarkan standar ISO 9001.
2. Menyusun dan menentukan tujuan mutu yang realistis dengan uraian sasaran
dan tanggung jawab memantau pelaksanaan - pelaksanaan guna menjamin
peningkatan mutu yang berkesinambungan.
3. Secara aktif mencari dan menampung informasi baik dari pelanggan kita
tentang produk dan pelayanan yang kita berikan.
2
4. Memastikan kebijakan ini dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap karyawan
dalam ruang lingkup pekerjaannya masing-masing.
5. Selalu melakukan sesuatu dengan benar pada awal dan seterusnya.
Pendirian pabrik PT. Riau Andalan Pulp and Paper ini dilakukan pada
tahun 1991 dengan masa pengerjaan proyek selama 2 tahun dengan investasi awal
sebesar 1,3 milyar dan temasuk Penanaman Modal Asing (PMA). Pada akhir
tahun 1993, pabrik selesai dibangun dengan menempati areal 650 ha dari lahan
1.750 ha milik PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Pada awal bulan Februari dan
Maret 1994 dilakukan start-up (running test) pabrik dan pada tahun 1995 dimulai
produksi komersial pertama. Pertengahan tahun 1995 dimulai masa comissioning
(percobaan mesin) produksi selama 5 bulan dan setelah itu mulai berproduksi
secara komersil pada bulan berikutnya. Pada tahun 1996, dimulai survei untuk
pabrik kertas dan pada tahun 1997 pabrik kertas sudah dimulai beroperasi
walaupun belum beroperasi sepenuhnya.
PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) terletak di Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan yang berjarak sekitar 75 km dari
Pekanbaru, ibukota propinsi Riau, sedangkan kantor pusat dan urusan administrasi
3
serta kerjasama terletak di Jl. Teluk Betung No. 31 Jakarta Pusat 10230. PT.
RAPP merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pulp (bubur kertas)
dan kertas. Lokasi produksi PT. RAPP yang terletak di Pangkalan Kerinci
merupakan lokasi yang strategis karena dekat dengan sumber bahan baku
(kawasan HTI) dengan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan pohon yang menjadi
bahan baku pulp dan kertas. Bahan baku pendukung produksi berupa air juga
mudah diperoleh karena kawasan ini dekat dengan Sungai Kampar.
Bahan baku diperoleh dari lahan konsesi pabrik seluas 280.500 ha, dimana
rencana tata ruang HTI (Hutan Tanaman Industri) diperkirakan seluas 189.000 ha
dan areal efektif tanam seluas 136.000 ha. Pada tahun 2000 bahan baku yang
berasal dari kayu alam Mix Hard Wood (MHW) mulai digantikan dengan kayu
hasil tanam yaitu jenis Akasia. Akasia yang ditanam yaitu Akasia Mangium,
Akasia Crassicarpa dan Eucaliptus, untuk Eucaliptus sendiri saat ini belum mulai
bisa dipanen karena dalam masa percobaan.
PT. RAPP mulai beroperasi secara penuh pada kuartal ketiga tahun 1996.
Pada saat itu, produksi rata-rata per hari sebesar 200 ton pulp. Nilai produksi ini
bervariasi pada bulan-bulan berikutnya sekitar 180-200 ton pulp per hari. Pada
4
tahun 2003, jumlah produksi pulp dan kertas mengalami peningkatan hingga pada
1.975.000 ton per tahun. Pada tahun 2004-2006 target sebesar 2.000.000 ton pulp
dan kertas atau sekitar 5.500 ton per hari. Riau Pulp menggunakan sistem Super
Batch Cooking dan Continous Cooking dengan kapasitas produksi 2.700.000 ton
per tahun. Hal ini menjadikan PT. RAPP sebagai single line pabrik pulp terbesar
di Asia dan salah satu yang menghasilkan biaya produksi rendah di dunia.
Perusahaan ini memakai teknologi Elemental Chlorine Free (ECF) sehingga
memenuhi mutu dan lingkungan industri secara internasional. Semua kegiatan
proses produksinya ditunjang oleh sistem operasi dan dapat dilihat langsung
melalui monitor yang disebut DCS (Distribution Control System).
PT. RAPP terdiri dari empat unit bisnis diantaranya :
1. PT. Riau Andalan Pulp atau Riau Pulp, merupakan unit bisnis yang
bergerak di bidang produksi pulp.
2. PT. Riau Andalan Kertas atau Riau Paper, merupakan unit bisnis yang
memproduksi kertas.
3. PT. Riau Prima Energi atau Riau Energi, unit bisnis yang bergerak di
bagian penyuplai energi.
4. Forestry atau Riau Fiber, unit bisnis yang bergerak di bagian forestry
untuk supply bahan baku kayu.
5
tahun 2006 dibangun PM 2. Kecepatan terpasang PM 2 lebih tinggi yaitu berada
pada 1.600 m/min. PT. Riau Andalan Pulp dan Paper memiliki salah satu pabrik
kertas paling canggih di dunia, unit bisnis ini memiliki banyak prestasi yang telah
diraih. PM 2 telah meraih penghargaan sebagai PM tercepat kedua oleh metso di
bawah PM 1 dari china. PM 1 pernah menempati peringkat pertama di tahun 2005
versi Metso.
