Keputusan I nvestasi
Dr. Suad Husnan, M.B.A.
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Sering kali untuk menaksir arus kas dipergunakan taksiran rugi laba
sesuai dengan prinsip akuntansi, dan kemudian merubahnya menjadi taksiran
atas dasar arus kas. Tabel 4.1 menunjukkan ilustrasi tersebut.
Tabel 4.1.
Taksiran Arus Kas dengan Modifikasi Laporan Akuntansi
PV = 60/(1 + 0,15)
= Rp.52,17 juta
Tabel 4.2.
Taksiran Rugi LABA per Tahun Divisi Taksi (50 Unit)
Taksiran kas rnasuk bersih operasi (operational net cash inflow) per
tahun adalah Rp178,75 + Rp325 juta = Rp503,75 juta. Di sarnping itu, pada
tahun ke 4 diperkirakan akan terjadi kas rnasuk karena nilai sisa sebesar 50 x
Rp.4 juta = Rp200 juta. Karena itu, arus kas dari investasi tersebut
diharapkan sebagai berikut.
Tabel 4.3.
Arus Kas dari Rencana lnvestasi Divisi Taksi (50 Unit)
Misalkan, tingkat bunga yang relevan adalah 16% per tahun maka
perhitungan NPVnya bisa dinyatakan sebagai berikut.
~ 503.75 200
NPV = -1.500 + L.J t + 4
i=l (1+0.16) (1 + 0.16)
NPV =-1.500 + 1.409,58 + 110,45
= - 1.500 + 1.520,03
= +Rp 20,03 juta.
2. Metode-metode Lain
Tidak semua analis investasi menggunakan metode NPV untuk
menentukan menguntungkan tidaknya suatu usulan investasi. Berikut ini
berbagai metode yang sering dipergunakan untuk menilai profitabilitas
usulan investasi.
a. Average rate of return
b. Payback period
c. Internal rate of return
d. Profitability Index
Tabel 4.4.
Perhitungan Average Rate of Return lnvestasi Taksi
Tabel 4.5.
Perhitungan Average Rate of Return lnvestasi B
b. Payback period
Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa
kembali. Karena itu, basil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu
(yaitu tahun atau bulan). Kalau kita gunakan contoh usaha divisi taksi di atas
maka kita memperkirakan bahwa investasi yang dikeluarkan sebesar Rp1.500
juta pada tahun 0, diharapkan akan memberikan kas masuk bersih sebesar
Rp503,75 pada tahun 1 sampai dengan 4, ditambah Rp200 juta pada tahun ke
4. Dengan demikian, sebelum tahun ke-3, investasi sebesar Rp1.500 juta
diharapkan sudah bisa kembali. Perhitungan secara rincinya adalah sebagai
berikut.
Selama dua tahun dana diharapkan sudah kembali sebesar,
2 x Rp503,75 juta = Rp1.007,5 juta.
Tabel 4.6.
Perhitungan Discounted Payback Period
Dengan cara yang sama seperti sewaktu kita menghitung payback period
maka discounted paybacknya didapatkan 3 tahun 11,4 bulan.
•
I PV kas masuk
16% 1.520,03
17o/o 1.487,63
Selisih 1% 32,40
Kita inginkan adalah agar sisi kanan persamaan = Rp 1.500. Kalau kita
selisihkan dengan i = 16% dengan PV = Rp1.520,03 maka perbedaan
Rp20,03 adalah ekuivalen dengan,
(20,03/32,40) X 1% = 0,62%
d. Profitability Index
Profitability Index menunjukkan perbandingan antara PV kas masuk
dengan PV kas keluar. Dinyatakan dalam rumus,
.-r-.· b .l. d PV kas masuk
P ro1 zta z zty 1n ex =
PV kas keluar
Untuk contoh investasi yang sama, Profitability Index (selanjutnya
disingkat PI) bisa dihitung sebagai berikut.
PI = 1.520,03/1.500
= 1,013
Dua metode yang pertama, yaitu average rate of return dan payback
period, mempunyai kelemahan yang sama, yaitu mengabaikan nilai waktu
uang. Padahal, kita mengetahui bahwa uang mempunyai nilai waktu. Dua
metode yang terakhir, yaitu IRR dan PI, mempunyai persamaan, yaitu
memperhatikan nilai waktu uang dan menggunakan dasar arus kas. Meskipun
demikian kita akan melihat adanya beberapa kelemahan metode-metode
tersebut.
