Anda di halaman 1dari 17

1.

Organisasi nirlaba
1.1 Pengertian organisasi nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang
bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah
negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.
Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1)
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari
beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak
berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 :
01). Lembaga nirlaba atau organisasi nonprofit merupakan salah satu komponen dalam
masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari
dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
Berdasarkan pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba
adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha
atau kegiatannya.

1.2 Ciri-ciri organisasi nirlaba


Adapun ciri-ciri organisasi nirlaba adalah:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan
pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.

1
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian
sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas
1.3 Jenis-Jenis Organisasi Nirlaba
1. Pemerintah : Pusat, Provinsi, Kabupaten,dan Kota, Kecamatan dan Desa
2. Pendidikan : Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Sekolah Menegah,
Sekolah Dasar
3. Kesehatan : Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas, dan Posyandu
4. Keagamaan : Masjid, Gereja, Pura, Wihara
1.4 Dasar pemikiran akuntansi organisasi nirlaba
Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah
menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas
atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam
manajemen entitas bersangkutan namun memiliki kepentingan. FASB juga
berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah,
sementara US Government Accounting Standard Board (GASB) menyusun standar
akuntasi dan pelaporan keuangan untuk pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah.
Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di
AS atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia
karena karakteristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pe-
megang saham atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa
mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung
keuangan pernerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut
memadai atau tidak memadai.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya didasarkan
atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah nonkomersial lebih
tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO) telah menggeser
istilah nonprofit organization karena menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan
pendirian organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya

2
tidak ditujukan untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi
nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami
surplus karena aliran kas masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian,
walaupun sama-sama memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah
pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan
pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya, apabila
surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk gratifikasi, gaji, bonus,
tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/ pengurus (setara dividen dalam
entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf
dan sebagainya), maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan
bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah:
1) Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pemerintah, seperti
BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma, usaha
perorangan, UD;
2) Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba swasta,
misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk kegiatan/
bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada
umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan museum swasta mungkin nirlaba atau
komersial
1.5 Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial
Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk
organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness
organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut
adalah:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai

3
dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai
alokasi sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan
yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan
memberi pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja
manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta
aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dari kejadian
ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/ kondisi sumher
kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil
pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi
yang berguna untuk menilai kinerja.
6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran
kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

1.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45


PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba
nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan
sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan
tak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

4
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa yang
diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk
memperoleh laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba
dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas
nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan menjadi sarana
pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk pertanggungjawaban harta-
utang (neraca), pertanggungjawaban kas (arus kas), dan laporan aktivitas.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis laporan
keuangan sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-
unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
1. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
1) Aset
2) Liabilitas
3) Aset bersih
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai
pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset
bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis
transaksi, yaitu (1) pendapatan, (2) beban, (3)gains and losses, dan (4)
reklasifikasi aset bersih. Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya
akan tercermin pada nilai akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi

5
keuangan. Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu
para stakeholders untuk
1) Mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode
2) Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer dan
3) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa.
Secara umum, ketentuan dalam laporan aktivitas adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali
jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
2) Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat
3) Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya
pembatasan.
4) Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku
lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan
sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan
diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
5) Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain
diakui sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali
jika penggunaannya dibatasi.
6) Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah
klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
1) Pendapatan
2) Beban
3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi
penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba, sama
dengan yang ada pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas dari aktivitas operasi,

6
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan laporan arus
kas pun bisa menggunakan metode langsung (direct method) maupun metode
tidak langsung (indirect method).
Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa,
sumbangan, dan dari perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar yang
berdampak pada kas. Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi biasanya
mencatat dampak perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena pembelian
peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan
berasal dari penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang; penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan
investasi yang penggunaannya dibatasi untuk perolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment), atau dari
hasil investasi yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
4. Catatan atas laporan keuangan

1.7 Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba


Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya
(laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi
nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas
memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi
nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba
yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya.
Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang
menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana.
Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan
Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan
organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria
pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata,
tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks
hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati

7
merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat
sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan,
menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari
konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi
nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan,
ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba,
membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan
masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-
pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal, unggul dan mumpuni, sebagai
hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.

1.8 Organisasi Nirlaba : Organisasi Zakat


Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Persoalan yang cukup
mendasar adalah bagaimana agar organisasi zakat dapat diaudit dengan benar,
sehingga akuntabilitas dan transparansinya terjamin. Sampai saat ini belum ada
standar akuntansi zakat yang sah dan diakui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai
pihak yang mempunyai keabsahan untuk meng audit.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi
zakat harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus
Kas, dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten Kustiawan dari Institut
Manajemen Zakat (IMZ) menambahkan satu laporan yaitu Laporan Dana
Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan, karena dalam lampiran PSAK 45
disebutkan bahwa dana yang digunakan organisasi zakat untuk hal yang tidak habis,
misalnya untuk komputer, maka tidak perlu dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini
sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.

