Anda di halaman 1dari 11

RMK MANAJEMEN KEUANGAN

KELOMPOK 12

 Nyoman Notiasih (1707532128)


 Made Swari Praba Waloka (1707532129)
 Komang Bagus Surya Kepakisan (1707532131)

KELAS: C4

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS , UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM NON REGULER
SEMESTER GANJIL 2018
1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja
Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan
sumber daya yang dimilikinya. Kinerja Keuangan menjadi salah satu aspek penilaian
yang fundamental mengenai kondisi yang dimiliki perusahaan (Nainggolan, 2004).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha
formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan,
dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang
ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Laporan Pokok Keuangan
Pada umumnya laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahahaan meliputi :
neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahaan posisi keuangan dan catatan atas
laporan keuangan. Neraca adalah suatu ikhtisar yang menggambarkan posisi harta,
utang dan modal sendiri suatu perusahaan pada saat tertentu. Pasiva pada neraca
menunjukkan sumber – sumber dana, dan aktiva neraca menunjukkan alokasi dananya.
Jadi membahas Manajemen Keuangan berarti juga mempelajari Aktiva dan Pasiva.
Komponen Neraca dapat digolongkan sebagai berikut :
AKTIVA
- Aktiva Lancar
- Investasi
- Aktiva Tetap
- Aktiva Lain-lain
KEWAJIBAN
- Kewajiban Lancar
- Kewajiban Jangka Panjang
- Kewajiban Lain-lain
Modal
- Modal Saham
- Agio Saham
- Laba yang ditahan
Penyajian komponen-komponen neraca lazimnya sebagai berikut :
- Aktiva, diklasifikasikan menurut urutan likuiditas
- Kewajiban, diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo
- Modal, diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalannya

Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran
mengenai hasil usaha perusahaan dalam periode tertentu. Cara penyajian rugi laba
adalah sebagai berikut :
- Harus memuat secara rinci unsu-unsur pendapatan dan beban
- Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan ke bawah
- Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha lain serta pos luar biasa.

Secara umum, komponen rugi laba terdiri dari :


- Penjualan
- Harga pokok penjualan
- Laba bruto
- Beban usaha
- Pendapatan dan beban lain-lain
- Laba sebelum pajak penghasilan
- Pajak penghasilan
- Laba bersih

3. Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan adalah semacam alat yang diperlukan untuk memeriksa dan
membandingkan hubungan-hubungan yang ada pada unit-unit informasi dalam laporan
keuangan. Perhitungan analisis rasio dapat dilakukan dengan mengambil data dari
laporan laba rugi serta neraca. Analisis rasio dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi dari
berbagai aspek operasional dan kinerja keuangan perusahaan, seperti efisiensinya,
profitabilitas, solvabilitas dan likuiditas perusahaan. Rasio dipelajari untuk memeriksa
apakah seiring berjalannya waktu tren nya meningkat atau malah menurun. Selain itu,
rasio pada suatu perusahaan juga perlu diperbandingkan dengan rasio perusahaan
dengan sektor sejenis agar mereka dapat menyimpulkan sendiri maksud dari rasio
tersebut. Analisis rasio merupakan landasan dari analisis yang mendasar.
Menurut Rahardjo (2007: 104) rasio keuangan dapat digolongkan menjadi
beberapa kelompok diantaranya adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Di dalam rasio
likuiditas, analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan salah
satunya yaitu rasio lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rumusnya yaitu:
Rasio Lancar (Current Ratio) = (Aktiva Lancar (Current Assets) : Utang
Lancar (Current Liabilities)) x 100%
2. Rasio Aktivitas
Angka dalam rasio aktivitas dapat menunjukkan efektifitas atau efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya. Salah satu rasio yang
digunakan dalam analisa rasio aktivitas adalah rasio perputaran
persediaanAi??(Inventory turnover ratio). Rasio ini mengukur aktivitas atau
likuiditas dari persediaan perusahaan. Berikut adalah rumusnya:
Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio) = (Harga Pokok
Penjualan : Persediaan) x 1 kali
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dapat menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang dan dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar seluruh kewajibannya. Di dalam rasio solvabilitas terdapat rasio
utang terhadap aktiva (total debt to asset ratio). Rasio ini dapat mengukur
seberapa besar utang perusahaan dapat berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva. Berikut adalah rumus perhitungannya.
Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio) = (Total Utang :
Modal Aktiva) x 100%
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari sumber daya yang dimilikinya. Di dalam rasio ini
terdapat beberapa rasio lain, salah satunya adalah margin laba kotor (gross
profit margin). Rasio ini merupakan ukuran dari setiap hasil sisa penjualan
setelah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi. Rumusnya adalah:
Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) = (Laba Setelah Pajak :
Penjualan) x 100%
5. Rasio Penilaian/ Pasar
Rasio untuk mengukur pengakuan pasar terhadap kondisi keuangan
yang dicapai oleh perusahaan.