Tahun 0 1 2
Arus kas -Rp1 ,6 juta +Rp1 0,0 juta -Rp1 0,00 juta
10 10
1,6 = - - - + - - -
2
(1+i) (1+i)
e EKMA421 3/MODUL 4 4.13
Kalau kita hitung, kita akan memperoleh dua nilai i yang membuat sisi
kiri persamaan sama dengan nilai sisi kanan persamaan. Nilai-nilai i adalah:
i 1 = 4,00 (artinya 400% ), dan
i2 = 0,25 (artinya 25% ).
+2 0. ~
+1 0
'
- 1 ,,6
Gambar tersebut menunjukkan justru kalau r < 25% maka NPV investasi
tersebut negatif (artinya investasi harus ditolak).
Kelemahan yang ketiga adalah pada saat perusahaan harus memilih
proyek yang bersifat mutually exclusive (artinya pilihan yang satu
meniadakan pilihan lainnya). Untuk itu perhatikan contoh berikut ini (arus
kas dalam rupiah).
NPV
Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 IRR
(r = 18°/o)
A -1.000 + 1.300 + 100 + 100 234,37 42°/o
B -1.000 + 300 + 300 + 1.300 60,91 30°/o
4.14 MANA.JEMEN KEUANGAN e
NPV
Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 IRR
(r = 18°/o)
A -1.000 + 1.300 + 100 + 100 234,37 42°/o
B -1.000 + 300 + 300 + 1.300 60,91 30°/o
B minus A 0 -1.000 + 200 + 1.200 26,53 20°/o
2. Kelemahan Metode PI
Metode PI akan selalu memberikan keputusan yang sama dengan NPV
kalau dipergunakan untuk menilai usulan investasi yang sama. Akan tetapi,
apabila dipergunakan untuk memilih proyek yang mutually exclusive, metode
PI bisa kontradiktif dengan NPV. Untuk itu perhatikan contoh berikut ini.
PV Kas Keluar
Proyek PV Kas Masuk NPV PI
lnvestasi
c - Rp 1.000 + Rp 1.100 + RJ 100 1,10
D - Rp 500 + Rp 560 + RJ 60 1,12
Tabel 4. 7.
Neraca Perusahaan setelah Membeli Hak Parkir (pad a Harga Perolehan)
Aktiva Pasiva
Hak parkir Rp1.200 'uta Modal sendiri Rp1.200 ·uta
Total Rp1.200 ·uta Total Rp 1.200 'uta
PV . - 00 30
t-l 1 + 0, 01
PVHak parkir = Rp 1.348 juta
Tabel 4.8.
Neraca Perusahaan (pada Nilai Pasar)
Aktiva Pasiva
Hak ::>arkir Rp 1.348 'uta Modal sendiri Rp 1.348 'uta
Total Rp 1.348 juta Total Rp 1.348 juta
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Tabel 4. 9.
Besarnya Penyusutan Setiap Tahun, Usaha Taksi, dengan Metode DDB
Dengan demikian, perhitungan rugi laba setiap tahun, mulai dari tahun 1
s/d tahun 4 ditunjukkan pada Tabel4.10. Dengan dernikian, kas masuk bersih
setiap tahunnya adalah:
Tahun 1 = 0 + 650,00 = Rp650,00 juta
Tahun 2 = 178,75 + 325,00 = Rp503,75 juta
Tahun 3 = 284,37 + 162,50 = Rp446,87 juta
Tahun 4 = 284,37 + 162,50 = Rp446,87 juta
Nilai residu = Rp200,00 juta
Nilai keseluruhan kas masuk bersih selama empat tahun juga sebesar
Rp2.247 juta, sama dengan sewaktu dipergunakan metode penyusutan garis
lurus. Meskipun dernikian kita lihat bahwa pada tahun awal perusahaan akan
menerima kas masuk yang lebih besar. Dengan dernikian, PV kas masuknya
akan lebih besar, dan NPVnya akan lebih besar pula (Dapatkah Anda
menghitung NPVnya?).
e EKMA421 3 / MODUL 4 4.25
Tabel 4.1 0.
