Anda di halaman 1dari 33

Senin, 08 Oktober 2018

Laporan Praktikum Biokimia

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK

AIDUL

H031 17 1008

KELOMPOK 1

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Laporan Praktikum Biokimia

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK

Disusun dan diajukan oleh:

AIDUL

H031 17 1008

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen penanggung jawab praktikum Asisten

Prof. Dr. Ahyar Ahmad Nuryanti___


NIP. 1961123118702200 H311 14 028
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, lipid lebih jarang diketahui oleh orang

kebanyakan dibanding dengan karbohidrat atau protein. Lipid memiliki banyak

peranan penting dalam hal biologis, seperti sebagai sumber asupan energi,

sebagai kulit pelindung pada tumbuhan dan serangga, serta sebagai komponen

utama membran yang mengelilingi semua sel hidup. Selain itu, lemak juga

merupakan sumber asam lemak esensial dan pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak

dan minyak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan nabati

(McMurry dkk., 2007).

Lemak dan minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Lemak

merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut

organik nonpolar seperti eter, kloroform dan benzena. Inilah salah satu sifat lemak

yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan

molekul hayati lainnya. Seperti halnya karbohidrat, bahan ini tersusun atas tiga unsur

yaitu C, H dan O. Bila lemak atau minyak dididihkan dengan alkali, lalu larutan hasil

diasamkan, maka akan diperoleh gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini

disebut reaksi penyabunan (Hart dkk., 2003).

Berdasarkan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan ekstraksi minyak dan

lemak dengan tujuan untuk mengetahui kelarutan minyak dan lemak terhadap

berbagai jenis pelarut dan mengetahui pelarut yang baik untuk mengekstraksi minyak

dan lemak.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi minyak

dan lemak.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini adalah:

1. menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai

macam pelarut.

2. menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak

dan lemak.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan kelarutan minyak dan lemak

menggunakan pelarut akuades, etanol, n-heksana, dan kloroform, dengan pemanasan

dan pengukuran diameter noda yang terbentuk pada kertas saring.

1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan dan mengetahui jenis pelarut

yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak dengan penambahan pelarut yang

membentuk diameter noda paling besar, pemisahan, pemanasan, dan pengukuran

diameter noda yang terbentuk pada kertas saring.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian

sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil

zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan

padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sangat sukar dipisahkan

dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Hal ini biasanya disebabkan oleh

komponennya yang saling bercampur erat, peka terhadap panas, perbedaan sifat

fisiknya terlalu tipis, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam

situasi seperti itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya metode yang dapat

digunakan. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) sebagai pengaroma dalam

pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau

biji cokelat, dan yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari ialah pelarutan

komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah

dibakar atau digiling (Hamam, 2013).

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode

pemisahan yang paling baik dan populer di antara berbagai jenis metode pemisahan

lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam

tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat

terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur,

seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut

dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini

dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisa pada
semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang kimia analitik,

kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan

dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor)

(Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).

2.2 Kelarutan

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan merupakan

parameter penting bagi suatu obat dalam mencapai konsentrasi yang dibutuhkan

untuk menghasilkan respon farmakologi. Banyak obat memiliki kelarutan yang

buruk di dalam air, padahal obat harus berada dalam bentuk terlarut ketika

akan diabsorpsi. Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk peningkatan

kelarutan obat meliputi modifikasi fisik, modifikasi kimia ataupun teknik lain

(Soeka dkk., 2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah jenis pelarut.

Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi dapat dilakukan berdasarkan prediksi

kelarutan solut menggunakan parameter kelarutan Hildebrand. Nilai parameter

kelarutan Hildebrand teobromina adalah 20,977 MPa1/2 (Hamam, 2013).

2.3 Lipid

Kata lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid

adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam, tetapi

lipid cenderung larut di dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Inilah salah

satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan

kebanyakan molekul hayati lainnya (Aziz dkk., 2013).

Tidak seperti karbohidrat dan protein yang didefinisikan dalam hal struktur,
lipid didefinisikan dengan operasi fisik yang digunakan untuk mengisolasinya.

Tidak mengherankan lipid kemudian meliputi berbagai jenis struktur. Lipid

memiliki struktur yang sangat beragam, sekalipun sifat kelarutan dari setiap

sturukturnya mirip. Beberapa struktur dari senyawa lipid dapat berupa ester, lainnya

berupa hidrokarbon siklik ataupun asiklik, bahkan ada yang berupa polisiklik

(Hart dkk., 2003).

Triasilgliserol adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak

mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya. Triasilgliserol juga sering

dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari

alkohol gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol merupakan

komponen utama dari lemak penyimpan pada seluruh tumbuhan dan hewan, tetapi

umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik

nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional

dengan polaritas tinggi (Solomons dan Fryhle, 2008).

2.4 Lemak

Lemak (fat) merupakan zat yang merujuk pada sekelompok besar

molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur C, H dan O meliputi asam

lemak, lilin, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E,

dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di

dalamnya getah dan steroid), dan lain-lain (Aziz dkk., 2013).

Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang,

lepas dari wujudnya yang padat maupun cair yang terdapat pada jaringan tubuh yang

disebut adiposa. Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan

resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan
dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh jaringan adiposa

secara khusus disebut hormon adipokina (Hamam, 2013).

2.5 Minyak

Minyak merupakan istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut

atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat

lain yang lazim dikenal pada minyak yaitu terasa licin saat dipegang. Dalam arti

sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau

produk olahannya seperti minyak tanah (kerosena). Namun, kata ini sebenarnya

berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya

minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas

(misalnya minyak rem), sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai

wangi-wangian (misalnya minyak nilam) (Hart dkk., 2003).

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu

senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3),

benzena, dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak merupakan

senyawa trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari gliserol. Jadi minyak

juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat

dan gliserol (Aziz dkk., 2013).

Minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan

karbohidrat dan protein. Minyak mengandung asam-asam lemak esensial seperti

asam linoleat, lenolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh

plasma akibat penumpukan kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan

pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Soeka dkk., 2008).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak kelapa,

minyak wijen, minyak sawit, mentega, akuades, n-heksana, etanol, kloroform, kertas

saring, kertas label, sunlight, dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,

rak tabung, pipet tetes, oven, labu semprot, pembakar bunsen, gegep, penggaris, dan

pensil.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing tabung reaksi diisi

dengan 10 tetes sampel minyak kelapa. Pada tabung reaksi pertama ditambahkan

dengan akuades, tabung reaksi kedua ditambahkan dengan etanol, tabung reaksi

ketiga ditambahkan dengan kloroform, dan tabung reaksi keempat diisi dengan

n-heksana, masing-masing 10 tetes. Kemudian campuran tersebut dihomogenkan,

lalu dipipet dan diteteskan sebanyak 1 tetes pada kertas saring dan ditandai.

Kemudian kertas saring dikeringkan dalam oven. Diameter noda yang terbentuk pada

masing-masing kertas saring diukur dengan menggunakan penggaris. Prosedur kerja

di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain, yaitu minyak wijen, minyak

sawit dan mentega.


3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Tabung reaksi yang berisi campuran akuades dan minyak (minyak kelapa)

diambil. Campuran akuades dan minyak tersebut ditambahkan 10 tetes pelarut

organik. Kemudian dikocok, didiamkan hingga terbentuk dua fase (fase organik 1

dan fase akuades). Fase organik (lapisan atas) kemudian diambil dengan cara dipipet

dan dipindahkan ke tabung reaksi yang lain. Fase akuades yang tertinggal kemudian

ditambahkan n-heksana 10 tetes, kemudian dikocok lalu didiamkan hingga terbentuk

dua lapisan. Lapisan atas (fase organik 2) kemudian dipipet dan dipindahkan ke

tabung reaksi yang berisi larutan organik 1. Tabung yang berisi fase akuades dan

tabung yang berisi fase organik masing-masing diteteskan sebanyak 1 tetes pada

kertas saring berbeda. Kemudian dikeringkan dalam oven. Setelah dikeringkan, noda

yang muncul diukur diameternya dengan menggunakan penggaris 30 cm. Prosedur

kerja di atas diulangi dengan menggunakan sampel yang lain, yaitu minyak wijen,

minyak sawit dan mentega.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Tabel 1. Data pengamatan kelarutan minyak dan lemak.


Diameter noda (cm)
Pelarut Minyak Minyak Minyak
Mentega Keterangan
kelapa wijen sawit
Akuades 3 3,825 3,1 3,3 2 fase
Etanol 3,675 3,525 2,975 4,45 2 fase
Kloroform 4,225 3,875 3,6 3,225 1 fase
n-Heksana 3,425 3,475 3,325 3,2 1 fase

4.1.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Tabel 2. Data pengamatan hasil ekstraksi minyak dan lemak.


Diameter noda (cm)
Pelarut Minyak Minyak Minyak
Mentega Keterangan
kelapa wijen sawit
Akuades 2,05 2,975 2,25 1,225 Tidak larut
Organik 2,75 3 1,05 2,075 Larut

4.2 Reaksi

a. Minyak dengan Akuades


b. Minyak dengan Etanol

c. Minyak dengan n-Heksana

d. Minyak dengan Kloroform


4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Pada percobaan ini digunakan berbagai sampel minyak dan lemak yaitu

minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, dan mentega. Percobaan ini bertujuan

untuk mengetahui kelarutan yang paling baik bagi minyak dan lemak dimana

pelarutnya adalah akuades, etanol, n-heksana, dan kloroform, dengan cara melihat

dan mengukur diameter noda yang dihasilkan setelah ditetesi pada kertas saring

dimana kertas saring itu telah dikeringkan. Fungsi dari pengeringan kertas saring

adalah untuk memudahkan dilakukannya pengukuran dan untuk mendapatkan hasil

noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk

akan lebih mudah untuk diamati.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

setiap pelarut memberikan noda pada kertas saring yang telah dikeringkan. Pada

pelarut akuades, semua sampel minyak dan lemak membentuk diameter noda. Hal ini

tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya akuades tidak memiliki diameter

noda, karena akuades adalah pelarut polar sedangkan minyak bersifat nonpolar,

sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur dan akuades habis menguap ketika

dipanaskan. Kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena adanya kontaminasi

dengan pelarut lain pada saat melakukan percobaan ini. Kemampuan sampel

terdistribusi dalam suatu pelarut sangat berhubungan dengan tingkat kepolarannya.

Kepolaran pelarut dapat diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah

akuades > etanol > kloroform > n-heksana.

Pada percobaan selanjutnya digunakan pelarut etanol, n-heksana dan

kloroform. Pada pelarut n-heksana, diameter noda yang dihasilkan dari sampel lebih

besar daripada etanol. Hal ini sesuai dengan teori, karena etanol merupakan pelarut
yang lebih polar dibandingkan dengan n-heksana, sehingga noda yang dihasilkan

memang harus lebih besar. Pada pelarut kloroform, diameter noda yang dihasilkan

dari sampel rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan noda dari pelarut n-heksana.

Hal ini sesuai dengan teori karena n-heksana merupakan pelarut yang lebih bersifat

nonpolar dibanding kloroform, sehingga noda yang ditimbulkan memang lebih kecil.

Dilihat dari noda yang dihasilkan, hubungan kelarutan dengan diameter noda

pelarut pada kertas saring yaitu semakin besar diameter noda maka semakin besar

pula kelarutan minyak dan lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena

semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel minyak

dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga

apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring dan kemudian kertas saring

tersebut dipanaskan hingga pelarutnnya menguap, akan tersisa noda minyak atau

lemak yang diameternya besar. Berbeda jika minyak dan lemak tersebut tidak larut.

Jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam pelarut tersebut tidak ada

partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas

saring dan kemudian dipanaskan hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada

noda minyak atau lemak pada kertas saring.

Dari data pengamatan, terlihat bahwa pelarut yang baik digunakan untuk

ekstraksi pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit adalah kloroform

dengan diameter noda berturut-turut sebesar 4,225 cm, 3,875 cm dan 3,6 cm.

Sedangkan pada mentega, pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi adalah etanol

dengan diameter sebesar 4,45 cm, dimana hal ini tidak sesuai dengan teori karena

seharusnya ketika mentega dilarutkan dengan etanol tidak meninggalkan noda yang

ditandai dengan terbentuknya 2 fase pada larutan. Kesalahan ini mungkin terjadi

karena etanol telah terkontaminasi dengan pelarut organik yang lain.


4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, digunakan pelarut

akuades, pelarut kloroform untuk minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit,

sedangkan untuk mentega digunakan pelarut etanol. Larutan akuades dan minyak

(minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit) yang telah ditambahkan dengan

pelarut kloroform, serta larutan akuades dan mentega yang telah ditambahkan etanol,

dihasilkan dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan akuades bersifat polar

sehingga tidak bercampur dengan pelarut organik yang kepolarannya lebih kecil.

Oleh sebab itu, keduanya mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Selanjutnya, pada

masing-masing lapisan akuades ditambahkan kembali dengan pelarut organik yang

sesuai dan dipisahkan lagi sehingga diperoleh kembali lapisan organik. Kemudian

masing-masing lapisan organik (I dan II) digabungkan. Lapisan akuades dan lapisan

organik masing-masing diteteskan pada kertas saring lalu dikeringkan dalam oven.

Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk memudahkan dilakukannya

pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat

kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati.

Kemudian diukur masing-masing diameter noda yang terbentuk dengan

menggunakan penggaris.

Berdasarkan hasil pengukuran diameter noda, pada kertas saring yang ditetesi

lapisan akuades, diperoleh hasil yakni sampel minyak kelapa memiliki diameter

2,05 cm, minyak wijen 2,975 cm, minyak sawit 2,25 cm, dan mentega 1,225 cm. Hal

ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya kertas saring yang ditetesi lapisan

akuades tidak terbentuk noda yang menandakan bahwa akuades tak dapat

terdistribusi dalam minyak karena akuades bersifat polar sedangkan minyak

merupakan nonpolar. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena pipet tetes yang

digunakan telah terkontaminasi dengan sampel lain.


Pada kertas saring yang ditetesi dengan lapisan kloroform, didapatkan hasil

bahwa pada minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit membentuk diameter

noda masing-masing sebesar 2,75 cm, 3 cm dan 1,05 cm. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa kloroform terdistribusi baik dalam minyak karena keduanya merupakan

senyawa nonpolar sehingga dapat saling melarutkan.

Adapun pada kertas saring yang ditetesi dengan lapisan etanol, didapatkan

hasil bahwa mentega membentuk diameter noda sebesar 2,075 cm. Hal ini tidak

sesuai dengan teori, dimana seharusnya etanol tidak meninggalkan noda pada kertas

saring, karena etanol tidak dapat terdistribusi baik dalam minyak yang disebabkan

oleh perbedaan kepolaran sehingga keduanya tidak dapat saling melarutkan.

Kesalahan ini mungkin terjadi karena etanol telah terkontaminasi dengan pelarut

organik yang lain.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Urutan kelarutan minyak kelapa pada berbagai pelarut dari yang terbesar ke

yang terkecil yaitu kloroform > etanol > n-heksana > akuades, pada minyak

wijen yaitu kloroform > akuades > etanol > n-heksana, pada minyak sawit yaitu

kloroform > n-heksana > akuades > etanol, dan pada mentega yaitu etanol >

akuades > kloroform > n-heksana.

2. Pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi pada minyak kelapa, minyak wijen

dan minyak sawit adalah kloroform sedangkan pada mentega adalah etanol.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah alat dan bahan sebaiknya lebih dilengkapi

lagi untuk memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium

yang sudah rusak agar diperbaki atau diganti.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya digunakan sampel minyak dan

lemak yang lebih bervariasi lagi agar lebih banyak diketahui mengenai kelarutan

serta ekstraksi minyak dan lemak.


DAFTAR PUSTAKA

Aziz, I., Nurbayti, S., dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol dengan Reaksi
Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6(1): 19-25.
Hamam, F., 2013, Specialty Lipids in Health and Disease, Food and Nutrition
Sciences, 4(1): 63-70.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas,
Erlangga, Jakarta.
McMurry, J., Castellion, M., Ballantine, D.S., Hoeger, C.A., dan Peterson, V.E.,
2007, Fundamentals of General, Organic and Biological Chemistry, Prentice
Hall, New York.
Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press,
Jakarta.
Santos, M.F.G., Marmesat, S., Brito, E.S., Alves, R.E., dan Dobarganes, M.C., 2013,
Major Components in Oils Obtained from Amazonian Palm Fruits, Grasas
Aceites Journal, 64(3): 328-334.
Soeka, Y.S., Sulistyo, J., dan Naiola, E., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa
Hasil Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas, 9(2): 91-95.
Solomons, T.W.G., dan Fryhle, C.B., 2008, Organic Chemistry, John Wiley & Sons,
Inc., Singapura.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Kelarutan Minyak dan Lemak

10 tetes sampel

- Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi.

- Tabung (1) ditambah 10 tetes akuades.

- Tabung (2) ditambah 10 tetes etanol.

- Tabung (3) ditambah 10 tetes kloroform.

- Tabung (4) ditambah 10 tetes n-heksana.

- Dihomogenkan.

- Dipipet dan diteteskan 1 tetes di atas kertas saring, ditandai

dengan pensil.

- Dikeringkan dalam oven.

- Diukur diameter noda yang terbentuk.

Data

Keterangan: Sampel yang digunakan yaitu minyak kelapa, minyak wijen, minyak

sawit, dan mentega.


2. Ekstraksi Minyak dan Lemak

Campuran minyak/lemak dan akuades

- Ditambahkan 10 tetes pelarut organik.

- Dihomogenkan.

Larutan dengan dua lapisan

- Kedua lapisan dipisahkan.

Lapisan akuades (I) Lapisan organik (I)

- Ditambah 10 tetes n-heksana. Disimpan

- Dikocok dan dipisahkan lagi.

Lapisan akuades (II) Lapisan organik (II)

- Dihomogenkan. - Digabungkan lapisan organik (I & II).

- Dipipet dan diteteskan 1 tetes - Dihomgenkan.

pada kertas saring. - Dipipet dan diteteskan 1 tetes pada

kertas saring.

Noda Noda

- Dikeringkan di dalam oven. - Dikeringkan di dalam oven.

- Diukur diameter noda. - Diukur diameter noda.


Data Data
Lampiran 2. Foto Percobaan

Diameter noda pada kelarutan minyak dan lemak.

Diameter noda pada ekstraksi minyak dan lemak.

Anda mungkin juga menyukai