Anda di halaman 1dari 11

BAB II

OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

2.1 Landasan Teori


Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba
menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan
tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail. Tahapan proses
operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sistematis. Keseluruhan
operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw material) sampai
menjadi produk akhir (finished goods product), sehingga analisis
perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun
urutan-urutannya secara keseluruhan akan dapat dilakukan. Peta
operasi ini umumnya digunakan untuk menganalisis operasi-operasi
kerja yang memakan waktu beberapa menit per siklus kerjanya
(Sritomo, 1992).
Peta proses operasi memiliki beberapa kegunanaan dan
informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi.
Kegunaan peta proses operasi adalah sebagai berikut (Sutalaksana,
1979):
a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya.
b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
menghitung efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja yang
sedang dipakai.
e. Sebagai alat untuk latihan kerja.
f. Dan lain-lain.

II-1

Peta-peta kerja yang biasa digunakan pada perusahaan


dikembangkan oleh Gilberth yang dibuat untuk membuat suatu peta
kerja. Adapun lambang-lambang yang umum digunakan adalah sebagai
berikut (Sutalaksana, 1979).

OPERASI
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi. Kegiatan operasi ini juga
menggambarkan kegiatan mengambil informasi maupun memberikan
informasi pada suatu keadaan.

PEMERIKSAAN
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau
peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun
kuantitas. Lambang ini digunakan jika melakukan pemeriksaan
terhadap suatu objek atau membandingkan obyek tertentu dengan
suatu standar.

TRANSPORTASI Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila


benda kerja, pekerja, dan perlengkapan mengalami perpindahan tempat
yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Suatu pergerakan
yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh pekerja pada
tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung
bukanlah merupakan transportasi.

MENUNGGU Proses menunggu terjadi apabila benda kerja,


pekerja, dan perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain
menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini menunjukan bahwa suatu
objek ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai
diperlukan kembali.

PENYIMPANAN
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan pada jangka
waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut diambil kembali,
biasanya memerlukan prosedur perizinan tertentu. Lambang ini
digunakan untuk menyatakan suatu obyek yang mengalami
penyimpanan permanen.

AKTIVITAS GABUNGAN
Lambang yang satu ini menunjukkan sebuah aktivitas
gabungan. Kegiatan yang terjadi apabila antara aktivitas operasi dan
pemeriksaan dilakukan kebersamaan atau dilakukan pada suatu
tempat kerja.
Assembling Proces Chart (APC) merupakan peta yang
menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami
komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi
selesai. APC atau disebut juga sebagai peta proses perakitan memiliki
beberapa manfaat diantaranya adalah menentukan kebutuhan
operator, mengetahui kebutuhan tiap komponen, alat untuk
menentukan tata letak fasilitas, alat untuk menentukan perbaikan cara
kerja, dan alat untuk latihan kerja (Scribd, 2012).
Menurut Gaspersz (2004), struktur produk atau BOM didefinisikan
sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu
produk selama proses manufakturing. Struktur produk adalah suatu
susunan hirarki dari komponen-komponen pembentuk suatu produk
akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0, komponen
pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan seterusnya.
Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan
komponen pembentuknya disebut juga anak atau child. Terdapat dua
teknik yang digunakan pada struktur produk, yaitu seperti yang
dijelaskan di bawah ini (thesis.binus.ac.id, 2012):
1 Explosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur
produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level
paling bawah.
2 Implosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur
produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level
atas.

Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi


ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-
komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat sub
assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama membuat
assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Manfaat struktur
produk adalah sebagai berikut (thesis: binus, 2012).
1 Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk
akhir.
2 Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.

Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua


komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai
dengan master production scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah
daftar (list) dari material atau komponen yang dibutuhkan untuk
dirakit, dicampur, dan dibuat produk akhir. Ada beberapa format dari
Bill of Material (BOM), yaitu (thesis: binus, 2012):
1 Single-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan
hubungan sebuah induk dengan satu level komponenkomponen
pembentuknya.
2 Multi-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan
struktur produk lengkap dari level 0 sampai level paling bawah.
3 Indented BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan informasi
level setiap komponen.
4 Summarized BOM, merupakan BOM yang dilengkapi dengan
jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan

2.2 Pembahasan 01900-1016467500


Pembahasan ini berisi suatu pengolahan data tentang OPC, APC,
struktur produk, dan BOM. Akan tetapi sebelum melakukan proses
pengolahan data tersebut harus terlebih dahulu melakukan pembuatan
produk lemari tas. Pembuatan lemari tas ini bertujuan untuk
mendapatkan atau mengumpulkan data yang diperlukan pada modul
OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Pembuatan lemari tas
memerlukan beberapa kebutuhan seperti bahan-bahan dan peralatan.
Kebutuhan tersebut dapat diketahui pada tabel 2.1, tabel 2.2, tabel 2.3,
tabel 2.4 tentang komponen utama beserta perhitungan harga per
komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas.

Tabel 2.1 Komponen Utama

Ukuran Ukuran Berat/ Harga/


No. Pakai (cm) Terima (cm) komp. unit
Nama Komp.
Komp Tipe (pxlxt) (pxlxt) (kg) (Rp)
Komponen Assy
.

Papan Papan
44,8 x 52 x 120 x 52 x
002 Bawah 1 kayu 2,4 11200
1,5 1,5
Papan Papan
37,5 x 52 x 120 x 52 x
003 samping 2 kayu 2,2 9375
1,5 1,5

Tabel 2.1 Komponen Utama (Lanjutan)

Ukuran Ukuran Berat/ Harga/


No. Pakai (cm) Terima (cm) komp. unit
Nama Komp.
Komp Tipe (pxlxt) (pxlxt) (kg) (Rp)
Komponen Assy
.
Papan Papan
52 x 42 x 79 x 65 x
004 Tengah 1 kayu 1,8 8506
1,5 1,5
Papan Atas Papan
44,8 x 52 x 120 x 52 x
005 1 kayu 1,8 11200
1,5 1,5
Papan Papan
45 x 40 x
006 belakang 1 kayu 55 x 40x 1,5 1,2 12273
1,5
Pintu Papan
44,8 x 20 x 120 x 52 x
007 bawah 1 kayu 0,9 4308
1,5 1,5
Pintu atas Papan
44,8 x 20 x 79 x 65 x
008 1 kayu 0,8 3490
1,5 1,5

Ukuran Pakai

Harga per komponen = × Harga Beli

Ukuran Diterima Harga Komponen


44,8 x 52 x 1,5
papan bawah = × Rp 30000
120 x 52 x 1,5
= Rp 11200
52 x42 x1,5

Harga Komponen papan tengah = × Rp 20000


79 x 65 x 1,5

= Rp 8506 45 x 40 x 1,5

Harga komponen papan belakang = × Rp 15000 = Rp


55 x 40 x 1,5

12273

Tabel 2.2 Komponen Tambahan

Ukuran Ukura
No Nama Kemas
Vol. Tip n Berat/ko Harga/u
Kom Kompon an (cm)
Assy e tersed mp (kg) nit (Rp)
p. en
ia
009 Sekrup 3 28/3 Bes 100 36 0,56 300
cm 6 i
010 Sekrup 2 20/2 Bes 100 20 0,5 200
cm 0 i
011 Engsel 4/4 Bes 12 4 1 6000
sendok i
012 Handle 2/2 Bes 20 2 0,7 5000
pintu i

Tabel 2.3 Data-Data Komponen (Utama dan Tambahan)


No.Komp. Nama Komponen Simbol Kuantitas
001 Lemari Tas LT 1
002 Papan Bawah PH 1
003 Papan Samping PS 2
004 Papan Tengah PT 1
005 Papan Atas PA 1
006 Papan Belakang PG 1
007 Pintu Bawah PPB 1
008 Pintu Atas PPA 1
009 Sekrup 3 cm SK 3 28
010 Sekrup 2 cm SK 2 20
011 Engsel Pintu EP 4
012 Handle Pintu HND 2

Tabel 2.4 Data Pencatatan Waktu Perakitan (Menit)

Nama Komponen Perakitan (Menit) Kuantitas Rata-rata


No I II III
1 Komp. PH dan 5,48 5,23 5,25 1 5,32
komp. PS (Assy.
1)
2 Komp. PT dan 6,30 6,10 6,00 1 6,13
Assy. 1 (Assy. 2)
3 Komp. PA dan 7,10 6,10 6,06 1 6,42
Assy. 2 (Assy. 3)
4 Komp. PG dan 2,40 2,33 2,30 1 2,34
Assy. 3 (Assy. 4)
5 Komp. PPB dan 2,50 2,02 2,05 1 2,19
Assy. 4 (Assy. 5)
6 Komp. PPA dan 3,00 2,10 2,01 1 2,37
Assy. 5
Total 26,7 23,8 23,6 6 24,76
8 8 7

Berdasarkan dari data tabel 2.4 yaitu, data pencatatan waktu


perakitan maka dapat diketahui waktu siklus, waktu normal, serta
waktu baku dari proses perakitan komponen lemari tas. Waktu siklus
merupakan waktu penyelesaiaan satu satuan
Waktu Baku (Wb)
Wb = Wn × (1 + l)
Wb = 24, 7× (1 + 0,15 ) = 28,4 menit

Scrap merupakan sebuah sisa bahan baku berupa serbuk yang


dilakukan ketika melakukan proses produksi. Scrap tersebut dapat
diketahui berdasarkan perhitungan dimana sesuai dengan komponen
yang dibuat. Perhitungan scrap dilakukan untuk mengetahui bahwa
proses yang dilakukan agar pembuatan masing-masing komponen
lemari tas tidak terbuang berlebihan, sehingga kerugian akan didapat.

Tabel 2.5 Perhitungan Scrap

Nama Sebelum Proses


Setelah Proses (Ukuran %Scra
Komp. Operasi (Ukuran
Dipakai) p
Diterima)
Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0
Papan Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2
Bawah Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,086
Mengukur 37,7 x 52 x 1,5 37,7 x 52 x 1,5 0
Papan Memotong 37,7 x 52 x 1,5 37,6 x 52 x 1,5 0,2
Samping Meratakan 37,6 x 52 x 1,5 37,5 x 52 x 1,5 0,2
Melubangi 37,5 x 52 x 1,5 (37,5 x 52 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,103
Mengukur 52,2 x 42 x 1,5 52,2 x 42 x 1,5 0
Papan Memotong 52,2 x 42 x 1,5 52,1 x 42 x 1,5 0,2
Tengah Meratakan 52,1 x 42 x 1,5 52 x 42 x 1,5 0,2
Melubangi 52 x 42 x 1,5 (52 x 42 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,092
Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0
Papan Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2
Atas Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,086
Mengukur 45,2 x 40 x 1,5 45,2 x 40 x 1,5 0
Papan Memotong 45,2 x 40 x 1,5 45,1 x 40 x 1,5 0,2
Belakang Meratakan 45,1 x 40 x 1,5 45 x 40 x 1,5 0,2
Melubangi 45 x 40 x 1,5 (45 x 40 x 1,5) – (0,3768 x4) 0,056
Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0
Pintu Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2
Bawah Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) – (0,1413 x10) 0,052
Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0
Pintu Atas Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2
Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) – (0,1413 x10) 0,052

II-11

-
Explotion merupakan BOM dengan urutan dimulai dari induk
sampai komponen pada level paling bawah. Pembuatan lemari tas
dibuat explotion dengan tujuan menunjukkan

komponen-komponen membentuk suat indu dar leve


yang u k i l
palin ata sampa leve terbawa Struktu produk
g s i l h. r explotion
dapat dilihat pada gambar 2.3.

Proses pembuatan struktur produk explotion tersebut telah


dilakukan, maka selanjutnya ialah membuat BOM (Bill of Material).
BOM ini dibuat dengan tujuan mengetahui komponenkomponen itu
bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing yang
dibutuhkan dalam pembuatan produk lemari tas serta mengetahui
urutan level yang telah dijelaskan pada struktur produk explotion. BOM
explotion dapat dilihat pada tabel
2.6.
Struktur produk lemari tas tidak hanya dibuat dalam bentuk
explotion, tetapi terdapat dalam bentuk metode implotion. Struktur
produk implotion dapat dilihat pada gambar 2.4.
Proses pembuatan struktur produk implotion telah dilakukan
maka selanjutnya membuat BOM (Bill of Material). Tabel BOM (Bill of
Material) implotion dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.6 Bill of Material (BOM) Explotion

No. Level Kode Deskripsi Kuantitas


1 0 LT Lemari Tas 1
2 1 PPA Pintu Atas 1
3 2 PPB Pintu Bawah 1
4 3 PG Papan Belakang 1
5 4 PA Papan Atas 1
6 5 PT Papan Tengah 1
7 6 PSA Papan Samping 2
8 6 PH Papan Bawah 1
9 1, 2 EP Engsel Pintu 4
10 1, 2 HND Handle Pintu 2
11 3, 4 ,5 ,6 SK3 Sekrup 3 cm 28
12 1, 2 SK2 Sekrup 2 cm 20

Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion

No. Level Kode Deskripsi Kuantitas


1 0 PH Papan Bawah 1
2 0 PSA Papan Samping 2
3 1 PT Papan Tengah 1
4 2 PA Papan Atas 1

Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion (Lanjutan)

No. Level Kode Deskripsi Kuantitas


5 3 PG Papan Belakang 1
6 4 PPB Pintu Bawah 1
7 5 PPA Pintu Atas 1
8 6 LT Lemari Tas 1
9 4, 5 EP Engsel 4
10 4, 5 HND Handle 2
11 0, 1, 2, 3 SK3 Sekrup 3 cm 28
12 4, 5 SK2 Sekrup 2 cm 20

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data pada OPC, APC,


struktur produk, dan BOM maka dapat diketahui suatu proses dan
sistem produksi lemari tas. Proses pembuatan tersebut berupa
pengukuran, pemotongan, pemerataan, dan pengeboran. Pembuatan
lemari tas terdiri dari beberapa komponen yang dibutuhkan untuk bisa
menjadikan suatu produk yang utuh, maka pada proses pengerjaan ini
dibuatlah suatu peta OPC dan APC. Peta OPC ini berisi seluruh operasi
dari bahan mentah sampai produk jadi, sedangkan untuk peta APC ini
hanya berupa serangkaian suatu aktivitas perakitan. Perakitan ini
dimana mengabungkan komponen satu dengan komponen yang lain
seperti assembly komponen satu dengan komponen dua maka akan
terbentuk perakitan 1, selanjutnya dilakukan perakitan kembali dengan
komponen 3, dan seterusnya sampai menjadi produk lemari tas.
Struktur produk atau BOM menunjukkan bahan baku yang dikonversi
ke dalam komponen-komponen dari lemari tas kemudian komponen-
komponen itu digabung menjadi satu.
2.3 Analisis OPC, APC, Struktur Produk, dan BOM
Komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas terdiri
dari delapan komponen, akan tetapi terdapat beberapa komponen yang
sama seperti komponen papan atas dan bawah serta papan samping.
Berdasarkan jenis operasi yang dilakukan dalam pembuatan lemari tas
ini, yaitu pengukuran, pemotongan, perataan, pengeboran sampai
dengan perakitan produk. Waktu yang didapat 165,25 menit, dimana
waktu tersebut didapat berdasarkan proses keseluruhan dari peta
proses operasi.
Perakitan dalam APC, yaitu terdiri dari 6 dimana terdiri dari
komponen, papan bawah, papan atas, papan samping ada 2, papan
tengah, pintu atas, dan pintu bawah. Waktu yang didapat dalam APC,
yaitu untuk waktu siklus 5,32 menit, 6,13 menit, 6,42 menit, 2,34
menit, 2,19 menit, dan 2,37 menit.
Proses perakitan lemari tas ini diawali dengan menyiapkan
komponen-komponen yang telah dibentuk, yaitu papan bawah, dua
buah papan samping, papan tengah, papan atas, papan belakang, pintu
bawah, dan pintu atas, serta beberapa peralatan yang digunakan.
Perakitan diawali dengan merakit papan bawah dan dua buah papan
samping menjadi satu. Kemudian papan tengah dirakit dengan hasil
rakitan sebelumnya yang kemudian diikuti dengan komponen papan
atas dan papan belakang secara berurutan. Pemasangan pintu bawah
membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah handle. Perakitan
pintu atas juga membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah
handle.
Struktur produk explotion dan implotion tersebut terdiri dari 6
level. Namun struktur produk explotion ini hanya berupa perakitan
struktur produk dari level 0 sampai produk jadi sedangkan implotion ini
merupakan pelepasan komponen dimana dari produk jadi sampai
menjadi level 0. Struktur produk explotion dalam BOM ini berguna
untuk mengetahui daftar produk yang digunakan dalam perakitan
dimana berupa level yang ditentukan explotion serta dijelaskan pada
gambar 2.3, sedangkan struktur produk implotion ini merupakan daftar
pelepasan komponen dimana telah dijelaskan pada gambar 2.4.
Perbedaan untuk keduanya, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel
2.7, karena dengan tabel itu dapat diketahui secara keseluruhan ketika
melakukan proses perakitan atau pelepasan berdasarkan level struktur
produk.
Waktu siklus perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang
merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari tas yang didapatkan
dari rata-rata tiga kali perakitan. Waktu normal perakitan lemari tas,
yaitu 24,7 menit yang merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari
tas yang ditambahkan penyesuaian guna menormalkan waktu kerja
yang diperoleh. Waktu baku pada perakitan lemari tas, yaitu 28,4 menit
yang merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menghasilkan satu buah produk lemari tas. Waktu baku didapatkan
dengan menambahkan waktu kelonggaran bagi operator. Kelonggaran
pada perakitan lemari tas, yaitu untuk kebutuhan pribadi (tenaga yang
cukup besar yang dikeluarkan pada proses perakitan, gerakan yang
terbatas, dan sikap badan yang berdiri tegak saat perakitan) sebesar
13%. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ialah 1% dan
kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan yang harus
diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran total yang harus
diberikan bagi operator adalah (13 + 1 + 1)% = 15%
Kendala pada pengukuran yaitu terjadi pembuangan scrap saat
melakukan proses pemotongan dan penghalusan, sehingga pada
perhitungannya didapat bahwa scrap yang terbuang ialah 0,2%.
Perakitan produk lemari tas berdasarkan struktur produk explotion dan
implotion dibagi menjadi 6 level dan dapat dilihat pada gambar 2.3 dan
gambar 2.4.

Anda mungkin juga menyukai