Beberapa pruduk tissue yang menggunakan pulp PT. RAPP yaitu
1. Pulpies
2. Montiis
3. Siera
4. See u
5. Planty
6. Softo
Paper yang diproduksi pada pabrik PT. RAPP yaitu Paper One.
6
BAB II
URAIAN PROSES
Pulp di PT. RAPP diproduksi secara kimia dengan proses sulfat (Kraft).
Metoda ini menggunakan cairan pemasak white liquor yang menggunakan NaOH
dan Na2S. Sistem kontrol diperusahaan ini telah masuk ke dalam sistem ISO
(internasional Standard Organization) yang digunakan sebagai tanda untuk
menentukan kualitas dunia dari suatu produk.
Bahan baku untuk pembuatan pulp adalah mix hard wood (MHW). Pada
tahun 2003, perusahaan ini telah menggunakan bahan baku 60% dari Hutan
Tanaman Industri (HTI). Jenis Akasia yang digunakan yaitu akasia mangium dan
akasia crassicarpa. Bahan baku kayu berasal dari jenis akasia dan mix hard wood
(MHW). Kayu Akasia diperoleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) milik PT.
RAPP, HTI Group RAPP, Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan kerjasama dengan
HTI lain (mitra) serta pembelian dari luar dengan memanfaatkan Izin
Pemanfaatan Kayu (IPK) dari kegiatan land clearing di areal perkebunan. Kayu
MHW merupakan kayu alami yang berasal dari pembukaan lahan perkebunan.
Lokasi HTI-PT. RAPP berjarak sekitar 20–160 km dari pabrik.
Kapasitas produksi PT. Riau Andalan Pulp and Paper dirancang untuk
memproduksi pulp 2.000.000 ton/tahun. Bahan baku utama untuk pembuatan pulp
pada mulanya menggunakan mix hard wood (MHW), yaitu jenis kayu tropis yang
memiliki spesies bervariasi. Pada tahun 2003, perusahaan telah menggunakan
bahan baku 60% dari Hutan Tanaman Industri (HTI), yaitu tanaman akasia. Pada
tahun 2007-2009 perusahaan telah menggunakan 100% bahan baku dari Hutan
Tanaman Industri. Adapun jenis Akasia yang digunakan yaitu akasia mangium dan
akasia crassicarpa.
7
yaitu line 1 kapasitas produksi saat ini mencapai 2.000.000 ton/tahun yang
dioperasikan oleh PT. RAPP dan line 2 berkapasitas terpasang sesuai ijin adalah
700.000 ton/tahun yang dioperasikan oleh PT. Intiguna Primatama.
Salah satu departemen yang ada di PT. Riau Andalan Pulp and Paper
adalah departemen Fiberline, dimana departemen ini terdiri dari empat plant, yaitu
Fiberline 1 (FL#1), Fiberline 2 (FL#2), Fiberline 2C (FL#2C), dan Pin Chip
Digester (PCD). FL#1 dan FL#2 merupakan line yang memiliki digester dengan
sistem super batch, sedangkan FL#2 dan PCD menggunakan digester continue.
Departemen Fiberline merupakan tahapan setelah woodyard. Chip yang dihasilkan
dari proses woodyard merupakan input dari Fiberline. Departemen Fiberline
bertujuan untuk merubah chip menjadi bentuk pulp untuk dijadikan kertas.
Fiberline meliputi:
1. Chip Screening
2. Cooking
3. Washing dan Screening
4. O2 Delignification
5. Bleaching
8
menurunnya rasio penggunaan kayu terhadap produksi pulp yang dihasilkan yaitu
menjadi 3,75:1, namun disisi lainnya ada penurunan sumber bahan bakar untuk
power plant atau boiler. Penggunaan kayu jenis MHW banyak menghasilkan
getah dan kulit kayu yang dapat dijadikan bahan bakar, sedangkan penggunaan
kayu Akasia tidak menghasilkan limbah padat tersebut yang dapat dijadikan
bahan bakar, sehingga ada konversi bahan bakar dari getah dan kulit kayu menjadi
bahan bakar gas, cangkang sawit dan batubara.
Chip screening merupakan proses mengklasifikasikan serpih (chip)
berdasarkan perbedaan ukuran dari chip dengan cara menyaring chip tersebut.
Adapun tujuan dari proses Chip Screening adalah untuk mendapatkan kualitas
serpih yang diperlukan untuk proses pemasakan agar dispersi penyerapan bahan
kimia pada kayu dapat terjadi secara merata dengan memisahkan serpihan chip
yang berukuran accept dengan serpih yang berukuran oversize dan undersize.
Bahan baku yang berupa chip berasal dari proses Woodyard yang dikirim
ke Chip Pile dengan menggunakan alat transportasi conveyor. Chip Pile berfungsi
sebagai tempat penyimpanan serpih sementara sebelum ke proses pemasakan.
