Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PEMBAHASAN MATERI
1. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual akuntansi pemerintahan merumuskan konsep yang mendasari
penyusutan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah untuk menjadi
acuan bagi :
1) Penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya
2) Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar
3) Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
4) Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan
pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.

 Lingkungan Akuntansi Pemerintahan


Kerangka Konseptual SAP menekankan perlunya mempertimbangkan ciri-ciri
penting lingkungan pemerintahan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan laporan keuangan.
Berikut ciri – ciri penting tersebut :
1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan
a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahaan kekuasaan
Dalam lingkungan keuangan pemerintahan, pihak eksekutif menyusun
anggaran dan menyampaikan kepada pihak legislatif untuk mendapat
persetujuan, setelah mendapat persetujuan pihak eksekutif melaksanakannya
dalam batas-batas apropriasi dan ketentuan perundang-undangan yang
berhubungan dengan apropriasi tersebut. Pihak eksekutif bertanggung jawab
atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.
b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antarpemerintah
Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang
menghasilkan pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar
mengakibatkan diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi dana umum,
hibah, atau subsidi antarentitas pemerintahan
c. Adanya pengaruh proses politik
Pemerintah berupaya mewujudkan keseimbangan fiskal dengan
mempertahankan kemampuan keuangan negara yang bersumber dari
pendapatan pajak dan sumber lainnya, salah satu ciri penting untuk
mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses politik
untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.
d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah
Sebagian besar pendapatan pemerintah pada dasarnya bersumber dari
pungutan pajak dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Jumlah pajak yang dipungut tidak berhubungan langsung dengan pelayanan
yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak. Pajak yang dipungut dan
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah mengandung sifat-sifat tertentu
yang wajib dipertimbangkan dalam mengembangkan laporan keuangan, yaitu
:
1. Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya
sukarela
2. Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
3. Efisiensi pelayan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan
pungutan yang digunakan untuk pelayanan dimaksud sering sukar diukur
sehubungan dengan monopoli pelayanan oleh pemerintah.
4. Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan
pemerintah adalah relativfsulit.
2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian
a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan alat
pengendalian.
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan,yaitu :
1. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan public.
2. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan
antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
3. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi
hokum
4. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah
5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan
pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada
publik.
b. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan
c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian

 Pengguna dan Kebutahan Informasi


Laporan keuangan pemerintah disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi dari
semua kelompok pengguna. Kelompok utama pengguna laporan keuangan
pemerintah, yaitu :
1. Masyarakat
2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman.
4. Pemerintah

 Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri
atas :
1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah
3. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah
4. Organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud waib menyajikan laporan keuangan.

 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan


Peranan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan.
Tujuan Pelaporan Keuangan :
1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka panjang, termasuk
yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan.

 Komponen Laporan Keuangan


1.) Laporan realisasi Anggaran
2.) Neraca
3.) Laporan Arus Kas
4.) Catatan atas Laporan Keuangan

 Dasar Hukum Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain :
1) UUD Republik Indonesia, khususnya bagian yang mengatur keuangan negara
2) Undang-undang di bidang keuangan negara
3) Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
4) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
khususnya yang mengatur tentang keuangan daerah
5) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah
6) Ketentuan perundang-undangan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah
7) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat
dan daerah

 Asumsi Dasar
Berikut asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar
akuntansi dapat diterapkan.
1) Asumsi Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi, berarti
setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan wajib
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antarunit
instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Entitas bertanggung jawab
atas pengelolaan asset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan
yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan asset dan
sumber daya, utang-piutang yang terjadi akibat putusan entitas, serta
terlaksanan tidaknya program yang telah ditetapkan,
2) Asumsi Kesinambungan Entitas
Laporan Keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan
berlanjut keberadaannya. Pemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukan likuidasi atas entitas pelaporan jangka pendek.
3) Asumsi keterukunan dalam satuan uang (monetary measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

2. Karakteristik Kualitatif
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhin tujuannya. Laporan
keuangan pemerintah harus memenuhi empat karakteristik berikut :
1. Relevan : laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
didalamnya dapat memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, memprediksi masa depan dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka. Selain itu, suatu informasi
dapat dikatakan relevan jika disajikan tepat waktu dan lengkap
2. Andal : informasi dalam laporan keuangan bebas dari pngertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi.
3. Dapat dibandingkan : informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
4. Dapat dipahami : informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

3. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)


Pada tanggal 8 mei 2000 terbentuklah Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI)
yang salah satu programnya adalah penyusunan standar akuntansi keuangan untuk berbagai
unit kerja pemerintahan. Dari proses yang dilakukan dalam mengkaji standar akuntansi
keuangan yang ada maka dihasilkan Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor Publik yang
dikeluarkan oleh IAI. Ada enam Exposure Draft, yaitu:
1. Penyajian laporan keuangan
2. Laporan arus kas
3. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan
akuntansi
4. Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri
5. Kos pinjaman
6. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian
Sebelum undang-undang tentang keuangan negara ditetapkan, Menteri Keuangan RI
menetapkan Kep. Menteri Keuangan No: 308/KMK.012/2002 tanggal 13 juni 2002 tentang
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Pusat dan Daerah, sebagaimana telah
dirubah terakhir dengan Kep. Menteri Keuangan No: 379/KMK.012/2004 tanggal 6 agustus
2004. Komite ini melibatkan unsur formal yang terdiri atas unsur Departemen Keuangan,
Departemen Dalam Negeri dan IAI. KSAP bertugas mempersiapkan penyusunan konsep
rancangan peraturan pemerintahan tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagai
prinsip-prinsip akuntansi yang wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pempus ataupun pemda.
KSAP bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Dengan
demikian, KSAP bertujuan untuk mengembangkan program-program pengembangan
akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintah. SAP juga telah diharmoniskan dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (IAI). Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan materi yang diterbitkan oleh:
a) IFAC (International Federation of Accountant)
b) IASC (International Accounting Standards Committee)
c) IMF (International Monetary Fund)
d) IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia)
e) FASB (Financial Accounting Standards Board
f) GASB (Govermental Accounting Standards Board
g) Perundang-undangan dan peraturan pemerintah lainnya di RI
h) Organisasi profesional lainnya di berbagai negara yang membidangi
dalam (pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan)
Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik di internasional, dengan
tetap melihat kondisi di Indonesia pul. Selain itu, dalam peningkatan kualitas pelaporan
keuangan pemerintah dilakukan dengan proses transisi menuju basis akrual. Saat ini
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat dengan basis kas, sementara aktiva, kewajiban,
dan ekuitas dicatat berbasis akrual. Namun pada tahun 2007 semua basis yang menuju basis
akrual sudah selesai. Berikut adalah proses penyusunan SAP:
 Identifikasi topik
 Konsultasi topik kepada komite pengarah
 Pembentukan kelompok kerja
 Riset terbatas oleh kelompok kerja
 Draft awal dari kelompok kerja
 Pembahasan draft awal oleh komite kerja
 Pengambilan keputusan oleh komite kerja
 Pelaporan kepada komite pengarah dan persetujuan atas draf publikasian
 Pelucuran draft publikasian
 Dengar pendapat publik dan dengar pendapat terbatas
 Pembahasan tanggapan dan masukan atas draf publikasian dari dengar
pendapat
 Permintaan pertimbangan kepada BPK
 Pembahasan tanggapan BPK
 Finalisasi standar
 Pemberlakuan standar
 Sosialisasi awal standar
SAP ini terdiri atas sebuah kerangka konseptual dan 11 pernyataan, yaitu :
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran
PSAP 03 Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa
Luar Biasa
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsilidasian

1.1 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)


