Anda di halaman 1dari 27

MDDUL 2

Laporan dan Anal isis Keuangan


Dr. Suad Husnan, M.B.A.

PENDAHULUAN

odul ini menjelaskan tentang salah satu kekhususan keuangan


perusahaan, yaitu dipergunakannya informasi yang berasal dari
laporan keuangan untuk dasar pengambilan keputusan keuangan. Dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang disusun menurut prinsip-
prinsip akuntansi, diharapkan dapat dipahami kondisi keuangan perusahaan
sehingga keputusan keuangan yang diambil dapat sesuai dengan kekuatan
dan kelemahan keuangan perusahaan.
Di samping itu, laporan keuangan juga dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk menyusun rencana keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Dengan menyusun rencana ini, diharapkan perusahaan dapat mengantisipasi
kesulitan keuangan yang mungkin timbul.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menganalisis
laporan keuangan yang dapat menilai kondisi keuangan perusahaan.
Secara lebih khusus, lagi Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan laporan keuangan yang pokok;
2. menganalisis laporan keuangan dengan Rasio keuangan;
3. membandingkan rasio-rasio keuangan;
4. menganalisis laporan keuangan dengan sistem Du Pont dan Rentabilitas
Ekonomi;
5. menjelaskan arus kas dalam perusahaan;
6. melakukan perencanaan keuanganjangka panjang;
7. melakukan perencanaan keuangan jangka pendek.
2.2 MANA.JEMEN KEUANGAN e

KEGIATAN BELAL.JAR 1

Memahami Kondisi Keuangan Perusahaan

ebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan, ia perlu


memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi
keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan. Ada dua laporan keuangan perusahaan yang pokok, yaitu Neraca
dan Laporan Laba Rugi.

A. LAPORAN KEUANGAN YANG POKOK

Neraca. Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban


keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan
disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban dan modal sendiri pada sisi
pasiva. Pada neraca kita lihat bahwa

Kekayaan = kewajiban + modal sendiri

Kebanyakan (tetapi tidak selalu) kekayaan perusahaan disajikan pada


harga historis, dan apa yang tercantum pada neraca disebut sebagai nilai
buku. Berikut ini disajikan contoh neraca PT "TSR" pada akhir tahun 19Xl
dan 19X2.
Tabel 2.1.
Neraca PT. "TSR" pada 31 Desember 19XI dan 19X2 (dalam jutaan rupiah)
19X1 19X2 19X1 19X2
Kas Rp 22,00 Rp 25,00 Utang dagang Rp 91.00 Rp 89.00
Sekuritas 10,00 15,00 Utang wesel 40.00 20.00
Piutang 170.00 176.00 Utang pajak 30.00 32.00
Persediaan 117.00 112.00 Utang bank 120.00 120.00
Total Aktiva lancar Rp 319,00 Rp 328,00 Kewajiban lancar 281,00 261,00

Aktiva tetap (bruto) Rp 700,00 Rp 700,00 Utang jangka panjang Rp 200,00 Rp 100,00
Akumulasi penyusutan ( 100,00) ( 150,00) Modal sendiri
Aktiva tetap (neto) Rp 600,00 Rp 550,00 Saham Rp 300,00 Rp 300,00
Laba yang ditahan Rp 138,00 Rp 217,00
Total Rp 919,00 Rp 878,00 Total Rp 878,00
e EKMA421 3/MODUL 2 2.3

Laporan Laba Rugi. Jenis laporan ini, sebagaimana namanya,


menunjukkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu
tertentu (misalnya satu tahun). Laba (atau rugi) = Penghasilan dari penjualan
- biaya dan ongkos. Berikut ini disajikan laporan rugi lab a PT. TSR selama
tahun 19X2.

Tabel 2.2.
Laporan Laba Rugi PT. TSR, 1/1/19X2- 31/12/19X2 (dalam jutaan rupiah)

Penjualan Rp 2.200,00
Harga pokok penjualan Rp 1.500,00
Laba kotor 700,00
Ongkos-ongkos umum, penjualan dan administrasi 400,00
Laba operasi (belum bunga dan pajak) 300,00
Bung a 56,00
Laba sebelum pajak 244,00
Pajak 78,00
Laba setelah :>a·ak 166,00

Selama tahun 19X2 perusahaan berhasil memperoleh laba bersih setelah


pajak sebesar Rp166 juta. Kalau pada neraca 31/12/19X2 laba yang ditahan
meningkat sebesar Rp79 juta maka berarti bahwa laba yang diperoleh
dibagikan sebagai dividen sebesar Rp166 juta- Rp79 juta = Rp87 juta.
Apakah dari laporan keuangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi
dan prestasi keuangan perusahaan baik? Oleh karena sulitnya memahami
laporan keuangan dalam bentuk aslinya maka kemudian ditempuh berbagai
cara untuk melakukan analisis, salah satunya adalah dengan analisis rasio
keuangan.

Analisis Rasio Keuangan


Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-
rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio
keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam
neraca saj a, dalam lap oran lab a rugi saj a atau pada neraca dan lab a rugi.
Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap
mencerminkan aspek tertentu. Karena itu, pertanyaan pertama yang perlu
dijawab adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Aspek-aspek yang dinilai
2.4 MANA.JEMEN KEUANGAN e

biasanya diklasifikasikan menjadi aspek leverage, aspek likuiditas, aspek


profitabilitas dan efisiensi, serta rasio-rasio nilai pasar.
Rasio-rasio leverage. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan utang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas,
yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya. Beberapa rasio yang mungkin dipergunakan di antaranya
berikut ini.
Rasia utang. Rasio utang mungkin dihitung berdasarkan atas utang
jangka panjang (termasuk kewajiban membayar sewa guna atau leasing),
mungkin juga seluruh utang. Rasionya dinyatakan sebagai berikut.

