Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Basic Life Support for Health Care Provider


.

DISUSUN OLEH :

Aulia Sidiq Kurniawan ST142007

PROGRAM TRANSFER PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini kejadian serangan jantung maupun kecalakan sangat
meningkat khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Survai
Kesehatan Rumah Sakit (SKRT) serangan jantung (heart attack) merupakan
urutan kedua yang menyebabkan kematian dan kecelakaan merupakan urutan
yang ketiga penyebab kematian di Indonesia. Basic Life Support (BLS) atau
dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau
korban mengalami keadaan yang mengancam jiwa. Di luar negeri BLS/BHD ini
sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang
awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh
masyarakat Indonesia.
Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan
saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atau alat gerak.
Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan
transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh
terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal
bagi korban dan mengalami kerusakan.
Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak
hanya akan mampu bertahan jika ada asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika
dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa
maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula
kematian si korban.Oleh karena itu GOLDEN PERIOD (waktu emas) pada
korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10
menit.Artinya dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti
napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan.Jika tidak,
maka harapan hidup si korban sangat kecil.Adapun pertolongan yang harus
dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah
dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP).
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory
arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi
dalam tiga fase :bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka
lama. Namun pada pembahasan kali ini lebih difokuskan pada Bantuan Hidup
Dasar.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Basic Life Support (BLS)?
2) Apa saja indikasi untuk dilakukan Basic Life Support (BLS)?
3) Apakah tujuan dari tindakan Basic Life Support (BLS)?
4) Bagaimana ketepatan waktu pelaksanaan Basic Life Support (BLS)?
5) Bagaimana perbedaan BLS pada HCP versi AHA2010 dan AHA 2015?
1.3 Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami serta
mampu melaksanakan Basic Life Support (BLS).
2. Tujuan Khusus
1) Memahami pengertian dari Basic Life Support (BLS)
2) Mengetahui indikasi dari Basic Life Support (BLS)
3) Mengetahui tujuan dari Basic Life Support (BLS)
4) Memahami perbedaan BLS pada HCP versi AHA2010 dan AHA 2015?
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu
tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan
untuk menghentikan proses yang menuju kematian.
Menurut AHA Guidelines tahun 2010 dan 2015 masih sama. Tindakan
BLS ini dapat disingkat dengan teknik CAB pada prosedur CPR (Cardio
Pulmonary Resuscitation)yaitu :
1) C (Circulation) :Mengadakan sirkulasi buatan dengan keompresi jantung paru.
2) A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
3) B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat

2.2 Indikasi
Basic life support (BLS) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan
sebagai berikut :
1) Henti nafas (respiratory arrest)
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan
:
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2) Henti jantung (cardiac arrest)
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Penyebab henti jantung adalah :
1) Cardiac
a) Penyakit Jantung Koroner
b) Aritmia
c) Kelainan Katup Jantung
d) Tamponade jantung
e) Pecahnya Aorta
2) Extra - Cardiac
a) Sumbatan Jalan Nafas
b) Gagal nafas
c) Gangguan Elektrolit
d) Syok
e) Overdosis Obat
f) Keracunan
2.3 Tujuan
Tindakan Basic life support (BLS) memiliki berbagai macam tujuan,
diantaranya yaitu:
1) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ – organ vital (otak,
jantung dan paru)
2) Mempertahankan hidup dan mencegah kematian
3) Mencegah komplikasi yang bisa timbul akibat kecelakaan
4) Mencegah tindakan yang dapat membahayakan korban
5) Melindungi orang yang tidak sadar
6) Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
7) Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
2.4 Perbandingan BLS untuk HCP Menurut AHA Tahun 2010 dan 2015

