Oleh :
Kelas : C3
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima pesan
bisnis antarindividu yang berbeda budaya. Dalam materi sebelumnya telah diuraikan
bahwa perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan komunikasi yang paling sulit
diatasi.Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda budayanya tidak mungkin
dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi ini.
Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah
laku yang dimiliki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga diartikan
sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap, perilaku sekelompok orang (Heart,
2004:125). Semua anggota suatu budaya memilki asumsi serupa mengenai bagaimana
seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Mereka bertindak
cenderung dengan cara yang serupa sesuai asumsi dianut.
Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragam dan
berbeda. Kelompok budaya utama terdiri atas beberarapa kelompok budaya yang
cenderung homogen. Kelompok budaya yang cenderung homogen yang ada dalam
suatu budaya utama disebut subbudaya. Misalnya, budaya Indonesia terdiri atas
beberapa subbudaya etnik Jawa, Sunda, Bali, Betawi, Dayak , Sasak, dan lain-lain.
Selain itu, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria
sebagai subbudaya, tetapi memiliki ciri-ciri yang mencolok.Kelompok itu sering
disebut subkelompok yang menyimpang (deviant subculture).Contoh kelompok itu
adalah kaum homoseks, waria, pecandu obat bius, dan penganut sekte agama yang
dilarang.
Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan
perbedaan dalam aspek-aspek tertentu. Setiap manusia menganut budayanya sendiri-
sendiri.Budaya memenuhi seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia,
bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya. Komunikasi
lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara orang-
orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi dalam orang-
orang yang budayanya sama, tetapi subbudaya atau subkelompok budayanya berbeda.
Besarnya perbedaan antara budaya yang satu dengan yang lain tergantung pada
tingkat keunikan masing-masing.
a. Nilai-nilai sosial
Pada umumnya, penduduk Amerika Serikat menjunjung tinggi kerja keras dan
menyelesaikan tugas-tugas secara efisien. Penggunaan dua pekerja dengan metode
kerja modern dianggap lebih baik daripada menggunakan empat pekerja, tetapi
dengan metode kerja tradisional. Sementara itu, di negara-negara yang angka
penganggurannya tinggi, seperti India dan Pakistan, menciptakan pekerja lebih
penting dibandingkan dengan bekerja secara efisien. Oleh karena itu, para eksekutif di
negara tersebut lebih suka memperkerjakan empat orang daripada dua orang. Nilai-
nilai sosial memengaruhi tindakan seseorang.
Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada sebuah
pesan adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan petunjuk fisik
dan pemahaman implisit yang yang menyertai makna di antara mereka yang
berkomunikasi. Antropolog Edwars T. Hall (dalam Quible, 1996:409) membagi
konteks budaya menjadi dua tingkat, yaitu budaya konteks tinggi (high context
culture) dan budaya konteks rendah (low context culture). Budaya konteks tinggi
(misalnya, Korea dan Taiwan) cenderung lebih memperhatikan petunjuk yang bersifat
nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) daripada verbal. Sebaliknya, budaya konteks
rendah (misalnya, Amerika dan Eropa) lebih memperhatikan pesan yang diungkapkan
secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah, persetujuan tertulis
dianggap lebih mengikat karena memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi
budaya konteks tinggi, jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada
kontrak dan pandangan terhadap hukum yang lebih fleksibel.
g. Bahasa tubuh
Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh
budaya lain. Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara negara satu
dengan negara yang lain. Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak
sopan oleh orang Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan
tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai
penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangsung lima sampai
tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu cepat bisa diartikan sebagai penolakan.
Sementara di Prancis, orang lebih suka berjabat tangan hanya dengan sekali ayunan.
Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa dipermalukan apabila tamunya
menolak makanan, minuman, dan keramahtamahan dalam bentuk apapun.
j. Budaya perusahaan
Apabila berhubungan dengan orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa
kita, ada tiga pilihan yang dapat dilakukan, yaitu mempelajari bahasa orang itu,
menggunakan perantara atau penerjemah, atau mengajarkan kepada mereka bahasa
kita. Jika memiliki hibungan bisnis jangka panjang dengan orang dari budaya lain,
mempelajari budaya dan bahasa mereka akan lebih bermanfaat. Namun, perlu diingat
bahwa untuk mempelajari bahasa asing diperlukan komitmen yang kuat.
Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu
sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim
dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal
penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami
budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada
pola generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda. Mempelajari
keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang
beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan
orang lain yang memiliki budaya berbeda.
DAFTAR PUSTAKA