. utang jangka panjang + sewa guna


Ra S I O U t a n g = - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
utang jangka panjang + sewa guna + modal sendiri

Debt to Equity Ratio. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara


utang dengan modal sendiri. Dinyatakan dalam rasio,

. . . total kewajiban
D eb lt- equtty ratto = - - - - - -
modal sendiri
Untuk PT. TSR pada tahun 19X2,
Debt-Equity Ratio = (100 + 261)/(517)
= 0,698

Kadang-kadang analisis juga menghitungnya dengan cara jumlah


kewajiban dibagi jumlah kewajiban + modal sendiri. Apabila rasio ini yang
dipergunakan maka
Rasio utang = 361/(361 +517)
= 0,411

Perhatikan bahwa rasio ini menggunakan angka-angka yang ada dalam


laporan laba rugi.
Times Interest Earned. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba
operasi (kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar
bunga utang. Dinyatakan dalam rumus,
e EKMA421 3/MODUL 2 2.5

. . d labaoperasi + penyusutan
T zme znterest earne =----------
Bunga

Apabila penyusutan tidak dimasukkan maka


Times interest earned = 300/56
= 5,36

Debt Service Coverage. Kewajiban finansial yang timbul karena


menggunakan utang tidak hanya karena membayar bunga dan sewa guna
(leasing). Ada juga kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok
pinjaman. Debt Service Coverage (DSC) dirumuskan:

(laba operasi + penyusutan)


Discount=--------------------
angsuran pokok pinjaman
B unga + sewaguna + - - - - - - - - - -
(1- t)
Dalam hal ini t = tarif pajak penghasilan (income tax).

Misalkan angsuran pokok pinjaman per tahun yang harus dibayar


perusahaan adalah Rp50 dan tarif pajak (=t) adalah 35% maka DSC PT. TSR
adalah
DSC = (300+56)/[56+{50/(1-0,35)}]
= 2,63
Rasio-rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio-rasio yang mungkin
dipergunakan adalah berikut ini.
Modal Kerja Netto dengan Total Aktiva. Aktiva lancar adalah aktiva
yang diharapkan berubah menjadi kas dalam jangka waktu singkat (biasanya
kurang dari satu tahun), sedangkan kewajiban lancar menunjukkan
kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat (biasanya juga kurang dari
satu tahun). Perbedaan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar disebut
sebagai modal kerja netto. Modal kerja netto menunjukkan secara kasar,
potensi cadangan kas dari perusahaan. Rasio ini dinyatakan sebagai

NWC _ T A= modal kerja netto


akti va total
2.6 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Untuk PT. TSR, rasio ini (disingkat NWC-TA) untuk tahun 19 x 2


adalah,
NWC-TA = (328- 261)/878
= 0,076

Dengan demikian, kira-kira 7,6% dari total aktiva bisa diubah menjadi
kas dalam waktu pendek setelah dipakai melunasi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio. Rasia ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancamya. Rasia ini
dinyatakan sebagai

. aktiva lancar
C urrent ratlo= - - - - - -
Utang lancar

Untuk PT. TSR, rasio ini adalah


Current Ratio = 328/261
= 1,26

Quick atau Acid Test Ratio. Oleh karena persediaan merupakan


rekening yang paling lama untuk berubah menjadi kas (yaitu harus melewati
bentuk piutang terlebih dulu), dan tingkat kepastian nilainya rendah (harga
persediaan mungkin tidak seperti yang dicantumkan dalam neraca, terutama
untuk persediaan barang dalam proses) maka rekening persediaan mungkin
dikeluarkan dari perhitungan. Dengan demikian, rasionya dinyatakan sebagai

.kR . (aktiva lancar- persediaan)


Q UlC atlO=-----------
utang lancar
Untuk PT. TSR, rasio ini adalah,
Quick Ratio = (328-112)/261
= 0,83

Rasio-rasio profitabilitas dan efisiensi. Rasio-rasio ini dimaksudkan


untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin
sekelompok aktiva perusahaan). Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan
dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Sebagai misal ada jenis
e EKMA421 3/MODUL 2 2.7

perusahaan yang mengambil keuntungan relatif yang cukup tinggi dari setiap
penjualan (misal penjualan meubel, perhiasan), tetapi ada pula yang
keuntungan relatifnya cukup rendah (seperti barang-barang keperluan sehari-
hari).
Rentabilitas Ekonomi. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva
perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Oleh karena hasil
operasi yang ingin diukur maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak.
Aktiva yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba
operasi adalah aktiva operasional. Kalau perusahaan mempunyai aktiva non-
operasional, aktiva ini perlu dikeluarkan dari penghitungan. Masalah yang
timbul dalam perhitungan rentabilitas ekonomi adalah apakah kita akan
menggunakan aktiva perusahaan pada awal tahun, pada akhir tahun atau rata-
rata. Apabila dimungkinkan sebaiknya dipergunakan angka rata-rata. Rasio
rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai

laba operasi
Rentabilitas ekonomi= - - - - - - - -
(rata - rata) aktiva

Untuk PT. TSR pada tahun 19X2,


Rentabilitas Ekonomi = [300/{(919 + 878)/2}] xlOO%
= 33,4%

Perhatikan di sini kita menggunakan angka rata-rata, dan semua aktiva


dimasukkan sebagai aktiva operasional. Hal ini disebabkan karena meskipun
perusahaan tersebut mempunyai rekening "sekuritas", rekening tersebut bisa
ditafsirkan bersifat temporer (yaitu hanya untuk memanfaatkan dana yang
menganggur dalam waktu sementara) sehingga semua aktiva diklasifikasikan
sebagai aktiva operasional.
Rentabilitas Modal Sendiri atau Return on Equity. Rasio ini
mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
sendiri. Karena itu, dipergunakan angka laba setelah pajak. Angka modal
sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata-rata. Rasio ini dinyatakan
sebagai berikut.
laba setelah pajak
Rentabilitas modal sendiri =
(rata-rata) modal sendiri
Untuk PT. TSR pada tahun 19X2,
2.8 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Rentabilitas Modal Sendiri


atau Return on Equity (ROE) = [ 166/{(438 + 517)/2}] x 100%
= 34,8%

Return On Investment. Return On Investment (ROI) menunjukkan


seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Karena itu, dipergunakan angka laba setelah pajak dan
(rata-rata) kekayaan perusahaan. Mengapa ada yang menggunakan ROI dan
ada juga yang menggunakan Rentabilitas Ekonomi, akan dijelaskan nanti
pada perbandingan antara Rentabilitas Ekonomi dan Return On Investment.