Chip Pile di Chip Screening terdiri dari :
1. Chip Pile #1 to Fiberline 1 atau 2
2. Chip Pile #2 to Fiberline 1 atau 2
3. Circular Pile to Fiberline 2C
4. Pin Chip Pile to pin chip digester
Serpih pada Chip Pile diambil dari bawah dengan menggunakan alat Screw
Reclaimer dan dikirim ke Chip Screening menggunakan conveyor. Sebelum chip
sampai ke Chip Screening melewati alat magnetik dengan tujuan untuk
menangkap kontaminan besi. Chip Screening yang digunakan adalah flat
vibration, flat yang berbentuk saringan digetarkan sehingga chip terpisah
berdasarkan ukuran. Serpih yang berukuran accept dikirim ke chip silo dan
dilanjutkan ke proses pemasakan di digester. Serpih yang berukuran oversize
dilanjutkan ke proses re-chipping yang mana serpih dipotong kembali dan dikirim
kembali ke chip screening untuk disaring. Sedangkan chip yang berukuran pin
chip dan fines dikirim ke accrowood untuk dipisahkan. pin chips dikirim ke Pin
9
chip pile kemudian dilanjutkan ke proses pemasakan di pin chip digester dan
serpih berukuran fines dikirim ke bark storage untuk dijadikan bahan bakar di
power boiler.
10
dikembalikan ke proses untuk digunakan kembali sebagai larutan pemasak.
Reaksi kimia yang terjadi pada proses pemasakan secara sederhana adalah sebagai
berikut:
Kayu Serpih (Chip) + Larutan Pemasak (NaOHaq+ Na2Saq) brown stock pulp
+ Lignin + Black Liquor
11
pengendalian chaneling. Waktu yang digunakan untuk tahapan Chip Filling antara
30-32 menit.
12
yang digunakan adalah 165 oC dengan waktu yang digunakan adalah 11 -
17 menit.
e. Pendinginan (Displacement)
Setelah proses pemasakan selesai, pompa sirkulasi dihentikan, kemudian
black liquor dengan temperatur 90 oC yang merupakan filtrat dari proses washing
dipompakan ke dalam digester sampai temperatur di dalam digester turun di
bawah 100 oC. Adapun tujuan dari fase ini adalah untuk menghentikan reaksi
pemasakan dan merupakan pencucian awal pulp.
f. Discharging
Fase ini merupakan tahap akhir dari proses digester. Pulp dengan
temperatur dibawah 100oC dipompakan ke discharge tank dengan penambahan
pengencer sampai mencapai konsistensi ± 5% untuk pengenceran pulp sehingga
siap untuk diproses selanjutnya.
Setelah mengalami tahapan-tahapan selama proses pemasakan, pulp
dikirim ke proses washing untuk pemisahan filtrat dan reject yang terkandung di
dalam pulp.
13
dari kotoran baik berupa emulsi (black liquor) maupun berdasarkan beda ukuran
(berat, dimensi).
a. Deknoting Process
Deknoting adalah proses awal yang ada pada area washing, dimana proses
ini bertujuan untuk memisahkan pulp dengan knott. Knott adalah serpih yang tidak
masak pada saat proses pemasakan di digester. Pulp yang berasal dari discharge
tank dipompakan ke knotter, kemudian diencerkan menggunakan cairan pengencer
sampai konsistensinya mencapai 4%. Pengenceran ini bertujuan memudahkan
proses pemisahan hasil accept dengan reject.
Knotter merupakan alat pemisah pulp dengan reject yang berupa knott,
yang dipisahkan melalui plat berlubang (perforated). Knotter terdiri dari primary
knotter dan secondary knotter. Pulp dari discharge tank masuk ke primary knotter,
dan accept dari primary knotter dilanjutkan ke proses pencucian pada press.
Sedangkan reject masuk ke secondary knotter, accept dari secondary dikirim ke
press dan reject masuk ke primary knott drainer. Accept dari primary knott drainer
dikirim kembali sebagai input pada primary knotter. Sedangkan reject dilanjutkan
ke secondary knott drainer untuk memisahkan knott dengan filtrat. Knott yang
dihasilkan dikembalikan ke digester dan filtratnya digunakan sebagai dilusi pada
primary knotter dan secondary knotter.
14
dipompakan ke proses selanjutnya. Filtrat dari press disalurkan ke displacement
tank sebagai liquor untuk tahapan displacement pada proses pemasakan di area
digester. Accept dikirim ke LC Tank yang kemudian dipress kembali
.
c. Penyaringan (Screening)
Pulp dari proses pencucian dilanjutkan ke proses penyaringan (screening)
dengan tujuan memisahkan kotoran-kotoran tak terlarut berdasarkan perbedaan
ukuran dan beda berat yang lebih besar dari serat. Sebelum ke proses screening,
pulp di diencerkan untuk mencapai konsistensi 4 %. Alat yang digunakan sebagai
penyaring adalah screener yang memiliki lubang dengan ukuran 0,3 mm. Serat
yang lolos melalui lubang screener merupakan pulp accept, sedangkan yang
tertahan atau yang tidak lolos merupakan reject. Proses screening yang dilakukan
biasanya mempunyai beberapa tahap yang bertujuan untuk menyaring kembali
reject dari screen sebelumnya. Screening terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
1. Primary screen
Tahap primary screen merupakan tahap awal dari proses screening dan
accept dari tahapan ini akan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Pulp dari
screen room dipompa ke primary screen. Accept dari primary screen
dilanjutkan ke press. Sedangkan reject dari primary screen yang masih
mengandung serat yang lolos dari primary screen disaring kembali di
secondary screen.
2. Secondary screen
Tujuan dari secondary screen adalah untuk mendapatkan serat yang masih
bagus yang terkandung dalam reject dari tahapan primary screen. Reject
dari primary screen dialirkan ke secondary screen, accept dari tahapan ini
dikembalikan pada input tahap primary screen untuk disaring kembali.
Untuk mendapatkan kualitas accept yang baik, maka accept dari secondary
screen harus sama atau lebih dari keadaan input dari primary screen,
sedangkat reject dari secondary screen dikirim ke tertiary screen untuk
disaring kembali.
15
3. Tertiary screen
Tertiary screen merupakan tahapan lanjutan dari tahapan secondary screen.
Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan serat yang accept, karena
reject dari tahapan secondary screen masih mengandung serat yang bagus.
Reject dari secondary dialirkan ke tertiary screen. Accept pada tahapan ini
digunakan kembali sebagai input dari tahapan sebelumnya atau secondary
screen, sedangkan reject dialirkan ke quartenery screen untuk disaring
kembali.
4. Quartenery screen
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendapatkan kembali sejumlah serat
yang terikat pada reject tertiary. Reject dari tertiary dialirkan ke quartenery
screen. Accept dari tahapan ini digunakan kembali sebagai input dari
tertiary screen, sedangkan reject pada tahap ini dikirim ke reject tank.
16
Tahapan dalam proses ini adalah sebagai berikut:
a. Preoxygen displacement press
Tahapan ini berfungsi untuk memisahkan senyawa-senyawa alkali yang
terbawa bersama pulp. Pulp dengan konsistensi 4% dipompakan masuk
pada vat. Air atau larutan keluar melalui lubang-lubang roll dan pulp kental
akan terbentuk diatasnya. Dengan putaran roll, pulp akan terbawa ke
bagian kedua untuk dicuci dengan air, air pencuci mengganti cairan dalam
pulp. Setelah itu masuk ke pre breaker, disini pulp diaduk dan dikirim ke
proses selanjutnya. Pulp yang meninggalkan pre-breaker dengan
konsistensi 32–35 %, kemudian diencerkan kembali di dalam screw
dillution dengan menggunakan air panas.
b. Stand pipe
Stand pipe merupakan tempat penampungan sementara sebelum pulp
dipompakan ke mixer. Pada stand pipe konsistensi diatur dengan stand pipe
dillution agar konsistensi terjaga pada 10-12 %, kemudian ditambahakan
WL caustic untuk menjaga pulp berada pada kondisi pH 10,8–11,5.
Selanjutnya pulp dipompakan ke oxygen mixer menggunakan MC-pump.
c. Oxygen mixer
Alat ini merupakan alat pencampur oksigen dan pressure steam (MP-
steam) di dalam pulp. Oksigen dari steam mengalir ke dalam O2 mixer,
sehingga pulp tercampur secara merata dan oksigen pada tahap ini berperan
sebagai delignifikasi.
d. Oxygen reactor
Setelah semua tercampur dengan menggunakan alat pengaduk yaitu mixer,
selanjutnya stock didistribusikan secara merata ke seluruh dasar reaktor.
Pulp dipompakan ke atas di dalam tower reactor. Waktu tinggal (retention
time) sekitar 60 menit dan temperatur dijaga 95-100 oC pada produksi
normal. Tekanan dalam reaktor dikontrol sekitar 7 bar. Konsistensi pulp
dalam O2 reaktor berkisar antar 10–12 % dengan pH 10,8–11,5.
e. Blow tank
17
Setelah pulp keluar dari O2 reaktor, pulp dialirkan ke bagian atas blow
tank. Di dalam blow tank konsistensi pulp diturunkan dengan
menambahkan air, sehingga konsistensi pulp turun dari 10–12 % menjadi 4
%, pulp selanjutnya dipompa keluar dari dasar blow tank.
f. Post O2 delignification
Post O2 delignification merupakan alat pencuci sebelum ke high density
tower. Tujuan dari proses O2 displacement press setelah reaksi O2
delignification adalah untuk mengurangi terbawanya zat-zat kimia terutama
sisa alkali ke proses pemutihan. Pulp dari post O2 delignification dialirkan
ke press, kemudian ke stand pipe dengan bantuan MC-pump dan
selanjutnya dipompa ke unbleach tower.
a. Second Post
18
Tahapan ini bertujuan mengurangi kandungan soda loss setelah proses di
area washing, dengan cara pulp di press. Pengurangan soda loss bertujuan agar
pemakaian larutan ClO2 tidak berlebihan. Pulp dari proses sebelumnya dikirim ke
post 2 dan melewati press sehingga konsistensi pulp meningkat yaitu 25–30 %.