1.9 Organisasi Nirlaba : Orgaisasi Pendidikan Tinggi (Universitas)


Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan. Dalam hal
keuangan, seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik
yayasan. Pengelolaan dana universitas tersebut dilakukan oleh Rektor, yang
selanjutnya diaudit oleh kantor akuntan publik yang ditunjuk yayasan. Pada akhirnya,

8
pertanggungjawahan rektor kepada yayasan khususnya dalam hal pengelolaan
keuangan harus dilakukan setiap tahun.
1. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas
Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan penge-
lolaan keuangan dan pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat di-
jadikan sebagai acuan bagi sistem akuntansi suatu perguruan tinggi. Dalam
hal pembuatan laporan keuangan, pihak universitas mencoba untuk
melakukan standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor 45.
2. Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas
Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik
yayasan. Keuangan universitas bersumber pada:
a. Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan
pendidikan yang diperoleh dari mahasiswa;
b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan
tinggi
c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang tidak mengikat
d. Hasil usaha yayasan
3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas
Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan organisasi nirlaba
seperti yang telah distandarkan dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:
a. Laporan Posisi Keuangan.
b. Laporan Aktivitas.
c. Laporan Arus Kas.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.

a. Laporan Posisi Keuangan


Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian di-
urutkan berdasarkan tingkat likuiditas dari yang paling likuid yaitu Kas dan Setara Kas
sampai dengan yang paling tidak likuid yaitu Aktiva Tetap. Sisi sebelah kanan
menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva bersih universitas. Kewajiban disajikan

9
sesuai dengan urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai
dengan urutan tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.

b. laporan Aktivitas
Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber
akadcmik dan nonakademik. Sisi pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran
universitas dalam satu periode akuntansi yang terdiri dari pengeluaran akademik dan
nonakademik. Perbedaan pendapatan dan pengeluaran merupakan perubahan aktivita
bersih pada periode tersebut.
c. Laporan Arus Kas
Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar
untuk operasional universitas. Diklasifikasikan sebagai Arus Kas akademik dan
nonakademik.Arus Kas investasi menyajikan Arus Kas keluar untuk investasi (pem-
belian dan pembangunan aktiva tetap). Arus Kas pendanaan menyajikan Arus Kas
aktivitas pendanaan (sumbangan dsb.)

2. Struktur Akuntansi Dana untuk Organisasi Nirlaba


2.1 Dana dan Akuntansi Dana
Dana (fund) dalam akuntansi pemerintahan bukan merupakan jumlah aktiva yang
disisihkan untuk tujuan tertentu, melainkan merupakan kesatuan akuntansi dan fiscal
yang memiliki seperangkat akun yang berimbang sendiri untuk mencatat kas dan
sumber keuangan lain bersama dengan utang dan saldo ekuitas untuk mencapai tujuan
tertentu sesuai dengan peraturan perundangan dan batasan lainnya. Dana merupakan
jumlah aktiva yang disisipkan untuk tujuan tertentu, mssal dana pelunasan obligasi.
Dana disebut sebagai kesatuan fiscal karena dana memiliki sumber keuangan dan
penggunaannya yang telah ditetapkan dalam anggaran. Dana juga disebut sebagai
kesatuan akuntansi karena dana memiliki persamaan akuntansi. Kesatuan akuntansi
dana merupakan kesatuan akuntansi ganda, sedangkan kesatuan akuntansi komersial
merupakan kesatuan akuntansi tunggal.

10
Keterangan : A = Aktiva M= Modal U= Utang SD= Saldo Dana

Dana disebut sebagai multiple accounting entity sebab suatu unit


pemerintah dapat membentuk dana lebih dari satu. Misalnya suatu unit organisasi
pemerintah membentuk dana umum (General Fund), dana pendapatan khusus
(Special Revenue Fund), Dana Proyek Modal (Capital Project Fund), dan Dana
Pelunasan Utang (Debt Service Fund). Keempat dana tersebut dibentuk dalam satu
organisasi pemerintah, tetapi terpisah satu sama lain. Pada dasarnya ada dua jenis
kesatuan akuntansi dana yaitu :

1. Dana Belanja/Dana Pemerintahan


Dana ini digunakan untuk mempertanggungjawabkan aktivitas belanja
yaitu aktivitas lancar, utang lancar, perubahan keduanya, dan saldo dana.
Karena itu, dana ini tidak terdapat aktiva tetap dan utang jangka panjang. Secara
singkat dapat dikatakan dana ini digunakan untuk akuntansi aktivitas nirlaba
(non komersial), seperti Persamaan Akuntansi Dana Umum, Dana Pendapatan
Khusus, Dana Proyek Modal, dan Dana Pelunasan Utang.