ROI = laba setelah pajak x JOOo/o


(rata- rata) aktiva

Rasia ROI dinyatakan sebagai,


Untuk PT. TSR, pada tahun 19X2
ROI = [166/{(919 + 878)/2}] x 100%
= 18,5%
Profit Margin. Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan
operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Karena itu, rasionya
dinyatakan sebagai,
laba operasi x OO%
Profit margin = 1
penjualan

Bagi PT. TSR, profit margin selama tahun 19X2 adalah


Profit Margin = (300/2.200) x 100%
= 13,6%
Perputaran Aktiva. Rasia ini mengukur seberapa banyak penjualan bisa
diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki. Karena itu, rasionya adalah
Bagi PT. TSR, dalam tahun 19X2 rasionya adalah

Penjualan
Perputaran aktiva = - - - - - - -
(rata- rata) aktiva
Perputaran Aktiva = 2.200/[(919 + 878)/2]
= 2,45x
e EKMA421 3/MODUL 2 2.9

Perhatikan bahwa, Perputaran aktiva bisa juga dicari dengan


Rentabilitas Ekonomi = Profit margin x perputaran aktiva
33,4% = 13,6% X PA
33 41
PA = ' = 2 45 kali
13,64 '
(Selisih yang terjadi hanya karena pembulatan)

Perputaran Piutang. Rasio ini mengukur seberapa cepat piutang


dilunasi dalam satu tahun. Apabila perputaran piutang sebesar 4x maka
berarti bahwa rata-rata piutang tersebut dilunasi dalam jangka waktu 360
hari/4 = 90 hari. Rasionya adalah,
Penjualan kredit
Perputaran piutang =
(rata-rata) piutang

Apabila kita asumsikan seluruh penjualan PT. TSR adalah penjualan


kredit maka perputaran piutang PT. TSR adalah, 19 x
Perputaran Piutang = 2.200/ {(170 + 176)/2}
= 12,7x

Ini berarti bahwa rata-rata periode pengumpulan piutangnya adalah,


Rata-rata periode pengumpulan piutang = 360 hari/12,7
= 28,3 hari

Perputaran Persediaan. Rasio ini mengukur berapa lama rata-rata


barang berada di gudang. Pemikirannya adalah bahwa kenaikan persediaan
disebabkan oleh peningkatan aktivitas atau karena perubahan kebijakan
persediaan. Kalau terj adi kenaikan persediaan yang tidak proporsional
dengan peningkatan aktivitas maka berarti terjadi pemborosan dalam
pengelolaan persediaan. Rasionya dinyatakan sebagai berikut.

Harga pokok penjualan


Perputaran persediaan =
(rata-rata) persediaan

Untuk PT. TSR, rasio perputaran persediaannya 19x2 adalah


Perputaran persediaan = 1.500/( 117 + 112)/2.
= 13,1
2.10 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Ini berarti bahwa rata-rata barang berada di gudang selama 360 hari/13,1
= 27,5 hari
Rasio-rasio nilai pasar. Rasio-rasio ini menggunakan angka yang
diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut
adalah:
Price Earnings Ratio. Rasio ini membandingkan antara harga saham
(yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh
pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rasio ini dihitung
dengan

Harga saham
Price Earnings Ratio =----------
Laba per lembar saham

Misalkan diketahui bahwa jumlah lembar saham yang beredar adalah


1.000.000 lembar saham. Dengan demikian maka Earnings Per Share (EPS)
atau laba per lembar saham adalah Rp.166 juta/1 juta = Rp.166. Misalkan
lebih lanjut bahwa harga saham PT. TSR di bursa adalah Rp1.000. Dengan
demikian,
Price Earnings Ratio (PER) = 1.000/166
= 6x

Apabila pasar modal efisien maka rasio ini mencerminkan pertumbuhan


laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan laba
yang diharapkan oleh pemodal.

Market to Book Value Ratio. Rasio ini dinyatakan sebagai,

Harga saham
Market to Book Value Ratio=
Nilai buku per saham

Nilai buku modal sendiri dari PT TSR adalah Rp517 juta. Dengan jumlah
lembar saham sebanyak 1.000.000 lembar maka nilai buku per saham adalah
Rp517. Dengan demikian,

Market to Book ratio = 1.000/517


= 1,93
e EKMA421 3/MODUL 2 2.11

Rasia ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan melebihi 93% dari apa
yang telah dan sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin besar tambahan wealth yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan.

B. BAGAIMANA MENGGUNAKAN RASIO-RASIO KEUANGAN

Pada umumnya digunakan dua cara untuk menafsirkan rasio-rasio


keuangan. Dengan menggunakan asumsi bahwa metode akuntansi yang
dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari waktu ke waktu, dan sama
dengan yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain (kalau ternyata
berbeda maka analis keuangan perlu melakukan penyesuaian) maka rasio-
rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan:
1. membandingkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan di masa yang
lalu;
2. membandingkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan-perusahaan
lain dalam satu industri.

Cara kedua relatif lebih baik karena bisa mengetahui kedudukan relatif
perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Apakah
kita berada di atas rata-rata, di bawah rata-rata atau termasuk rata-rata.
Sayangnya ada kecenderungan untuk menjadi makin sulit mengelompokkan
perusahaan ke dalam satu industri yang sama karena banyak perusahaan yang
tidak hanya menjalankan satu jenis bisnis saja.
Cara lain yang mungkin ditempuh adalah dengan membandingkan rasio-
rasio keuangan dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Beberapa rasio
keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan seperti dalam hal,
penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan mengambil kebijakan
kredit menjual secara kredit dengan jangka waktu 3 bulan. Dengan demikian,
periode rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan sekitar 90 hari
atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam satu tahun. Perusahaan mungkin
juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi sebesar 1 bulan
penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu maka perputaran
persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya tidak
semua jenis rasio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan sehingga
penggunaan perbandingan dengan rasio tahun lalu dan/atau industri lebih
sering dipergunakan.
2.12 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbandingan dengan suatu


angka tertentu yang diberlakukan secara umum (misalnya current ratio harus
minimal 200%) merupakan cara yang tidak benar. Dari berbagai penelitian
diketemukan bahwa ada perbedaan rasio antar-industri dan antarnegara
(Foster, 1986).

