Email: bertaafriani@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan
secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas. Gambaran
klinisnya sesuai dengan stadium penyakitnya tujuan penelitian diketahuinya hubungan
tingkat pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian dermatitis di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Sukaraya tahun 2016.
Metode: Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh balita yang mengalami kejadian dermatitis di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2016 berjumlah
75 balita. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling, dengan
jumlah sampel 63 orang.
Hasil Penelitian: Dari analisa univariat didapatkan dari 63 orang didapatkan nilai value
0,000 untuk pengetahuan dan personal hygiene.
Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian
dermatitis di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu, Untuk tenaga kesehatan agar kiranya dapat memberikan penyuluhan
yang lebih intensif lagi pada ibu-ibu yang memiliki Balita mengenai personal hygiene
Dermatitis ialah kelainan kulit yang bentuk dermatitis, yakni dermatitis atopik
subyektif ditandai oleh rasa gatal dan tipe infantil. Untuk itu, istilah dermatitis
secara klinis terdiri atas ruam polimorfi tampak lebih tepat (1).
tumpang tindih penggunaan istilah eksim sampai 20%, sedangkan pada orang dewasa
menyamakan arti keduanya, sebagian lain semua bentuk ekzema adalah 4,66%,
1
Volume 2, Nomor 1,September 2016
termasuk dermatitis atopik 0,69%, ekzema yang bersifat iritan dan kontaktan, allergen
numular 0,17%, dan dermatitis seboroik hirup, makanan, mikroorganisme,
(1)
2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari perubahan temperatur, dan trauma .
penduduk. Kejadian dermatitis di Amerika Faktor-faktor risiko terjadinya dermatitis
Serikat, Eropa, Jepang, Australia, dan secara umum antara lain predisposisi
negara Industri lain memiliki prevalensi genetik, sosioekonomi, polusi lingkungan,
dermatitis atopik 10 sampai 20% pada anak jumlah anggota keluarga5. Sedangkan
dan 1-3% terjadi pada orang dewasa. faktor-faktor pencetus terjadinya dermatitis
Sementara itu, di negara agraris seperti secara umum antara lain alergen, bahan
Cina, Eropa Timur dan Asia tengah, iritan, infeksi, faktor psikis dan lainlain (3).
prevalensi dermatitis atopik jauh lebih Rumah Sakit Umum di Indonesia
rendah, yakni sekitar 5 sampai 8%, karena tahun 2014 gambaran kasus penyakit kulit
sebagian besar penduduk negara agraris dan subkutan lainnya merupakan peringkat
(2)
masih memberikan ASI secara eksklusif . ketiga dari sepuluh penyakit utama dengan
Dermatitis ada yang didasari oleh 86% adalah dermatitis diantara 192.414
faktor endogen, misalnya dermatitis atopik, kasus penyakit kulit (4).
dermatitis kontak, dan sebagainya. Data yang diperoleh dari Dinas
Kebanyakan penyebab dermatitis ini belum Kesehatan Kabupaten OKU jumlah balita
diketahui secara pasti. Bila ditinjau dari tahun 2015 sebanyak 2.978 balita, dan yang
jenis kelainannya, maka dermatitis atopik mengalami kejadian dermatitis pada
adalah dermatitis yang paling sering sebanyak 721 balita (23,26%). Dan jumlah
dibahas, mengingat insidensnya yang balita yang diperoleh dari Wilayah Kerja
cenderung terus meningkat dan dampak Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja
yang dapat ditimbulkan pada kualitas hidup Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
pasien maupun keluarganya (2). periode Januari s/d April tahun 2015
Penyebab dermatitis tidak diketahui berjumlah 597 balita, dan yang mengalami
dengan pasti, diduga disebabkan oleh kejadian dermatitis sebanyak 75 balita
berbagai faktor yang saling berkaitan (12,56%) (5).
(multifaktorial). Faktor intrinsik berupa Berdasarkan data di atas maka
predisposisi genetik, kelainan fisiologi dan peneliti tertarik untuk meneliti tentang
biokimia kulit, disfungsi imunologis, “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
interaksi psikosomatik dan disregulasi/ Personal Hygiene dengan Kejadian
ketidakseimbangan sistem saraf otonom, Dermatitis di Wilayah Kerja UPTD
sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan Puskesmas Sukaraya tahun 2016”.
2
Volume 2, Nomor 1,September 2016
sectional yaitu suatu penelitian untuk data univariat dan bivariat. Analisa
mempelajari dinamika hubungan antara dilakukan dengan tabulasi silang dan uji
variabel bebas (pengetahuan dan personal statistik dengan menggunakan rumus Chi
hygiene) dan variabel terikat (kejadian Square dengan derajat kepercayaan 95%
dermatitis pada anak balita) dengan cara bila p value < 0,05 menunjukkan hubungan
pendekatan, observasi atau pengumpulan bermakna dan tidak bermakna jika p value
3
Volume 2, Nomor 1,September 2016
Personal hygiene
- Baik 6 37,5 10 62,5 16 100
- Kurang 42 89,4 5 10,6 47 100
Dari tabel 2. dapat diketahui bahwa, yang tidak mengalami kejadian dermatitis
dari 14 responden yang memiliki tingkat yaitu 6 responden (12,2%). Sedangkan
pengetahuan baik lebih sedikit yang yang memiliki personal hygiene baik lebih
mengalami kejadian dermatitis sebanyak 5 sedikit yang mengalami kejadian dermatitis
responden (35,7%) dibandingkan dengan sebanyak 6 responden (37,5%)
yang tidak mengalami kejadian dermatitis dibandingkan dengan yang tidak
yaitu 9 responden (64,3%). Sedangkan dari mengalami kejadian dermatitis yaitu 10
49 responden yang memiliki tingkat responden (62,5%). Sedangkan dari 47
pengetahuan kurang lebih banyak yang responden yang memiliki personal hygiene
mengalami kejadian dermatitis sebanyak 43 kurang lebih banyak yang mengalami
responden (87,8%), dibandingkan dengan kejadian dermatitis sebanyak 42 responden
4
Volume 2, Nomor 1,September 2016
Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis mengurangi paparan pada bahan kimia dan
pada Anak Balita di Wilayah Kerja PKM kontaminasi, dan melakukan pencegahan
5
Volume 2, Nomor 1,September 2016
Sukaraya tahun 2016 dengan nilai Bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti
value 0,000. variabel-variabel lain yang