11
2. Dana Non Belanja/ Dana Kepemilikan
Dana ini digunakan untuk mempertanggungjawabkan aktivitas non belanja.
Karenanya semua aktiva dan utang, perubahan keduanya, dan saldo dana
(modal) dipertanggungjawabkan dalam dana ini. Secara singkat dapat
dikatakan dana ini digunakan untuk akuntansi aktivitas bisnis (komersial),
seperti Persamaan Akuntansi Dana, Layanan Internal, Dana Perusahaan, Dana
Trust Belanja, Dana Trust Non Belanja, Dana Trust Pensiun, dan Dana
Peragenan.

2.3 Kelompok Dana


Kelompok dana tersebut adalah kelompok dana pemerintahan, kelompok dana
kepemilikan, dan kelompok dana kepercayaan.
1. Kelompok Dana Pemerintahan
Kelompok Dana Pemerintahan terdiri atas berbagai dana yang sifat
aktivitasnya termasuk ke dalam kategori belanja. Akuntansi kelompok dana
pemerintahan terutama berfokus kepada aktivitas pengeluaran.

2. Kelompok Dana Kepemilikkan


Kelompok Dana Kepemilikkan terdiri atas berbagai dana yang sifat
aktivitasnya termasuk dalam kategori non belanja layaknya perusahaan
komersial. Akuntansi kelompok dana kepemilikkan terutama berfokus kepada
mempertahankan modal.

3. Kelompok Dana Kepercayaan


Kelompok Dana Kepercayaan terdiri atas berbagai dana yang sifat
aktivitasnya ada yang bersifat belanja dan ada yang bersifat nonbelanja.
Apabila dana termasuk dalam dana belanja, maka akuntansinya berfokus
kepada aktivitas pengeluaran yang tidak menentukkan besarnya laba.
Sedangkan apabila dana termasuk dana yang bersifat non belanja, maka
akuntansinya mengikuti komersial yang berfokus kepada mempertahankan

12
modal. Akuntansi Dana Kepercayaan yang bersifat belanja sama dengan
akuntansi keompok dana pemerintahan yang tidak memerlukan pengukuran
laba. Sedangkan Akuntansi Dana Kepercayaan yang bersifat non belanja sama
dengan akuntansi kelompok dana kepemilikan yang memerlukan pengukuran
laba.

2.4 Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran


1. Basis Akrual Modifikasian dalam akuntansi dana
GASB menentukan basis akuntansi dana yang bersifat belanja adalah basis
akrual modifikasian. Dengan basis ini, pendapatan diakui pada saat terukur dan
tersedia. Basis Akrual Modifikasian mengakui belanja pada periode dimana utang
timbul. Istilah belanja digunakan sebagai penganti biaya. Pengertian belanja tidak
hanya meliputi biaya yang dikeluarkan seperti dalam perusahaan komersial, tetapi
juga meliputi pelunasan utang dan belanja modal. Sedangkan transfer diakui pada
periode akuntansi dimana utang piutang timbul.
1. Fokus Pengukuran

13
Setiap kelompok dana memiliki fokus pengukuran sesuai sifatnya
(kecuali kelompok dana kepercayaan). Ketiga kelompok dana tersebut
memiliki focus sebagai berikut :
1. Kelompok Dana Pemerintahan berfokus kepada aktivitas
pengeluaran
2. Kelompok dana Kepemilikan berfokus kepada mempertahankan
modal
3. Kelompok Dana Kepercayaan berfokus pada aktivitas belanja atau
mempertahankan modal, tergantung pada sifat yang dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Baldric., Siregar, Bonni., (2001).Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem


Dana.Yogyakarta : STIE

Mahsun,Mohamad.,Sulistyowati,Firma.,Purwanugraha,Andre,Heribertus.,(2007).Akuntansi
Sektor Publik.Yogyakarta : BPFE

15
ORGANISASI NIRLABA DAN STRUKTUR DANA

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KELOMPOK 10

Made Swari Praba Waloka (1707532129)


I Wayan Agung Shinta kusumawardani (1707532137)

16
KELAS: C4

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS , UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM NON REGULER
SEMESTER GANJIL 2018

17

Anda mungkin juga menyukai