C. ANALISIS KEUANGAN SISTEM DU PONT DAN ANALISIS


RENTA-BILITAS EKONOMI

Dua sistem analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan, yaitu


sistem Du Pont dan Rentabilitas Ekonomi, perlu kita pahami persamaan dan
perbedaannya karena keduanya sering dipakai (dan kadang-kadang
ditafsirkan sama). Analisis sistem DuPont menghitung Return On Investment
(ROI) yang didefinisikan sebagai (Laba Setelah Pajak/Total Aktiva).
Sedangkan Rentabilitas Ekonomi didefinisikan sebagai (Laba Sebelum
Bunga dan Pajak/Total Aktiva). Meskipun pembaginya sama, pembilangnya
(yaitu yang dibagi tidak sama). Kedua rasio ini sering terkacaukan karena
keduanya juga bisa dinyatakan sebagai perkalian an tara suatu rasio keuangan
dengan rasio keuangan yang lain.

ROI = Net Profit Margin x Perputaran Aktiva

Dalam hal ini Net Profit Margin adalah (Laba Setelah Pajak/Penjualan).
Perputaran Aktiva adalah (Penjualan/Total Aktiva), sedangkan

Rent. Ek. = Profit Margin x Perputaran Aktiva

Dalam hal ini, Profit Margin adalah (Laba Sebelum Bunga dan
Paj ak/Penjualan).
Perhatikan di sini bahwa sekali lagi, ROI memusatkan pada laba setelah
paj ak, sedangkan rentabilitas ekonomi pad a lab a operasi (yaitu lab a sebelum
bunga dan pajak). Kalau kita gunakan data PT. TSR, kita akan memperoleh
bahwa,
ROI = 7,5% x 2,45
= 18,5%
e EKMA421 3/MODUL 2 2.13

sedangkan
Rentabilitas Ekonomi = 13,6% x 2,45
= 33,4%

Setelah kita mengetahui perbedaannya, yang lebih penting lagi adalah


memahami manfaat kedua tipe analisis tersebut. Analisis keuangan Du Pont
menunjukkan keterkaitan rentabilitas modal sendiri (return on equity, ROE),
ROI, dan rasio utang (yaitu utang/aktiva). Apabila perusahaan memperoleh
ROI yang sama maka perusahaan yang menggunakan rasio utang yang lebih
tinggi akan menghasilkan ROE yang lebih tinggi. Bagi pemilik modal
sendiri, ROE ini yang akan menjadi perhatian. Marilah kita perhatikan contoh
berikut ini.
PT TSR mempunyai ROI = 18,5% dan rasio utang = 0,417. Kita melihat
bahwa ROE = 34,8%. ROE juga bisa dinyatakan dalam rumus,

ROI
ROE=
1 - Rasio Utang
Dengan melihat pada persamaan tersebut maka bisa dimengerti bahwa
apabila ROI konstan maka ROE akan meningkat apabila rasio utangnya
meningkat. Dalam contoh ini berarti bahwa,
ROE = 18,5%/(1 - 0,47)
= 34,8%

Perhatikan bahwa dalam perhitungan tersebut kita menggunakan angka


rata-rata, baik untuk modal sendiri maupun aktiva. Kalau kita hitung maka
rata-rata aktiva adalah Rp897 juta, rata-rata modal sendiri adalah Rp477 juta.
Dengan demikian maka rata-rata rasio utang adalah 0,47.
Analisis rentabilitas ekonomi menekankan pada kemungkinan
penggunaan utang. Analisis ini menyatakan bahwa utang bisa dipergunakan
kalau tingkat bunga utang tersebut lebih kecil dari rentabilitas ekonomi yang
mungkin diperoleh karena penggunaan utang tersebut. Misalkan perusahaan
memerlukan tambahan dana Rp100 juta, dan diperkirakan memberikan
rentabilitas ekonomi sebesar 20%. Kalau keperluan dana tersebut dibiayai
dari pinjaman, dan bunga pinjaman sebesar lebih dari 20% maka penggunaan
utang tersebut tidak akan mampu dibayar dari hasil operasi penggunaan dana
terse but.
2.14 MANA..JEMEN KEUANGAN e

D. PENGGUNAAN DATA KEUANGAN DARI LAPORAN


KEUANGAN

Analisis keuangan menggunakan data dari laporan keuangan yang


disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Karena itu, kita perlu memahami
prinsip-prinsip tersebut, seperti bahwa perusahaan mungkin saja menggu-
nakan metode costing yang berbeda dan tidak melanggar prinsip akuntansi.
Perusahaan bisa mencatat, misalnya persediaan berdasarkan atas metode first
in first out, tetapi bisa juga last in first out. Perusahaan bisa juga
mengkapitalisir suatu pengeluaran riset dan pengembangan (sehingga dicatat
di Neraca dan disusut setiap tahun), tetapi bisa juga membebankan semua
biaya riset dan pengembangan pada tahun tertentu. Keduanya tidak
melanggar prinsip akuntansi. Karena itulah, analis keuangan perlu memahami
kemungkinan-kemungkinan ini sewaktu melakukan perbandingan.
Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh inflasi pada
laporan keuangan. Dalam keadaan tingkat inflasi mencapai hanya 4-5% per
tahun, penggunaan historical costs mungkin tidak terlalu menimbulkan
dis torsi pad a laporan keuangan. Tetapi apabila tingkat inflasi cukup tinggi
(misalnya sudah mencapai double digits), inflasi akan menimbulkan dis torsi
pada laporan keuangan. Ada rekening-rekening yang cenderung overstated,
understated, tetapi ada juga yang tidak terpengaruh. Hal yang menjadi
masalah adalah kalau kita menghitung rasio keuangan dan salah satu
rekening (mungkin pembilang atau penyebutnya terpengaruh oleh inflasi).
Sebagai misal, aktiva lancar akan understated, sedangkan kewajiban lancar
tidak dipengaruhi oleh inflasi. Dengan demikian, perhitungan current ratio
akan menjadi understated.
2.20 MANA.JEMEN KEUANGAN e

KEGIATAN BELAL.JAR 2

Prakiraan dan Perencanaan Keuangan

alah satu fungsi manajemen adalah fungsi perencanaan. Bagi manajer


keuangan fungsi perencanaan ini berarti bahwa ia harus melakukan
perencanaan keuangan. Dalam kegiatan perencanaan sering harus didahului
dengan kegiatan melakukan prakiraan (forecasting) tentang apa yang
diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Perencanaan keuangan
dimaksudkan untuk memperkirakan bagaimana posisi keuangan perusahaan
di masa yang akan datang (bisa bulan depan, triwulan depan, tahun depan),
termasuk di dalamnya perkiraan tentang berapa banyak pendanaan ekstern
yang harus dicari.

A. ARUS KAS DALAM PERUSAHAAN

Sebelum menyusun rencana keuangan, manajer keuangan perlu


memahami bagaimana arus kas dalam perusahaan. Bagi manajer keuangan
kaslah yang menjadi perhatian bukan laba (rugi) menurut pengertian
akuntansi. Van Home (1989) secara skematis menggambarkan arus kas
dalam perusahaan sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. Arus kas yang
ditunjukkan oleh anak panah di atas reservoir KAS merupakan arus kas yang
terjadi karena kegiatan operasi perusahaan, sedangkan yang di bawah KAS
merupakan arus kas yang terjadi karena keputusan pendanaan yang diambil
oleh perusahaan. Secara akuntansi, pengeluaran atau pemasukan kas tidaklah
identik dengan penghasilan dan biaya. Beberapa arus kas ada yang
mempengaruhi rugi laba, beberapa mempengaruhi neraca.
e EKMA421 3 / MODUL 2 2.21

Barang Dalam '


...
Proses "'
Persediaan ~ ..
Barang Jadi Biaya
Tenaga Penyusutan
Ketja
BiayaAdm Hutang Gaji dan Bahan
.-!-- __ __ _. ....... ............ 1 • t • Aktiva tetap ,. ... ' 1
- ~a.,u 1JvllJ u- ....... uyarutaya farrr l Vl.~LcU

a1an
. •

Penjualan • '
~
I'
Pembayar:an Pembelian'
Penjualap kredit Aktiva Tetap
Gaji dan Biaya Aktiv.a
Tetap
Piutang Hutang
Dagang Dagang
.
Penj ualan p engump
I W. an

,lr
rul}at . . ... .. . . . .. - .. - .
... ---- Kas-- ·---- - - - .. -- ·- .
i ~

... Pembayaran pemb.elian


~ ~
•~
Investasi Pembayaran pinjaman

Dividen *
, lr Pinjarn , lr
Modal Hutang * rerrnasuk perribelian
Sendiri ketnbali saham . .

- -- -- - -

Gambar 2.1.
Arus kas perusahaan industri

B. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA

Dalam suatu periode (misal satu tahun) laporan-laporan keuangan yang


disajikan perusahaan menunjukkan penambahan atau pengurangan dana
(kas). Sebagai misal kalau kita perhatikan laporan-laporan keuangan PT
"TSR" pada Tabel 2.1 dan 2.2 pada Kegiatan Belajar 1 maka dari neraca
yang diperbandingkan kita melihat bahwa terj adi penambahan kas sebesar
Rp3 juta. Berarti selama tahun 19X2 terj adi penambahan dana sebesar
Rp3 juta. Dari mana saja sumber dan penggunaan dana tersebut? Inilah yang
ingin dijawab oleh Analisis Sumber dan Penggunaan Dana.
Sumber dana berasal dari:
1. Penurunan bersih aktiva, kecuali aktiva tetap dan kas.
2. Penurunan bruto aktiva tetap.
3. Kenaikan bersih kewajiban dan utang.
4. Penambahan modal sendiri.
5. Dana yang diperoleh dari operasi.
2.22 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Penggunaan dana berasal dari:


1. Kenaikan bersih aktiva, kecuali aktiva tetap dan kas.
2. Penambahan bruto aktiva tetap.
3. Penurunan kewajiban dan utang
4. Pengurangan modal sendiri
5. Pembayaran dividen.

Kalau kita terapkan analisis sumber dan penggunaan dana untuk PT


"TSR" maka hasilnya akan nampak sebagai berikut.

Tabel 2.3.
Analisis sumber dan penggunaan dana PT "TSR"
(dalam j utaan rupiah)

Sumber dana:
(1) Laba setelah pajak Rp 166,00
(2) Penyusutan 50,00
Dana dari basil operasi Rp 216,00
(3) Berkurangnya persediaan Rp 5,00
(4) Bertambahnya utang pajak Rp 2,00
Jumlah sumber dana Rp 223,00

Penggunaan dana:
(1) Pembayaran dividen Rp 87,00
(2) Penambahan sekuritas 5,00
(3) Penambahan piutang 6,00
(4) Pengurangan utang dagang 2,00
(5) Pengurangan utang wesel 20,00
(6) Pengurangan utang j. panj ang 100,00
Jumlah penggunaan dana Rp 220,00
Penambahan dana Rp 3,00

Jumlah penggunaan dana Rp 223,00

Beberapa analis menyukai melakukan analisis sumber dan penggunaan


modal kerja (dalam artian selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban
lancar). Kalau kita kembali pada Tabel 2.1 maka kita melihat bahwa modal
e EKMA421 3/MODUL 2 2.23

kerja (aktiva lancar- utang lancar), yakni Rp319 juta- Rp 281 juta =
Rp 38 juta pada 19X1, sedangkan pada tabun 19X2 adalab Rp67 juta. Berarti
terjadi kenaikan sebesar Rp29 juta. Dari mana sumber modal kerja tersebut,
dan digunakan untuk apa saja modal kerja tersebut? Untuk itu, kita bisa
melakukan analisis sebagai berikut.

Tabel 2.4.
Analisis sumber dan penggunaan modal kerja PT "TSR" 19x2
(dalam j utaan rupiah)

Sumber modal kerja:


(1) Laba setelab pajak Rp 166,00
(2) Penyusutan 50,00
Modal kerja dari basil operasi Rp 216,00

Penggunaan modal kerja:


(1) Pembayaran dividen Rp 87,00
(2) Pengurangan utang j. panjang 100,00
Jumlab penggunaan modal kerja Rp 187,00
Penambaban modal kerja Rp 29,00
Jumlab Rp 216,00

Analisis sumber dan penggunaan dana lebib diarahkan pada penerapan


matching principle dalam pendanaan. Prinsip ini mengatakan babwa
penggunaan jangka panjang sebarusnya didanai dengan dana jangka panjang,
sedangkan dana jangka pendek banya untuk keperluan jangka pendek.
Dengan demikian prinsip ini lebib menekankan pada pertimbangan likuiditas.
Kalau kita amati Tabel 2.3 dan 2.4 maka kita bisa menyimpulkan babwa
penggunaan dana tersebut tidak menyimpang dari matching principle.
Penggunaan yang terbesar, yaitu untuk mengurangi utang jangka panjang dan
pembayaran dividen, bisa dipenuhi dengan dana dari basil operasi. Karena
itu, dibarapkan tidak akan menimbulkan masalab likuiditas.
Analisis yang kita lakukan adalab untuk data bistoris. Kita juga bisa
melakukan analisis dengan menggunakan data keuangan di masa yang akan
datang (laporan keuangan yang diproyeksikan atau proforma financial
statements). Masalab ini yang kita bicarakan berikut ini.
2.24 MANA.JEMEN KEUANGAN e

C. PERENCANAAN KEUANGAN

Perencanaan keuangan merupakan kegiatan untuk memperkirakan posisi


dan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang (bisa jangka
pendek bisa pula jangka panjang). Untuk menyusun rencana keuangan
tersebut dipergunakan serangkaian asumsi (skenario), baik yang menyangkut
hubungan antarvariabel-variabel keuangan maupun keputusan-keputusan
keuangan.

1. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang


Perusahaan perlu mengetahui bagaimana posisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang, kalau melakukan keputusan strategis tertentu (misal
melakukan investasi modal dalam jumlah yang cukup besar, disertai dengan
keputusan pendanaan tertentu). Karena itu, kemudian disusun laporan
keuangan yang diproyeksikan (atau laporan keuangan proforma), konsisten
dengan keputusan-keputusan keuangan yang diambil. Dengan menggunakan
model-model keuangan tertentu, perusahaan bisa memperkirakan posisi
keuangannya apabila suatu keputusan keuangan diambil. Berikut ini
dijelaskan berbagai model peramalan keuangan.
Model persentase penjualan. Model ini menggunakan dasar pemikiran
bahwa perusahaan tentunya memerlukan dana yang makin besar kalau
aktivitasnya meningkat. Ukuran aktivitas ini adalah penjualan. Salah satu
asumsi penting dari model ini adalah bahwa rekening-rekening yang berubah
sesuai dengan penjualan, diasumsikan proporsinya tetap tidak berubah.
Karena itulah, diberi nama model persentase penjualan (sales percentage
method). Karena itu, untuk menggunakan model tersebut diperlukan:
a. ldentifikasi rekening-rekening yang berubah apabila penjualan berubah.
b. Kebijakan keuangan yang dianut oleh perusahaan.

Dengan model tersebut kemudian bisa ditaksir apakah perusahaan perlu


menambah dana dari luar perusahaan atau tidak, bagaimana posisi keuangan
di masa yang akan datang, dan sebagainya.
Berikut ini dipergunakan ilustrasi model persentase penjualan dengan
menggunakan data PT "TSR" tahun 19X2. Misalkan perusahaan memper-
kirakan penjualan akan meningkat sebesar 25% pada tahun 19X3. Digunakan
skenario sebagai berikut dalam menyusun laporan keuangan yang
diproyeksikan.
e EKMA421 3/MODUL 2 2.25

a. Semua aktiva lancar meningkat secara proporsional dengan penjualan.


b. Aktiva tetap akan meningkat sebesar Rp200 juta
c. Penyusutan aktiva tetap lama sebesar Rp50 juta, dan aktiva tetap baru
Rp20 juta.
d. Rekening-rekening kewajiban lancar (tidak termasuk utang bank)
meningkat secara proporsional dengan peningkatan penjualan.
e. Kalau perusahaan menggunakan utang tambahan, bunga yang
ditanggung adalah 17,5% per tahun, sama seperti rata-rata bung a untuk
utang bank yang lama dan utang jangka panjang.
f. Perusahaan akan membagikan dividen sebesar 50% dari laba setelah
pajak.
g. Perusahaan tidak akan menambah setoran modal sendiri.
h. Profit margin 19X3 diperkirakan sama dengan tahun 19X2.
i. Dana ekstern akan ditarik dalam bentuk utang.
j. (10)Tarif pajak penghasilan sebesar 32%.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyusun neraca yang


disajikan dalam bentuk persentase dari penjualan. Neraca tersebut nampak
sebagai berikut.

Tabel 2.5.
Neraca PT TSR 31 Desember 19x2
yang Dinyatakan sebagai Persentase Penjualan

Kas 1,1 Utang dagang 4,0


Sekuritas 0,7 Utang wesel 0,9
Piutang 8,0 Utang pajak 1,5
Persediaan 5,1 Utang bank na
Aktiva tetap na Utang jangka panjang na
Modal sendiri na

na = not aplicable

Kalau kita jumlahkan sisi aktiva tersebut maka kita akan mendapatkan
angka 14,9, sedangkan sisi pasiva menghasilkan angka 6,4. Ini berarti bahwa
kalau terjadi peningkatan penjualan sebesar Rp100 maka diperlukan
tambahan dana sebesar Rp14,9 dikurangi dengan Rp6,4 (berarti sebesar
Rp8,5). Di samping itu juga akan ada tambahan kebutuhan dana untuk
2.26 MANA.JEMEN KEUANGAN e

tambahan akti va tetap. Kekurangan dana ini diambilkan dari basil operasi,
tetapi kalau masih kurang terpaksa harus dicarikan pendanaan ekstern.
Tahun 19X3 diperkirakan penjualan mencapai (1,25 x Rp.2.200 juta) =
Rp2.750 juta, sedangkan profit margin = (300/2.200) = 13,64%. Untuk
menaksir berapa dana dari basil operasi kita perlu menempuh cara sebagai
berikut.

Tabel 2.6.
Model untuk Menaksir Laba setelah Pajak 19X3

Laba operasi Rp 375 (13,64% x Rp2.750)


Bunga 0,175(220+D)
Laba sebelum pajak 375-[0, 175(220+D)]
Pajak 0,32[375-{0,175(220+D)}]
Laba setelah pajak 0,68[375-{0,175(220+D)}]

Dalam hal ini D adalah tambahan utang yang dipergunakan pada tahun
19X3.
Karena dividen yang dibagi sebesar 50%nya maka
Laba Yang Ditahan = 0,34[375-{0,175(220+D)}]
Penyusutan keseluruhan = Penyusutan lama + penyusutan baru
= Rp50 + Rp20
= Rp70 juta

Kebutuhan dana berasal dari tambahan aktiva setelah dikurangi dengan


tambahan aktiva lancar yang meningkat secara spontan karena tambahan
penjualan. Dana untuk membeli tambahan aktiva tetap sebesar Rp200 juta,
tambahan penjualan sebesar Rp550 juta (yaitu meningkat 25% ), dan selisih
persentase aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang berubah sesuai
dengan penjualan adalah 8,5%. Dinyatakan dalam rumus,

Kebutuhan dana= (0,085)550 + 200 = 246,75

Sumber dana berasal dari (1) laba yang ditahan, (2) penyusutan, dan
(3) penambahan utang (kalau ada). Dituliskan dalam bentuk persamaan
menjadi
e EKMA421 3/MODUL 2 2.27

Sumber dana = 0,34[375-{0,175(220+D)}] + 70 + D


Dengan demikian maka
0,34[375-38,5-0,175D] + 70 + D = 246,75
127,5- 13,09- 0,0595D + 70 + D = 246,75
184,41 + 0,9405D = 246,75
0,9405D = 62,34
D = 66,28

Ini berarti bahwa pada tahun 19X3 perusahaan akan memerlukan


tambahan utang baru sebesar Rp66,28 juta. Karena itu, kalau dibuat laporan
keuangan proforma untuk tahun 19X3 akan nampak sebagai berikut.

Tabel 2. 7.
Laporan Rugi Lab a Proforma PT TSR 19X3 (dalam j utaan)

Laba operasi Rp 375,00


Bunga 50,10 0, 175(220+66,28)
Laba sebelum pajak 324,90
Pajak Rp 103,97
Laba setelah pajak Rp 220,93

Neraca proforma pada akhir tahun 19X3 akan nampak sebagai berikut.
Nilai aktiva tetap (net) diperoleh dari,
Nilai buku aktiva tetap lama Rp550,00
Penyusutan aktiva tetap lama Rp 50,00 (-)
Rp500,00

Nilai buku aktiva tetap baru Rp200,00


Penyusutan aktiva tetap baru Rp 20,00 (-)
Nilai buku aktiva tetap (net) Rp180,00
Rp680,00
2.28 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Tabel 2.8.
Neraca Proforma PT TSR Akhir 19X3 (dalam jutaan)

Kas 31,25 Utang dagang 111,25


Sekuritas 18,75 Utang wesel 25,00
Piutang 220,00 Utang pajak 40,00
Persediaan 140,00 Utang bank 120,00
680,00 Utang bank baru 66,28
Akti va tetap (net) Modal sendiri 517,00
Laba yang ditahan 110,47
1.090,00 Jumlah kewajiban & MS 1.090,00

Dalam proyeksi laporan keuangan tersebut terlihat bahwa debt to equity


berubah menjadi 73,7%, sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 19X2
yang sebesar 69,8%. Kita bisa melakukan analisis keuangan terhadap laporan
keuangan yang diproyeksikan tersebut.
Model-model lain. Kritik yang diberikan pada metode persentase
penjualan adalah bahwa rekening-rekening diasumsikan berubah secara
proporsional dengan penjualan. Umumnya diakui bahwa kalau penjualan
meningkat, suatu aktiva tentunya meningkat. Masalahnya adalah bahwa
peningkatan tersebut bisa saj a tidak proporsional. Sebagai misal, bisa saj a
dirumuskan bahwa hubungan antara suatu aktiva (misal persediaan) dengan
penjualan dinyatakan sebagai berikut.
Y = 20 + 0,04X
Dalam hal ini Y adalah nilai persediaan dan X adalah penjualan. Apabila
penjualan diperkirakan sebesar Rp100 juta maka persediaan = 20 + 0,04(100)
= Rp24 juta. Dinyatakan dalam persentase maka persediaan = 24% dari
penjualan.
Apabila penjualan mencapai Rp.200 juta maka persediaan = 20 +
0,04(200) = Rp28 juta. Dinyatakan dalam persentase maka persediaan = 14%
dari penjualan. Kita lihat di sini bahwa nilai persediaan diperkirakan
meningkat, tetapi secara persentase menurun.
Cara lain untuk menyusun laporan keuangan proforma adalah dengan
menggunakan sistem anggaran. Dengan memahami interaksi masing-masing
anggaran, bisa disusun neraca dan rugi laba proforma. Pada subbab berikut
e EKMA421 3/MODUL 2 2.29

ini diberikan ilustrasi penggunaan anggaran untuk menyusun laporan


keuangan proforma.

2. Perencanaan Keuangan Jangka Pendek


Sebagaimana namanya menunjukkan, perencanaan keuangan jangka
pendek umumnya berdimensi waktu kurang dari satu tahun. Tujuan utamanya
sering kali untuk menjaga likuiditas perusahaan. Alat yang dipergunakan
adalah dengan menyusun anggaran kas. Anggaran kas merupakan taksiran
tentang kas masuk dan kas keluar pada periode waktu tertentu. Berikut ini
diberikan ilustrasi penyusunan anggaran kas.
PT ANNA merupakan perusahaan perdagangan. Pada akhir
September 1996 perusahaan akan menyusun anggaran kas untuk bulan
Oktober, Nopember dan Desember 1996. Data yang tersedia adalah sebagai
berikut.
a. Taksiran dan realisasi penjualan adalah sebagai berikut.
Bulan Realisasi Taksiran
September 1993 Rp120 juta Rp115 juta
Oktober Rp150 juta
Nopember - Rp180 juta
Desember Rp220 juta
Januari Rp 160 juta
Penjualan tersebut 30% dibayar tunai, dan 70% dibayar satu bulan
kemudian. Untuk memudahkan, semua penjualan dianggap terjadi pada
akhir tahun.
b. Pembelian barang dagangan dengan harga pokok 80%, dilakukan satu
bulan sebelum taksiran penjualan.
c. Pembelian barang dagangan dilakukan secara kredit dan pembayarannya
dilakukan satu bulan kemudian.
d. Gaji dibayar setiap bulan sebesar Rp15 juta.
e. Penyusutan per bulan dibebankan Rp10 juta.
f. Pada akhir Desember dibayar bunga pinjaman sebesar Rp10 juta. Bunga
ini adalah untuk periode Oktober s/d Desember.
g. Saldo kas akhir bulan September (atau awal Oktober) sebesar Rp20 juta.
Jumlah ini merupakan jumlah yang minimal harus dipertahankan.
h. Kalau saldo kas melebihi jumlah kas minimal, kelebihannya akan
dipergunakan untuk mengangsur utang, dan apabila kurang akan
menambah utang.
2.30 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Berdasarkan informasi tersebut bisa disusun Anggaran Kas sebagai


