Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN

Kelompok 13

Made Swari Praba Waloka (1707532129)


I Made Adi Saputra Karya (1707532132)
Agung Shinta Kusumawardani (1707532137)

\
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM NON REGULER
1. Equalisasi Peredaran Usaha Sesuai SPT Badan Dengan Peredaran Usaha Sesuai SPT
PPN

Ekualisasi pajak adalah pemeriksaan tingkat keseimbangan antara satu jenis pajak
dengan jenis pajak yang lain yang memiliki hubungan, yang dimaksud hubungan disini
adalah elemen laporan suatu jenis pajak merupakan bagian dari laporan jenis pajak yang lain
( baik itu sebagian maupun keseluruhan ). Sebagian Wajib Pajak, karena bidang usahanya,
mengharuskan angka pos peredaran usaha SPT Tahunan PPh Badan sama penyerahan
menurut SPT Masa PPN. Tetapi sebagian lagi tidak memungkinkan adanya persamaan
karena sebab-sebab sebagai berikut:

a. Penjualan dengan mata uang asing.


b. Penghasilan lain-lain menjadi objek PPN.
c. Ada penyerahan cabang dan ada SPT Masa PPN lokasi.
d. Ada penghasil an diterima dimuka.
e. Pemakaian sendiri dan bonus.
f. Beda waktu pelaporan.

Contoh :
Temuan Penjualan sebesar Rp 8,593,213,094,- pada Laporan PPh Pasal 29,
harus diikuti dengan temuan penjualan sejumlah yang kurang lebih
sama pada Laporan PPn. Karena Wajib Pajak hanya mengakui penjualan
sebesar Rp 3,160,772,250 saja pada Laporan PPh Pasal 29 –nya, maka
pemeriksa melakukan koreksi sebesar Rp 5,432,440,844. Pada PPn pun
pemeriksa juga melakukan koreksi yang kurang lebih sama dengan yang
dilakukan pada PPh Pasal 29 –nya. Dengan demikian maka Laporan PPn
dengan Laporan PPh Pasal 29-nya sudah “equal” atau “Sesuai”atau
“berimbang”.

Cara Melakukan Ekualisasi

Penyerahan Barang dan Jasa menurut SPT Masa PPN selama 12 bulan :

Penyerahan Terutang PPN

a. Ekspor (tarif 0%)


b. Penyerahan yang PPN -nya harus dipungut sendiri
c. Penyerahan yang PPN -nya dipungut oleh Pemungut PPN
d. Penyerahan yang PPN -nya tidak dipungut
e. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN
f. Jumlah penyerahan terutang PPN
g. Jumlah penyerahan tidak terutang PPN
h. Jumlah seluruh penyerahan

Jumlah Peredaran Usaha menurut SPT PPh

a. Penjualan bruto
b. Potongan penjualan
c. Retur penjualan
d. Penjualan neto
e. Ekspor
f. Jumlah peredaran usaha
g. Selisih
2. Equalisasi Biaya-Biaya Dalam Laporan Keuangan Yang Berkaitan Dengan PPh
Pot/Put Dengan SPT PPh Pasal 21/26, 22 dan 23/26

SPT Tahunan PPh Pasal 21 berfungsi sebagai rekapitulasi dari semua objek-objek
PPh Pasal 21. Sedangkan SPT Masa PPh Pasal 21 seperti laporan keuangan interim, dilihat
dari teknis perhitungan pajak, hanya sementara. Seandainya tidak membuat SPT Tahunan
PPh Pasal 21, tetapi taat melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21, maka SPT Masa tersebut
tetap diakui dan Wajib Pajak telah melaksanakan sebagian kewajibannya.
Angka-angka yang dicantumkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 harus dapat
dijelaskan bersumber dari perkiraan apa saja. Saat membuat SPT Tahunan PPh Pasal 21
kita harus membuat ekualisasi antara pos-pos biaya di Laporan Laba Rugi dengan SPT
Tahunan PPh Pasal 21. Ekualisasi ini akan sangat bermanfaat. Setidaknya tidak akan terjadi
penghitungan ganda (double accounting) objek PPh Pasal 21. Penghitungan ganda bisa
dilakukan oleh Wajib Pajak saat membuat SPT Tahunan maupun pemeriksa pajak yang
tidak mengerti sumber angka di SPT Tahunan PPh Pasal 21. Pemeriksa menduga objek
PPh Pasal 21 belum dilaporkan di SPT Tahunan kemudian menghitung ulang (koreksi
positif). Jika terjadi penghitungan ganda seperti itu tentu merugikan Wajib Pajak sendiri.

