PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan
penyakit ini ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai proteinuria,
odema, convulsi coma atau gejala – gejala lainnya.
Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari
kematian ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini.
Hypertensi dalam kehamilan juga menjadi penyebab yang penting dari kelahiran mati
dan kematian neonatal. Hypertensi biasa akan berakhir dengan EKLAMPSIA.
Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian EKLAMPSIA di Negara berkembang
berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre EKLAMPSIA dan
EKLAMPSIA berkisar 1,5 % sampai 25 %. Koknifikan yang mengancam jiwa ibu
akibat eklampsia adalah edema pulmonalis, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom
HELLP, dan perdahan otak.
EKLAMPSIA disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
EKLAMPSIA paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin
sering menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA adalah
penyebab kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara
hipertensi dan penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara
EKLAMPSIA dan ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ).
Dengan adanya uraian di atas maka penulis akan membahas masalah
EKLAMPSIA untuk mengurangi AKI dan AKB sekaligus menyelesaikan tugas kelompok
yang diberikan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan EKLAMPSIA?
2. Berapa jenis EKLAMPSIA?
3. Bagaimana gejala EKLAMPSIA?
4. Bagimana patologi penyakit EKLAMPSIA?
5. Apa etiologi dari EKLAMPSIA?
6. Apa diagnosa dari EKLAMPSIA?
7. Bagaimana prognosis EKLAMPSIA?
8. Bagaimana perawatan EKLAMPSIA?
9. Bagaimana penanganan saat kejang?
C. Tujuan penulisan makalah
1. Tujuan umum
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang EKLAMPSIA dan demi
terlaksananya diskusi kelas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi EKLAMPSIA
b. Untuk mengetahui jenis-jenis EKLAMPSIA
c. Untuk mengetahui gejala EKLAMPSIA
d. Untuk mengetahui patologi penyakit EKLAMPSIA
e. Untuk mengetahui etiologi dari EKLAMPSIA
f. Untuk mengetahui diagnosa dari EKLAMPSIA
g. Untuk mengetahui prognosis EKLAMPSIA
h. Untuk mengetahui cara perawatan EKLAMPSIA
i. Untuk mengetahui penanganan saat kejang
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan
dalam masa nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria. (obstetric
patologi,unpad,1984).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik)
dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre eklampsia
(asuhan patologi kebidanan, 2009).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).
Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia
juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia
post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
B. Jenis-jenis eklampsia
Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setalah persalinan
C. Gejala eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :
1. Sakit kepala yang keras
2. Penglihatan kabur
3. Nyeri diulu hati
4. Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang
Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
a. Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat pada
muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.
b. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
Seluruh badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15
sampai 20 detik.
c. Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)
Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla
mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini
sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya tergigit.
Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru,
berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit.
d. Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari
beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat
sama sekali apa yang telah terjadi.
Gejala klinis :
1. Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2. Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
3. Kejang dan atau koma
4. Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan
diatas berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau
pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau
gangguan faal ginjal. Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang
menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia dan
terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena kejang merupakan gejala yang khas
dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering dimasukkan preeklampsia yang
berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar 180/110 mmHg.
Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya cerebral.
Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga
odema biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai setelah
beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang lagi dan
sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia
intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke
tingkat yang lebih ringan ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia. Jadi
kemngkinan eklampsia tetap mengancam pasien semacam ini sebelum persalianan
terjadi.
Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam.
Juga kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit
berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal kembali
dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah menderita eklampsia menjadi
psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg.
Prognosa pada munya baik, penyulit laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan
penglihatan karena odema retina.
D. Patologi Eklampsia
Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak,
dan paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia,
odema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta terdapat infakt –
infarct karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah retensi air dan
natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang acidosis.
E. Etiologi eklampsia
Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah
bahwa eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia
uteroplacenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada
molahydatidosa, hidramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada
persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan darah dalam
dinding rahim kurang, maka keluarlah zat- zat dari plasenta atau decidua yang
menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
F. Diagnose Eklampsia
Untuk diagnose eklampsia harus dikesampingkan keadaan –keadaan lain dengan
kejang dan coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri, ebcephalitis, meningitis,
tumor otak,dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnose eklampsia lebih 24 jam postpartum
harus dicurigai.
G. Prognosis Eklampsia
Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang
baik untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa
bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi
35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga diurese
dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc
tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan anuri merupakan gejala
yang buruk.
Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1. Coma yang lama
2. Nadi di atas 120
3. Suhu di atas 390 C
4. Tensi di atas 200 mmHg
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari sehari atau lebih
7. Tidak adanya odema.
Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.
H. Perawatan eklampsia
Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang
harus selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan mencegah
kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada pasien pada
waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi,
melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan
peraatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia
ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit,
khususnya hiprtensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat
melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
1. Pengoatan medikamentosa
a. Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila dengan
jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya
thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat dosis
yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang
telah berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan
memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika ataupun obat-obat anti hipertensi
hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas indikasi.
b. Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium
sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk
gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk memperbaiki
asidosis, mempertahankan pentilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah
dekompensasi kordis.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga penting,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi, mencegah
aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi urin.
c. Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertologan ialah
mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis
segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar, dengan rail
tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya masukkan sudap
lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah yang sedang
tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan dan daerah orofarim diisap.
Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat
menghentak-hentak benda keras disekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus
cukup kendor, guna menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera
beri oksigen45.
d. Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau mempertahankan diri
terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena
hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah
terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita EKLAMPSIA yang jatuh dalm koma
harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak sadar),
ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka. Untuk
menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis dilakukan
tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga
terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift, yaitu kepala
direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head tilt- chain lift,
dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-thrust, yaitu mandibula
kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat kepala ke belakang. Tindakan ini
kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan orophary haringeal airway46 . hal
penting ke dua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita, akan kehilangan reflex
muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar.
Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu,
semua benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender
maupun sisa makanan, hars segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan
dalam posisi stabil untuk drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya, memakai Glasgow, coma escale.pada
perawatan koma perlu diperhatikan pencehgahan dekubitus dan makanan penderita.
Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; dapat diberikan melalui nasograstrik
tube (NGT).
e. Perawatan edema paru
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita di rawat di ICU karena membutuhkan
perawatan animasi dengan respirator.
2. Pengobata obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan EKLAMPSIA harus
diakhiri, tanpa memandang kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi (pemulihan). Hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
I. Penanganan kejang
1. Selalu ingat ABC (airway, breathing, circulation)
2. Beri obat anti kejang
3. Beri oksigen 4-6 liter per menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. ”S” UMUR 23 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN
30 MINGGU DENGAN EKLAMPSIA DI RSUD MAMUJU TANGGAL 14 JUNI 2015
C. Riwayat Menstruasi
Menarche :15 tahun
Siklus :28 hari
Lama :6 hari
Disminorhe :kadang-kadang
D. Riwayat Obstetri
G1P0A0
F. Riwayat Kesehatan
1. Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, paru-paru ginjal, dan diabetes militus
(DM
2. Ibu mempunyai riwayat hipertensi
3. Ibu tidak pernah dioperasi atau transfuse darah
4. Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman yang beralkohol
5. Ibu tidak ada alergi obat obatan dan makanan
H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : tidak baik
b. Kesadaran : stupor
c. Status Emosional : tidak stabil
d. Tanda Vital
TekananDarah : 210/120 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 38,60C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, rambut hitam, lurus
b. Wajah : terdapat odema, tidak ada bekas luka, ada nya cloasma grapidarum
c. Mata : terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
d. Hidung :tidak ada polip, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung
e. Mulut : mulut membuka
f. Telinga : simetris, tidak ada serumen, terdapat lubang telinga
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
i. Payudara : simetris putting susu menonjol hiperpigmentsi areola mamae
j. Abdomen : adanya odema, adanya linea nigra dan strie gravidarum
k. Palpasi Leopold
Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat, (kepala)
Leopold IV: kepala belum masuk panggul
Osborn Test : tidak dilakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
Tinggi Fundus Uteri : 28 cm
Lingkar Perut : 88,5 cm
Tafsiran Berat Janin : 2480 gram
Auskultasi DJJ : 140x/ menit
l. Ekstremitas Atas : terdapat odema, tangan bergetar, jari tangan menggenggam
m. Ekstremitas Bawah : terdapat odema
n. Genetalia luar : bersih, tidak berbau, tidak ada tanda – tanda infeksi
o. Pemeriksaaan panggul : tidak dilakukan
I. Pemeriksaan Laboraturium
Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.30 wita
- Hemoglogin : 9,2 gr/dl
- Protein urin : (++++)
- Albumin : negative
B. Masalah
Terjadi serangan kejang tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis).
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.05 wita
1. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan
diikat terlalu kuat.
Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
3. Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).
Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa
MgSO4 dengan syarat pemberian
a. Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit
b. Reflex patella positif
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
d. Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dam 10 ml
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per
menit
Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.
6. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi
Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
ASSESMENT (A)
Ny. “S” umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan eklampsia.
PENATALAKSANAAN (P)
Tanggal 14 juni 2015 pukul 08.05 wita
1. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Melindungi pasien dari kemungkianan trauma dengan mengikat pasien tetapi jangan
diikat terlalu kuat.
Hasil : Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
3. Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL (Ringer Laktat).
Hasil : Infuse RL (ringer laktat) sudah dipasang pada pasien
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti kejang berupa
MgSO4 dengan syarat pemberian
a. Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit
b. Reflex patella positif
c. Urun minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5 ml/kgBB/ jam
d. Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dam 10 ml
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberikan oksigen 4-6 liter per
menit
Hasil : Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit.
6. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasli : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi
Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
EKLAMPSIA merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada
primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan
kembar, hydramnion, mola hidatidosa. EKLAMPSIA post partum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pemeriksaan antenatal care
sangatlah penting untuk mendeteksi secara dini dan mencegah eklmapsia.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar
menyampaikan kepada masyarakat lainnya akan pentingnya pemeriksaan antenatar
care secara rutin terutama kepada para ibu hamil dengan menjelaskan resiko apa yang
bisa terajadi bila tidak mengikuti anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
Sujiantini, M.Keb. dkk. 2009. Asuahan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Beranda
Langganan: Postingan (Atom)
Mengenai Saya
Ida Widayanti
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (1)
o ▼ Juli (1)
MAKALAH EKLAMPSIA IDA
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.