berikut.

Tabel 2. 9.
Anggaran kas PT ANNA bulan Oktober s/ d Desember 1993

September Oktober November Desember Januari


1. Penjualan Rp 120 Rp 150 Rp 180 Rp220 Rp 160
2. 30% Tunai Rp 36 Rp 45 Rp 66 Rp 88 Rp 48
3. 70% dibayar satu bulan Rp M Rp 105 Rp 126 Rp 154
kemudian
4. Jumlah penerima kas Rp 129 Rp 159 Rp 192 Rp202
5. Pembelian barang dagangan Rp 120 Rp 144 Rp 176 Rp 128
(80% dari penjualan bulan
yad)
6. Pembayaran pembelian Rp 120 Rp 144 Rp 176
7. Gaji Rp 15 Rp 15 Rp 15
8. Pembayaran bunga Rp 10
9. Jumlah pengeluaran kas Rp 135 Rp 159 Rp 201
10 Surplus (defisit) (Rp 6) Rp 0 Rp 9)
11. Saldo kas awal bulan Rp 20 Rp 20 Rp 20
12. Surplus (deficit) (Rp 6) Rp 0 (Rp 9)
13. Saldo tanpa pinjaman Rp 14 Rp 20 Rp 11
14. Saldo kas minimal Rp 20 Rp 20 Rp 20
15. Pinjaman (melunasi) [14-13] Rp 6 Rp 0 Rp 9
16. Saldo kas akhir bulan (13+15) Rp 20 Rp 20 Rp 20
17. Saldo pinjam kumulatif Rp 6 Rp 6 Rp 15

Untuk menyusun laporan rugi laba proforma, kita bisa lihat pada
Tabel 2.9. Kita lihat bahwa selama tiga bulan tersebut, diperkirakan
perusahaan akan memperoleh laba, meskipun dipandang dari arus kas
perusahaan tidak pernah mengalami surplus.
Untuk menyusun neraca proforma, kita perlu mengetahui terlebih dulu
neraca pada awal Oktober (atau akhir September) 1996. Misalkan neraca
tersebut adalah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.1 0.
e EKMA421 3/MODUL 2 2.31

Tabel 2.10.
Laporan Rugi Laba Proforma PT ANNA, Oktober s/d Desember 1996
(dalam jutaan)

Penjualan Rp 550,00
Harga pokok (80%) Rp 440,00
Laba bruto Rp 110,00
Gaji Rp 45,00
Penyusutan Rp 30,00
Laba operasi Rp 35,00
Bunga Rp 10,00
Laba sebelum pajak Rp 25,00

Tabel 2.11.
Neraca PT ANNA pada akhir September 1996 (dalam jutaan)

Kas Rp 20,00 Utang dagang Rp 150,00


Piutang Rp 84,00 Utang bank Rp 200,00
Persediaan Rp 50,00 Modal sendiri Rp 404,00
Akti va tetap (net) Rp 600,00
Jumlah aktiva Rp 754,00 Jumlah kewajiban & MS Rp 754,00

Saldo kas akhir Desember 1996 diketahui dari anggaran kas sebesar
Rp20 juta
Piutang bisa dihitung sebagai berikut.
Piutang awal Rp 84 juta
Tambahan piutang Rp 385 juta
------
Rp 469 juta
Pelunasan piutang Rp 315juta
Piutang akhir Rp 154 juta

Persediaan bisa dihitung sebagai berikut.


Persediaan awal Rp. 50 juta
Pembelian Rp___
____;;;,
448 juta
____;;__

Rp. 498 juta


Harga pokok Rp 440 juta
------
Persediaan akhir Rp. 58 juta
2.32 MANA.JEMEN KEUANGAN e

Aktiva tetap dihitung sebagai berikut.


Aktiva tetap awal Rp 600 juta
Penyusutan Rp 30 juta
-------
Aktiva tetap akhir Rp. 570 juta

Utang dagang dihitung sebagai berikut.


Utang dagang awal Rp 150 juta
Pembelian kredit Rp 448 juta
-------
Rp 598 juta
Pelunasan utang dagang Rp 440 juta
Utang dagang akhir Rp 158 juta

Utang bank meningkat sebesar Rp15 juta sehingga saldo akhirnya


menjadi Rp215 juta, sedangkan Modal Sendiri bertambah sebesar Rp25 juta
(diasumsikan ditahan semua, dan tidak membayar pajak) sehingga Modal
Sendiri naik menjadi Rp429 juta. Berdasarkan informasi itu maka bisa
disusun neraca proforma sebagai berikut.

Tabel 2.12.
Neraca proforma PT ANNA akhir Desember 1996 (dalam jutaan rupiah)

Kas Rp 20 Utang dagang Rp 158


Piutang Rp 154 Utang bank Rp 215
Persediaan Rp 58 Modal sendiri Rp 429
Akti va tetap (net) Rp 570

Jumlah Rp 802 Jumlah Rp 802

Sarna seperti sewaktu kita menyusun rencana keuangan jangka panjang,


kita bisa melakukan analisis keuangan untuk laporan proforma tersebut. Kita
bisa menghitung rasio-rasio keuangan yang kita pandang penting terhadap
laporan-laporan keuangan proforma tersebut.

Anda mungkin juga menyukai