Detelah dari press, pulp melewati screw untuk menurunkan konsistensi sampai
10–11 % agar mudah untuk diproses pada tahap DO. Setelah itu pulp dialirkan
pada proses pemutihan tahap DO.
19
Parameter pada tahap ini adalah :
1. Konsistensi : 10–12 %
2. Suhu : 80–90 oC
3. Waktu : < 90 menit
4. pH : 11–12
5. Brightness : 70 –75 % ISO
6. Kappa number : 1–1,5
20
5. Brightness : 89,5–91 % ISO
a. Stock Preparation
Bagian ini berfungsi untuk memproses bahan baku serat yang diambil dari
pengurai dan menghasilkan stock yang akan dikirim ke headbox untuk
pembentukan kertas. Stock yang dihasilkan harus homogen, konsistensi dan harus
sesuai dengan standar mutu yang diperlukan oleh konsumen.
Perlakuan dari persiapan bahan ini adalah :
1. Penyiapan high density chest
2. Penyiapan stock hardwood chest
3. Tempat penggilingan hardwood atau serat pendek
Konsistensi bahan dari serat pendek dikontrol dengan white water. White
water diatur melalui konsistensi control valve respunding ke control signal dari
pengukur konsistensi dan pengatur kecepatan air pulp yang diencerkan.
b. Chemical Preparation
Chemical Preparation berfungsi untuk menyiapkan bahan penolong yang
bertujuan mendapatkan kualitas kertas yang sesuai standar.
Bahan penolong tersebut antara lain:
1. Cationic Starch untuk meningkatkan kekuatan kertas
2. Defoamer digunakan untuk menghindari foaming pada sistem
3. Biocide untuk mencegah mikroorganisme berkembang biak
4. Bentonite untuk mengontrol drainage
5. Retention Aid digunakan agar terjadi katan antara serat dengan bahan
penolong seperti filler sehingga terbentuk flock (gumpalan)
21
6. Filler sebagai bahan pengisi pada kertas, seperti Kalsium Karbonate
(CaCO3)
7. Soda Caustic (NaOH) digunakan untuk cleaning
8. Bicarbonat digunakan untuk mengontrol pH
9. Salt sebagai bahan elektrostatis, yang mana untuk kertas jenis copy
berfungsi menghilangkan sifat elektromagnetik pada permukaan kertas
sehingga kertas tidak lengket antara lembaran satu dengan yang lain dari
mesin foto copy sedangkan untuk kertas jenis offset tidak perlu dihilangkn
sifat magnetiknya
c. Headbox
Headbox merupakan komponen dari mesin kertas yang berfungsi
mendistribusikan stock selebar mesin kertas dan mengatur kecepatan aliran stock.
Headbox harus menghasilkan aliran stock dengan tekanan yang sama selebar
mesin kertas. Keseragaman sangat vital dalam kualitas produksi akhir, disamping
itu headbox dirancang untuk menentukan kecepatan stock yang mengalir ke wire
forming.
d. Forming Section
Forming section berfungsi untuk membentuk lembaran basah dimana air
dikeluarkan kertas dan ke bawah atau mengambil stock dari headbox dan
mengeluarkan air dari serat. Bersamaan dengan air yang terpisah diantara serat-
serat salng mengikat yang akhirnya membentuk suatu lembaran yang basah yang
disebut lembaran kertas. Alat utama dari proses pembentukan kertas ini adalah
wire yang terbuat dari bahan serat sintetis yang tidak ada ujungnya, kemudian
berputar antara breast roll dekat headbox dan couch roll dekat press. Konsistensi
wet lab ketika meninggalkan former sekitar 17-22% dimana diharapkan dengan
kensistensi seperti itu wet lab tidak putus saat dipindahkan dari couch roll
(forming section) ke pick up roll (press section).Jenis wire yang digunakan adalah
twin wire yaitu top wire dan bottom wire. Dimana tujuan penggunaan former jenis
ini adalah untuk meminimalkan terjadinya two sides effect pada lembaran, yaitu
22
adanya perbedan permukaan lembaran antara permukaan kertas dengan
permukaan bawah (banyak terjadi pada mesin former jenis fourdriner). Pada top
wire terdapat roll khusus yaitu forming roll yang berfungsi sebagi tempat
pembentukan jaringan kertas (web) sedangkan pada bagian bottom roll terdapat
breast roll dan couch roll. Couch roll merupakan roll vacuum yang terdapat pada
bagian ujung dari bottom roll yang mentransfer lembaran kertas ke press section.
Pada forming section dimulai proses penghilangan air (dewatering) secara
gravitasi (pada awal former) dan vacum (menggunakan hydrofoil dan flat suction
box)
.
e. Press Section
Air di dalam kertas selanjutnya dihilangkan dengan proses mekanik yaitu
dengan pengempaan atau pengepresan lembaran pada nip (jepitan antara dua roll).
Lembaran basah masuk ke press section dengan konsistensi 20% dan keluar
dengan konsistensi 50-55%. Pengepresan juga dapat meningkatkan konsolidasi
antar serat karena prosesnya melewati jepitan antara dua roll (nip) sehingga akan
meningkatkan kekuatan basah lembaran. Proses pressing juga digunakan untuk
mengatur bulky dan thickness (ketebalan) lembaran. Proses secara keseluruhan
pembuatan pulp dan kertas dapat dilihat pada Gambar 3.1.