Saat ini BPK sedang mengembangkan sebuah standar penting yang akan menjadi
panduan dalam proses audit di Indonesia yaitu, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN). SPKN ini tetap mengacu kepada SPAP dalam panduan audit bagi auditor. SPKN ini
berlaku untuk :
 BPK RI
 Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
 Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan
Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD
 Pihak-pihak lain yang menggunakan SPKN
SPKN merupakan kerangka dasara sebagai acuan audit di sektor pemerintahan untuk
menerapkan secara efektif standar dalam pekerjaan lapangan dan pelaporan audit. SPKN
membagi audit/pemeriksaan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Pemeriksaan keuangan
2. Pemeriksaan Kinerja
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
1.2 Standar Umum SPKN
Standar umum SPKN diejalaskan sebagai berikut :
a. Persyaratan Kemampuan/Keahlian
Dalam hal ini SPKN mengharuskan audit dilakukan oleh staf yang secara
kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalamanyang dibutuhkan
untuk melaksanakan audit.
b. Persyaratan Independensi
SPKN mengharuskan organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya untuk
mempertahankan indpendensinya, sehingga pendapat ataupun kesimpulan
dari hasil pemeriksaan tidak memihak.
c. Penggunaan Kemahiran Profesional secara Cermat dan Saksama
Auditor wajib menggunakan kemahiran profesinalnya secara cermat dan
saksama dengan memerhatikan prinsip-prinsip pelayanan atas kepentingan
publik serta memelihara integritas, objektivitas, dan independensi terhadap
setiap aspek kerjanya.
d. Pengendalian Mutu
Sistem pengendalian mutu harus dapat meyakinkan bahwa organisasi
pemeriksa telah menerapkan dan memenuhi standar pemeriksaan yang
berlaku serta memtuhi kebijakan dan prosedur pemeriksaan yang
memadai.
BAB II
KASUS DALAM KORUPSI KEUANGAN NEGARA

Kasus Korupsi BLBI, KPK: Kerugian Negara Rp 3,7 Triliun

Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan perbuatan tersangka kasus korupsi


Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Syafruddin A. Tumenggung, menyebabkan
kerugian keuangan negara sebesar Rp 3,7 triliun. "Hasil restrukturisasi adalah Rp 1,1 triliun
dinilai sustainable dan ditagihkan. Sedangkan yang Rp 3,7 triliun tidak dilakukan
pembahasan dalam proses restrukturisasi, sehingga seharusnya masih ada kewajiban obligor
sebesar Rp 3,7 triliun yang belum ditagihkan," kata Basaria Pandjaitan, Wakil Ketua KPK, di
kantornya, Jakarta, Selasa, 25 April 2017. Basaria menjelaskan, kasus tersebut berawal ketika
Syafruddin menjabat Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada April 2002.
Lalu, pada Mei 2002, Syafruddin menyetujui Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK)
atas proses likuidasi terhadap kewajiban obligor menjadi restrukturisasi atas kewajiban
penyerahan aset oleh obligor kepada BPPN sebesar Rp 4,8 triliun. Namun, ucap Basaria,
pada April 2004, Syafruddin malah mengeluarkan surat pemenuhan kewajiban atau yang
disebut SKL (surat keterangan lunas) terhadap Sjamsul Nursalim selaku pemegang saham
pengendali Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) yang memiliki kewajiban kepada
BPPN. "Namun, pada April 2004, tersangka SAT selaku Ketua BPPN mengeluarkan surat
pemenuhan kewajiban pemegang saham terhadap Sjamsul Nursalim atas kewajibannya
terhadap BPPN, padahal seharusnya waktu itu ada kewajiban Sjamsul yang saya sebutkan
tadi," ujar Basaria.

KPK menjerat Syafruddin dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebelumnya, KPK secara
resmi menetapkan Syafruddin sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi BLBI.
Kasus korupsi penerbitan SKL yang dikeluarkan BPPN berdasarkan Instruksi Presiden
Nomor 8 Tahun 2002 saat kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri terus bergulir
setelah ekonom Kwik Kian Gie diperiksa Kamis lalu. Keputusan penerbitan SKL itu telah
mendapatkan masukan dari Menteri Keuangan periode 2001-2004, Boediono; Menteri
Koordinator Perekonomian periode 2001-2004, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti; dan Laksamana
Sukardi. Dari Rp 144,5 triliun dana BLBI yang dikucurkan kepada 48 bank umum nasional,
Rp 138,4 triliun di antaranya tidak dikembalikan sehingga merugikan negara. Sebelum
pimpinan KPK periode 2011-2015 lengser, gelar perkara BLBI telah dilakukan. Hasilnya,
beberapa pihak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Namun belum ada surat perintah
penyidikan (sprindik) mengenai penetapan tersangka kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2010. Publik Akuntansi Sektor.Edisi
Kedua. Jakarta:Salemba Empat

https://nasional.tempo.co/read/869574/kasus-korupsi-blbi-kpk-kerugian-negara-rp-37-
triliun

Anda mungkin juga menyukai