AIDUL
H031 17 1008
KELOMPOK 1
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Laporan Praktikum Biokimia
AIDUL
H031 17 1008
PENDAHULUAN
peranan penting dalam hal biologis, seperti sebagai sumber asupan energi,
sebagai kulit pelindung pada tumbuhan dan serangga, serta sebagai komponen
utama membran yang mengelilingi semua sel hidup. Selain itu, lemak juga
merupakan sumber asam lemak esensial dan pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak
dan minyak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan nabati
Lemak dan minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Lemak
merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut
organik nonpolar seperti eter, kloroform dan benzena. Inilah salah satu sifat lemak
molekul hayati lainnya. Seperti halnya karbohidrat, bahan ini tersusun atas tiga unsur
yaitu C, H dan O. Bila lemak atau minyak dididihkan dengan alkali, lalu larutan hasil
diasamkan, maka akan diperoleh gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini
lemak dengan tujuan untuk mengetahui kelarutan minyak dan lemak terhadap
berbagai jenis pelarut dan mengetahui pelarut yang baik untuk mengekstraksi minyak
dan lemak.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi minyak
dan lemak.
macam pelarut.
2. menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak
dan lemak.
Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak
Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan dan mengetahui jenis pelarut
yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak dengan penambahan pelarut yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil
zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan
padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sangat sukar dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Hal ini biasanya disebabkan oleh
komponennya yang saling bercampur erat, peka terhadap panas, perbedaan sifat
fisiknya terlalu tipis, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam
situasi seperti itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya metode yang dapat
pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau
biji cokelat, dan yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari ialah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah
pemisahan yang paling baik dan populer di antara berbagai jenis metode pemisahan
lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam
tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur,
seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisa pada
semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang kimia analitik,
dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor)
2.2 Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan merupakan
parameter penting bagi suatu obat dalam mencapai konsentrasi yang dibutuhkan
buruk di dalam air, padahal obat harus berada dalam bentuk terlarut ketika
kelarutan obat meliputi modifikasi fisik, modifikasi kimia ataupun teknik lain
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah jenis pelarut.
2.3 Lipid
Kata lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid
adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam, tetapi
lipid cenderung larut di dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Inilah salah
satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan
Tidak seperti karbohidrat dan protein yang didefinisikan dalam hal struktur,
lipid didefinisikan dengan operasi fisik yang digunakan untuk mengisolasinya.
memiliki struktur yang sangat beragam, sekalipun sifat kelarutan dari setiap
sturukturnya mirip. Beberapa struktur dari senyawa lipid dapat berupa ester, lainnya
berupa hidrokarbon siklik ataupun asiklik, bahkan ada yang berupa polisiklik
dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari
komponen utama dari lemak penyimpan pada seluruh tumbuhan dan hewan, tetapi
nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional
2.4 Lemak
Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang,
lepas dari wujudnya yang padat maupun cair yang terdapat pada jaringan tubuh yang
disebut adiposa. Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan
resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan
dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh jaringan adiposa
2.5 Minyak
Minyak merupakan istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut
atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat
lain yang lazim dikenal pada minyak yaitu terasa licin saat dipegang. Dalam arti
produk olahannya seperti minyak tanah (kerosena). Namun, kata ini sebenarnya
berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya
minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
senyawa trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari gliserol. Jadi minyak
juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat
asam linoleat, lenolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh
plasma akibat penumpukan kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan
METODE PERCOBAAN
minyak wijen, minyak sawit, mentega, akuades, n-heksana, etanol, kloroform, kertas
rak tabung, pipet tetes, oven, labu semprot, pembakar bunsen, gegep, penggaris, dan
pensil.
dengan 10 tetes sampel minyak kelapa. Pada tabung reaksi pertama ditambahkan
dengan akuades, tabung reaksi kedua ditambahkan dengan etanol, tabung reaksi
ketiga ditambahkan dengan kloroform, dan tabung reaksi keempat diisi dengan
lalu dipipet dan diteteskan sebanyak 1 tetes pada kertas saring dan ditandai.