23
Gambar 3.1. Proses secara keseluruhan pembuatan pulp dan kertas
f. Broke System
Tujuan dari broke system adalah mengambil kembali serat dari proses
mesin kertas untuk sementara disimpan dan dikembalikan ke stock preparation
yang akan digunakan kembali. Broke adalah serat yang didapat dari lembaran
kertas yang setelah dihamparkan di atas mesin kertas. Serat ini dinamakan serat
sekunder, karena jumlahnya yang cukup besar (terutama jika terjadi break atau
lembaran putus) makan perlu penanganan sendiri. Broke dibagi menjadi dua:
1. Dry Broke : Merupakan broke yang didapatkan dari lembaran kertas yang
telah kering, sehingga perlu diuraikan kembali dengan air agar menjadi
serat individu di dalam hydropulper.
2. Size press pulper : terdapat pada pre dryer dan sym sizer di bagian bawah
peralatan ini. Sumber kertasnya dari lembaran kertas yang break pada pre
dryer.
24
3. Calender pulper : pulper yang terdapat di bawah antara after dryer dan
calender. Sumber broke nya di after dryer maupun kertas yang belum
tersambung dari after dryer ke calender.
4. Reel pulper : pulper yang terdapat di bawah opti reel. Broke nya berasal
dari kertas yang belum digulung di spool reel dan kertas reject di sekitar
opti reel dan calender.
5. Winder Pulper : pulper yang terdapat di bagian winder. Broke nya berasal
dari kertas reject yang tidak memenuhi standar yang telh digulung pada
spool dan kertas broke saat winding.
6. Broke roll pulper : pulper tersendiri untuk menguraikan serat dari kertas
yang telah digulung pada core kertas. Bila kualitas kertas pada core tidak
memenuhi standar atau ada kerusakan maka dijadikan reject di pulper.
7. Finishing pulper : pulper yang menerima reject dan trimming dari
finishing. Serat sekunder yang telah terurai ini, selanjutnya dipompakan ke
dry broke tower. Selanjutnya dibersihkan atau disaring pada dry broke
screen. Selanjutnya dikentalkan ada thickener untuk dimasukkan ke dry
broke chest sebelum dipompakan ke mixing chest.
8. Wet Broke : merupakan broke kertas yang berasal dari lembaran kertas
basah. Ada dua sumber:
9. Press section : yaitu broke kertas yang berasal dari pressing akibat break
atau lembaran kertas yang belum tersambung dari press ke pre dryer.
Lembaran ini cukup kering (konsistensi ± 50%).
10. Couch pit : yaitu serat yang berasal dari wire dan serat yang terambil oleh
sistem vacuum dewatering terutama couch roll yang merupakan roll
vacuum yang terbesar pada forming section.
25
2. Air yang didapat dikirim ke semua area sebagai pengencer. Air ini
diperlukan untuk mengatur konsistensi.
Stock yang lolos dari forming section dikirim ke wire silo, dari wire silo
dikirim ke white water tank bersamaan dengan penambahan air. Setelah itu air
yang bercampur stock dikirim ke save all dan digunakan juga sebagai pengatur
konsistensi proses. Sebelum dimasukkan ke dalam save all, air dari water tank
dicampur dulu dengan sweetener stock agar ada ikatan antar bahan kimia. Agar
fine dan filler tidak lolos, perlu adanya disc save all. Disc save all ini akan
berputar seiring dengan stock yang masuk. Ketika disc berputar, bagian disc yang
stock menempel sedikit menandai disc tersebut berada di bagian air yang akan
dikirim ke cloudy filtrate tank, sedangkan yang sedikit lebih tebal stocknya berati
berada di bagian disc yang airnya akan dikirimkan ke clear filtrate tank, dan stock
yang menempel dengan tebal pada disc berarti berada di bagian air yang akan
dikirimkan ke super clear filtrate tank.
Stock yang menempel pada disc dilepaskan dengan shower water, dan
stock dikirimkan ke recovered stock chest dan diatur konsistensinya dengan white
water control untuk dikontrol di mixing chest. Sedangkan air yang dimasukkan ke
cloudy filtrate tank dicampurkan dengan dry and wet broke thickener, white water
header dan air dari press section untuk selanjutnya dikembalikan lagi ke save all
untuk diolah lagi. Adapun air yang masuk ke clear filtrate tank digunakan untuk
shower broke thickener, shower bow screen dan ada juga dikirim ke white water
storage sebagai dillution tower dan white water header. Air yang masuk ke dalam
super clear filtrate tank digunakan untuk shower tank atau semua shower di
system dan dillution cat starch.
h. Dryer Section
Proses penghilangan air selanjutnya adalah dengan penguapan karena air
yang tersisa merupakan air yang berkaitan hydrogen dengan serat. Air ini sulit
dihilangkan dengan gravitasi, vacuum, maupun secara mekanik sehingga perlu
dilakukan pemanaan untuk diuapkan. Sebagai pemanasnya adalah steam (low
pressure steam). Oleh karena itu proses drying ini memerlukan biaya yang besar
26
dan perlu penanganan yang baik agar tercapai efisiensi yang tinggi dari dryer.