Perhitungan Rugi Laba dengan Menggunakan Metode Penyusutan DDB
Proyek 3 1 2 4
PI 1'15 1'13 1'11 1,08
lnvestasi awal Rp200,00 Rp125,00 Rp175,00 Rp150,00
Apabila dana terbatas hanya sebesar Rp300 maka proyek yang sebaiknya
diambil adalah proyek 1 dan 2, bukan proyek 3. Mengapa? Hal ini
disebabkan karena meskipun PI proyek 3 yang tertinggi, tetapi dengan
mengambil proyek 1 dan 2, perusahaan diharapkan akan memperoleh NPV
yang lebih besar (yaitu Rp16,25 + Rp19,25 = Rp35,5), dibandingkan dengan
kalau mengambil proyek 3 (NPVnya hanya sebesar Rp30).
Batasan dana yang tetap untuk suatu periode biasanya jarang terjadi. Hal
ini disebabkan karena dengan berjalannya waktu, proyek yang sedang
dilaksanakan mungkin telah menghasilkan kas masuk bersih, dan arus kas
tersebut bisa dipergunakan untuk menambah anggaran yang ditetapkan.
Masalah yang timbul dalam keadaan keterbatasan dana adalah penentuan
opprtunity cost. Opportunity cost menunjukkan biaya yang ditanggung
perusahaan karena memilih suatu alternatif. Contoh di atas menunjukkan
bahwa perusahaan tidak bisa mengambil proyek 1 dan 4, dan memilih
altematif proyek 2 dan 3. Misalkan, semua proyek tersebut dihitung dengan
menggunakan r=18%. Apakah opportunity cost proyek-proyek tersebut
sebesar 18%? Jawabnya jelas tidak. Berapa "kerugian" yang ditanggung
4.26 MANA.JEMEN KEUANGAN e
perusahaan karena tidak bisa mengambil proyek 1 dan 4 hanya karena tidak
mempunyai dana yang cukup? Jelas lebih dari 18%. Inilah sebenarnya
opportunity cost karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup.
Tabel 4.11.
Taksiran Rugi Laba dan Kas Masuk Operasional
Untuk menaksir arus kas secara keseluruhan, baik kas keluar maupun kas
masuk, perlu diperhatikan masalah penambahan aktiva lancar (atau modal
kerja). Selama berjalannya usia investasi, jumlah aktiva lancar akan
meningkat dari tahun ke tahun (karena penjualan diharapkan meningkat).
Pada akhir usia proyek, modal kerja tersebut akan kembali sebagai terminal
cash flow. Masalah tersebut bisa disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.12.
Perhitungan Arus Kas
Apabila tingkat bunga yang dipandang layak (=r) sebesar 18% maka
NPV proyek tersebut adalah
NPV = -500 + 790
= +290
D. PEMILIHAN AKTIVA
Kalau kita membandingkan begitu saja antara kedua mesin tersebut, kita
mungkin mengambil kesimpulan yang salah, yaitu memilih mesin B karena
memberikan PV kas keluar yang terkecil. Mengapa pilihan tersebut salah?
Oleh karena kita menggunakan dasar usia ekonomis yang tidak sama.
Dengan membeli mesin B pada akhir tahun ke 2 (atau awal tahun ke 3) kita
harus membeli mesin baru lagi, sedangkan mesin A belum perlu diganti.
Untuk itulah salah satu cara yang bisa dipergunakan adalah menggunakan
basis waktu yang sama, yang disebut sebagai common horizon approach.
Pendekatan ini mengatakan bahwa kalau kita ingin membandingkan dua
alternatif, gunakan dasar waktu yang sama. Kalau mesin A mempunyai usia
ekonomis 3 tahun, sedangkan B mempunyai usia ekonomis 2 tahun maka kita
bisa menggunakan common horizon 6 tahun. Dalam periode tersebut, mesin
A akan berganti 2 kali, sedangkan B akan berganti 3 kali. Dengan demikian,
bisa dilakukan analisis sebagai berikut.
e EKMA421 3/MODUL 4 4.29
PV
Mesin 0 1 2 3 4 5 6
r = 10°/o
A 15 4 4 4+15 4 4 4 43,69
B 6 6 6+10 6 6+10 6 6 51,22
X X X
24,95 = + 2 + 3
(1 + 0,10) (1 + 0,10) (1 + 0,10)
E. PENGGANTIAN AKTIVA
laku terjual dengan harga Rp80 juta. Anggaplah bahwa usia ekonomis mesin
3
baru juga empat tahun .