Kemudian kertas saring dikeringkan dalam oven. Diameter noda yang terbentuk pada
di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain, yaitu minyak wijen, minyak
Tabung reaksi yang berisi campuran akuades dan minyak (minyak kelapa)
organik. Kemudian dikocok, didiamkan hingga terbentuk dua fase (fase organik 1
dan fase akuades). Fase organik (lapisan atas) kemudian diambil dengan cara dipipet
dan dipindahkan ke tabung reaksi yang lain. Fase akuades yang tertinggal kemudian
dua lapisan. Lapisan atas (fase organik 2) kemudian dipipet dan dipindahkan ke
tabung reaksi yang berisi larutan organik 1. Tabung yang berisi fase akuades dan
tabung yang berisi fase organik masing-masing diteteskan sebanyak 1 tetes pada
kertas saring berbeda. Kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah dikeringkan, noda
kerja di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain, yaitu minyak wijen,
4.2 Reaksi
Pada percobaan ini digunakan berbagai sampel minyak dan lemak yaitu
minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, dan mentega. Percobaan ini bertujuan
untuk mengetahui kelarutan yang paling baik bagi minyak dan lemak dimana
pelarutnya adalah akuades, etanol, n-heksana, dan kloroform, dengan cara melihat
dan mengukur diameter noda yang dihasilkan setelah ditetesi pada kertas saring
dimana kertas saring itu telah dikeringkan. Fungsi dari pengeringan kertas saring
noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk
setiap pelarut memberikan noda pada kertas saring yang telah dikeringkan. Pada
pelarut akuades, semua sampel minyak dan lemak membentuk diameter noda. Hal ini
tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya akuades tidak memiliki diameter
noda, karena akuades adalah pelarut polar sedangkan minyak bersifat nonpolar,
sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur dan akuades habis menguap ketika
dengan pelarut lain pada saat melakukan percobaan ini. Kemampuan sampel
Kepolaran pelarut dapat diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah
kloroform. Pada pelarut n-heksana, diameter noda yang dihasilkan dari sampel lebih
besar daripada etanol. Hal ini sesuai dengan teori, karena etanol merupakan pelarut
yang lebih polar dibandingkan dengan n-heksana, sehingga noda yang dihasilkan
memang harus lebih besar. Pada pelarut kloroform, diameter noda yang dihasilkan
dari sampel rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan noda dari pelarut n-heksana.
Hal ini sesuai dengan teori karena n-heksana merupakan pelarut yang lebih bersifat
nonpolar dibanding kloroform, sehingga noda yang ditimbulkan memang lebih kecil.
Dilihat dari noda yang dihasilkan, hubungan kelarutan dengan diameter noda
pelarut pada kertas saring yaitu semakin besar diameter noda maka semakin besar
pula kelarutan minyak dan lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena
semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel minyak
dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga
apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring dan kemudian kertas saring
tersebut dipanaskan hingga pelarutnnya menguap, akan tersisa noda minyak atau
lemak yang diameternya besar. Berbeda jika minyak dan lemak tersebut tidak larut.
Jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam pelarut tersebut tidak ada
partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas
saring dan kemudian dipanaskan hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada
Dari data pengamatan, terlihat bahwa pelarut yang baik digunakan untuk
ekstraksi pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit adalah kloroform
dengan diameter noda berturut-turut sebesar 4,225 cm, 3,875 cm dan 3,6 cm.
Sedangkan pada mentega, pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi adalah etanol
dengan diameter sebesar 4,45 cm, dimana hal ini tidak sesuai dengan teori karena
seharusnya ketika mentega dilarutkan dengan etanol tidak meninggalkan noda yang
ditandai dengan terbentuknya 2 fase pada larutan. Kesalahan ini mungkin terjadi
akuades, pelarut kloroform untuk minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit,
sedangkan untuk mentega digunakan pelarut etanol. Larutan akuades dan minyak
(minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit) yang telah ditambahkan dengan
pelarut kloroform, serta larutan akuades dan mentega yang telah ditambahkan etanol,
dihasilkan dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan akuades bersifat polar
sehingga tidak bercampur dengan pelarut organik yang kepolarannya lebih kecil.