Pengeringan kertas melalui dua tahap yaitu pengeringan awal (pre dryer) dan
pengeringan setelah surface sizing (after dryer). Kadar air lembaran yang masuk
ke pre dryer sekitar 55% dan keluar sekitar 2%.
i. Sym Sizer
Berfungsi untuk sizing dengan cara pelapisan tipis kedua permukaan
kertas dengan bahan starch yang dilewatkan oleh permukaan size press roll pada
bagian atas dan bawah. Rotasi roll mesin yng terletak pada applicator beam
digunakan sebagain pengatur jumlah aplikasi starch di atas permukaan kertas.
Starch film atau lapisan yang telah dihamparkan di atas press roll kemudian
ditansfer ke kertas pada nip roll yang berputar searah perpindahan kertas baik top
maupun bottom.
j. Calender
Tujuannya untuk memadatkan, menghaluskan dan melicinkan kertas.
Kepadatan dan ketebalan lembaran pada bidang mesin harus sama. Calender akan
berpengaruh pada gulungan kertas dimana gulungan kertas akan turun sekitar 15-
20 %. Calender menggunakan dua jenis roll, bagian top yaitu hard roll (thermo
roll) dan bottom (soft roll). Suhu dari thermo roll sekitar 150-180 oC dan sistem
pemanasannya electric heating. Pemanasan ini bertujuan untuk mengendalikan
smoothness atau roughness pada lembaran kertas. Pada bottom digunakan untuk
mengontrol kerataan tebal lembaran pada arah silang mesin.
k. Reel
Reel atau penggulung merupakan operasi setelah calender dan unit terakhir
dari mesin kertas. Peralatan pada bagian ini akan menggulung selebar kertas yang
akan memindahkan ke proses finishing selanjutnya.
l. Winder
Peralatan unwind, slitter, dan winder merupakan kesatuan yang
ditempatkan setelah reel unuk memotong lembaran kertas menjadi lembaran lebih
27
kecil. Ukuran lebar tegantung permintaan konsumen. Kemudian gulungan kecil
tersebut dikirim ke bagian finishing untuk dibungkus dan disiapkan untuk dikirim
ke konsumen.
a. Cascade Aerator
Bagian ini berfungsi sebagai koagulan, kemudian polimer (floagulan)
menyatukan flock yang terbentuk dari proses koagulan sehingga membentuk
gumpalan yang lebih berat dan akan mengendap dalam beberapa waktu (kurang
dari 10 menit), sehingga air menjadi jernih dan pH-nya 4,5. Untuk menaikkan pH
air dan menyebabkan alum bereaksi dan mengumpulkan padatan tersuspensi di
dalam air digunakan caustic yang berupa natrium hidroksida (NaOH). Sedangkan
untuk membunuh alga dan bakteri digunakan hypocloride. Lalu air yang
dihasilkan dialirkan ke sand filter.
28
berfungsi untuk menetralisir bahan-bahan kimia. Sedangkan untuk air jernih akan
terkumpul pada reservoir dan kemudian akan dipompakan untuk didistribusikan.
Flock-flock yang menempel pada saringan pasir dan antraksit dibersihkan dengan
cara mengalirkan cairan pembersih, pembersihan ini harus dilakukan dengan cara
pencucian balik (back wash) bertekanan tinggi, sehingga flock-flock yang
menempel pada saringan itu akan terbongkar. Back wash ditandai dengan
penurunan tekanan yang berlebihan dan air yang keluar memperlihatkan
kekeruhan.
29
6. Demin Plant Storage, air ini selanjutnya ditampung pada demin plant
storage sebelum didistribusikan ke power boiler dan recovery boiler.
3. Low Pressure Steam (LP Steam) dengan tekanan 3,5 bar dan temperatur
150°C.
30
clarifier ini secara sedimentasi atau endapan, dimana untuk under flow berupa
slurry, slurry ini akan diproses lebih lanjut. Pada under flow yang mengandung
slurry akan diproses pada sludge handling, disini sludge akan diproses untuk
menghilangkan sisa air atau limbah yang masih melekat, jadi hasil yang sudah
diproses bisa langsung dibuang ke penampungan limbah. Selain under flow
terdapat over flow, dimana aliran akan langsung mengalir ke dalam cooling tower.