1) Ekualisasi PPh Pasal 21 dengan Pengakuan Biaya Gaji dan Upah Tenaga Kerja
Langsung pada "Laporan Laba Rugi".
Ini adalah Penyeimbangan antara Laporan PPh Pasal 21 dengan Ongkos Tenaga
Kerja Langsung (Direct Labour Cost) dan Biaya Gaji (Payroll Expenses). Perhatikan
gambar dibawah :
Pada SPT PPh Pasal 21 – nya, wajib pajak ( Perusahaan) melaporkan adanya
Penghasilan Bruto Karyawan hanya sebesar Rp 1,886,635,413 saja. Sementara itu,
pemeriksa menemukan pengakuan Upah Langsung sebesar Rp 881,301,625,- dan Biaya
Gaji sebesar Rp 1,109,454,000,- sehingga total Obyek PPh Pasal 21 diakui oleh WP
(Perusahaan) seharusnya sebesar Rp 1,990,755,625,-. Untuk itu pemeriksa
melakukan koreksi atas Penghasilan Bruto pada laporan PPh Pasal 21 WP sebesar Rp
104,120,212.

2) Equalisasi PPh Pasal 23

2010 2011 2012


Biaya Pemasaran
Pers/Iklan/Promosi 5.464.200 - -
Seragam Marketing 1.460.000 - -
Cetakan Brosur/Kop/Kartu 4.044.000 - -
Iklan, Pameran - - 1.800.000
Total Objek PPh 23 setelah 9.508.200 1.800.000
diperiksa
Total Objek PPh 23 yang
dipotong 4.050.000 - 1.800.000
Selisih ekualisasi 5.458.200 - -
Biaya Pemeliharaan dan
Reparasi
Pemeliharaan & Reparasi - - -
Pemeliharaan Peralatan &
Perlengkapan 4.260.000 3.555.500 2.920.000
Pemeliharaan Gedung 1.538.182 2.715.000 -
Pemeliharaan Kendaraan 41.993.570 11.478.527 -
Pemeliharaan
komputer+Network 812.000 3.390.000 -
Total Objek PPh 23 setelah
diperiksa 48.603.752 21.139.027 2.920.000
Total Objek PPh 23 yang
dipotong 47.139.632 21.600.000 -
Selisih ekualisasi 1.464.120 (460.973) 2.920.000

Untuk PPh Pasal 23 mengacu kepada ketentuan perundang-perundangan


perpajakan tentang Pajak Penghasilan Pasal 23, dimana objek pajak penghasilan pasal 23
antara lain jasa penyediaan tempat dan/ atau waktu dalam media massa, media luar ruang
atau media lain untuk penyampaian informasi dengan kata lain iklan.
Oleh karena itu perusahaan seharusnya memasukkan DPP biaya iklan ke dalam
objek pemotongan PPh 23. Akibat dari kesalahan ini adalah dapat dikenakan sanksi bunga
sebesar 2% menurut UU KUP Pasal 8 ayat 2 apabila perusaaan melakukan pembetulan.
Untuk tahun 2011 dan 2012 objek pph 23 perusahaan telah sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dan untuk rekapitulasi objek pph 23 sehubungan dengan sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah atau bangunan sudah sesuai
dengan peraturan pajak penghasilan pasal 23 yang berlaku. Untuk pemotongan DPP PPh
Pasal 23 yang lain, perusahaan memasukkan objek tersebut bukan di laporan laba rugi
melainkan di neraca karena masih dalam proyek dalam pelaksanaan sehingga belum diakui
sebagai biaya oleh perusahaan namun sudah dipotong PPh pasal 23 oleh pihak ketiga.

3. Pengertian dan Manfaat Manjemen Perpajakan


3.1 Manajemen Perpajakan
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan
secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan
pajak yang didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas,diharapkan dapat
mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan. Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan
serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen
pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal.