Kalau kita in gin menggunakan penaksiran kas secara incremental (selisih
atau perbedaan) maka kita bisa melakukan sebagai berikut. Kalau mesin lama
diganti dengan mesin baru maka akan terdapat tambahan pengeluaran sebesar
Rp120-Rp.80 juta = Rp40 juta. Taksiran arus kas operasional per tahun
adalah sebagai berikut.
Apabila tingkat bunga yang relevan (r) = 20% maka perhitungan NPV
adalah sebagai berikut.
~ 20,5
NPV = -40 + L.J
t=l ( 1+ 0, 20))
= -40 + 53,07
= +Rp13,07 juta
Karena NPV positif maka penggantian mesin dinilai menguntungkan.
F. PENGARUH INFLASI
dihitung berdasar atas nilai historis, dan (2) intensitas inflasi terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi arus kas.
Misalkan, suatu rencana investasi memerlukan dana sebagai berikut.
1. Untuk aktiva tetap sebesar Rp300 juta, usia ekonomis 3 tahun tanpa nilai
sisa. Penyusutan menggunakan metode garis lurus.
2. Modal kerja, sebesar 20% dari taksiran penjualan tahun yang akan
datang.
3. Penjualan (dalam unit) untuk masing-masing tahun ditaksir sebagai
berikut.
Tahun 1 100.000 unit
Tahun 2 120.000 unit
Tahun 3 200.000 unit
4. Harga jual pada tahun 1 diperkirakan sebesar Rp 10.000. Harga jual ini
diperkirakan akan naik sebesar 10% setiap tahun (mencerminkan adanya
inflasi 10% ).
5. Biaya tunai diperkirakan sebesar 70% dari penjualan. Ini berarti bahwa
biaya-biaya tunai juga akan naik sebesar 10% per unitnya.
6. Dengan tingkat inflasi sebesar 10%, tingkat keuntungan yang dipandang
layak ditentukan sebesar 20%.
7. Tarif pajak penghasilan sebesar 35%.
Untuk menghitung NPV proyek tersebut, kita perlu menaksir kas masuk
operasional terlebih dulu. Sedangkan taksiran arus kas karena investasi
disajikan dalam Tabel 2.6 berikut ini. Dengan demikian, perhitungan NPV
investasi tersebut bisa dinyatakan sebagai berikut.
NPV = - 500 + 762
= + 262
Tabel 4.13.
Taksiran Kas Masuk Operasional dengan Memperhatikan lnflasi
Dalam keadaan terdapat inflasi (yang mungkin cukup serius), kita perlu
menggunakan dasar penaksiran yang sama. Maksudnya adalah bahwa tingkat
inflasi umumnya segera dicerminkan pada penentuan r. Semakin tinggi
expected inflation, semakin tinggi r. Kalau kita menggunakan r yang telah
memasukkan faktor inflasi maka dalam menaksir arus kas kita juga harus
telah memasukkan faktor inflasi.
Tabel 4.14.
Taksiran Arus Kas karena lnvestasi, dengan Memperhatikan Faktor lnflasi
Hal yang sering terjadi adalah bahwa r telah memasukkan faktor inflasi,
sedangkan arus kas tidak memasukkan faktor inflasi. Arus kas mungkin
ditaksir pada real value, dan bukan pada nominal value. Perhatikan contoh
berikut ini untuk menggambarkan perbedaan antara real dan nominal value.
Misalkan, tahun depan kita mengharapkan akan menerima Rp100 real
value. Apabila tingkat inflasi diperkirakan sebesar 10% maka nominal
valuenya akan Rp100(1+0,1) = Rp110. Misalkan, real interest rate= 6%.
Dengan inflasi sebesar 10% maka nominal interest rate= (1+0,06)(1+0,1) =
1,166. Dengan demikian, apabila dihitung PV penerimaan tersebut maka
dengan menggunakan nominal value akan diperoleh,
e EKMA421 3/MODUL 4 4.33
PV = 110/(1 +0,166)
= 94,34