Proses selanjutnya, cairan limbah dialirkan ke dalam neutralizing tank, dimana
pada tangki ini akan dilihat pH dari cairan limbah tersebut. Apabila pH-nya
bersifat asam maka akan dinetralisasi dengan menambahkan NaOH, tetapi jika
pH-nya tinggi (bersifat basa), maka akan ditambahkan HCl. Selain itu, effluent
bisa masuk ke dalam cooling tsower dimana suhunya antara 32-37°C, setelah itu
dilakukan penambahan defoamer untuk menghilangkan busa dan pemberian
nutrient (media tumbuh) berupa urea dan DAP yang dilakukan secara injeksi
lewat pompa. Tujuan dari penambahan ini untuk menumbuhkan mikroba dengan
media urea dan DAP agar dapat mengurangi kadar TSS, pH, dan COD. Keluar
dari cooling water akan masuk ke aeration basin yang setiap unitnya mempunyai
23 aerator. Kerja aerator akan menghasilkan gelembung udara. Mikroba aerob
dimanfaatkan untuk menurunkan COD limbah tersebut. Dari aeration basin cairan
limbah dialirkan menuju distribution well yang akan membagi limbah tersebut ke
dalam empat buah secondary clarifier. Secondary clarifier ini merupakan tahap
akhir untuk pengolahan effluent yang nantinya bisa langsung dibuang ke sungai
Kampar. Untuk over flow dimana limbah sudah dianggap ramah lingkungan,
maka limbah bisa langsung dibuang. Tapi pada under flow, effluent ini akan
dikembalikan lagi ke aeration basin dan handling untuk mendapatkan proses
ulang.
Untuk alasan ekonomi dan lingkungan, pabrik pulp kimia melakukan
proses pemulihan bahan kimia untuk memperoleh kembali bahan kimia sisa
proses pemasakan. Di pabrik pulp kraft, larutan sisa pemasakan dikenal sebagai
weak black liquor yang berasal dari pencucian stok pulp coklat dialirkan ke area
pemulihan bahan kimia. Proses pemulihan bahan kimia meliputi proses
pemekatan lindi hitam, pembakaran senyawa organik, reduksi senyawa anorganik
31
dan menghasilkan larutan pemasak kembali. Proses pemulihan bahan kimia terdiri
dari beberapa tahapan yang dijelaskan pada beberapa tahapan proses sebagai
berikut :
2. Recovery Furnace
Lindi hitam pekat disemprotkan ke dalam recovery furnace, dimana
senyawa organik dibakar, dan Na2SO4 direduksi menjadi Na2S. Lindi hitam yang
dibakar dalam recovery furnace memiliki kandungan energi yang tinggi (5.800 -
6.600 Btu/lb padatan kering), yang diperoleh kembali sebagai uap untuk
kebutuhan proses, seperti pemasakan serpih kayu, pemanasan dan penguapan lindi
hitam, pra-pemanasan udara pembakaran, dan pengeringan produk pulp atau
kertas. Uap proses dari tungku pemulihan sering digabung dengan uap dari ketel
pembangkit tenaga berbahan bakar fosil atau pembakaran kayu. Na2SO4 sebagai
makeup, atau "saltcake", juga dapat ditambahkan ke dalam lindi hitam sebelum
pembakaran. Lelehan garam anorganik, biasa disebut dengan "smelt", terkumpul
dalam char bed di bagian bawah tungku. Smelt ditarik dan dilarutkan dalam air
pencuci encer dalam smelt dissolving tank (SDT) sehingga menghasilkan larutan
32
garam karbonat disebut lindi hijau, dengan kandungan utama Na2S dan Na2CO3.
Lindi hijau juga mengandung pengotor tidak larut dari karbon yang tidak terbakar
dan kotoran anorganik, yang disebut dengan dregs, yang dikeluarkan dalam
serangkaian clarification tank.
33
BAB III
TUGAS KHUSUS MENGENAI ALAT DIGESTER PADA PROSES
MENGENAI PEMBUATAN PULP DAN KERTAS
3.1 Digester
Digester merupakan tempat penampungan chip sampai batas level yang
diinginkan sebagai proses pemasakan chip hingga menjadi pulp. Sebagai wadah
pemasak yang menghasilkan banyak reaksi kimia, tekanan dan temperatur tinggi,
digester harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Digester harus tahan terhadap temperatur tinggi.
2. Harus mempunyai penyekat agar tidak berpengaruh terhadap udara luar atau
sebaliknya, suhu di dalam digester tidak mempengaruhi udara yang akan
mengganggu keerja dari instrument yang ada di digester.
3. Digester harus tahan terhadap korosi.
4. Digester harus mempunyai sistem pengaruh tekanan agar tidak terjadi
kehampaan udara.
Dalam proses cooking digunakan beberapa jenis liquor, yaitu :
1. Cairan penghangat, weak black liquor (WBL) merupakan larutan yang
masih mengandung kaustik (NaOH dan Na2S) dengan temperatur sekitar
95oC. Larutan ini digunakan sebagai penghangat chip pada tahap pemanasan
awal.
2. Cairan pemanas, hot black liquor (HBL) merupakan cairan pemanas chip
untuk menaikkan temperattur menjadi 157oC. Menggantikan WBL sehingga
WBL keluar dari digester.
3. Cairan pemanas putih, hot white liquor (HWL) merupakan cairan pemasak
chip yang terdiri dari larutan NaOH dan Na2S. Hot white liquor dipompakan
ke dalam digester dan menggantikan HBL dengan menaikkan temperature
menjadi 165 oC.
Untuk memproduksi pulp dengan kapasitas besar, sangat diperlukan
peralatan-peralatan besar untuk mengolah bahan baku agar mempermudah
mekanisme proses. Di area digester ini banyak menggunakan tangki-tangki
berdiameter besar untuk menjalankan produksinya.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
35