3.2 Manfaat manajemen perpajakan


Untuk melakukan kewajiban perpajakan dan usaha efisiensi untuk mencapai laba,
mengefisiensikan pembayaran pajak terhutang, melakukan pembayaran pajak dengan
tepat waktu, dan membuat data-data terbaru untuk mengupdate peraturan perpajakan yang
dapat dilakukan dengan cara :
a. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan agar diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada
umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban
pajak. Tujuan dari perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban
pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan
peraturan yang ada,dengan memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak
merupakan unsur pengurang. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan. Apabila pada
tahap perencanaan pajak telah faktor-faktor yang akan dimanfaatkan
untuk melakukan penghematan pajak, Maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan
bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhiperaturan perpajakan
yang berlaku.Manajemen pajak tidak dimaksud kan untuk melanggar peraturan
dan jika dalam pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka
praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
b. Pengendalian Pajak.
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan
formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah
pemeriksaan pembayaran pajak. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika
perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak terutang.

3.3 Variabel Yang Diperlukan Untuk Melaksanakan Manajemen Perpajakan


Terdiri dari administratif dan material Administratif yaitu variable yang
menyangkut bagaimana wajib pajak mampu menjalankan kewajibannya yang bersifat
administratif seperti kelengkapan penyempaian laporan yang diperlukan saat mencari
NPWP, apa saja yang diperlukan saat pembayaran pajak yang terutang, berapa jumlahnya
dan ketepatan saat pembayaran pajak tersebut. Material yaitu variable variable yang
menyangkut jumlah material yang diperhitungkan, seperti :bagaimana komposisi saham,
perlakuan atas natura. Variable lainnya yaitu :

1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)


2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law)
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)

3.4 Langkah – Langkah Penerapan Manajemen Perpajakan

a. Analysis of the existing data base (Analysis informasi yang ada)


Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis
komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Untuk itu seorang manajer
perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik dari segi internal maupun eksternal
yaitu:
1. Fakta yang relevan
2. Faktor Pajak
3. Faktor non pajak lainnya

b. Design of one more possible tax plans (Buat satu model atau lebih rencana
kemungkinan besarnya pajak)
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan
berikut:
1. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
2. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut.
3. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.

c. Evaluating a tax plan (Evaluasi pelaksanaan rencana pajak)


Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh
perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat
sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak

d. Debugging the tax plan (Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana
pajak)
Hasil suatu perencanaan pajak harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang di
buat. Keputusan terbaik perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan
tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai
bentuk perencanaan pajak yang di inginkan. Kadang suatu rencana harus diubah
mengingat adanya perubahan peraturan perpajakan. Tindakan perubahan harus tetap
dijalankan, walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilan
sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak (tax saving) yang bisa diperoleh,
rencana tersebut harus tetap di jalankan. Karena bagaimana pun juga kerugian yang
ditanggung merupakan kerugian minimal.Jadi tetap akan sangat membantu jika
pembuatan suatu rencana disertai dengan pemberian gambaran/perkiraan berapa peluang
kesuksesan dan berapa potensial laba yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian
potensial jika terjadi kegagalan.

e. Updating the tax plan (Mutakhirkan rencana pajak)


Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan,
namun juga masih perlu memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari undang-
undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan yang
mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu perjanjian, yang berkenan
dengan perubahan yang terjadi diluar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktivitas
informasi bisnis yang tersedia sangat terbatas. Pemuktahiran dari suatu rencana adalah
konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis.
Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi
yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan
adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk
memperoleh manfaat yang potensial.Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam
manajemen pajak.Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar, tetap ijumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan
seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

f. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation ) dan pengendalian pajak (tax


control ).
Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya,
penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimalisasi
kewajiban pajak baik dengan memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang
melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion. Dengan
menyusun perencanaan dan manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari
segala hal yang mengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/313347944/Ekualisasi-Pajak-Adalah-Pemeriksaan-Tingkat-
Keseimbangan-Antara-Satu-Jenis-Pajak-Dengan-Jenis-Pajak-Yang-Lain-Yang-Memiliki-
Hubungan-Antara-Elemen

https://www.coursehero.com/file/p670vq0/Karena-menurutnya-angka-di-SPT-Tahunan-
PPh-Badan-harus-sama-dengan-angka-di-SPT/#/quiz

Anda mungkin juga menyukai