Oleh sebab itu, keduanya mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Selanjutnya, pada
sesuai dan dipisahkan lagi sehingga diperoleh kembali lapisan organik. Kemudian
masing-masing lapisan organik (I dan II) digabungkan. Lapisan akuades dan lapisan
organik masing-masing diteteskan pada kertas saring lalu dikeringkan dalam oven.
pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat
kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati.
menggunakan penggaris.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter noda, pada kertas saring yang ditetesi
lapisan akuades, diperoleh hasil yakni sampel minyak kelapa memiliki diameter
2,05 cm, minyak wijen 2,975 cm, minyak sawit 2,25 cm, dan mentega 1,225 cm. Hal
ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya kertas saring yang ditetesi lapisan
akuades tidak terbentuk noda yang menandakan bahwa akuades tak dapat
merupakan nonpolar. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena pipet tetes yang
bahwa pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit membentuk diameter
noda masing-masing sebesar 2,75 cm, 3 cm dan 1,05 cm. Hal ini sesuai dengan teori
Adapun pada kertas saring yang ditetesi dengan lapisan etanol, didapatkan
hasil bahwa mentega membentuk diameter noda sebesar 2,075 cm. Hal ini tidak
sesuai dengan teori, dimana seharusnya etanol tidak meninggalkan noda pada kertas
saring, karena etanol tidak dapat terdistribusi baik dalam minyak yang disebabkan
Kesalahan ini mungkin terjadi karena etanol telah terkontaminasi dengan pelarut
5.1 Kesimpulan
1. Urutan kelarutan minyak kelapa pada berbagai pelarut dari yang terbesar ke
yang terkecil yaitu kloroform > etanol > n-heksana > akuades, pada minyak
wijen yaitu kloroform > akuades > etanol > n-heksana, pada minyak sawit yaitu
kloroform > n-heksana > akuades > etanol, dan pada mentega yaitu etanol >
2. Pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi pada minyak kelapa, minyak wijen
dan minyak sawit adalah kloroform sedangkan pada mentega adalah etanol.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium adalah alat dan bahan sebaiknya lebih dilengkapi
lagi untuk memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium
Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya digunakan sampel minyak dan
lemak yang lebih bervariasi lagi agar lebih banyak diketahui mengenai kelarutan
Aziz, I., Nurbayti, S., dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol dengan Reaksi
Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6(1): 19-25.
Hamam, F., 2013, Specialty Lipids in Health and Disease, Food and Nutrition
Sciences, 4(1): 63-70.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas,
Erlangga, Jakarta.
McMurry, J., Castellion, M., Ballantine, D.S., Hoeger, C.A., dan Peterson, V.E.,
2007, Fundamentals of General, Organic and Biological Chemistry, Prentice
Hall, New York.
Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press,
Jakarta.
Santos, M.F.G., Marmesat, S., Brito, E.S., Alves, R.E., dan Dobarganes, M.C., 2013,
Major Components in Oils Obtained from Amazonian Palm Fruits, Grasas
Aceites Journal, 64(3): 328-334.
Soeka, Y.S., Sulistyo, J., dan Naiola, E., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa
Hasil Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas, 9(2): 91-95.
Solomons, T.W.G., dan Fryhle, C.B., 2008, Organic Chemistry, John Wiley & Sons,
Inc., Singapura.
Lampiran 1. Bagan Kerja
10 tetes sampel
- Dihomogenkan.
dengan pensil.
Data
Keterangan: Sampel yang digunakan yaitu minyak kelapa, minyak wijen, minyak
- Dihomogenkan.
kertas saring.
Noda Noda