Fokus masalah AHA 2010 AHA 2015 Keterangan


Pengaktivasian Pengaktivan ERS Penolong terlatih Efisiensi waktu
emergency dilakukan dilakukan harus meminta yang digunakan
response system dengan meminta bantuan terdekat dalam
bantuan, menelpon bila ada korban pengaktifan
ambulan dilakukan tidak sadarkan diri ERS, serta
penolong terletih kemudian mengurangi
setelah penolong dilanjutkan penundaan
terlatih mengecek dengan penilaian pertolongan pada
respon serta ada nafas dan nadi korban tidak
tidaknya nafas secara bersamaan sadar
kemudian
dialnjutkan dengan
menilai nadi.
Pemberian Kompresi dada Kompresi dada Sebagian besar
kompresi dada dilakukan dengan dilakukan dengan sama dengan
kecepatan minimum kecepatan versi
100/menit kompresi 100- sebelumnya
dengankedalaman 120/menit (tidak perbedaan
minimum 2 inci (5 boleh kurang dari terdapat pada
cm), pemberian 100/menit dan kecepatan
waktu untuk recoil tidak boleh lebih kompresi yaitu
dada dilakukan dari 120/menit) 2010 minimal
sebelum kompresi dengan kedalaman 100/menit
berikutnya. minimum 2 inci sedangkan 2015
(5cm)dan tidak 100-120
boleh lebih dari kali/menit tidak
2,4 inci (6 cm), bleh kurang atau
pemberian lebih. Kecepatan
kesempatan untuk atau kedalaman
recoil disetiap kompresi akan
kompresi, berkurang jika
peberian ventilasi kompresi
dengan dilakukan pada
perbandingan 30 keceatan lebih
kompresi 2 dari 120/menit
ventilasi. Ventilasi diperkirakan bila
diberikan dengan kecepatan
adekuat kompresi
ditunjukkan semakin cepat
sampai dada maka
terangkat selama kemungkinan
lebih dari 1 detik kedalaman
kompresi
semakin tidak
adekuat.
Pemberian terapi Bila penolong Penggunaan AED Tidak ada
kejut listrik melihat korban tidak harus tersedia perbedaan
(AED) sadar karena setelah signifikan
serangan jantung dilakukannya terhadap
diharuskan langsung CPR. Bila pemberian terapi
memulai CPR penolong sendiri mana yang lebih
segera kemmudian maka tinggalkan dulu.bila
minta orang lain korban dan ambil terdapat korban
untuk mengambil AED atau minta tidak sadarkan
AED untuk orang lain untuk diri sesegera
memantau serta melakukan CPR mungkin
memberikan terapi dan penolong lakukan CPR
kejut segera. yang lain bila alat AED
mengambil AED. belum datang
Penggunaan AED atau belum
diberikan setelah tersedia
CPR dilakukan.
Sehingga setelah
dilakukan CPR
AED beguna
untuk
menganalisa
kondisi pasien
bilamana
menunjukkan
indikasi terapi
kejut yang bisa
ditunjukkan oleh
AED
Recoil dada Penolong Posisi penolong Recoil dinding
diharuskan memberi yang melakukan dada terjadi bila
kesempatan dada kompresi mana posisi
untuk mengembang hendaknya tidak tulang dada
setelah dilakukan bertumpu pada kembali seperti
kompresi dinding dada semula. Recoil
selanjutnya. karena akan ini berfungsi
mengganggu sebagai indikator
proses recoil bahwa setelah
dinding dada ilakukan
secara penuh. kompresi yang
Sehingga tujuannya
mengakibatkan mengalirkan
sirkulasi balik darah dari
yang terjadi pada jantung ke
jantung tidak seluruh tubuh
sempurna dan paru, darah
yang sudah
mengalir
tersebut nantinya
bisa kembali lagi
mengisi organ
jantung layaknya
proses sirkulasi
darah secara
normal
Meminimalkan pada versi 2010 Pada AHA 2015 Pada AHA 2015
interupsi sasat hany a dijelaskan dijelaskan bahwa menitik beratkan
dilakukan bahwa dalam diharapkan bahwa kompresi
kompresi dada pemberian penolong mampu dada yang
kompresi, penolong memberikan high berkualitas lebih
diharapkan terhindar quality penting
dari gangguan- compression
gangguan yang kepada korban.
mampu Kompresi yang
mempengaruhi dilakukan kiranya
kualitas kompresi dilakukan tanpa
yang diberikan guna ada gangguan.
terlaksanakannya Bila mana belum
CPR yang adekuat tersedia saluran
udara lanjutan
penolong
diharapkan hanya
memberikan
bantuan kompresi
dada dengan
kualitas tinggi.
Target yang harus
didapatkan
kompresi supaya
terpenuhinya CPR
yang berkualitas
adalah 60%.
Gambar 2.13 Algoritma Basic Life Support For Health Care Provider
DAFTAR PUSTAKA

Bharega. 2009. Bantuan Hidup Dasar.


http://bharegaeverafter.wordpress.com/2009/03/bantuan-hidup-
dasar.html .diakses tanggal 5 Oktober 2012
Eka, Deden. 2011. Bantuan Hidup Dasar. http://pertolonganpertama-
pertolonganpertama.blogspot.com/2011/01/bantuan-hidup-
dasar.html.diakses tanggal 5 Oktober 2012
Tirti Lasprita. 3 September 2012. Bantuan Hidup Dasar (BLS).
http://www.scribd.com/doc/84871056/Bantuan-Hidup-Dasar.
diaksestanggal 5 Oktober 2012
Wahyudi, gusri. 2011. Bantuan Hidup Dasar/RJP.
http://yuudi.blogspot.com/2011/05/bantuan-hidup-dasar.html. diakses
tanggal 5 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai