13-Bab Viii Linear Programming The Simplex Method
13-Bab Viii Linear Programming The Simplex Method
LINEAR PROGRAMMING:
THE SIMPLEX METHOD
1
8.2 Syarat-Syarat Metode Simpleks
1). Jelas fungsi tujuan (maksimun/minimun). Fungsi tujuan harus jelas dapat
di lihat pada kasus yang ada, apakah tujuan maksimun profit atau minimum
cost. Ada beberapa kata yang menunjukkan maksimun profit misalnya kata
kontribusi, keuntungan, atau menunjukkan minimisasi cost misalnya kata
biaya, efisien, dan sebagainya.
2). Nilai ruas kanan non negatif. Nilai ruas kanan non negatif (bij) artinya
seluruh nilai/angka pada ruas kanan harus bertanda positif . Apabila dalam
sebuah kasus simpleks terdapat nilai/angka negatif maka harus dikalikan
dengan nilai/angka negatif (missal: dikalikan dengan nilai/angka -1)
sehingga nilai-nilai yang ada menjadi positif.
3). Koefisien variabel slack dalam bentuk matriks . Artinya pada batasan-
batasan yang telah dirumuskan dalam bentuk matematis harus ditambahkan
masing-masing variabel slack dengan simbol (S ), pada setiap batasan. Misal:
Spada batasan pertama, ( 2 X1 + 3 X2 + 5 X3 + S1 = 4 ), pada
batasan kedua, ( 3 X1 + 5 X2 + 7 X3 + S2 = 10 ), dan seterusnya.
4). Semua persamaan linear. Jadi, semua persamaan dalam bentuk standar
simpleks harus berbentuk persamaan linear. Misal: terdapat empat batasan,
maka bentuk persamaannya dapat di lihat berikut:
Fungsi tujuan Z = 3 X1 + 2 X2 + 0S 1 + 0 S 2 + 0 S 3 + 0 S 4
1. X1 + 2 X2 + S1 + 0 S2 + 0 S3 + 0 S4 = 6
Batasan 2. 2 X1 + X 2 + 0S 1 + S2 + 0 S3 + 0 S4 = 8
3. - X1 + X2 + 0S 1 + 0 S 2 + S 3 + 0 S4 = 1
4. 0X 1 + X2 + 0S 1 + 0 S 2 + 0S 3 + S4 = 2
X 1 , X 2 ≥0
2
8.3 Langkah-Langkah Pemecahan
1. Kasus, bisa sebuah kasus dalam bidang produksi, misalnya untuk mengetahui
keuntungan yang maksimal atas kombinasi beberapa produk atau minimisasi
biaya atas kombinasi beberapa jenis produk.
2. Menentukan fungsi tujuan, tujuan dari linear programming adalah
optimalisasi (maksimisasi profit atau minimisasi cost).
3. Menentukan kendala-kendala (subject to) yang ada untuk mendapatkan sesuai
tujuan yang diharapkan.
4. Membuat bentuk standar simpleks, dalam bentuk matriks. Pada kendala
pertama ditambahkan slack (S1), pada kendala kedua ditambahkan slack
kedua (S2), pada kendala ketiga ditambahkan slack ketiga (S3) dan
seterusnya setiap kendala ditambahkan slack (S), sehingga membentuk sebuah
matriks.
5. Memasukkan bentuk standar simpleks ke tabel simpleks pertama. Pada tabel
simpleks pertama akan dientukan Variabel Masuk (VM), yaitu nilai baris
indek Cj-Zj yang terbesar, kemudian menentukan Varibel Keluar (VK), yaitu
nilai ruas kanan pada table simpleks (bij). Nilai ruas kanan tersebut dibagi
dengan koefisien variable masuk (aij), memilih nilai dari bij/aij yang terkecil.
6. Titik persilangan antara variabel masuk (nilai Cj – Zj terbesar) dengan
variabel keluar (nilai Cj – Zj terkecil) disebut angka Pivot. Angka Pivot ini
akan dijadikan dasar pembagi untuk menentukan koefisien baris baru pada
tabel simpleks berikutnya. Kemudian menentukan nilai koefisien baris baru
lainnya dengan cara memilih variabel yang menjadi basis (koefisien baris
lama = kbl) dikurangi koefisien variable masuk (aij) dan dikalikan dengan
nilai-nilai/koefisien baris baru (kbb) atau kbl – aij x kbb.
7. Membuat tabel simpleks 2 dengan mengikuti aturan sesuai aturan pada
simpleks pertama dan seterusnya sampai mencapai pemecahan optimal. Ada
beberapa ciri bahwa pemecahan sudah optimal yaitu: 1). Semua variabel
fungsi tujuan sudah menjadi basis, 2). Nilai baris indeks Cj-Zj tidak ada lagi
3
variabel bertanda positif, 3). Pada umumnya, bila dua variabel fungsi tujuan
maka hasil optimal tercapai pada tabel simpleks ketiga, karena pada tabel
simpleks pertama belum ada profit atau profit (Zj) 0 (nol). Hal ini
disebabkan karena pada tabel simpleks pertama yang menjadi basis adalah
slack (S) yang mempunyai nilai kontribusi (Cj) adalah 0 (nol). Begitupun bila
fungsi tujuan tiga variabel maka hasil optimal tercapai pada tabel simpleks
keempat.
PT “Ikhwan Nur” memiliki sebuah pabrik cat yang memproduksi dua macam
cat yaitu cat bagian exterior dan bagian interior, dengan menggunakan dua jenis
bahan baku yang sama tapi berbeda komposisinya.
Data tentang persediaan cat dan jumlah bahan yang digunakan persatuan cat
dapat di lihat dalam table 131 berikut :
Tabel 131 : Jenis Bahan Baku & Kapasitas Tersedia
A. Jenis Bahan 1 2 6
Baku I
B. Jenis Bahan 2 1 8
Baku II
Pertanyaan :
4
Berapa cat A dan cat B yang diproduksi agar revenue menjadi optimal?
Z = 3 X1 + 2 X2
kendala: 1. X1 + 2 X2 ≤ 6
2. 2 X1 + X2 ≤ 8
3. - X1 + X2 ≤1
4. 0 X1 + X2 ≤ 2
X1,X2≥0
5
variable masuk 1, 2, -1, dan 0 dengan simbol aij, nilai ruas kanan (bij)
yaitu 6, 8, 1, 2. Jadi Variabel Keluar (VK) adalah bij/aij yang terkecil
yaitu angka 4. Titik persilangan antara variabel masuk dengan variable
keluar disebut “angka pivot” yaitu ang ka 2. Pada tabel simpleks kedua
variable X1 menggantikan kedudukan S2 sebagai basis, begitupun
koefisien varibel baru pada basis X1 yaitu koefisien baris lama dibagi
angka pivot. Sedangkan koefisien baris lainnya (X2, S3 dan S4)
diperoleh dari koefisien -koefisien baris lama diku rang (-) koefisien
kolom masuk dan dikalikan (x) dengan koefisien baris baru VM.
Pada iterasi pertama dapat dijelaskan bahwa keuntungan (nilai
Zj) masih 0 (nol) karena semua basis adalah slack (S) yang mempunyai
koefisien 0. Angka/koefisien persilangan antara variabel mas uk dengan
variabel keluar disebut angka Pivot. Kemudian untuk mencari nilai -
nilai baris baru untuk variable masuk adalah (nilai -nilai/koefisien baris
lama) : angka pivot (2), jadi perhitungannya adalah seb agai berikut:
6
-( 1 ½ 0 ½ 0 0 4) +
0 11/2 1 -1/2 0 0 2
Baris S3 baru
Koefisien baris lama -1 1 0 0 1 0 1
-{-1( 1 ½ 0 ½ 0 0 4 )}
0 11/2 0 ½ 1 0
Baris S4 baru
Koefisien baris lama 0 1 0 0 0 1 2
-{0( 1 ½ 0 ½ 0 0 4 )}
0 1 0 0 0 1 2
Buat tabel simpleks kedua yang mempunyai X1= 3 sebagai basis
yang menggantikan kedudukan S2=0 sebagai basis, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table 133 berikut:
7
Persilangan antara variable masuk dengan variable keluar disebut
angka pivot (1 ½).
Pada tabel 134 simpleks ketiga variable X2 menggantikan
kedudukan S1 sebagai basis, begitupun koefisien varibel baru pada
basis X2 yaitu koefisien baris lama dibagi angka pi vot. Sedangkan
koefisien baris lainnya (X1, S3 dan S4) diperoleh dari koefisien -
koefisien baris lama dikurang ( -) koefisien kolom masuk dan dikalikan
(x) dengan koefisien baris baru VM. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat hasil perhitungannya pada koefisie n baris baru dan koefisien
baris baru lainnya pada table simpleks ketiga.
Dari table 134 simpleks ketiga diatas, terlihat bahwa nilai baris
indeks Cj-Zj tidak ada nilai po sitif lagi dan semua variable X1 dan X2
sudah menjadi basis maka sudah optimum dengan keuntungan (Zj)
maksimal adalah 12 2 /3 .
Jadi Keuntungan maksimal adalah:
8
Z = 2 X1 + 3 X2
2(3 1/3) + 3(1 1/3)
= 12 2/3
Nilai Solusi Z = 12 2/3
Variabel -variabel Solusi = X2 = 1 1/3
X1 = 3 1/3
S3 = 3
S4 = 2/3
9
Jawab :
x1 x2 x2
Z = 2 + 4 + 3
Kendala 1). 3 x1
+ 2 x2
+ x3
≤ 60
2). 2 x1
+ 2 x2
+ 3 x3
≤ 40
3). 2 x1
+ 2 x2
+ 2 x3
≤ 80
x1 x2 x3
Z = 2 + 4 + 3 + 0S 1 + 0S 2 + 0S 3
x1 x2 x3
Kendala 1). 3 + 2 + + S 1 + 0S 2 + 0S 3 = 60
x1 x2 x3
2). 2 + + 3 + 0S 1 + S 2 + 0S 3 = 40
x1 x2 x3
3). 2 + 2 + 2 + 0S 1 + 0S 2 + S 3 = 80
S2 = 0 2 1 3 0 1 0 40 40
S3 = 0 2 2 aij 2 0 0 1 80 40
2j 0 0 0 0 0 0
C j -2 j 2 4 VM 3 0 0 0
Sumber: data diolah (2017)
10
simpleks kedua variable X2 menggantikan kedudukan S1 sebagai basis,
begitupun koefisien varibel baru pada basis X2 yaitu koefisien baris
lama dibagi angka pivot. Sedangkan koefisien baris lainnya (S2 dan
S3) diperoleh dari koefisien -koefisien baris lama dikurang ( -)
koefisien kolom masuk dan dikalikan (x) dengan koefisien baris baru
VM.
Pada iterasi pertama dapat dijelaskan bahwa keuntungan (nilai
Zj) masih 0 (nol) karena semua basis adalah slack (S) yang mempunyai
koefisien 0. Angka/koefisien persilangan antara variabel masuk dengan
variabel keluar disebut angka Pivot. Kemudi an untuk mencari nilai -
nilai baris baru untuk variable masuk adalah (nilai -nilai/koefisien baris
lama) : angka pivot (2), jadi perhitungannya adalah sebagai berikut:
3 2 1 1 0 0 60
3/2 2/2 1/2 1/2 0/2 0/2 60/2
3/2 1 1/2 1/2 0 0 30
11
Baris S3 baru
Koefisien baris lama 2 2 2 0 0 1 80
-{-2(1 1/2 1 1/2 1/2 0 0 30)}
-3 -1 -1 -1 0 0 60 +
-1 1 1 -1 0 0 20
S3 = 0 -1 1 1 aij
-1 0 0 20 20
6 4 2 2 0 0 120
Cj-2 j -4 0 1 vm
-2 0 0 120
Sumber: data diolah (2017)
12
koefisien baris lainnya (X1, dan S 3) diperoleh dari koefisien -koefisien
baris lama dikurang (-) koefisien kolom masuk dan dikalikan (x)
dengan koefisien baris baru VM. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
hasil perhitungannya pada koefisien baris baru dan koefisien baris baru
lainnya pada table 137 simpleks ketiga.
13
Tabel 138 : Tabel Simpleks 1 (Angka Desimal)
BASIS X1 X2 X3 S1 S2 S3
Bij bij/aij
Cj 2 4 3 0 0 0
S1 = 0 3 2 AP 1 1 0 0 60 30 VK
S2 = 0 2 1 3 0 1 0 40 40
aij
S3 = 0 2 2 2 0 0 1 80 40
2j 0 0 0 0 0 0
C j -2 j 2 4 VM 3 0 0 0
Sumber: data diolah (2017)
Pada table 138 diatas nampak bahwa Cj -Zj terbesar yaitu
angka 4 yang merupakan Variabel Masuk (VM). Nilai koefisien
variable masuk 2, 1, dan 2 dengan simbol aij, nilai ruas kanan (bij)
yaitu 60, 40, dan 80. Jadi Variabel Keluar (VK) adalah bij/aij yang
terkecil yaitu angka 30. Titik persilangan antara variabel masuk
dengan variable keluar disebut “angka pivot” yaitu angka 2. Pada tabel
simpleks kedua variable X2 menggantikan kedudukan S1 sebagai basis,
begitupun koefisien varibel baru pada basis X2 yaitu koefisien baris
lama dibagi angka pivot. Sedangkan koefisien baris lainnya (S2 dan
S3) diperoleh dari koefisien -koefisien baris lama dikurang ( -)
koefisien kolom masuk dan dikalikan (x) dengan koefisien baris baru
VM.
Pada iterasi pertama dapat dijelaskan bahwa keuntungan (nilai
Zj) masih 0 (nol) karena semua basis adalah slack (S) yang mempunyai
koefisien 0. Angka/koefisien persilangan antara variabel masuk dengan
variabel keluar disebut angka Pivot. Kemudi an untuk mencari nilai -
nilai baris baru untuk variable masuk adalah (nilai -nilai/koefisien baris
lama) : angka pivot (2), jadi perhitungannya adalah sebagai berikut:
14
3 2 1 1 0 0 60
3/2 2/2 1/2 1/2 0/2 0/2 60/2
3/2 1 1/2 1/2 0 0 30 atau
1,5 1 0,5 0,5 0 0 30
15
Tabel 139 : Tabel Simpleks 2 (Angka Desimal)
BASIS X1 X2 X3 S1 S2 S3
bij bij/aij
Cj 2 4 3 0 0 0
X1 = 4 1,5 1 0,5 0,5 0 0 30 30
S2 = 0 0.5 0 2 ,5 AP 0,5 1 0 10 4 vk
S3 = 0 -1 1 1 -1 0 0 20 20
aij
6 4 2 2 0 0 120
Cj-2 j -4 0 1 vm -2 0 0 120
Sumber: data diolah (2017)
16
Tabel 140 : Tabel Simpleks 3 (Angka Desimal)
BASIS X1 X2 X3 S1 S2 S3
bij bij/aij
Cj 2 4 3 0 0 0
X1 = 4 1,3 1 0 0,2 -0,2 0 28 -
X3 = 3 0,4 0 1 -0,2 0,4 0 4 4
S3 = 0 -1,4 1 0 -0,8 -0,4 0 16 -
2j 6,4 4 3 0,4 -0,4 0 124
Cj-2 j -4,4 0 0 -0,4 -0,4 0 124
Sumber: Data di olah, 2017)
17
memproduksi beberapa macam barang dengan beberapa
jenis bahan mentah yang dia miliki sehingga dapat dicapai
keuntungan atau laba yang maksimun (maximun profit)
2. Persoalan dual ialah persoalan yang dihadapi oleh
perusahaan lain kata kan perusahaan B yang ingin membeli
bahan mentah (resources atau input) dari perusahaan A
dan ingin menawarkan harga tertentu untuk bahan mentah
tersebut, dan sekaligus ingin membuat imputed price
menjadi minimun akan tetapi masih cukup tinggi untuk
mempengaruhi perusahaan A mau menjual inputnya
kepada perusahaan B tersebut.
18
Ciri-Ciri Persoalan Dual adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Tujuan (FT) minimisasi
2. Nilai ruas kanan constraint menjadi koefisien fungsi
tujuan
3. Koefisien fungsi tujuan menjadi nilai ruas kanan
constraint.
Min. Z = 10 V1 + 15 V2 + 3V3
St. 2 V1 + V2 ≥ 5
-V1 + 3 V2 + V3 ≥ 6
V1,V2,V3 ≥ 0
19
8.7 Latihan Soal – Soal.
1. PT “Ikhwan Nur” memiliki sebuah pabrik cat yang memproduksi dua macam
cat yaitu cat bagian exterior dan bagian interior, dengan menggunakan dua
jenis bahan baku yang sama tapi berbeda komposisinya.
Data tentang persediaan cat dan jumlah bahan yang digunakan persatuan cat
dapat di lihat dalam table 141 berikut :
Tabel 141: Jenis & Jumlah Bahan Baku & Kapasitas Tersedia
A. Jenis Bahan 4 2 60
Baku I
B. Jenis Bahan 2 4 48
Baku II
Permintaan terhadap cat A, tidak pernah melebihi permintaan cat B lebih dari
2 ton.
Pertanyaan :
1. Berapa cat A dan cat B yang diproduksi agar revenue menjadi optimal?
20
2. Perusahaan “Ilham Nur” ber gerak dalam bidang produksi
barang, ada tiga macam barang produksi masing -masing harus
diproses melalui 3 macam mesin. Mesin pertama, kedua, dan
ketiga hanya bis a dipakai masing-masing selama 90 jam, 60 jam,
dan 80 jam selama 1 minggu. Barang pertama harus diproses
melalui mesin pertama, kedua, dan ketiga, masing -masing
memerlukan waktu selama 6 jam, 3 jam, dan 2 jam. Barang
kedua selama 4 jam, 2 jam, dan 6 jam dan barang ketiga selama
4 jam, 4 jam, dan 4 jam. Satu satuan barang pertama, kedua, dan
ketiga apabila dijual dapat menghasilkan keuntungan masing -
masing sebesar Rp. 4 Ribu, Rp. 8 Ribu, dan Rp. 6 Ribu. Berapa
produksi masing-masing barang selama 1 minggu agar dapat
dicapai jumlah keuntungan yang ma ksimum dengan
memperhatikan pembatasan bahwa mesin tidak bisa bekerja lebih
lama dari waktu yang disebutkan di atas. Pergunakan metode
simpleks.
Z = 7 X1 + 5 X2
4 X1 + 3X2 ≤ 240
2X1 + X2 ≤100
Xi ≥ 0
21
4. Pergunakan metode simpleks untuk menentukan maksimun profit
dari kombinasi 3 produk.
Z = 23X1 + 18X2 + 25 X3
8 X1 + 4 X2 + 6 X3 ≤120
4 X1+ 6 X2 + 8 X3 ≤ 90
12 X1 + 4 X2 + 10 X3 ≤ 140
Xi ≥ 0
22
6. Pergunakan metode s impleks untuk menentukan maksimun profit
dari kombinasi 3 produk.
Z = 20 X1 + 18 X2 + 10 X3
8 X1 + 4X2 + 6 X3 ≤ 120
4X1 + 6 X2 + 8X3 ≤150
10X1 + 4X2 + 12 X3 ≤ 80
Xi ≥ 0
Cari X1, X2
Z = 2X1 + X2 Maksimun
s.t. 3X1 + 5 X2 ≤ 15
6X1 + 2 X2 ≤ 24
X1≥ 0, X2 ≥ 0
23
Rumuskan persoalan dual berdasarkan pers oalan primal
tersebut, kemudian pecahkan persoalan primal dan persoalan
dual dengan menggunakan metode simpleks.
Cari X1, X2
Z = 8X1 + 6X2 Maksimun
s.t. 4X1 + 2 X2 ≤ 60
2X1 + 4 X2 ≤ 48
X1≥ 0, X2 ≥ 0
@@@@@@@NB@@@@@@@
24
25
26