Anda di halaman 1dari 29

Senin, 08 Oktober 2018

Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

AIDUL

H031 17 1008

KELOMPOK 1

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

Disusun dan diajukan oleh:

AIDUL

H031 17 1008

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen penanggung jawab praktikum Asisten

Prof. Dr. Ahyar Ahmad Andi Akbar, S.Si


NIP. 19611231187022002
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, lipid lebih jarang diketahui oleh orang

kebanyakan dibanding dengan karbohidrat atau protein. Lipid memiliki banyak

peranan penting dalam hal biologis, seperti sebagai sumber asupan energi, sebagai

kulit pelindung pada tumbuhan dan serangga, serta sebagai komponen

utama membran yang mengelilingi semua sel hidup. Secara kimia lipid adalah

molekul organik yang terbentuk secara alami yang larut di dalam pelarut organik

nonpolar (McMurry dkk., 2007).

Trigliserida adalah triester asam lemak dan gliserol. Trigliserida memiliki

struktur yang sangat beragam. Keragaman jenis trigliserida ini bersumber dari

kedudukan dan jenis asam lemaknya. Trigliserida sederhana adalah triester yang

terbuat dari gliserol dan tiga asam lemak yang sama. Trigliserida yang berbentuk

sederhana ini sangat jarang ditemui. Trigliserida dapat mengalami ketengikan dan

menimbulkan bau serta cita rasa yang tidak enak bila dibiarkan pada udara lembab.

Hal ini disebabkan karena terlepasnya asam lemak yang mudah menguap. Adapun

asam lemak terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi ikatan ganda.

Lipid adalah salah satu senyawa organik yang berguna bagi kehidupan manusia

(Hart dkk., 2003).

Berdasarkan teori di atas, maka percobaan reaksi-reaksi trigliserida ini

dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi keberadaan gliserol dalam suatu sampel

melalui tes akrolein yang ditandai dengan terbentuknya bau khas serta tes kolorimetri

dengan melihat adanya warna hijau zamrud yang terbentuk pada sampel yang

mengandung gliserol.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

reaksi-reaksi trigliserida.

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui tes akrolein.

2. Mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui tes kolorimetri.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah mengidentifikasi adanya gliserol dalam

sampel melalui tes akrolein dengan cara penambahan KHSO4 dan pemanasan, serta

mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui tes kolorimetri dengan cara

penambahan NaOCl dalam suasana asam, α-naftol dan H2SO4. Hasil uji positif

ditandai dengan bau dan perubahan warna.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid

Kata lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid

adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam, tetapi

lipid cenderung larut di dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Inilah salah

satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan

kebanyakan molekul hayati lainnya (Aziz dkk., 2013).

Tidak seperti karbohidrat dan protein yang didefinisikan dalam hal struktur,

lipid didefinisikan dengan operasi fisik yang digunakan untuk mengisolasinya. Tidak

mengherankan lipid kemudian meliputi berbagai jenis struktur. Lipid memiliki

struktur yang sangat beragam, sekalipun sifat kelarutan dari setiap strukturnya mirip.

Beberapa struktur dari senyawa lipid dapat berupa ester, lainnya berupa hidrokarbon

siklik (melingkar) ataupun asiklik, bahkan ada yang berupa hidrokarbon polisiklik

(Hart dkk., 2003).

Lipid adalah zat biomolekul yang larut dalam pelarut organik nonpolar

seperti kloroform, karbon tetraklorida, eter, dan benzena. Lipid meliputi lemak dan

minyak, lipid berbeda dari kelompok biomolekul, karena tidak ada polimer lipid

yang analog dengan polimer asam amino, gula atau asam nukleat. Namun demikian,

lipid dibentuk dengan ikatan nonkovalen (Santos dkk., 2013).

Triasilgliserol adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak

mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya. Triasilgliserol juga sering

dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari

alkohol gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol merupakan


komponen utama dari lemak penyimpan pada seluruh tumbuhan dan hewan, tetapi

umumnya tidak dijumpai pada membran. Trigliserida adalah molekul hidrofobik

nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional

dengan polaritas tinggi (Hart dkk., 2003).

Menurut McMurry dkk. (2007), triasilgliserol dibedakan berdasarkan jenis

asam lemak yang terikat dengan ikatan ester oleh gliserol. Trigliserida yang

mengandung satu jenis asam lemak pada ketiga posisi disebut trigliserida

sederhana, contohnya adalah tristeroilgliserol, tripalmitoilgliserol dan trioleilgliserol.

Trigliserida yang mengandung dua atau lebih asam lemak yang berbeda disebut

trigliserida campuran. Kebanyakan jenis trigliserida ini adalah lemak alami seperti

minyak zaitun, mentega dan lemak makanan yang merupakan campuran dari

trigliserida sederhana dan campuran yang mengandung berbagai jenis asam lemak

yang berbeda dalam rantai panjang dan derajat kejenuhan. Struktur umum

triasilgliserol dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur umum triasilgliserol.

2.2 Minyak

Minyak merupakan istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut

atau bercampur dalam air (hidrofobik), tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat

lain yang awam dikenal pada minyak yaitu terasa licin saat dipegang. Dalam arti
sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau produk

olahannya seperti minyak tanah (kerosena). Namun, kata ini sebenarnya berlaku luas,

baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak goreng),

sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya

minyak rem), sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai pengharum

(misalnya minyak nilam) (Hart dkk., 2003).

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu

senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3),

benzena, dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak merupakan

senyawaan trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari gliserol. Jadi

minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam

karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang

mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Aziz dkk., 2013).

Minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan

karbohidrat dan protein. Minyak mengandung asam-asam lemak esensial seperti

asam linoleat, lenolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh

plasma akibat penumpukan kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan

pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K. Minyak bisa didapatkan dari tanaman

ataupun hewan. Minyak kelapa sawit adalah salah satu bahan utama yang digunakan

masyarakat Indonesia sebagai minyak goreng. Minyak sawit merupakan sumber

vitamin E, tokoferol dan tokotrienol yang berperan sebagai antioksidan, yaitu suatu

zat yang dapat mencegah terjadinya oksidasi. Tokoferol dan tokotrienol dapat

menangkap radikal bebas dan mencegah kanker (Santos dkk., 2013).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gliserol, minyak sawit,

minyak wijen, minyak kelapa, mentega, lilin, akuades, padatan KHSO4, larutan

NaOCl 2%, HCl pekat, H2SO4 pekat, larutan α-naftol 0,1%, aluminium foil,

kertas label, sunlight, dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, tabung reaksi,

rak tabung, spatula, pipet tetes, pipet skala, bulb, hot plate, pembakar bunsen, dan

gegep.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Tes Akrolein

Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah,

masing-masing tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan sampel minyak dan lemak

(minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, mentega, lilin, gliserol, dan akuades).

Ditambahkan 0,5 gram KHSO4, dikocok. Masing-masing tabung ditutup dengan

aluminium foil, kemudian dipanaskan maksimal 10 menit. Diamati bau yang timbul.

3.3.2 Tes Kolorimetri

Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah,

masing-masing tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan sampel minyak dan lemak

(minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, mentega, lilin, dan gliserol) serta
akuades sebagai kontrol negatif. Ditambahkan 1 mL larutan NaOCl 2%,

dihomogenkan. Diamkan selama 3 menit. Ditambahkan 3 tetes HCl pekat dan

dihomogenkan, kemudian dipanaskan selama 1 menit. Ditambahkan 0,2 mL larutan

α-naftol 0,1% dan dihomogenkan. Ditambahkan 4 × 1 mL H2SO4 pekat secara

berkala, dihomogenkan. Diamati warna yang timbul.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tes Akrolein

Tabel 1. Hasil pengamatan tes akrolein.


Bau setelah
No. Larutan minyak dan lemak Dengan KHSO4
dipanaskan
1. Minyak kelapa Tetap +++
2. Minyak sawit Tetap +++++
3. Minyak wijen Tetap ++++++
4. Mentega Tetap +
5. Lilin Tetap ++
6. Gliserol Tetap ++++
7. Akuades Tetap ‒
Keterangan:
++++++ : paling tengik
+++++ : sangat tengik
++++ : tengik
+++ : lumayan tengik
++ : sedikit tengik
+ : sangat kurang tengik
‒ : tidak tengik

4.1.2 Tes Kolorimetri

Tabel 2. Hasil pengamatan tes kolorimetri.


No. Larutan minyak dan lemak Warna yang terbentuk
1. Minyak kelapa Hijau zamrud pekat
2. Minyak sawit Hijau zamrud pekat
3. Minyak wijen Hijau zamrud pekat
4. Mentega Hijau zamrud pekat
5. Lilin Merah kecokelatan
6. Gliserol Hijau zamrud pekat
7. Akuades Kecokelatan
4.2 Reaksi

4.2.1 Tes Akrolein

a. Minyak Kelapa

b. Minyak Sawit
c. Minyak Wijen
d. Mentega

e. Lilin

f. Gliserol

g. Akuades
4.2.2 Tes Kolorimetri

a. Minyak Kelapa

b. Minyak Sawit
c. Minyak Wijen
d. Mentega

e. Lilin

f. Gliserol
g. Akuades

4.3 Pembahasan

4.3.1 Tes Akrolein

Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel adalah dengan

tes akrolein. Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak sawit, minyak

wijen, mentega, lilin, gliserol, dan akuades. Pada tes ini gliserol diidentifikasi dengan

cara penambahan KHSO4 ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel. Penambahan

KHSO4 berfungsi sebagai senyawa pengkatalis dalam proses hidrolisis trigliserida

atau lipid. Dengan penambahan KHSO4 lipid akan terhidrolisis menjadi asam lemak

dan gliserol, reaksi hidrolisis ini mengakibatkan kerusakan trigliserida. Setelah

penambahan KHSO4, setiap tabung ditutup dengan aluminium foil supaya saat
larutan dipanaskan baunya tidak habis menguap. Kemudian dilakukan pemanasan

yang bertujuan untuk mengoksidasi gliserol menjadi akrolein serta untuk

menghilangkan kadar air. Akrolein yang terbentuk ditandai dengan timbulnya bau

tengik.

Pada hasil percobaan, dapat diketahui sampel minyak dan lemak yang

mengandung gliserol dengan mengamati bau yang dihasilkan. Dari hasil percobaan

didapatkan urutan ketajaman bau tengik dari yang paling tengik sampai yang tidak

tengik, yaitu minyak wijen > minyak sawit > gliserol > minyak kelapa > lilin >

mentega > akuades. Kekuatan bau tengik tersebut didasarkan pada kandungan

gliserol dari masing-masing sampel, semakin banyak kandungan gliserolnya maka

semakin kuat bau tengik yang dihasilkan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa

bau gliserol tidak terlalu tengik, hal ini bertentangan dengan teori dimana seharusnya

gliserol yang memiliki bau tengik paling kuat. Hal ini mungkin terjadi karena

beberapa kesalahan, seperti sampel gliserol yang telah terkontaminasi ataupun

kesalahan pada saat pengujian dimana jumlah penambahan KHSO4 terlalu sedikit

dan KHSO4 tidak larut sempurna. Selain itu, pada hasil percobaan diperoleh bau

tengik pada lilin, hal ini juga bertentangan dengan teori dimana lilin tidak

mengandung gliserol karena pada saat dihidrolisis lilin hanya menghasilkan asam

lemak dan alkohol. Hal ini mungkin disebabkan oleh sampel lilin yang telah

terkontaminasi dengan sampel minyak yang lain.

4.3.2 Tes Kolorimetri

Tes kolorimetri digunakan untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam

sampel dengan uji positif berupa adanya perubahan warna hijau zamrud pada sampel.

Sampel minyak dan lemak yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak sawit,
minyak wijen, mentega, lilin, dan gliserol, serta akuades sebagai kontrol negatif.

Pada tes ini dilakukan penambahan NaOCl 2% yang berfungsi untuk mereduksi

kelebihan lemak sehingga gliserol terbentuk. Setelah itu didiamkan selama 3 menit

supaya NaOCl larut dengan sempurna. Kemudian ditambahkan HCl pekat sebagai

katalisator untuk mempercepat reaksi, lalu dipanaskan untuk membuang kelebihan

asam. Setelah pemanasan, ditambahkan larutan α-naftol 0,1% yang berfungsi untuk

mengidentifikasi gliserol lalu ditambahkan H2SO4 pekat. Penambahan H2SO4 pekat

mampu memisahkan gugus yang terikat pada -OH sehingga gugus benzena yang

terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan gugus -OH yang ada pada gliserol dan

menghasilkan senyawa yang berwarna hijau zamrud.

Pada hasil percobaan diperoleh hasil bahwa semua sampel minyak dan lemak

yang diuji mengandung gliserol kecuali lilin dan akuades. Hal ini ditandai dengan

terbentuknya larutan berwarna hijau zamrud pekat pada minyak kelapa,

minyak sawit, minyak wijen, mentega, dan gliserol. Adapun pada lilin terbentuk

warna merah kecokelatan dan pada akuades terbentuk warna kecokelatan yang

menunjukkan bahwa keduanya tidak mengandung gliserol. Hasil percobaan ini

sesuai dengan teori dimana sampel yang mengandung gliserol akan membentuk

warna hijau zamrud.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada tes akrolein, minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, mentega,

lilin, dan gliserol menghasilkan uji positif.

2. Pada tes kolorimetri, minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen,

mentega, dan gliserol menghasilkan uji positif.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Alat dan bahan pada laboratorium sebaiknya lebih dilengkapi lagi untuk

memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium yang

sudah rusak agar diperbaki atau diganti.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya sampel untuk percobaan ditambah lagi agar wawasan praktikan

tentang reaksi-reaksi trigleserida dan bahan-bahan yang mengandung gliserol

bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, I., Nurbayti, S. dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol dengan Reaksi
Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6(1): 19-25.
Hart, H., Craine, L. E. dan Hart, D. J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas,
Erlangga, Jakarta.
McMurry, J., Castellion, M., Ballantine, D. S., Hoeger, C. A., dan Peterson, V. E.,
2007, Fundamentals of General, Organic and Biological Chemistry, Sixth
Edition, Prentice Hall, New York.
Santos, M. F. G., Marmesat, S., Brito, E. S., Alves, R. E., dan Dobarganes, M. C.,
2013, Major Components in Oils Obtained from Amazonian Palm Fruits,
Grasas Aceites Journal, 64(3): 328-334.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Tes Akrolein

Minyak Minyak Minyak Mentega Lilin Gliserol Akuades


kelapa sawit wijen

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL.

- Ditambahkan 0,5 gram KHSO4, dihomogenkan.

- Tabung ditutup dengan aluminium foil kemudian dipanaskan

maksimal 10 menit.

- Diamati bau yang timbul.

Hasil

2. Tes Kolorimetri

Minyak Minyak Minyak Mentega Lilin Gliserol Akuades


kelapa sawit wijen

- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL lalu ditambahkan NaOCl 2%, dihomogenkan.

- Diamkan selama 3 menit, kemudian ditambahkan 3 tetes HCl pekat

dan dihomogenkan, kemudian dipanaskan selama 1 menit.

- Ditambahkan 0,2 mL larutan α-naftol 0,1% dan dihomogenkan,

ditambahkan 4 × 1 mL H2SO4 pekat secara berkala, dihomogenkan.

- Diamati warna yang timbul.


Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai