Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FITOFARMASI
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitofarmasi.
Dosen Pengampu:
Choirul Huda, S.Farm.,Apt

Disusun oleh :

Ameylia Indah W (1513206022)

S1 – FARMASI SEMESTER V
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA PUTRA BANGSA TULUNGAGUNG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “DIABETES MELLITUS” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Choirul
Huda S. Farm., Apt selaku Dosen mata kuliah Fitofarmasi Stikes Karya Putra
Bangsa yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan ilmu Fitofarmasi
untuk memperoleh kesehatan dalam pengobatan dengan obat-obatan herbal.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah
pengetahuan dan pengalaman serta wawasan bagi para pembaca. Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung , 21 oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Tujuan………………………………………………………………...........5
C. Manfaat……………………………………………...........………..............5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus ....................................................... 6
B. Obat Esensial untuk Diabetes Mellitus....................................................... 15
C. Resep Herbal untuk Diabetes Mellitus ....................................................... 17
D. Jurnal untuk Diabetes Mellitus................................................................... 21

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN………………………............……………………............26

DAFTAR PUSTAKA……………………………...........………..................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya
Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan
perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa
keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan
penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan
kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi,
otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh
ketiadaan absolute insulinatau insensivitas terhadap insulin. Diabetes mellitus
disebabkan oleh oenurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pula
Langerhans. Biasanya dibagi dalam dua jenis berbeda: diabetes javanilis, yang
biasanya tetapi tak selalu, dimulai mendadak pada awal kehidupan
dandiabetes dengan awitan maturitas yang dimulai di usia lanjut dan terutama
pada orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal
karena penyakit yang dideritanya ataukarena komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal,
gangguan jantung dan gangguan saraf. Penyebab diabetes mellitus dapat
disebabkan oleh berbagai hal,dan juga terdapat berbagai macam tipe diabetes
mellitus. Ada beberapa gejala yangditiimbulkan bagi penderita diabetes

4
mellitus, serta cara mengobatinya. Kesemuanya akan dibahas di dalam
makalah ini.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus
2. Untuk mengetahui Obat Esensial untuk Diabetes Mellitus
3. Untuk mengetahui Resep Herbal untuk Diabetes Mellitus
4. Untuk mengetahui Jurnal Pengobatan Herbal untuk Diabetes Mellitus
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Diabetes Mellitus ?
2. Bagaimanakah Obat Esensial untuk Diabetes Mellitus ?
3. Apa saja Resep Herbal untuk Diabetes Mellitus ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit Diabetes Mellitus


1. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes mellitus ( DM ) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pancreas
tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormone yang mengatur
kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek
yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi
kerusakan yang serius pada beberapa system tubuh, khususnya pada
pembuluh darah jantung ( penyakit jantung coroner), mata ( dapat terjadi
kebutaan ), ginjal ( dapat terjadi gagal ginjal ), syaraf ( dapat terjadi stroke ) (
WHO, 2011 ).
Menurut pribadi dalam Rismayanthi ( 2011 ), ada dua tipe diabetes
mellitus :
1. Diabetes mellitus tipe I disebut DM yang tergantung pada insulin.
Diabetes mellitus tipe ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam
darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang
menonjol adalah terjadinya sering buang air kecil, sering lapar dan sering
haus, sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal atau
kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur
hidup.

6
2. Diabetes mellitus tipe II disebut DM yang tidak tergantung pada insulin
Diabetes mellitus tipe ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat
tetapi fungsi insulin untuk metabolism glukosa tidak ada/ kurang.
Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemis. 75% penderita DM tipe II adalah penderita obesitas atau
sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
Jenis lain lagi misalnya :
1. Diabetes kehamilan (gestasional) yang muncul pada saat hamil
Diabetes mellitus gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya
selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin
atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun
menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun
memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik
dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang
dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang
tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf
pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat
menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom
gangguan pernapasan.

2. Faktor Risiko
Menurut PERKENI ( 2011), yang termasuk dalam factor risiko Diabetes
Mellitus yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :

7
1) Ras dan etnik
2) Riwayat keluarga dengan diabetes
3) Umur. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat
seiring dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus
dilakukan pemeriksaan Diabetes Mellitus
b. Faktor risiko ysng bisa dimodifikasi :
1) Berat badan lebih ( > 23 kg/m2 )
2) Kurangnya aktifitas fisik
3) Hipertensi ( > 140/90 mmHg )
4) Diet tidak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan
meningkatkan risiko menderita prediabetes / intoleransi glukosa
dan DM tipe 2
3. Patofisiologi
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya
penyakit diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar
akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria).
Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan
kadar gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi
insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal

8
ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi
glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes
mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah
berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh
otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa
dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes kehamilan (gestasional) yang muncul pada saat hamil
Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena perubahan
metabolik fisiologik yang terjadi pada saat kehamilan. Perubahan tersebut
mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Bila sel beta pankreas tidak
dapat mengimbangi perubahan tersebut, maka akan terjadi Diabetes
Melitus pada kehamilan. Setelah melahirkan, karena perubahan fisiologis
pada saat hamil telah hilang, maka ibu akan menjadi normal kembali.
Namun sebaliknya, bila ibu sebelumnya sudah menyandang Diabetes
Melitus dan baru diketahui Diabetes Melitus pada saat hamil, maka
setelah melahirkan ibu tetap akan menderita Diabetes Melitus.
4. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus /IDDM ).
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-
sel beta pankreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe
1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA
( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan

9
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM
). Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm. 73).
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi
sel yang terlalu banyak. (Sujono & Sukarmin, 2008, hlm.73).
c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar
non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar
daripada subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang tidak

10
memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes
tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian
epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 tampaknya terjadi
akibat sejumlah defek genetif, masing-masing memberi kontribusi
pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan.
(Robbins, 2007, hlm. 67).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin. ( Smeltzer and Bare,1996, hlm. 610).
3. Epidemiologi
Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai
faktor genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan
penyakit diabetes. Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam
keluarga. Disamping itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan
komplikasi diantara ras, negara dan kebudayaan.

Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan


di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya
timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik.
Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. DM tipe 2 adalah jenis
yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering
setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan diabetes
mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.

Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau
belum ada komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit

11
atau ke dokter. Ada juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi
karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak berobat lagi. Hal ini
menyebabkan jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih banyak
daripada yang terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan ini pada negara
maju sudah lebih dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat
dibayangkan berapa besar angka itu di negara berkembang termasuk
Indonesia (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).

4. Gejala
- Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
- Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
- Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
- Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
- Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
- Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
- Cepat lelah dan lemah setiap waktu
- Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
- Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
- Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
5. Komplikasi
1). Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak
dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan
organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di
jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah
terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10
tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi
normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka
akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang

12
memberi maka ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut
neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat
mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan
rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari
berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta
pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai
saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke
urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah
dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada
nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan
protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lama
seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi,
maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan
ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau
kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi
penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang
disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak
pembuluh darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi
keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah
dengan adanya glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga
merusak saraf mata.
4). Penyakit jantung

13
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh
darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan
darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan
yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus
diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati,
kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi
dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis
paru-paru dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan
secara sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru,
demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
7). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena
kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang
mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut
yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga
mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang
infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak
rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-
obatan yang diminum.
8). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita
diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi

14
adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat
kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf
sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
6. Pencegahan

Usaha pencegahan pada DM sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Pencegahan Primer, tindakan yang dilakukan pada pencegahan primer


agar tidak timbul DM meliputi :
 Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang.
 Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan
kemampuan.
 Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.
2. Pencegahan Sekunder, bila sudah ada DM, maka yang harus dilakukan
adalah pengobatan diabetes agar tidak timbul komplikasi, dengan
berbagai upaya yang dilakukan untuk tujuan:
 Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala dan
mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
 Jangka panjang : Mencegah timbul dan berlanjutnya penyulit
(komplikasi) dengan tujuan akhir menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat diabetesnya.
Secara garis besar upaya menurunkan gula darah dalam pencegahan
sekunder meliputi:
 Perencanaan makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan
berat badan idaman sesuai dengan umur dan jenis kelamin
 Kegiatan jasmani cukup sesuai umur dan kemampuan pasien
 Bila dengan pengaturan makan dan aktifitas fisik belum berhasil
mengontrol gula darahnya, maka diperlukan obat-obatan, baik
yang diminum atau suntik insulin
 Perlu penyuluhan kepada pasien mengenai berbagai hal berkaitan
dengan diabetes dan komplikasinya

15
3. Pencegahan Tersier
 Mata : pemeriksaan mata secara berkala
 Paru : pemeriksaan rontgen paru secara bekala
 Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara
berkala
 Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi
adanya kebocoran protein
 Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala

B. Obat Esensial untuk Diabetes Mellitus


Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin.
Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk
menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering digunakan
adalah:
a. Golongan sulfonylurea
Dikenal 2 generasi sulfonylurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid,
tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid. Generasi 2 terdiri
dari glibenklamid, glipizid, gliklazid, glimepiride.
Derivat sulfonilurea bekerja dengan cara merangsang sel β-pulau
Langerhans untuk mengeksresikan insulin. Obat golongan ini tidak
berguna bila diberikan pada penderita DM tipe 1, karena pada
penderita DM tipe 1 sel β-pulau langerhans sudah rusak, sehingga
tidak dapat memproduksi insulin. Obat golongan ini dapat berguna
bila diberikan pada penderita DM tipe 2 (Ganiswara et al, 1999).
Mekanisme kerja : Kerjanya merangsang eksresi insulin dari
granul sel-sel β Langerhans pancreas. Rangsangannya melalui
interaksinya dengan ATP-sensitive K channel pada membrane sel-

16
sel β yang menimbulkan depolarisasi membrane dan keadaan ini
akan membuka canal Ca. Dengan terbukanya canal Ca maka ion
Ca++ akan masuk sel β, merangsang granula yang berisi insulin
dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen
dengan peptide-C.
Efek samping : Reaksi alergi jarang terjadi, mual, muntah , diare,
gangguan saluran cerna, gejala susunan saraf pusat seperti vertigo,
bingung.
Interaksi obat : Obat yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
sewaktu penggunaan sulfonylurea adalah insulin, alcohol,
fenformin, sulfonamide, salisilat dosis besar, fenilbutazon dll.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid adalah buformin,
metformin. Obat ini terutama dipakai pada penyandang diabetes
gemuk. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada gangguan
fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau
sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada
lambung.
Mekanisme kerja : golongan ini bekerja dengan cara mengurangi
retensi insulin, sehingga glukosa dapat memasuki sel-sel hati, otot
dan organ tubuh lainnya.
Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan
meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap
insulin. Dosis awal 2 x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan 3 x
500 mg, dosis maximal 2,5 gram.
Efek samping : hampir 20 % mengalami mual, muntah diare, tetapi
dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang.
Indikasi: sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin
endogen, dan digunakan pada terapi diabetes dewasa.

17
Kontraindikasi : biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan,
pasien penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremia,
penyakit jantung kongestif.
c. Meglitinid
Repaklinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid,
mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi struktur
kimianya berbeda. Efek samping utamanya hipoglikemia dan
gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan.
d. Penghambat Enzim Alpha - glikosidase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan
glukosa di usus sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah
sesudah makan. Obat ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada
penggunaan obat ini adalah perut kembung, sering buang angin,
dan mencret. Termasuk obat ini yaitu acarbose. Acarbose untuk
memperlambat pencernaan karbohidrat
Acarbose akan memperlambat proses pencernaan karbohidrat
menjadi gula. Obat ini mencegah peningkatan kadar gula darah
yang terlalu cepat setelah penderita diabetes makan.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping diare serta perut
kembung. Acarbose juga jarang digunakan untuk mengobati
diabetes tipe 2, kecuali jika penderita tidak cocok meminum obat
lain.
e. Golongan tiazolidinedion
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi
insulin karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi
lebih sensitive terhadap insulin, sehingga insulin bisa bekerja
dengan lebih baik, glukosa darah pun akan lebih banyak diangkut
masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan menurun.
Selain itu, obat tiazolidinedion juga menjaga hati agar tidak

18
banyak memproduksi glukosa.Efek menguntungkan lainnya adalah
obat ini bisa menurunkan trigliserida darah.
Termasuk kelompok obat ini adalah pioglitazone( actos ) dan
rosiglitazone ( Avandia). Efek samping Antara lain, peningkatan
berat badan, menambah volume plasma dan memperburuk gagal
jantung kongestif.

C. Pengobatan Herbal untuk Diabetes Melitus


1. Daun sirih

 Resep untuk Pengobatan Diabetes Melitus :


- Siapkan dauh sirih merah setengah tua sebanyak 3 lembar
- Cuci dengan air hingga bersih, tidak perlu diremas-remas agar
daun tetap segar.
- Rebus dengan 3 gelas air (600 ml). Gunakan wadah yang terbuat
dari keramik ataupun tanah liat dalam proses merubusnya.
- Tunggu sampai mendidih dan air rebusan tersisa sekitar 1,5 gelas.
- Minum 3 kali sehari sebelum makan, masing-masing 0,5 gelas.
- Ulangi setiap hari secara rutin hingga 2 - 3 minggu.
 Klasifikasi daun sirih merah :
- Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
- Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
- Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
- Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

19
- Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
- Sub Kelas: Magnoliidae
- Ordo: Piperales
- Famili: Piperaceae (suku sirih-sirihan)
- Genus: Piper
- Spesies: Piper crocatum Ruiz dan Pav

Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat


potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Tanaman ini termasuk di dalam
famili Piperaceae dengan penampakan daun yang berwarna merah
keperakkan dan mengkilap saat kena cahaya. Permukaan daunnya merah
keperakan dan mengkilap. Dari beberapa pengalaman, diketahui sirih
merah memiliki khasiat obat untuk beberapa penyakit.
 Morfologi
Tanaman ini diketahui tumbuh di berbagai daerah di Indonesia.
Tanaman sirih merah tumbuh menjalar seperti halnya sirih hijau. Daunnya
bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi
rata, dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya
bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna
putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati cerah.
Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih.
(Sudewo, 2005).
 Kandungan Kimia
Tanaman sirih merah memproduksi berbagai macam bahan kimia
untuk tujuan tertentu, yang disebut dengan metabolit sekunder. Alkaloid
merupakan metabolit sekunder yang paling banyak di produksi tanaman.
Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian
dari sistim heterosiklik.

20
Para ahli pengobatan tradisional telah banyak menggunakan
tanaman sirih merah oleh karena mempunyai kandungan kimia yang
penting untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih merah
terkandung senyawa fitokimia yakni alkaloid, saponin, tanin dan
flavonoid. Dari buku ”A review of natural product and plants as potensial
antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alkaloid dan flavonoid memiliki
aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah.
Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah
minyak atsiri, hidroksikavicol, kavi-col, kavibetol, allylprokatekol, kar-
vakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, ter-
penena, dan fenil propada. Karena banyaknya kandungan zat/senyawa
kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat
luas sebagai bahan obat. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur,
sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan
keputihan. Eugenol dapat di-gunakan untuk mengurangi rasa sakit,
sedangkan tanin dapat diguna-kan untuk mengobati sakit perut.
 Pemanfaatan Sirih Merah Sebagai Obat
Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit seperti diabetes militus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan
kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang
prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan
memperhalus kulit. Hasil uji praklinis pada tikus dengan pemberian
ekstrak hingga dosis 20 g/kg berat badan, aman dikonsumsi dan tidak
bersifat toksik, pada dosis tersebut mampu menurunkan kadar glukosa
darah tikus sebesar 34,3%. Hasil uji praklinis pada tikus, dapat di pakai
sebagai acuan penggunaan pada orang yang menderita kencing manis.
Selain itu Air rebusan sirih merah mengandung antiseptic yang digunakan
untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan menyembuhkan penyakit
keputihan serta bau tak sedap.

21
2. Daun sirsak
 Resep daun sirsak
- Merebus daun sirsak sebanyak 10 hingga 15 lembar dengan sekitar 3
gelas air.
- Tunggu hingga mendidih dan air menyusut hingga tersisa 1 gelas air
rebusan.
- Kemudian anda saring selagi panas dan minum ketika sudah hangat
secara rutin 3 hingga 4 kali dalam sehari.
- Dalam memilih daun yang anda gunakan, sebaiknya jangan terlalu tua
atau terlalu muda sehingga kandungan senyawa dalam daun tersebut
dalam keadaan optimal.

 Klasifikasi daun sirsak :

- Kingdom : Plantae
- Divisi : Spermatophyta
- Sub divisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Polycarpiceae
- Famili : Annonaceae
- Genus : Annona
- Spesies : Annona muricata L. (Sunarjono, 2005)

22
 Morfologi

Daun sirsak berwarna hijau muda sampai hijau tua memiliki panjang 6-18
cm, lebar 3-7 cm, bertekstur kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip
pendek, daun bagian atas mengkilap hijau dan gundul pucat kusam di bagian
bawah daun, berbentuk lateral saraf. Daun sirsak memiliki bau tajam
menyengat dengan tangkai daun pendek sekitar 3-10 mm (Radi, 1998).

 Kandungan Kimia Dalam Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Daun sirsak memiliki kandungan kimia berupa alkaloid, tannin, dan


beberapa kandungan lainnya termasuk senyawa annonaceous acetogenins.
Annonaceous acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi
sitotoksik, untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker
(Mardiana, 2011). Menurut Robinson (1995), kandungan senyawa dalam daun
sirsak antara lain steroid/terpenoid, flavonoid,kumarin, alkaloid, dan tanin.
Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti
mikroba, anti virus, pengaturfotosintetis, dan pengatur tumbuh (Robinson,
1995).

 Manfaat Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Menurut Adewole dan Martin (2006) dalam Restuati (2013)


menemukan bahwa daun sirsak memiliki efek yang bermanfaat dalam
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan hormon insulin pada jaringan
pankreas serta melindungi dan menjaga sel-sel β-pankreas. Menurut
Holdsworth (1990) dalam Restuati (2013) juga menyebutkan bahwa daun
sirsak juga berpotensi sebagai antihipertensi, antispasmodik, obat pereda
nyeri, hipoglikemik, antikanker, emetic (menyebabkan
muntah), vermifuge (pembasmi cacing).

D. Jurnal untuk Diabetes Mellitus


1. Jurnal Daun sirih merah

23
Di Indonesia diabetes mellitus di kenal dengan istilah penyakit gula atau
kencing manis. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa
darah (nhiperglikemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin
baik absolut maupun relative. Pengangnan diabetes mellitus sementara ini
dilakukan dengan obat-obat antidiabetikum. Pengobatan secara oral mungkin
berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin.Pengobatan
antidiabetikum oral dalam waktu jangka panjang cenderung mengakibatkan
tidak berhasilnya pengobatan atau terjadi resistensi seperti timbulnya (
hipoglikemia, mual, rasa tidak enak di perut. Salah satu pengobatan
tradisional dengan menggunakan tanaman herbal yaitu dengan daun sirih
merah ( Piper crocatum) ( Duryatmo, 2005 ). Sirih merah dapat dimanfaatkan
sebagai obat dengan cara mengkonsumsi daunnya, atau dengan cara diekstrak
terlebih dahulu untuk mengambil bahan aktif yang ada dalam daun sirih
merah ( Piper crocatum).
Dalam daun sirih merah mengandung flavonoid yang bersifat
antioksidan. Antioksidan dapat mengikat radikal hidroksil yang merusak sel β
pulau Langerhans pankreas, sehingga produksi insulin akan menjadi
maksimal. Secara empiris daun sirih merah dapat menyembuhkan berbagai
jenis penyakit seperti, hepatitis, batu ginjal, menurunkan koesterol, mencegah
stroke, hipertensi, nyeri sendi dan diabetes mellitus ( Sudewo, 2005 ).
Pada penelitian ini hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih
jantan, umur 2 bulan dengan berat badan berkisar 190-250 gram yang di

24
adaptasikan selama 3 minggu. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun sirih
merah, etanol 70%, aloksan, glibenklamid dan aquadest. Pembuatan ekstrak
daun sirih merah, dibuat dengan proses maserasi yang diuapkan dengan
temperature ± 400 C sampai diperoleh ektrak etanol yang kental kemudian
dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer. Suspensi ekstrak daun sirih
merah 2% b/v, ekstrak daun sirih merah 2 gr ditambahkan tetes demi tetes
aquades. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, pemberian
ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 2% yaitu untuk mempermudah
pemberian pada hewan percobaan.
Pembahasan Jurnal
Alkaloid dan flavonoid merupakan senyawa aktif bahan alam yang
memiliki aktifitas hipoglikemia. Struktur kimia senyawa ini mempunyai
sebuah cincin benzene dan gugus gula yang menyebabkan sangat reaktif
terhadap radikal hidroksil dan dikatakan sebagai pengakal radilak hidroksil (
Dorfman dan Adam , 1973).
Ektrak daun sirih merah 2 % mampu menekan peningkatan kadar
glukosa darah setelah pemberian aloksan secara intraperitonial, hal ini
disebabkan ekstrak daun sirih merah mampu menurunkan kadar glukosa darah
tikus putih jantan. Penurunan kadar glukosa darah pada hewan percobaan,
yang diberikan ekstrak daun sirih merah disebabkan oleh kandungan
flavonoid yang teridentifikasi dalam ekstrak daun sirih merah. Senyawa
antioksidan yang terdapat di dalam ekstrak daun sirih merah mampu
menetralkan senyawa radikal bebas berlebih di dalam sel β pancreas dengan
cara menyumbangkan elektronnya atau memutus reaksi berantai dan
menyebabkan radikal bebas menjadi stabil ( Suarsana et al, 2006). Sehingga
dapat menghentikan atau menghambat kerusakan oksidatif pada sel β
pancreas.
Pada penelitian ini pemberian ekstrak daun sirih merah 2 % ( dosis 50
dan 100 mg/kg bb) mampu menurunkan kadar glukosa darah pada hewan
percobaan yaitu tikus putih jantan. Hal ini disebabkan jumlah flavonoid yang

25
ada dalam dosis tersebut cukup untuk menghasilkan penurunan kadar glukosa
darah sebanding dengan pemberian glibenklamid 0,02% ( dosis 1 ml/kg bb ).
2. Jurnal Daun sirsak

Kadar glukosa darah yang tinggi akan merangsang sel beta pulau
Langerhans untuk mengeluarkan insulim. Akan tetapi, kerusakan sel beta
pancreas menyebabkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
menyebabkan tubuh tidak dapat meghasilkan insulin sehingga menyebabkan
kadar glukosa darah meningkatkan dan struktur sel beta pancreas berubah. (
Ragavan, 2006 ).
Sirsak ( Annona muricata L. ) merupakan tanaman tropis yang
berkhasiat terutama sebagai obat-obatan. Bagian dari tanaman sirsak yang
digunakan sebagai obat adalah daun, bunga, buah, biji, akar, sampai kulit,
batang dan akar ( Mardina dan Ratnasari, 2011 ). Beberapa manfaat tersebut
adalah penyakit diabetes dan jantung, penyakit kanker dll. Kemampuan
tersebut dimungkinkan karena sirsak ( Annona muricata L. ) mengandung
steroid/terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tannin. Senyawa
flavonoid berfungsi sebagai antidiabetes, antioksidan untuk penyakit kanker,
anti mikroba, anti virus ( Robinson, 1995). Selain flavonoid yang berfungsi
sebagai antidiabetes adalah alkaloid ( Markham, 1988 ).
Adeyemi ( 2009 ), melaporkan hasil penelitian bahwa daun sirsak (
Annona muricata L.) memiliki anti hiperglikemia dan dapat menurunkan berat

26
badan yang ditunjukkan oleh adanya perbedaan yang signifikan Antara
konsentrasi glukosa darah kelompok tikus yang tidak diobati dengan
kelompok tikus yang diobati. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa bioaktif
dari tanaman sumber-sumber yang memiliki kegiatan anti-hiperglikemia
mungkin bertindak melalui beberapa mekanisme seperti merangsang sekresi
insulin, meningkatkan perbaikan atau proliferasi sel-β dan meningkatkan efek
dari insulin dan adrenalin.
Pembuatan ekstrak daun sirsak dengan proses maserasi, diekstraksi 2
kali dengan 2,5 liter aquades pada suhu kamar selama 48 jam. Kemudian
dihasilkan eekstrak daun sirsak sebanyak 36,23 g. Selanjutnya diberikan
kepada hewan coba untuk perlakuan ( Adewole, 2009 ).
Penentuan dosis ekstrak daun sirsak pada perlakuan dengan hasil
modifikasi penelitian Adewole ( 2009 ), yaitu 3 dosis yang berbeda 50, 100
dan 150 mg/kgbb. Jika dosis tersebut diberikan pada tikus dengan berat badan
rat-rata 200 g, maka dosis ekstrak daun sirsak dapat dihitung menjadi (
200/1000) x 150 ml = 30 ml/ekor, ( 200/1000) x 100 = 20 ml/ekor dan (
200/1000) x 50 ml = 10 ml/ekor. Malole ( 1989), ekstrak yang dapat
dimasukkan pada lambung tikus adalah 2,5 ml.
Pembahasan Jurnal
Berdasarkan percobaan kadar glukosa darah mengalami penurunan
kadar glukosa darah yang berturut-turut dibandingkan kadar glukosa
sebelumnya yaitu 479,33 mg/dl menjadi 91,33 mg/dl, 439,33 mg/dl menjadi
94 mg/dl, dan 644, 66 mg/dl menjadi 124, 33 mg/dl. Penurunan kadar glukosa
darah tikus ini diduga karena adanya senyawa flavonoid dari ekstrak daun
sirsak.
Hidayati ( 2008 ), menyatakan bahwa flavonoid dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan cara menghambat fosfodiesterase sehingga kadar
cAMP ( cyclic- Adenosin 5-monophosphate) dalam sel beta pancreas
meningkat dan menyebabkan penutupan kanal K+ dalam membrane plasma.
Keadaan ini mengakibatkan terjadinya depolarisasi membrane dan

27
membukanya kanal Ca sehingga ion Ca2+ masuk ke dalam sel dan
menyebabkan sekresi insulin. Insulin ini kemudian akan bekerja
meningkatkan transport glukosa dari darah ke dalam sel dengan cara
meingkatkan permeabilitas dari membrane sel terhadap glukosa. Setelah
masuk ke dalam sel, glukosa kemudian akan digunakan untuk menghasilkan
energi. Pada hepar dan otot juga kan terjadi proses pengubahan glukosa
menjadi glikogen yang kemudian akan disimpan untuk digunakan lebih lanjut.
Dengan adanya proses tersebut akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam
tubuh tikus putih dapat menurun secara perlahan-lahan ( Sandhar, 2011).

28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Diabetes mellitus ( DM ) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pancreas
tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri.
2. Obat Esensial untuk Diabetes Mellitus :
1. Golongan Sulfonilurea
2. Biguanid
3. Meglitinid
4. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
5. Golongan tiazolidinedion
3. Pengobatan Herbal untuk Diabetes Melitus
a. Daun sirih merah
Hal ini disebabkan jumlah flavonoid yang ada dalam dosis tersebut cukup
untuk menghasilkan penurunan kadar glukosa darah sebanding dengan
pemberian glibenklamid 0,02% ( dosis 1 ml/kg bb ).
b. Daun sirsak
Hidayati ( 2008 ), menyatakan bahwa flavonoid dapat menurunkan kadar
glukosa darah dengan cara menghambat fosfodiesterase sehingga kadar
cAMP ( cyclic- Adenosin 5-monophosphate) dalam sel beta pancreas
meningkat dan menyebabkan penutupan kanal K+ dalam membrane
plasma.

29
DAFTAR PUSTAKA

Adewole, Stephen. 2009. Protective Effect of Annona Linn. Leaf Aqueous


Extract On Serum Lipid Profiles and Oxidative Stress In Hepatosytes of
Streptozotocin-treated Diabetic Rats. Afr. J Trad .CAM ( 2009 ) 6 (1): 30-41

Adeyemi. 2009. Antihyperglycemic Activities of Annona muricata(linn). Afr. J


Trad .CAM 6: 62-69

Backer, C.A., Den Brink van B.J.R.1963, Flora of Java, Published under The
auspices of the rijksherbarium, Leyden. p. : 167.

CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.


Bandung:
Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Ganiswara, S.G.et.al. (1999). Farmaklogi dan Terapi. Edisi ke-4. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG
Hidayati, Nur Annis.2008. Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak
Etanol ( Lantana cemara L.). Pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus) Jantan.
Bioteknologi Vol.5.No 1

Malole MBM dan Pramono.1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di


Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor

Mardiana, L dan Ratnasari, J.2002. Ramuan dan Khasiat Sirsak. Penebar


Swadaya: Jakarta

Markham K R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. ITB: Bandung

30
Ragavan.2006. Effect of T. Arjuna Stem Bark Extract on Histopathology of
Liver, Kidney and Pancreas of Alloxan-Induced Diabetic Rats. African Journal
of Biomedical Research. Vol 9( 2006); 189-197

Sandhar.2011.A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids.


Internationale Pharmaceuticasciencia. No 1. Vol. 1 : 25-41

Sudewo, B., 2005, Basmi Penyakit dengan Sirih Merah, Agro Media Pustaka,
Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai

  • DAUN JAMBU JERAWAT
    DAUN JAMBU JERAWAT
    Dokumen10 halaman
    DAUN JAMBU JERAWAT
    Bjm Mend
    Belum ada peringkat
  • Sum 4
    Sum 4
    Dokumen2 halaman
    Sum 4
    Rabi'a Adhawiyah Cho
    Belum ada peringkat
  • Mikro
    Mikro
    Dokumen9 halaman
    Mikro
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • L.O 4
    L.O 4
    Dokumen3 halaman
    L.O 4
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Laporan Akhir
    Laporan Akhir
    Dokumen31 halaman
    Laporan Akhir
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Waktu Adalah Kehidupan
    Waktu Adalah Kehidupan
    Dokumen2 halaman
    Waktu Adalah Kehidupan
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • SED_TABLET
    SED_TABLET
    Dokumen45 halaman
    SED_TABLET
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Galenika Risqa
    Galenika Risqa
    Dokumen6 halaman
    Galenika Risqa
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Enzim
    Enzim
    Dokumen20 halaman
    Enzim
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Dalam Bidang Kefarmasian
    Aplikasi Dalam Bidang Kefarmasian
    Dokumen4 halaman
    Aplikasi Dalam Bidang Kefarmasian
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Kasus Endometriosis
    Kasus Endometriosis
    Dokumen10 halaman
    Kasus Endometriosis
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Makalah Diabetes
    Makalah Diabetes
    Dokumen9 halaman
    Makalah Diabetes
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Enzim
    Enzim
    Dokumen29 halaman
    Enzim
    siti awwalul
    Belum ada peringkat
  • Enzim
    Enzim
    Dokumen29 halaman
    Enzim
    siti awwalul
    Belum ada peringkat