4. Analisis Indeks dan Common Size


ANALISIA INDEKS
Indeks adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk mengetahui
kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik, turun
atau tetap. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks 100. Angka indeks
100 adalah untuk tahun dasar. Tahun dasar tidak selamanya tahun awal, melainkan
tahun yang dianggap resprentive.
Dalam menganalisis, maka perlu diperhatikan cara penyusunan laporan keuangan
dengan indeks sebagai berikut:
a) Menentukan tahun dasar : biasanya yang digunakan sebagai tahun dasar adalah
tahun awal atau tahun yang dianggap normal/ representative pada periode tahun
yang dianalisis.
b) Menentukan angka indeks 100 pada tahun dasar untuk masing-masing pos
dalam tahun dasar.
c) Pos-pos dari periode laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang
sama dalam laporan keuangan tahun dasar.
d) Dalam menghitung rasio trend/ kecendrungan pada umumnya tidak semua pos-
pos neraca dan laporan rugi laba dari beberapa periode tersebut dihitung, karena
tujuan utama dari perhitungan rasio adalah membuat perbandingan anara pos-
pos yang mempunyai hubungannya informasi dengan pos-pos lainnya.

Contoh Analisis Indeks :


perusahaan ABC
neraca---indeks x1 = 100
periode 31 desember 19x1 dan 19x2 (jutaan) rupiah
aktiva 19x1 19x2 pasiva 19x1 19x2
kas 100 113,6% hutang dagang 100 97,8%
sekuritas 100 150,0% hutang wesel 100 50,0%
piutang 100 103,5% hutang pajak 100 106,7%
persediaan 100 95,7% hutang bank 100 100,0%
total aktiva lancar 100 102,8% kewajiban lancar 100 92,9%

aktiva tetap (bruto) 100 100,0% hutang jk panjang 100 50,0%


akum.penyusutan 100 150,0% total hutang 100 75,1%
aktiva tetap (neto) 100 91,7% modal sendiri 100
saham 100 100,0%
laba yang ditahan 100 157,2%
total modal
total aktiva 100 95,5% total pasiva 100 95,5%
perusahaan ABC
neraca---
periode 31 desember 19x1 dan 19x2 (jutaan) rupiah
aktiva 19x1 19x2 pasiva 19x1 19x2
kas 22 25 hutang dagang 91 89
sekuritas 10 15 hutang wesel 40 20
piutang 170 176 hutang pajak 30 32
persediaan 117 112 hutang bank 120 120
total aktiva lancar 319 328 kewajiban lancar 281 261

aktiva tetap (bruto) 700 700 hutang jk panjang 200 100


akum.penyusutan -100 -150 total hutang 481 361
aktiva tetap (neto) 600 550 modal sendiri
saham 300 300
laba yang ditahan 138 217
total modal 438 517
total aktiva 919 878 total pasiva 919 878
Keterangan :
 Tahun x1 sebagai tahun dasar.
 Angka 113,6% diperoleh dari perbandingan kas x2 dengan x1.
 Penyajian dengan cara indeks menunjukkan bahwa hampir semua komponen
aktiva lancar meningkat sedangkan untuk aktiva tetap menurun. Hal ini bukan
berarti perusahaan telah menjual aktiva tetap akan tetapi penurunan disebabkan
karena adanya depresiasi/penyusutan.
 Pada sisi pasiva peningkatan mencolok terjadi pada laba ditahan, dan terjadi
penurunan pada hutang bank dan hutang jangka panjang,
 Kesimpulan yaitu permodalan perusahaan semakin baik dan menguat.

ANALISIS COMMON SIZE

Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap


rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca). Laporan keuangan dalam
persentase per-komponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing
posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. Cara penyusunan laporan
keuangan ini disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis
vertikal.

Contoh analisis common size :


perusahaan ABC
neraca
periode 31 desember 19x1 dan 19x2 (jutaan) rupiah
aktiva 19x1 19x2 pasiva 19x1 19x2
kas 22 25 hutang dagang 91 89
sekuritas 10 15 hutang wesel 40 20
piutang 170 176 hutang pajak 30 32
persediaan 117 112 hutang bank 120 120
total aktiva lancar 319 328 kewajiban lancar 281 261

aktiva tetap (bruto) 700 700 hutang jk panjang 200 100


akum.penyusutan -100 -150 total hutang 481 361
aktiva tetap (neto) 600 550 modal sendiri
saham 300 300
laba yang ditahan 138 217
total modal 438 517
total aktiva 919 878 total pasiva 919 878

Setelah neraca tabel 1 diolah dengan analisis common size maka hasilnya seperti di tabel2
berikut:
Tabel.2
perusahaan ABC
neraca COMMON SIZE
periode 31 desember 19x1 dan 19x2 (jutaan) rupiah
aktiva 19x1 19x2 pasiva 19x1 19x2
kas 2,4% 2,8% hutang dagang 9,9% 10,1%
sekuritas 1,1% 1,7% hutang wesel 4,4% 2,3%
piutang 18,5% 20,0% hutang pajak 3,3% 3,6%
persediaan 12,7% 12,8% hutang bank 13,1% 13,7%
total aktiva lancar 34,7% 37,4% kewajiban lancar 30,6% 29,7%

aktiva tetap (bruto) 76,2% 79,7% hutang jk panjang 21,8% 11,4%


akum.penyusutan 10,9% 17,1% total hutang 52,3% 41,1%
aktiva tetap (neto) 65,3% 62,6% modal sendiri
saham 32,6% 34,2%
laba yang ditahan 15,0% 24,7%
total modal 47,7% 58,9%
total aktiva 100% 100% total pasiva 100% 100%

Penjelasan singkat.

 Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan.
 Untuk laporan neraca common base-nya/tahun dasar adalah total aktiva sedangkan laba
rugi adalah penjualan netto.
 Kas dengan Angka 2,4% diperoleh dari kas sebesar 22 dibagi 919 dikalikan 100%.
Begitu juga untuk data yang lain.
 Pada sisi aktiva nampaknya tidak banyak terjadi perubahan kompisisi (hanya aktiva
lancar sedikit meningkat dari tahun x2 dengan tahun x1), sementara pada sisi pasiva
nampak bahwa komponen modal sendiri meningkat cukup berarti. Yaitu dari 47,7%
menjadi 58,9% (terjadi peningkatan 11,2% sedangkan laba ditahan juga meningkat
9,7%).
Begitu juga dengan laporan laba rugi = common base /tahun dasar = penjualan netto
X1 X2
Penjualan = 1000 cs 1000/1000 = 100% = 1200, cs 1200/1200 = 100%
Hpp = 900, cs 900/1000 = 90% = 950 = cs 950/1200 = 79%
Laba = 100 = cs = 100/1000 = 10% = 250 = cs = 250/1200 = 21%

Ket.

 Terjadi penurunan hpp dari 90% -79% berarti terjadi peningkatan laba baik
nominal/persentase.
 X1 laba = 10%, x2 laba = 21% lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ni Luh Putu Wiagustini . 2014. Manajemen Keuangan


http://eprints.uny.ac.id/7632/3/BAB%202-09409131020.pdf
http://akuulupa.blogspot.com/2014/04/analisis-common-size-dan-indeks.html
http://elsadb.blogspot.com/2015/10/analisis-perbandingan-common-size-dan.html
https://www.coursehero.com/file/17135276/sap-3-Analisis-Indeks/

Anda mungkin juga menyukai